Anda di halaman 1dari 11

SINDIKAT

SEJARAH HMI

NAMA : RISCKY FEBRIAN S.P

HMI CABANG MATARAM

2020
A. Silabus
Materi : Sejarah HMI
Alokasi Waktu : 4 Jam

Target Pembelajaran Umum


- Dapat mengetahui dan memahami sejarah dan dinamika HMI
Target Pembelajaran Khusus
- Dapat mengetahui dan memahami sejarah berdirinya HMI
- Dapat mengtahui dan memahami gagasan dasar pendiri HMI
- Dapat mengetahui dan mengetahui fase-fase perjuangan HMI

Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


1. Pengantar Sejarah
1.1 Pengertian Sejarah
1.2 Manfaat dan kegunaan memepelajari sejarah
2. Latar belakang berdirinya HMI
2.1 Kondisi Umat Islam di Dunia
2.2 Kondisi Umat Islam di Indonesia
2.3 Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahaasiswa Islam
2.4 Saat berdirinya HMI
3. Gagasan Pendiri HMI
3.1 Sosok Lafran Pane
3.2 Gagasan Pembaruan pemikiran Ke-islaman
3.3 Komitmen Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan sebagai dasar berdirinya
HMI
4. Fase-Fase Perjuangan HMI dalam sejarah perjuangan Bangsa
4.1 Fase Perjuangan Fisik
4.2 Fase Pertumubuhan
4.3 Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru
4.4 Fase Asas Tunggal dan Dinamika Perpecahan HMI
4.5 Fase Reformasi
Metode Penyampaian
Metode yang digunakan dalam proses penyampaian materi Mission adalah dengan
cara penyampaian, diskusi, dan tanya jawab
Evaluasi
Memberikan test objketif/subjektif dan juga dengan penugasan membuat resume.

B. Uraian Materi
1. Pengantar Sejarah
1.1 Pengertian Sejarah
Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun
berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan itu disebut
sebagai sumber sejarah. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau akan memberikan
gambaran tentanng kehidupan manusia dan kebudayaanya di masa lampau sehingga
dapat merumuskan hubungan sebab akibat mengapa sustu peristiwa dapat terjadi
dalam kehidupan tersbut. Oleh karena itu sejarah mencakup masa lalu (urutan
kronologis), hubungann sebab akibat, kebenran yang masih subjektif dan perlu riset
yang mendalam, peristiwa sejarah (lampau, sekarang, masa depan).

1.2 Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah


Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah lampau
adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu, dan dengan
mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada
peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan kekurangan yang ada dari
peristiwa itu, dan pengetahuan tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam
mengambil keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai
yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan
masa saat ini dan yang akan datang.

2. Latar Belakang Berdirinya HMI


2.1 Kondisi Umat Islam di Dunia
Kondisi Umat Islam di Dunia hanya terpaku pada masa kejayaan Islam pada
masa Lampau. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara
komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata
tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya
mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu
menderivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.

Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam
keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal
tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk
dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai
golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada
melemahnya kekuatan Islam.

2.2 Kondisi Umat Islam di Indonesia


Diabawah tekananan kolonialisme barat, umat islam diperlakukan sebagai
masyarakat kelas bawah. Tidak diperdulikan, dan diperlakukan secara tidak adil.
Tidak hanya itu yang menjadi penyebab kemuduran, melainkan dalam hal
peribatanpun Umat Islam Indonesia hanya mementingkan simbolisasi Islam dalam
ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim,
sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada sebagian
ulama ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat
hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia berada dalam
perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan
truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang
persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

2.3 Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam


Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan
para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu
perguruan tinggi adalah motor penggerak perubahan, dan perubahan tersebut
diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi,
maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi untuk kepentingan golongan
tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan
tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya di
perguruan tinggi adalah sistem pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme
dan dapat menyebabkan dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu
adanya organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan
aspirasi Mahasiwa Islam dan umat Islam kurang terakomodir.

2.4 Saat Berdirinya HMI


HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang
memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak tercermin dalam kehidupan
nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan
Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang
berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak
independen untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa
yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan mahasiswa terlbatdalam polarisasi
politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14
Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 sebuah organisasi
kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi
independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.

3. Gagasan Pendiri HMI


3.1 Sosok Lafran Pane
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang
Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan
“lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga
mendorong dirinya untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran
Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba
ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif
ia peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang
sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan
akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP).
Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta
AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas
Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama
UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum
Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik
dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.

3.2 Gagasan Pambaruan Pemikiran Ke-Islaman


Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga
dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran
Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang
dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi
dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan
spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan
kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.
Kebekuan pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan
sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an hanya
dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal.
Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat
Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.
3.3 Komitmen Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan Sebagai Komitmen
Berdirnya HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan
yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam
tujuan HMI yaitu : a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran
kebangsaan atau ke-Indonesiaan b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
yang didalamnya terkandung pemikiran ke-Islaman. Komitmen tersebut menjadi
dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai
organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan
kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader
berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa
bangsa Indonesia mencapai asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat
dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan
HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua
komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses
pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.

4. Fase-Fase Perjuangan HMI Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa


4.1 Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di
Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih
kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”.
Menghadapi hal tersebut,HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan
membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa
meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik
menghadapi agresi militer Belanda II.
4.2 Fase Pertumbuhan
Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang
merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri.
Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan
sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran
komunis dan mengajak semua pihak yang ada untuk menentang komunis. Persoalan
komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI, akibat
sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama
yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak yang non
komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila. Selain
itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah.
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di
Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah
: 1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam
pemilu yang akan datang 2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya
mengurangi keruncingankeruncingan, tidak saling menyerang 3) Kepada warga dan
anggota HMI supaya : a) Wajib aktif dalam pemilu b) Wajib aktif memilih salah satu
partai Islam c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai
Islam yang disenangi Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI
mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante
agar dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia.
Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada
tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar
Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang
diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2)
HMI setuju pancasila atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak
? Munas memberikan jawaban sebagai berikut : 1) Ya, HMI mendukung
Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh MPRS 2) Ya, HMI setuju
Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam Jakarta 3) Ya, HMI
setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan,
isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI
dalam percaturan sejarah.

3.3 Fase Transisi Orde Lama Menuju Orde baru


Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan,
dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan
eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah). HMI adalah
salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan
PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik
Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu
musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar
(Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi
menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar Revolusi Soekarno).
Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh
daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada
umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30
Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara
penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang
merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira itu. Menyikapi hal
ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut dilakukan oleh
PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh
HMI –sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut membantu pemerintah dalam
menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI.
Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik)
dan HMI ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi
underbouw PKI.

3.4 Fase Asas Tunggal dan Perpecahan HMI


Dalam proses perjalanan kekuasaan orde baru. Ditebitkanlah lima paket
undang-undang tang salah satu materi muatannya itu ialah kesamaan Azas oleh
seluruh organisasi yang ada di Indonesia. Penerapan ini kemudian dikenal dengan
Azas tunggal pancasila. HMI yang pada saat itu berazaskan Islam, menuai polemik.
Friksi dalam kelompok pun terbentuk. Ada yang mendukung Azas Tunggal dan
menolak Azas Tunggal Pancasila.

Ini kemudian berujung pada pecahnya HMI menjadi dua kepngerusan saat
kongres XVI di Padang. Kelompok yang menolak azas tunggal Pancasila menamakan
diri mereka MPO (Majelis Penyelamat Organisasi). Kemudia kelompok yang
menerima Pancasila sebagai Azas Tunggal, disebut DIPO karena pada saat itu
Sekretariat PB HMI berada di jalan Diponegoro. Oleh kemudia dengan menerima
Azas Tunggal Pancasila HMI masih tetap eksis sampai saat ini dengan Visi
keummatan dan kebangsaan yang diemban.

3.5 Fase Reformasi


Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang
dikenal dengan sebutan Reformasi. Dimana, pada era reformasi dinilai lebih
demokratis daripada era irde baru. Ditandai dengan regulasi yang melindungi
kebebasan berpendapat di muka umum, dan hak-hak warga Negara Lainnya. Hal itu
pun kemudian yang memnuat HMI merubah Azas kembali ke awal semula berdirinya
yaitu Azas Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafii Safinuddin. HMI dan Wacana Revolusi Sosial. Hijau Hitam. Jakarta.
2003.

Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina Ilmu

Hariqo Wibawa Satria, Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikiran. Lingkar. Jakarta.
2011

M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan, 1997

Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan Muslim


Masa Orde Baru, LSI 1987

Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers, 1984

Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997.

Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994

Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.

Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988

Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan Muslim


Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982

Anda mungkin juga menyukai