Anda di halaman 1dari 5

Konsep NDP Sebagai Landasan Ideologis dalam Pergerakan Politik dan Strategi

pada Ruang Lingkup Mahasiswa


Rifky Amalia Annisa

Sebagai media pada mencapai suatu tujuan tertentu, politik bukan lagi kata yang
asing atau bahkan sesuatu yang tabu bagi kalangan mahasiswa, tetapi hal krusial
yg wajib dipahami. Hal lain yang berkaitan dengan perjuangan politik merupakan
landasan gerak (epistemologi,pandangan global & ideologi), Manusianya (kader)
serta strategi & taktik. beberapa hal krusial itulah yang akan dibahas dalam
kesempatan kali ini yang diperuntukkan sebagai pengetahuan, tidak untuk
dipraktekan, terlebih semata-mata demi kekuasaan.
Banyak dari kita pernah mendengar ataupun menyaksikan bagaimana setiap
individu maupun kelompok berusaha mencapai apa yang dicita-citakannya dalam
hal politik melalui perjuangan politik. Namun perjuangan politik itu sendiri
memiliki makna yang krusial yang menjadi landasan bagi ‘gerakan yang akan
dilakukannya. Diantaranya adalah, iman dan keyakinan yang teguh, ilmu yang
cukup, ideologi yang jelas, organisasi yang baik, strategi dan taktik yang tepat
serta kemampuan teknis dan teknologis yang memadai. Beberapa hal tersebut
adalah hal yang akan menjadi landasan bagi seorang kader HMI dalam
melaksanakan cita-cita serta tujuan politiknya yang nantinya akan dibawa oleh
kader HMI dalam pengabdian diri kebada bangsa dan masyarakat. Karena pada
proses perkaderan dan perjuangan mewujudkan cita-cita HMI belum cukup
dilakukan dalam ruang sempit dalam organisasi.
Ideologi dalam makna sederhana berarti landasan gerak, sedangkan dalam
cakupan makna yang lebih luas berarti seperangkat nilai-nilai berupa pandangan
hidup universal untuk memanajerial kehidupan bernegara dalam segi-seginya
yang kemudian disusun dalam sebuah konstitusi. Menurut para pakar, seperti
Padmo Wahjono dalam Subandi (2012) Seorang pakar hukum tata negara ini
mengartikan ideologi sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide
dasar. Ideologi merupakan suatu kelanjutan atau konsekuensi dari pada pandangan
hidup bangsa, falsafah hidup bangsa, dan akan berupa seperangkat tata nilai yang
dicita-citakan akan direalisir didalam kehidupan berkelompok. Ideologi
mengandung kegunaan untuk memberikan stabilitas arah dalam hidup
berkelompok dan sekaligus memberikan dinamika gerak menuju tujuan
masyarakat atau bangsa. Dalam perspektif yang berbeda, menurut pakar ekonomi
Mubyarto dalam Subandi (2012) mengartikan bahwa ideologi adalah sejumlah
doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau bangsa.
Selain itu M. Sastrapratedja dalam Subandi (2012) mengartikan bahwa ideologi
ialah seperangkat gagasan atau pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang
diorganisir suatu sistem yang teratur. Dalam hubungan inifungsi penting ideologi
antara lain adalah untuk membentuk identitas kelompok atau bangsa dan fungsi
mempersatukanya. Ideologi mempunyai kecenderungan untuk memisahkan in
group (kita) dari out group (mereka). Bila dibandingkan dengan agama, yang
berfungsi mempersatukan orang dari berbagai pandangan, bahkan dari berbagai
ideologi, maka sebaliknya ideologi mempersatukan orang-orang dari berbagai
agama. Maka dari itu ideologi juga berfungsi untuk mengatasi berbagai konflik
atau ketegangan sosial menjadi solidarity making dengan mengangkat berbagai
perbedaan kedalam tata nilai lebih tinggi. Kemudian Soerjanto Poespwardojo
dalam Subandi (2012) seorang pakar sosiologi-budaya, mengartikan ideologi
adalah kompleks pengetahuan dan nilai, yang secara keseluruhan menjadi
landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagatraya dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Dalam teritorial
ideologi, ilmu tentang keesaan atau yang disebut sebagai Tauhid haruslah menjadi
dasar epistimologinya, bagaimana kader memahami persoalan Tauhid dan
menjadikannya sebagai sumber dasar utama. Output dari pengetahuan yang
berlandaskan sumber Tauhid seharusnya dapat menghasilkan pandangan dunia
yang objektiv, yang kemudian pandangan dunia yang objectiv atau pemahaman
terhadap realitas tersebut pada akhirnya akan menjadi perangkat ideologis.
Ideologi memiliki peran yang sangat penting dalam ranah pergerakan, sebab
ideologi merupakan landasan setiap pergerakan yang akan diaktualisasikan.
Himpunan Mahasiswa Islam telah menjadikan islam itu sendiri dalam landasan
organisasi, sejak awal terbentuknya HMI ‘Menegakkan dan Mengembangkan
ajaran agama islam’ sudah dicantumkan menjadi salah satu tujuan organisasi
disamping dari tujuan terhadap bangsa Indonesia dan masyarakatnya. Namun
dalam hal ideologi keislaman HMI tidak bersandar dalam madzab manapun, pola
pemikiran dalam HMI cenderung merujuk pada kelompok intelektual muslim
yang membawa pembaharuan, yang kemudian hal tersebut dituangkan dalam
sebuah pedoman yang disebut sebagai Nilai Dasar Perjuangan (NDP). NDP
sendiri memberikan gambaran bagaimana cara pandang seorang kader HMI
memahami ajaran islam yang disampaikan dalam Al-quran. Yang terkandung
dalam NDP merupakan hasil formulasi ulang tentang Al-quran dan diharapkan
akan menjadi suatu karakter dalam tubuh aktor HMI dalam mengemban amanah
mewujudkan Kepemimpinan di muka bumi yang diridhoi Allah SWT.
NDP merupakan landasan ideologis perjuangan HMI, yang berperan sebagai
nyawa penggerak moral dalam pergerakan kader. Memahami konsep NDP secara
komperhensif seharusnya dapat memupuk kepercayaan diri seorang HMI akan
keyakinannya Tauhidnya, mendorong semangat humanis dan sosialis dalam
bermuamalah dengan sesama manusia dan makhluk, juga sebagai moral values
yang menggiring ilmu pengetahuan untuk diabadikan dalam kemanusiaan. Hal ini
menjadikan nilai NDP ciri khas dalam diri setiap kader HMI. Secara garis besar
NDP membahas 7 perkara, yakni :
1. Dasar-dasar Kepercayaan
2. Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan
3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Takdir)
4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan
5. Individu dan Masyarakat
6. Keadilan Sosial dan Ekonomi
7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Ketujuh persoalan itu secara sederhana
dapat diintisarikan dalam tiga kata: iman, ilmu, amal.
Kepercayaan atau iman merupakan hal yag paling mendasar dalam kehidupan
manusia, bagaimana manusia dapat hidup mendekati sebuah kebenaran adalah
dengan mengimani sesuatu yang benar. Hubungan manusia dengan Tuhan
bentuknya adalah penghambaan serta penyerahan diri & segala sesuatu, hal
tersebut diimpementasikan dalam peribadatan secara ritualitas maupun non
ritualitas. Ibadah sejatinya menuntun individu pada keteguhan kepercayaan
terhadap Tuhan sebagaimana yang menjadi kehendak bagi kehanifan nurani.
Melalui ibadah seorang hamba dididik untuk memiliki keindependenan,
kemanusiaan, dan diriya sendiri; karena manusia tersebut telah memanivestasikan
dirinya dengan ikhlas kepada kebenaran-kebenaran yang bersifat mutlak (Tuhan).
Namun, pada saat yang bersamaan kebenaran yag sifatnya mutlak tidak dapat
dicapai oleh manusia sebab manusia hanya dapat mencapai kebenaran relative,
oleh karena itu dalam usaha pencapaian kebenaran diperlukan adanya ilmu
sebagai instrumen yang dapat mengantarkan pada kebenaran relative tersebut.
meskipun kebenaran yang mampu dicapai oleh manusia adalah kebenaran relative
namun hal ini adalah tonggak sejarah yang dilalui manusia dalam perjalanan
menuju kebenaran mutlak.
Ilmu merupakan pengertian yg dipunyai sang insan secara sahih mengenai alam &
dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam berupa fatwa direksional dan
aneksasi. Fatwa direksional dan aneksasi dilakukan dengan dasar pegetahuan
terhadap hukum-hukum Nya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan tersebut dapat
dicapai dengan mengandalkan intelektualitas rasional secara maksimal.
Manusia memiliki kewajiban untuk melakukan hubungan (bermuamalah) kepada
sesama manusia lain. Dalam hal muamalah iman dan ilmu tidak akan berarti
apapun jika tidak diwujudkan dalam kerja nyata atau yang disebut dengan amal.
kerja kemanusiaan tersebut berbentuk usaha yang sungguh-sungguh secara
esensial untuk mencapai kebaikan universal yang memenuhi hajat hidup sebagian
banyak orang, yaitu menegakkan keadilan dan kejujuran dalam masyarakat
sehingga setiap orang memiliki harga diri & martabat sebagai manusia.
Dengan integrasi anatara iman, ilmu dan amal manusia akan dapat memenuhi
kodratnya sebagai pemimpin atau khalifah dimuka bumi ini yang membawa nilai-
nilai kebenaran Tuhan. hal ini merupakan cita-cita yang dituangkan HMI dalam
wujud NDP. Menjadi insan yang kreatif yang mampu memberikan inovasi-inovasi
dalam kerja nyata pengabdian terhadap masyarakat, disertai dengan ilmu sebagai
instrumen pengantar dan iman yang benar sebagai landasan.
Politik dalam sudut pandang sempit dapat dimaknai sebagai media untuk
mencapai suatu maksud dan tujuan tertentu. Jika dilihat dari sisi yang lebih luas
makna akan politik yaitu pengetahuan terapan yang mana dengan pengetahuan
tersebut maksud dan tujuan dapat dicapai dengan suatu pergerakan politik. Tapi
dalam hal politik tentunya dibutuhkan ilmu pengetahuan terapan lain seperti
strategi dan taktik. Dalam islam sendiri sistem politik dijunjung atas tiga prinsip
utama, yaitu Tauhid, Risalah dan Khilafah. Prinsip pertama telah diwujudkan
dalam pembahasan pertama mengenai ideologi, begitupun prinsip kedua
termanifestasikan dalam ideologi dan aturan-aturan serta tuntutan-tuntutan yang
membatasi seorang khalifah atau pemimpin. Sebagai khilafah setidaknya seorang
manusia dapat menyadari nilai-nilai yang harus dipegang, yang pertama pemilik
dari dunia ini sepenuhnya adalah Tuhan, manusia tidak menggantikan keberadaan
Tuhan sebagai pengelola alam semesta. Yang kedua, pengelolaan dalam
kepemimpinan akan mengatur sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan-Nya (manifestasi pemahaman Tauhid dalam ideologi). Selajutnya
pegelolaan segala hal milik Tuhan akan melaksanakan kepemimpinaannya dalam
batasan yang telah menjadi ketetapan Tuhan atas dirinya. Dan yang terakhir, yakni
dalam pelaksanaan kepemimpinan, seorang pemimpin akan melaksanakan
kehendak Tuhan bukan semata kehendak dirinya, dalam artian Tauhid akan tetap
menjadi titik tolak bagi kebebasan individu dan keharusan universal. Dapat ditarik
garis bahwasannya politik erat kaitannya dengan kepemimpinan atau kekuasaan
karena pada dasarnya tanpa kekuasaan tujuan yang diangankan dari awal tidak
akan tercapai. Dalam kaitannya dengan hal ini politik tidak akan terlepas dari 4
nilai; order (susunan/pembagian, pemerintah), viture (kebajikan), freedom
(kebebasan dan kemerdakaan), serta happiness/welfare
(kebahagiaan/kesejahteraan). Kekuasaan yang telah diraih dalam jalan politik
harus dapat mencapai 4 nilai diatas, jika hal tersebut tidak dapat dicapai maka
kekuasaan yang dijalani sudah tidak sesuai dengan ideologi, tujuan serta fitrah
dari kepemimpinan.
Dalam Al-quran surah Ash-Shaf dijelaskan bahwasannya ruh dari sebuah ilmu
adalah amal yang dikerjakan berdasarkan ilmu tersebut,
)3( َ‫) َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْن تَقُولُوا َما اَل تَ ْف َعلُون‬2( َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل تَ ْف َعلُون‬
“Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
kerjakan? sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang
tidak kamu kerjakan”
Jelas dikatakan bahwasannya suatu kesia-siaan bagi orang yang berilmu tapi tidak
mengerjakannya melalui amal. Jika dikaitkan dengan politik maka perjuangan
politik merupakan sebuah amal yang menjalankannya harus memaakai instrumen
ilmu. Dalam sebuah perjuangan politik strategi dan taktik adalah ilmu terapan
selain ideologi yang didasari oleh Tauhid. Strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan
eksekusi suatu aktivitas yang dijalankan selama kurun waktu tertentu. Sedangkan
taktik adalah tindakan konseptual yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam perspektive HMI, menurut salah satu pendidik politik HMI Dahlan
Ranuwiharjo (2019), strategi adalah bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa
politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan,
sedangkan taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau menggunakan
kekuatan dalam mengahadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.
Stratak dalam organisasi adalah bagaimana cara menggunakan organisasi untuk
mencapai nilai perjuangan, strategi dan taktis harus disesuaikan dengan kondisi
organisasi, karena kesuksesan dalam stratak memengaruhi kemajuan dari
organisasi itu sendiri, pun sebaliknya. Strategi dan taktik tidak dapat tegak dengan
sendirinya karena dalam pelaksanaannya stratak merupakan instrumen bagi tujuan
ideologi yang ditetapkan. Tujuan dari stratak tersebut adalah menciptakan,
memelihara, menambah, syarat-syarat dari pencapaian tujuan organisasi. Sebagai
organisasi perkaderan strategi dan taktik sangat diperlukan dalam berorganisasi
sebagai instrumen perkaderan dan memaksimalkan kegiatan-kegiatan penjaringan
dan pengembangan mutu kualitas kader HMI.

Anda mungkin juga menyukai