Anda di halaman 1dari 92

HMI MILENIAL

Religius – Nasionalis- Modern

Muhammad Ridal

HMI MILENIAL |i
ii | H M I M I L E N I A L
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................... iii


Kata Pengantar ............................................................ v
1. NDP Dalam Era Milenial ................................... 1
Apa Itu Milenial ......................................................... 4
Implementasi NDP Dalam Era Milenial ............... 6
Transformasi Nilai dalam NDP Bagi Generasi Z . 8
2. Akselerasi Intelektual HmI ................................. 13
Perkembangan Eksponensial Abad 21 ................. 14
Intelektual sebagai Katalis Perubahan Sosial ....... 16
Awak Kapal yang Bertindak sebagai Nahkoda .... 17
HmI: Harapan Masyarakat Indonesia ................... 18
3. Bonus demografi dan masa depan HMI ........ 21
HMI untuk bonus demografi ................................. 23
HMI zaman now ...................................................... 27
4. Generasi Z Memimpin Bangsa .......................... 29
Menyiapkan Pemimpin Generasi Z ....................... 36
5. Gerakan sosial dalam kacamata manusia Z .. 41
Secercah Harapan Gerakan Sosial Generasi Z .... 46
6. Moderenisasi Kelembagaan HMI..................... 47
Moderenisasi struktur sosial ................................... 48
Moderenisasi organisasi kemahasiswaan............... 50
Modernisasi Kelembagaan HMI ............................ 52
7. Universalitas Islam Merawat Generasi Umat 55
Islam sebagai solusi perdamaian ............................ 58
8. Transformasi Entitas Multikulturalisme ........ 63

H M I M I L E N I A L | iii
Tiga Revolusi Kebudayaan Umat Manusia ......... 65
Multikulturalisme sebagai Landasan Persatuan
Kebudayaan Manusia ............................................. 68
Masa Depan Umat Manusia ................................. 68
Bagaimana dengan Persatuan Indonesia? ........... 69
9. HMI Pemersatu Ummat dan Bangsa .............. 73
Dimensi Ilahiyah dan Kemanusiaan HMI .......... 75
Mayoritas Merawat Kebergaman ......................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................. 81

iv | H M I M I L E N I A L
Kata Pengantar

Setiap generasi punya warna masing-masing,


mereka bertumbuh dengan semangat optimismenya
masing-masing. Ambisi di balik perilaku mereka sangat
lekat dengan kemajuan kebudayaan dan rentetan
peristiwa yang dialami. Perkembangan tekhnologipun
menjadi jejak lahirnya generasi-generasi baru dalam
tatanan peradaban umat manusia.
Generasi muda pun selalu menjadi generasi yang
paling enerjik dalam gelombang zaman. Bahkan dalam
sejarah bangsa ini mencatat jelas bagaimana bara
semangat pemuda melukiskan perubahan. Generasi
muda jugalah yang menjadi pewaris perjuangan
kebangsaan. Sehingga sangat naif bangsa ini
mengabaikan fakta bahwa kebangkitan pemuda sama
dengan kebangkitan negara Republik Indonesia.
Himpunan mahasiswa islam (HMI) sebagai
organisasi perkaderan terbesar di Indonesia, tentunya
telah menjadi ruang berbagai generasi. Peran para
kader HMI pun tak dapat dielakkan dalam sejarah
bangsa ini. Oleh karena itu, HMI semestinya mampu

HMI MILENIAL |v
menjawab setiap tantangan dalam perkembangan
generasi muda.
Generasi muda saat ini pun lahir dengan warna
yang baru. Seorang jurnalis, Bruce Horovitz
mengenalkan istilah Generasi Z yakni generasi yang
lahir menjelang era tahun 2000. Lalu berkembang
makna yang mendeskripsikan Generasi Z adalah anak-
anak yang lahir 1995 hingga 2014. Dengan demikian,
Generasi termuda dalam HMI merupakan bagian dari
Generasi Z.
Generasi ini sangat tegas terbentuk melalui
kemajuan teknologi yang seolah menghapus ruang dan
waktu. Lanskap dunia pun seolah berubah menjadi
datar dan mampu menghubungkan manusia dari
seluruh belahan dunia. Kebutuhan informasi yang
cenderung dinamis pun sangat mudah dijangkau.
Sehingga ketepatan dan kecepatan dalam pengelolaan
segala lini perlu pembenahan agar tidak salah arah
dalam pembangunan bangsa di masa yang akan datang.
Sementara itu, manajemen organisasi HMI
didominasi oleh kader yang tergolong sebagai generasi
milenial. Sebuah istilah yang mengelompokkan
generasi yang lahir diantara tahun 1980 sampai 2000.

vi | H M I M I L E N I A L
Generasi yang muda dan energik menyambut tongkat
estafet kepemimpinan bangsa.
Di balik segala kekurangan teknologi informasi
yang merasuki sendi kehidupan generasi penerus
bangsa, harapan pada kehidupan yang lebih baik akan
selalu ada. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak
lah pudar begitu saja, menjadi bangsa Indonesia
merupakan sebuah identitas lahiriyah yang tetap
terjaga. Kemajuan teknologi informasi yang begitu
banyak melibatkan generasi muda seharusnya dikelola
agar kesalahan pembangunan bangsa tidak terulang
kembali di masa yang akan datang. Dengan demikian
semangat kemajuan teknologi dapat dijadikan sebagai
instrument kebangkitan bangsa.
Mari menatap HMI di masa depan, cita-cita kita
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Subhanahu wa Ta’ala harus kembali ditata secara
adaptif dengan kemajuan zaman. Peran generasi HMI
Millennial dalam menata organisasi ini sangat perlu
ditata dengan apik agar tidak tergerus oleh zaman.
Mereka seharusnya mampu mempersiapkan sebuah
transisi zaman yang amat progresif ini.

H M I M I L E N I A L | vii
Generasi Z mulai mengintip ke dalam marwah
organisasi ini. Sebuah entitas bernama Generasi Z
akan mengisi setiap ruang gerak organisasi besutan
Lafran Pane ini. Buku ini merupakan sebuah rentetan
gagasan sebagai upaya penyelarasan Visi keummatan
dan kebangsaan dengan perkembangan zaman. Buku
ini juga merupakan bagian dari harapan besar bangsa
ini. Keberlimpahan generasi produktif dalam fase
bonus demografi hingga saat ini pun akan didominasi
oleh energi generasi Z.
Semoga kehadiran buku ini dapat menjadi
sebuah pelengkap khazanah pengetahuan bagi setiap
kader yang terlibat aktif dalam merawat Himpunan
yang kita cinta ini. Iman, Ilmu, Amal padu mengabdi.
Wallahu ‘alam..
Jakarta, November 2017
Penulis

Muhammad Ridal

viii | H M I M I L E N I A L
1. NDP Dalam Era
Milenial

NDP disusun pada tahun 1969 pada saat


pengurus besar HMI dijakarta dan dipimpin oleh
Nurcholish Madjid,dan NDP adalah dokumen
organisasi tertua yang digunakan HMI sampai hari ini.
Nurcholish Madjid(Cak nur) adalah tokoh utama
dalam perumusasan NDP ini,dan itu formalkan pada
kongres X HMI dimalang.Kemudian keinginan untuk
memperbaharui dan sebagainya selalu ada dari teman-
teman mahasiswa,tentu itu sah-sah saja selama dalam
arti di perbaharui/kembangkan.Tentu dalam
pembaharuan akan selalu ada kritik dan otokritik
terhadap segala sesuatu yang ada.

HMI Milenial| 1
NDP merupakan salah satu pemikiran
Nurcholish Madjid yang dijadikan ideologi perjuangan
bagi kader HMI. Nilai Dasar Perjuangan (NDP)
memberikan gambaran bagi kader HMI dalam
memahami islam yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Secara doktrin, nilai-nilai yang terkandung dalam NDP
tidak bertentangan dengan islam, melainkan dalam hal
ini Nurcholish Madjid ingin memformulasikan
kembali nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an
agar mempermudah kader HMI dalam mempelajari
nilai-nilai Islam.

Kongres ke-10 di palembang pada tahun 1971


konsep dasar nilai islam ini di kukuhkan dengan nama
‘’Nilai-nilai dasar perjuangan’’ yang di singkat dengan
NDP tanpa perubahan isi sama sekali,kata NDP ini di
gunakan mengingat kata NDI ’’Nilai dasar islam’’ di
anggap menyempitkan islam itu sendiri,apalagi HmI
mengklaim kata islam itu sendiri.Menurut sejarah ada
beberapa faktor yang melatar belakangi lahirnya
NDP,diantaranya ;

1. Sosiologi.
2. Keislaman.
3. Pembanding, Mengingat Kader PKI saat itu
memiliki pedoman dalam menjalankan
ideologinya.

Dan pada saat negara ini menganut asas tunggal


Pancasila,UU No.5 tahun 1985 tentang asas tunggal
pancasila,NDP pun berubah nama menjadi Nilai

2|HMI Milenial
Identitas Kader atau NIK,namun isinya tetap
sama.adapun perubahan nama itu di sahkan pada
kongres ke-16 di padang,penyebab perubahan nama
tersebut di karena beberapa hal,yaitu ;

1. Sebagai pembeda,HmI dan bukan HmI.


2. Kata perjuangan di anggap bertentangan
dengan pemerintah saat itu.

Kemudian di saat orde baru tumbang dan beralih


ke alam demokrasi,maka pada kongres ke-22 di jambi
pada tahun 2000,NIK kembali berubah nama menjadi
NDP.NDP adalah gambaran bagaimana seorang kader
memahami islam sebagaimana yang tercantum dalam
al-Quran.Apa yang tercantum dalam NDP bukanlah
ajaran yang bertentangan dengan islam,melainkan
semangat baru untuk mengkaji lebih dalam islam itu
sendiri,sehingga tertuang menjadi suatu nilai yang riil
pada setiap kader Himpunan Mahasiswa Islam. NDP
adalah landasan ideologis perjuangan HmI, Sebagai
salah satu roh yang mendorong semangat juang kader.

Pemahaman akan NDP diharapkan mampu


menumbuh-kembangkan semangat
ontologis,kosmologis,dan sosiologis,sebagai sumber
nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk di
abdikan bagi ummat dan keummatan.Dengan
demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang
khas bagi kader-kader HmI. Namun satu hal yang pasti
adalah NDP bagi HmI tidaklah sama dengan al-Quran

HMI Milenial| 3
bagi ummat islam,bagaimana pun NDP adalah buatan
manusia.

Karena itu perumusannya yang di dasarkan pada


wahyu ilahi,NDP hanyalah hasil interpretasi manusia
yang sifatnya relatif.NDP hanyalah salah satu jalan
filosofis untuk mencapai
kepastian/kemutlakan/kebenaran,yaitu TUHAN.Apa
yang ada di NDP harus dI sikapi secara
kritis.Nurcholish madjid sendiri,sebagai perumus
NDP ketika di tanya apakah NDP masih relevan
dengan kondisi sekarang ataukah perlu di
ganti,mengatakan BISA saja selama tingkat
intelektualitasnya tidak lebih rendah dari apa yang
sudah ada sekarang.

Apa Itu Milenial

‘’MILENIAL’’ kata yang belakangan ini sering di


perbincangkan oleh banyak kalangan,apa dan siapa
generasi milenial itu.Sebagai gambaran singkat generasi
milenial pada dasarnya lahir diantara tahun 1980an
sampai 2000an,jadi generasi milenial bisa di katakan
generasi muda masa kini yang saat ini berusia 15-34
tahun. Generasi milenial ini di tandai dengan
penggunaan teknologi dan budaya
pop/musik,kehidupan generasi milenial tidak bisa di
pisahkan dari teknologi terutama internet/hiburan
sudah menjadi kebutuhan pokok generasi ini.

4|HMI Milenial
Generasi ini adalah orang-orang dengan usia
produktif sekaligus konsumen yang mendominasi
pasar saat ini. Ciri dari generasi ini adalah kemampuan
menggunakan teknologi dengan baik,lebih mudah
mencari informasi, lebih kreatif dan inovatif. Generasi
ini tentunya bisa eksis karena adanya kemajuan
teknologi informasi dan lainya. Generasi ini juga bebas
dalam menentukan ingin menjadi seperti apa
nantinya,namun kebebasan yang di maksud adalah
masih dalam koridor yang positif. Ada kurang lebih
sekitar 84 juta orang indonesia yang termasuk
milenial,sedangkan jumlah penduduk indonesia
mencapai 225 juta. Jadi kalau dipersentasikan, generasi
milenial ada sekitar 33 persen dari penduduk
indonesia.tentu ini adalah angka yang tinggi mengingat
usia produktif yang di tentukan pemerintah adalah 16-
64 tahun.artinya indonesia saat ini mengalami bonus
demografi atau proporsi penduduk produktif lebih
besar di bandingkan proporsi penduduk tidak
produktif.

Maka dari itu bonus demografi ini kalau di


manfaatkan dengan baik bisa menjadi keuntungan bagi
indonesia, jika sumber daya yang dimiliki bisa
berkontribusi bagi bangsa indonesia, begitu pula
sebaliknya, jika tidak bisa berkontribusi maka bisa
menjadi beban bagi indonesia.Generasi milenial adalah
generasi emas bangsa indonesia, tinggal bagaimana kita
menumbuh-kembangkan apa yang kita punya
ini.milenial adalah aset bangsa dan setiap elemen
kebangsaan bertanggungjawab untuk menumbuh-

HMI Milenial| 5
kembangkannya, merupakan suatu
kewajiban/keharusan himpunan mahasiswa islam
turut andil dan berperan serta dalam cita-cita besar
bangsa ini dengan menjadikan generasi melenial pionir
dalam setiap masalah-masalah ummat dan keummatan
bangsa ini.Dan pada akhirnya apa yang kita cita-citakan
bersama tercapai, HmI pada khususnya dan
bangsa/negara ini pada umumnya.

Implementasi NDP Dalam Era Milenial

Pada dasarnya perilaku beragama seseorang


yang melekat dalam dirinya sehari-hari merupakan
personafikasi institusi yang merepresentasikan
keyakinannya. Perilaku tersebut muncul berkenaan
tingkat intelektualitas seseorang tentang suatu hal,
kondisi yang sama terjadi dalam lingkup himpunan
mahasiswa islam. Bahwa corak berfikir keislaman ala
himpunan mahasiswa islam sangat
berkarakter/dianggap cukup berwarna dan
memberikan pengaruh bagi bangsa ini. Kenyataan ini
rasanya cukup untuk menyebutkan bahwa NDP sangat
berjasa dalam meletakkan dasar bagi perubahan
masyarakat.

Keberadaan NDP bertujuan untuk memberikan


panduan bagi kader HmI agar bisa memahami islam
dengan baik dalam dimensi ruang dan waktu dan untuk
menjadi acuan memahami islam secara komprehensif
dan rasional. Dalam era milenial NDP seharusnya
tidak lagi mendebatkan NDP lama dan NDP baru

6|HMI Milenial
yang digunakan di forum basic training1 HmI, melainkan
NDP telah mampu/harus menyesuaikan diri dalam era
milenial ini. Mendebatkan NDP lama dan NDP baru
kita singkirkan,saatnya himpunan mahasiswa islam
merumuskan formulasi baru NDP yang sesuai dalam
era milenial, saatnya himpunan mahasiswa islam
melangkah maju kedepan,jangan mundur kebelakang.

NDP seharusnya menjadi konsepsi teoritik


bukan konsepsi praktik.menjadikannya pandangan
dunia bagi setiap kader-kadernya,bukan pandangan
hidup yang menuntunnya bergerak setiap
saat,melainkan pandangan dunia yang akan melahirkan
pandangan hidup.terbentuknya pemahaman bahwa
adanya Islam mazhab himpunan mahasiswa islam di
karenakan salah satu faktornya adalah menjadikan
NDP sebagai jalan hidup bukan sebagai gagasan-
gagasan primer yang akan melahirkan berbagai macam
ideologi, apabila pemahaman ini teraktualkan dengan
baik niscaya 10-20 tahun ke depan kita akan melihat
wajah baru himpunan mahasiswa islam dengan
beragam warna. Keseragaman kader himpunan
mahasiswa islam dalam mengartikan islam dikarenakan
menjadikan NDP sebagai jalan hidup/pandangan
hidup/ideologi.Kita harus membangun semangat
mengingat penindasan, kekejaman, dan diskriminasi

1
Jenjang perkaderan di tubuh HMI sebagai syarat menjadi kader
berstatus anggota biasa.

HMI Milenial| 7
hampir terjadi di setiap sendi-sendi kehidupan kita hari
ini dalam berbangsa dan bernegara.

Musnahnya kebajikan manusia adalah kesedihan


terbesar bagi umat manusia saat ini, kebajikan ditindas
oleh kekuatan matrealistis, keadilan tertindas,
kemanusiaan, dan juga moralitas tertindas. Ini adalah
kebodohan dan tentu Himpunan mahasiswa islam
sebagai organisasi mahasiswa terbesar harus berperan
aktif dalam menyelesaikan masalah kebangsaan ini.

Transformasi Nilai dalam NDP Bagi


Generasi Z
Zaman terus berkembang dan generasi Z telah
mengintip,saatnya himpunan mahasiswa islam
berbenah, NDP harus menjadi pemantik awal
menciptakan kader-kader baru yang mampu
menyesuaikan diri dengan zamannya. Lafran pane
pernah berucap ‘’Dimana pun kalian berkiprah tak ada
masalah,yang terpenting dari semua itu adalah semangat
keIslaman-keIndonesiaan’’. Kutipan tersebut merupakan
nasehat Lafran Pane kepada Akbar Tanjung sebelum
terjun kedunia politik.

Generasi Z tumbuh di era digital dan bebas


mengakses segala informasi dari internet. Sejak kecil
mereka sudah mengenal komputer, laptop, hand
phone, iPad, PDA, MP3 player, BBM, internet, dan
aneka perangkat elektronik lainnya. Hal inilah yang
akan berpengaruh langsung terhadap perilaku mereka.
Pengaruh tersebut bagai dua sisi mata pisau;

8|HMI Milenial
mempercepat kemajuan pemikiran di sisi yang satu dan
penerimaan informasi yang buruk di sisi lainnya.

Sebagai generasi termuda dalam tubuh


himpunan, tentunya sangat tidak diinginkan
generasinya mengarah kepada sisi buruk dari arus
perkembangan zaman ini. Terdapat karakter yang
mendominasi generasi Z yakni; menghargai
keberagaman, menjadi agen perubahan, berorientasi
pada terget, dan senang berbagi. Dengan demikian,
konteks nilai-nilai yang termaktub dalam NDP masih
sangat relevan untuk menjadi acuan perjuangan
pemuda pada umumnya, dan kader HMI pada
khususnya. Semangat berbenah semestinya
ditanamkan sejak dini dalam ruh perkaderan HMI
menyambut generasi Z.

Adaptasi HMI seharusnya mulai dari formulasi


metodologi penyampaian nilai-nilai perjuangan yang
lebih mudah dicerna oleh kaum generasi Z. Adaptasi
tersebut harus menjadi ujung tombak metodologi
gerakan agar dapat terus menjaga eksistensi sistem
perkaderan dan pencapaian misinya. Bila pedoman-
pedoman organisasi, nilai-nilai dasar perjuangan,
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sekadar
dimaknai sebagai dokumen tanpa makna dan tafsir
sebagai ruh untuk mencapai tujuan besar organisasi,
maka telah sampailah organisasi pergerakan tersebut
kepada titik nadir ruh perjuangannya. Ironisnya gejala-
gejala tersebut sedang terjadi di HMI.

HMI Milenial| 9
Pesan Lafran Pane kepada Akbar Tanjung di atas
adalah sebuah isyarat betapa fleksibelnya metodologi
HMI dalam berjuang namun tegas dalam Visi;
Keislaman-Keindonesiaan. Peran Generasi muda
dalam membangun bangsa ini tak bisa dielakkan lagi.
Namun perlu dilakukan penataan sistem perkaderan
dan metode penanaman nilai yang relevan bagi
generasi saat ini.

Sahabat Rasulullah SAW, Ali Abi Thalib, RA.


pernah berpesan “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan
zamannya. Karena mereka akan hidup pada zaman yang
berbeda dengan zamannmu,”. Kutipan ini sangat jelas dan
mudah dipahami bahwa penyampaian nilai dapat
berubah mengikuti zaman dimana generasi didik
dilahirkan. Manusia Z yang memiliki kecenderungan
bekerja secara aktif dan mudah mengakses informasi
tentunya dapat menjadi sebuah keuntungan yang
positif bagi HmI. Jika hal tersebut tidak dikelola
dengan tepat maka energi besar tersebut dapat menjadi
bencana bagi HmI dan bangsa Indonesia.

Saat ini telah terdapat segudang masalah


kebangsaan kita hari ini, dan tentu himpunan
mahasiswa islam tidak boleh berdiam diri saja melihat
semua permasalahan ini. NDP punya andil besar
dalam hal ini, mengingat generasi milenial sepatutnya
menjadi target utama himpunan mahasiwa islam dalam
menyelesaikan masalah kebangsaan.

10 | H M I M i l e n i a l
”Apabila telah datang pertolongan allah dan
kemenangan dan kamu lihat manusia masuk agama allah
dengan berbondong-bondong maka bertasbihlah dengan memuji
tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-nya.sesungguhnya dia
adalah maha pemberi taubat. Ini hanyalah salah satu
bentuk ikhtiar saya sebagai kader himpunan,
bagaimana harus memulai dan berbuat untuk bangsa
dan negara ini tentunya.

H M I M i l e n i a l | 11
12 | H M I M i l e n i a l
2. Akselerasi Intelektual
HmI

Sekitar 1400 tahun yang lalu, Sayyidina Ali bin


Abu Thalib berpesan; “Didiklah anakmu sesuai
dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di
zamanmu.” Inilah hikmah klasik yang masih berlaku
hingga sekarang, namun jarang kita renungi, apalagi
kita terapkan. Ketika seorang ayah mengeluh tentang
anaknya yang susah diatur, dan ketika sang anak curhat
tentang ayahnya yang tidak peka, maka jawabannya
adalah kesenjangan generasi atau generation gap.

H M I M i l e n i a l | 13
Bahwa setiap zaman atau generasi memiliki
problematikanya sendiri (Mannheim: 1923). Itu
artinya, seorang ayah tidak memaksakan pola
pendidikan orangtuanya untuk diterapkan kepada
anaknya, karena zamannya telah berbeda. Begitu pun
dengan pendidikan organisasi, termasuk di tubuh
Himpunan mahasiswa Islam (HmI). Apa yang
diajarkan pada latihan kader pada generasi Lafran Pane
tentu berbeda dengan konteks generasi Cak Nur. Apa
yang diajarkan pada generasi Cak Nur, berbeda dengan
tantangan zaman generasi Anies Baswedan. Begitu
seterusnya hingga sampailah pada generasi kita. Maka,
penting kiranya untuk memahami problematika setiap
generasi, utamanya generasi kita sendiri. Karena
mustahil dapat menyelesaikan problematika generasi,
jika konteks masalahnya saja kita gagal untuk
memahaminya.

Perkembangan Eksponensial Abad 21

Berawal dari Auguste Comte, seorang bapak


Sosiologi modern yang “tergila-gila” dengan
perkembangan dunia eksak, lahirlah beberapa teori
sosial yang mengacu pada disiplin ilmu alam. Mazhab
berpikir Comte tersebut disempurnakan dalam filsafat
positivisme.

Dalam ilmu fisika, percepatan atau akselerasi


adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu
tertentu. Akselerasi sebuah objek disebabkan karena
gaya yang bekerja pada objek tersebut, seperti yang

14 | H M I M i l e n i a l
dijelaskan dalam Hukum Kedua Newton (Crew,
Henry: 2008). Jika ditranformasikan dalam ilmu sosial,
akselerasi berarti percepatan perubahan sosial. Bahkan
akselerasi telah berkembang lagi menjadi eksponesial,
suatu percepatan perubahan sosial yang berlipat ganda
sesuai deret angka.

Peter H Diamandis (2015) mengemukan


tentang 6D perkembangan eksponensial masyarakat
abad 21. Yang pertama adalah digitize, suatu upaya
mendigitalisasi segala tatanan kehidupan, termasuk
tatanan bisnis. Kemudian deceptive, yaitu fase di mana
terjadi penyangkalan di mana-mana terhadap tatanan
kehidupan yang baru ini. Misalnya demonstrasi taksi
konvensional terhadap taksi online. Sangkalan demi
sangkalan akan mengantarkan kita pada tahap yang
ketiga, distruptive. Teknologi mempermudah inovasi
dari cara yang baru sembari mengganti yang lama.
Turbelensi pun memuncak, hingga terjadilah tiga tahap
selanjutnya.

Demonitisasi, di mana uang dianggap hanya ilusi dari


ekonomi memiliki. Chris Anderson (2010)
menyebutnya sebagai Society of Free, masyarakat yang
gandrung terhadap yang gratis. Dan bisnis gratis itu
justru menjadi bisnis yang paling menguntungkan,
misalnya Google, Facebook, Instagram, atau Whats
Up. Kemudian terjadilah dematerialisasi, semua barang
dan jasa yang serba fisik berganti menjadi pola yang
terkoneksi secara digital. Hingga sampailah pada tahap
demokratisasi, keadaan di mana semua rakyat bebas

H M I M i l e n i a l | 15
mendapatkan sesuatu secara mudah dan murah. Inilah
saat, yang oleh Soekarno, sebut sebagai fase
terciptanya demokrasi sosial yang berdiri di atas
demokrasi ekonomi dan politik (Soekarno: 1964).

Intelektual sebagai Katalis Perubahan Sosial

Revolusi membutuhkan beberapa faktor-


faktor yang mempercepat atau bahkan memperlambat
perubahan tatanan sosial. Itulah yang disebut sebagai
katalis perubahan sosial. Adapun faktor-faktor yang
dimaksud antara lain; Pertama, pemimpin yang
merupakan seorang intelektual. Intelektual merupakan
the significant other yang mengarahkan dan mengerahkan
suatu tatanan pada cita bersama (Hartono Tasir: 2016).

Ayatullah Imam Khumaini, seorang Ulama besar


dan pemimpin revolusi Islam Iran menyatakan bahwa
syarat menjadi pemimpin hanya terdiri atas dua secara
garis besar, yaitu cerdas dan adil. Dengan
kecerdasannya ia dapat mengarahkan tatanan kepada
sesuatu yang baik dan benar. Dan dengan keadilannya
ia dapat mengerahkan tatanan kepada sesuatu yang
baik dan benar (Imam Khumaini: 2010).

Katalis yang kedua adalah cita bersama atau nilai,


baik itu ideologi, keyakinan, atau bahkan agama.
Katalis yang ketiga adalah aksi massa. Kita kesulitan
untuk menghancurkan bangunan pasir dengan air
seember. Namun, kita bahkan dapat menghancurkan
bangunan besar nan banyak dengan hantaman air, bak

16 | H M I M i l e n i a l
tsunami. Gerak simultan terbukti selalu memperlancar
proses revolusi (Rakhmat: 1999). Dan katalis yang
terakhir adalah penggunaan teknologi, beserta
metodologi gerakannya.

Dari keempat katalis perubahan sosial, penetrasi


kaum intelektual merupakan subyek yang paling
menentukan. Ia yang mengarahkan dan mengerahkan
aksi massa menggunakan teknologi dan metodologi
yang tepat menuju cita bersama. Tanpa kehadirannya,
alih-alih akselerasi atau revolusi, yang ada justru
involusi sosial. Yudi Latif (2013) mendefinisikan
intelektual adalah ia yang mampu membumikan ide-
idenya yang melangit kepada tindakan-tindakan yang
konkret. Apalagi dalam konteks zaman kita yang serba
cepat, tanpa kemudi intelektual, kendaraan yang
bernama HmI, bukan hanya ketinggalan, namun justru
mengalami kecelakaan sejarah.

Awak Kapal yang Bertindak sebagai Nahkoda

Memang, masalah di HmI sedemikian


menggunung. Tetapi, kita dapat menganalisis akar
masalahnya pada dua problem besar, yaitu
menurunnya figur intelektual yang bersedia
menahkodai “kapal” HmI, sehingga membawa kita
pada kesesatan dan terombang-ambing dalam arus
zaman.

Plato menganalogikan tatanan masyarakat


sebagai kumpulan orang-orang di dalam kapal. Yang

H M I M i l e n i a l | 17
harus menjadi nahkoda adalah ia yang paling
menguasai seluk-beluk perkapalan dan peta lautan,
sehingga semua awak kapal harus bergerak sesuai
dengan arahan sang nahkoda. Inilah figur intelektual,
yang mampu mengarahkan dan mengerahkan.

Bayangkan, jika yang menahkodai kapal adalah


awak kapal, atau bahkan penumpang gelap, yang tidak
tahu apa-apa tentang kapal dan lautan. Kalau bukan
karam, kapal akan tersesat, atau bahkan tenggelam.
Maka, dibutuhkan seorang figur intelektual yang
memahami Nilai Dasar Perjuangan HmI secara
mendalam, kemudian mengamalkannya untuk
menjawab segala permasalahan zaman.

Dalam dunia yang semakin cepat berubah ini,


dibutuhkan pemimpin intelektual untuk mengarahkan
dan mengerahkan HmI. Yang mana, pemimpin
intelektual akan menggalang gagasan bersama untuk
merumuskan metodologi baru pendidikan HmI yang
mengoptimalisikan penggunaan teknologi demi
akselerasi zaman. Dari pemimpin intelektual,
melahirkan pendidikan intelektual. Dari pendidikan
intelektual, melahirkan kader-kader intelektual, yang
bukan baru, tetapi juga banyak, sehingga dapat
bergotong-rotong dalam mencapai terwujudnya Insan
Cita HmI.

HmI: Harapan Masyarakat Indonesia


Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam
pidatonya di depan mahasiswa Yogyakarta pada

18 | H M I M i l e n i a l
peringatan Milad HmI yang pertama tahun 1948
berkata bahwa HmI adalah Harapan masyarakat
Indonesia. Tidakkah berlebihan pernyataan tersebut?
Mengingat upaya realisasi ideal-ideal HmI terkesan
jauh panggang dari api.

Dalam membangun masyarakat ilmiah, HmI


sebagai organisasi pencetak kader masa depan umat
dan bangsa harus memahami Nilai Dasar Perjuangan
organisasinya, untuk kemudian diterapkan dalam
menjawab segala problematika zaman. Pemahaman
NDP yang universal dan melangit, kemudian
melakukan tindakan konkret untuk menjawab
tantangan zaman adalah dua hal yang menjadi tugas
utama intelektual HmI.

Mesin pencetak kader harapan bangsa


bernama HmI masih terus berproduksi, selama kita
tidak mematikan mesinnya. Jika ada segelintir produk
yang rusak, jangan buang mesinnya. Perbaiki mesin
tersebut. Perbaiki dengan memahami nilai dan
mengamalkannya. Harapan itu masih ada pada HmI.
Apalagi jika pemimpin organisasinya adalah pemimpin
yang membawa harapan, dapat diharapkan, hingga
HmI menjadi harapan masyarakat Indonesia sedia
kala. Seperti kata Andy dalam Film The Shawshank
Redemptions; harapan adalah sesuatu yang baik, dan
sesuatu yang baik takkan pernah mati.

Kapal zaman terus melaju, jangan sampai kita


tergolong orang-orang yang ketinggalan kapal.

H M I M i l e n i a l | 19
Masifikasi pemimpin intelektual-intelektual baru yang
mengoptimalkan pemanfaatan teknologi akan
mengarahkan dan mengerahkan HmI kepada
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Swt. Yaitu masyarakat yang adil dalam berpikir,
berbicara, dan bertindak. Masyarakat yang makmur
dalam ekonomi, sosial, dan politik. Dengan begini,
kata-kata Jendral Sudirman benar-benar terwujud,
bahwa HmI adalah harapan masyarakat Indonesia.

20 | H M I M i l e n i a l
3. Bonus demografi dan
masa depan HMI

Perjalanan sejarah selalu terkait satu sama lain.


Tidak dapat di pisahkan antara satu periode waktu dan
periode waktu lain. Hari ini adalah apa yang kita
putuskan kemarin. Masa depan adalah apa yang kita
putuskan hari ini. Artinya untuk menentukan masa
depan yang lebih baik, maka keputusan yang lebih baik
juga harus ditentukan hari ini. Oleh Karena itu,
sejatinya kita sedang merancang dan menetukan apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang.

H M I M i l e n i a l | 21
Tentunya untuk sampai pada titik itu, kita butuh
perangkat atau alat untuk menggerakan sejarah. Perlu
ada aktor sejarah yang merdeka yang dapat
menjalankan perannya dengan baik. Aktor ini
bukanlah sesuatu yang di determinasi secara total oleh
lingkungan. Melainkan menjadi perancang dan
penentu arah gerak masyarakat dan sejarah. Baik
buruknya sejarah tergantung andil para pemeran ini.
Konsep apa yang ada dalam pikiran: baik atau buruk,
inilah yang akan menentukan. Dengan kata lain,
kualitas sumberdaya manusia baik dalam sisi
intelektual maupun sisi spiritual.

Inilah yang terus diperbincangkan Indonesia hari


ini. Indonesia yang tengah berkompetisi dengan
negara-negara kawasan dan global. Salah satu modal
Indonesia adalah kekuatan demografi, lebih tepatnya
bonus demografi yakni jumlah penduduk yang
produktif di beberap periode waktu ke depan.
Setidaknya faktor ini yang membedakan Indonesia
dengan beberapa negara lain yang memiliki masalah di
sektor demografi.

Menurut data BPS, bonus demografi Indonesia


akan mencapai puncaknya di tahun 2045. Namun usia
produktif ini akan menjadi kurang maksimal bahkan
tidak berguna jika tidak dipersiapkan dengan baik
yakni melalui upaya-upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM) seperti pendidikan.
Pendidikan pun tidak bisa di lihat dalam perspektif
peningkatan intelektual tapi bagiamana intelektual

22 | H M I M i l e n i a l
dipadukan dengan ketinggian budi sehingga dapat
mencapai kualitas insan yang paripurna. Sebagaimana
apa yang pernah di katakana oleh Buya Hamkah,
seorang ulama sekaligus sastrawan besar yang pernah
di miliki Indonesia, bahwa “kecantikan” manusia tidak
dilihat rupa melainkan dari kedalaman ilmu dan
ketinggian budi.

Apa yang dikatakan oleh Guru bangsa di atas


sangat tepat, apalagi jika dikontekskan dengan realitas
kekinian bangsa Indonesia. Kita punya anak bangsa
yang cukup banyak dengan segala keahlian dan latar
belakang pendidikan yang bervariasi. Harusnya
berbagai keahlian itu dapat dimaksimalkan dan
dikolaboasikan dalam pembangungan bangsa ke
depan. Tapi tak jarang apa yang terjadi justru
sebaliknya. Keilmuan digunakan untuk mengganggu
kemajuan bahkan memundurkan peradaban. Maka
tidak mengherankan, sebagai contoh, bahwa korupsi
dilakukan oleh para oknum pejabat dan kelompoknya
dimana orang-orang ini datang dari lulusan universitas
bahkan hinggga gelar professor. Inilah masalah serius
yang tengah dihadapi oleh bangsa kita.

HMI untuk bonus demografi

Dari pemaparan di atas setidaknya dapat ditarik


benang merak yakni pendidikan. Bagaimana menyusun
sebuah konsep pendidikan yang bisa menjangkau
kebutuhan zaman sekarang dan masa depan. Tidak
dapat dimungkiri telah banyak lembaga pendidikan

H M I M i l e n i a l | 23
yang berperan dalam memasok energi peradaban
bangsa Indonesia tapi mengambil bagian apalagi
menawarkan konsep pendidikan alternative adalah
sebuah keniscayaan. Sungguh tidak bijak, jika kita
hanya berpangku tangan dan menjadi pasif tanpa
terlibat di dalamnya. Perlu ada wadah pendidikan
sebagai kawah candradimuka bagi pemuda-pemuda
sehingga dapat memaksimalkan potensi yang
dimilikinya untuk dapat berperan dalam kearifan
masyarakat dan sejarah. Dan Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) adalah wadah pendidikan alternatif itu.

Sekedar berefleksi kebelakang tentang


bagaimana seorang anak muda yang mempunyai
pemikiran melampaui eranya. Adalah Lafran Pane,
seorang anak muda yang menciptakan model
pendidikan alternatif yang bernama HMI bagi
pemuda-pemuda khususnya mahasiswa saat itu.
Konsep pendidikan yang visioner yang mampu
memprediksi dan mengakomodasi perbedaan dan
tuntuan zaman. Beliau berdiri di tengah-tengah
problematika yang kompeks yang dihadapi Indonesia.
Beliau menghimpun mahasiswa-mahasiswa saat itu
khususnya mahasiswa islam kemudian mengambil
bagian untuk menjaga kewarasaan pikir masyarakat
dan memperkokoh kehinekaan yang tengah dilanda
perpecaahan internal serta mepertahankan kedaulatan
NKRI akibat ancaman eksternal yakni kembalinya
agresi militer kaum kolonial (belanda).

24 | H M I M i l e n i a l
Di wadah ini (baca: HMI) telah banyak
melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang telah
mempengaruhi arah gerak sejarah Indonesia. Sebut
saja, sebagai salah satu contoh, Prof. Nur Kholis
Madhid (Cak Nur) seorang intelektual musilim yang
hadir ditengah kejumudan firik banyak masyarakat
Indonesia yang melihat islam dan pancasila adalah hal
yang bertentangan. Beliau melakukan rekonstruksi
pemikiran islam agar bisa hidup disegala zaman
termasuk bagaimana islam ikut memperkokoh
pancasila sebagai ideologi yang merekatkan seluruh
komponen bangsa. Sebagai intelegensia muslim
Indonesia, pemikiran-pemikirannya telah banyak
diaplikasikan di Indonesia hari ini.

Terlepas kita semua sepakat dengan pemikiran


Cak Nur tapi Itu hanya salah satu contoh dan masih
banyak kader-kader HMI yang tidak ada habisnya
member konstribusi kepada Indonesia baik semua
sector seperti birokrasi, politisi, akademik, pengusaha
dan lain sebagainya.

Tersebarnya kader-kader HMI di berbagai sektor


maka memiliki jejaring yang sangat luas. Hal ini akan
mempermudah bagi tercapainya cita-cita yang
diinginkan seperti yang tertuang dalam tujuannya yakni
bermuara pada terwujudnya masyarakat adil makmur
yang di ridhoi Allah SWT.

Melihat banyaknya dedikasi kader apalagi dalam


perjalanan sejarah HMI di masa lalu, maka kiprah

H M I M i l e n i a l | 25
organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane ini, tidak
diragukan lagi. Ini akan menjadi modal besar yang
dimiliki Indonesia untuk mencetak manusia-manusia
yang berkualitas dan mengaktualisasikan
pengetahuannya untuk kepentingan bangsa dan
negara. HMI akan menjadi wadah penempaan generasi
muda dalam hal ini mahasiswa selanjutnya diproses
dengan keilmuan dan pengalaman yang dinamis dalam
HMI yang terus berinteraksi dengan dinamika sosial
politik dan kebangsaan.

Fenomena HMI ini akan membuka pandangan


optimisme kita dalam melihat harapan cerah dari
bonus demografi. HMI akan membantu bangsa dalam
mencetak manusia-manusia unggul dengan segala
potensi yang dimiliki. Melalui pengalaman kaderesisasi
dan sejarah panjangnya, organisasi yang
beberbendarakan warna hijau-hitam ini akan semakin
memainkan perannya secara signifikan dalam sejarah
peradaban Indonesia yang terus bergerak.

Tantangan Indonesia hari ini adalah bagaiamana


mengelolah potensi demografi menjadi berkah (bonus
demografi). Jika pengelolahan itu buruk, kita akan
mengalami titik balik demografi dimana ledakan
penduduk terjadi tapi tanpa kualitas manusia yang
mumpuni. Kolaborasi antara HMI sebagai kelompok
“civil society” dengan segala kiprahnya dan
pemerintah akan menjadi kekuatan tangguh untuk
mewujudkan bonus demografi tersebut.

26 | H M I M i l e n i a l
HMI zaman now

Perubahan itu pasti. Tugas kita adalah merespon


dengan arif dan bijaksana. Jika tidak, kita akan jadi
penonton bahkan korban dari perubahan. Kita akan
kalah dalam kompetisi. Lihatlah bertapa banyak
perusahaan yang kalah bahkan gulung tikar dalam
persaingan bisininya. Factor utama adalah berinovoasi
dalam perubahan tanpa meniadakan prinsip-prinsip
dasar yang diyakini.

Inilah yang harus dilakukan HMI jika ingin


memaksimalkan perannya terutama dalam ikut
menciptakan bonus demografi di negeri yang
menganut ideologi pancasila ini. Kita harus bisa
membaca dinamika perubahan sosial sehingga dapat
memahami keinginan pasar selanjutnya berinovasi agar
bisa ikut berperan secara maksimal. Tidak ada salahnya
kita menciptakan konsep ber-HMI yang baru sehingga
lebih fleksibel dengan situasi.

Karena generasi milinelia adalah generasi yang


punya potensi besar di masa depan, maka sangat perlu
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan potensi
generasi muda terutama generasi milinial. Kelompok
merekalah yang menjadi pemain penting di periode
puncak bonus demografi. Mereka harus disiapkan
dengan sebaik-baiknya.

Di titik inilah HMI sangat mungkin


merekonstruksi konsep pendidikan (pengkaderan)

H M I M i l e n i a l | 27
termasuk program kerja yang lebih kontekstual dan
punya efek jangka panjang. HMI harus mampu
memprediksi apa yang akan terjadi kedepan sehingga
mempersiapkan kadernya untuk bisa bertarung.
Dengan mengetahui kebutuhan perubahan, HMI bisa
fleksbel sehingga dan tetap menjadi wadah pendidikan
alternatif.

Misalnya, selain terus membumikan budaya


intelektual, HMI juga harus manyediakan wadah untuk
mengakomodasi serta mempertajam potensi yang
dimiliki oleh generasi milenial sehingga mereka tertarik
untuk ber-HMI. Perlu ada dekonstruksi paradigma
bahwa HMI tidak selalu identik dengan politik
melainkan lebih luas dari itu dimana setiap orang akan
menjadi aktor penting di setiap bidang yang
dimilikinya. Lembaga kekaryaan HMI harus
dimaksimalkan dan melakukan inovasi karena
disanalah potensi-potensi generasi milineal akan
terakomodasi serta dimaksimalkan.

Jika ini dilakukan, maka optimisme terhadap


bonus demografi yang didorong oleh HMI akan sangat
mudah terwujud. Nantinya HMI akan memilki kader
yang bisa pakar dan profesional di setiap bidang yang
dimilikinya. Tentunya lagi-lagi, setiap aktivitasnya akan
terwarnai oleh nafas islam dan bermuara pada
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi
Allah SWT.

28 | H M I M i l e n i a l
4. Generasi Z Memimpin
Bangsa

Berbicara tentang generasi tidak terlepas dari


yang disebut perkembangan,dan hal yang paling
fundamental yang harus diketahui dari perkembangan
tersebut adalah orang-orang/ kelompok yang
mengambil peran didalamnya.Jika kita menoleh
kebelakang, banyak kemajuan-kemajuan setiap
generasi dari berbagai aspek yang bisa kita lihat seperti
dalam hal ekonomi,pendidikan,kebudayaan,sampai
teknologi.Kita bisa melihat dari periode quarter yang
diperkiran berada pada zaman purba antara 4 juta

H M I M i l e n i a l | 29
tahun sebelum masehi yang dimana kelompok /
orang-orang pada zaman itu belum mengenal tulisan,
kemudian terjadi sebuah perkembangan di fase tahun
800 - 1700 SM yang sudah mengenal tulisan.Hal ini
sebagai salah satu bukti bahwa manusia pada fitrah nya
akan berorientasi pada kemajuan.

Secara sederhana generasi dapat diartikan


sebagai sebuah masa dimana orang-orang hidup
bersama,hal ini berarti bahwa setiap orang punya fase
berbeda-beda dalam keberlangsungan
hidupnya.Setelah itu, sebuah teori generasi yang
pertama kali di cetuskan oleh seorang sosiologis asal
hungaria yaitu karl Mannheim yang menyebutkan
bahwa generasi adalah fase dimana orang-orang saat
itu mengalami sebuah kajadian besar yang dialami yang
bisa merubah kehidupan bermasyarakat.

Dalam pembagian generasi menurut Karn


Mannheim,kesadaran sosial dan pencapaian
kedewasaan diri akan terus berubah seiring berjalannya
waktu sehingga yang terjadi adalah perubahan-
perubahan struktur sosial didalamnya. Bermula dari
itu, para tokoh lain mengambil asumsi bahwa yang
dikatakan manhnheim adalah sebuah peperangan
besar sehingga membagi generasi yang dimulai dari
perang dunia I. Sejarawan asal amerika William Strauss
dan Neil Howe kemudian secara umum membagi
generasi menjadi 5 fase yaitu generasi Matures (Pra
Baby Boom), Baby Boomers, Generasi “X”, Generasi
“Y” Generasi “Z”.

30 | H M I M i l e n i a l
Secara singkat, Generasi matures dimulai
sebelum tahun 1946 yang ditandai dengan orang-orang
pada zaman itu lahir dan mengalami perang besar yang
biasa kita sebut dengan perang dunia I dan II dan
menjadi tolak ukur awal teori generasi. Setelah itu,
muncul lagi generasi kedua yaitu generasi baby
boomers yang dalam hal ini adalah orang-orang yang
lahir dan hidup bersosial pasca perang dunia ke II yang
diperkirakan dimulai dari tahun 1946 – 1964.Fase ini
adalah fase pemulihan, dimana orang-orang berupaya
untuk kembali membangun tatanan sosial di
lingkungannya terkhusus pada variable ekonomi , dan
pada fase ini juga dikenal dengan baby boomers karena
tingkat kelahiran terbanyak sepanjang sejarah
peradaban manusia.

Dalam buku ini, kita tak banyak berbicara


mengenai generasi matures sampai generasi Y
melainkan bagaimana kita memandang generasi Z
yang hadir sebagai pembeda dari generasi sebelumnya
yang juga kita harapkan akan memimpin bangsa
kedepannya. Berbicara mengenai pemimpin bangsa,
hal mendasar yang perlu dipahami adalah karakteristik
mental seorang pemimpin yang mana bisa dijadikan
sebagai patron guna perkembangan suatu Negara.
Generasi Z sendiri pada umumnya dikelompokkan
sebagai orang-orang yang lahir dan hidup pada kisaran
tahun 1995 – 2010. Generasi Z sendiri erat kaitannya
dengan masa dimana perkembangan teknologi sudah
mengalami perkembangan yang ditandai dengan
hadirnya sarana internet. Di Indonesia sendiri, internet

H M I M i l e n i a l | 31
hadir sebagai akses komunikasi pada tahun 1994 yang
merupakan awal terobosan baru pada dunia teknologi.

Sebagian pihak berpendapat bahwa generasi Z


dalam segi karakteristik manusianya dianggap sebagai
golongan orang-orang yang yang individualis dan
egosentris, memiliki kecenderungan yang manja serta
kurangnya adaptasi lingkungan sekitar. Hal ini secara
sederhananya adalah hasil dari kemajuan teknologi
yang cukup signifikan di eranya. Persfektif ini bisa
dibandingkan dengan generasi sebelum generasi Z ada
semisal generasi yang lahir atau hidup di fase tahun
1946. Jika kita melihat dan mengerucut di Indonesia,
pada fase itu sendiri terjadi masalah besar pasca
kemerdekaan dimana kehidupan sosial, ekonomi dan
politik mengalami guncangan yang berimplikasi pada
masyarakat.

Dari segi ekonomi dan politik ,Indonesia belum


bisa pulih seutuhnya pasca mendeklarasikan diri
sebagai Negara merdeka, terjadi inflasi besar-besaran
yang ditandai dengan banyaknya jumlah uang yang
beredar saat itu dan juga jenis mata uang yang banyak
sebagai alat tukar yang menggunakan 3 mata uang
yaitu de javasche bank, mata-uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan jepang, ditambah
lagi boikot ekonomi belanda yang memblokade akses
perdangangan keluar negeri sehingga kas Negara
menjadi berkurang.

32 | H M I M i l e n i a l
Dari masalah diatas,secara psikologi orang-orang
yang hidup pada zaman itu dipaksa untuk merubah
tatanan kehidupan yang menjadikan mereka lebih
tangguh dalam menghadapi masalah. Mental yang kuat
serta visi yang jelas inilah yang perlahan membawa
mereka pada kehidupan yang mulai membaik. Di sisi
lain akibat masalah-masalah tersebut, terbentuk
sebuah ikatan lahir yang murni atau dalam tinjaun
sosiologis disebut geimenschaft yang menyebabkan
mereka semakin kuat dalam bersatu. Adanya masalah
dan kepentingan yang sama inilah melahirkan
kedekatan emosional yang tinggi sehingga dalam
pemecahan masalah juga berdasarkan kesepakatan
bersama.

Tetapi hal diatas tidak serta merta menjadikan


generasi Z hanya sebatas generasi yang hanya bisa
menikmati modernitas dengan segala kemudahan dan
menghukumi bahwa generasi Z adalah generasi yang
manja. Perlu diketahui bahwa sejatinya perkembangan
zaman atau hadirnya modernitas akan melahirkan
persaingan yang semakin ketat, sehingga dari
persaingan ini hadir motivasi diri yang kuat untuk lebih
maju dari yang lain. Kecerdasan dan inovasi sangat
dibutuhkan dalam hal ini agar mampu bertahan dari
gempuran zaman,dan ketika melihat hal itu,kita bisa
merujuk kepada generasi Z. Dalam fenomena sosial
kita sering menjumpai perbedaan besar dari pola pikir
antara generasi Z dan generasi sebelumnya, hal ini bisa
dilihat dari banyaknya kebutuhan yang mereka harus

H M I M i l e n i a l | 33
penuhi sehingga mereka dipaksa untuk lebih bergerak
cepat, dan harus memiliki mobilitas yang tinggi.

Ketika kita benturkan pendapat yang


mangatakan bahwa generasi Z adalah generasi yang
individualistic, mungkin sebagian orang menganggap
hal itu benar, tetapi coba kita melihat dengan gaya
mobilitas generasi Z, cenderung dari mereka memiliki
konektivitas dan relasi dengan masyarakat lebih
banyak meski dilakukan dalam dunia maya,dan ini yang
kadang didefiniskan sebagai pola hubungan sosial
masyarakat virtual.Tetapi hubungan sosial masyarakat
virtual ini bukan dijadikan alasan untuk mengframing
generasi Z sebagai generasi individualistic, karena
berbicara tentang hubungan sosial itu berbicara
tentang proses interaksi bukan berbicara dari segi
tempat berinteraksi.

Menarik ketika kita mengulas tentang bagaimana


jika sebuah bangsa dipimpin dari golongan generasi
Z,terkhusus lagi pada Negara Indonesia.Seperti kita
ketahui bersama bahwa Indonesia saat ini mulai
mengalami perubahan yang cukup signifikan terutama
pada aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum,
dan teknologi. Pada gambaran umum tentang
kemajuan suatu bangsa, kelima aspek ini kadang
dijadikan sebuah indikator yang kemudian
dipartikulirkan sebagai syarat bangsa yang maju,dan itu
bisa dilihat dari kemandirian ekonomi, jaminan
pendidkan,kepastian hukum bagi warga negaranya,
kesehatan yang prima serta kamajuan teknologi.

34 | H M I M i l e n i a l
Dewasa ini,kita memperhatikan kaum muda
khususnya yang lahir atau hidup di fase Z yang sudah
punya daya saing tinggi dari orang-orang yang lebih
tua.Keberadaan mereka sudah mampu diterima di
lingkungan tinggal mereka dan dianggap memiliki
peran penting walau tidak signifikan jika dibawa ke
ruang yang lebih besar, dalam hal ini Negara. Dari data
pada tahun 2015 tentang populasi generasi Z di dunia
yaitu berkisar 2,5 miliar jiwa atau 34,05 persen dari
total penduduk dunia, sedangkan dari data sensus 2010
di Indonesia, jumlah orang yang tergolong dalam
generasi Z sekitar 68 juta jiwa atau sekitar 28,86 persen
dari total penduduk Indonesia.Saat ini berbicara
tentang pemimpin di Indonesia bahkan dunia masih
didominasi oleh orang-orang dari generasi Y, tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa 10 tahun
mendatang dari tahun 2017 ini, orang-orang dari
golongan Z yang akan menggantikan peran dari
golongan Y pada aspek politik.

Hadirnya entrepreneur muda, akademisi muda,


politikus muda, hingga technocrat muda saat ini bisa
dijadikan acuan sebagai sebuah fenomena multitasking
yang nantinya akan memimpin Indonesia. Beberapa
aspek bisa terlihat dimana mentalitas generasi Z sudah
mulai mencoba memasuki ruang-ruang besar dalam
tatanan nasional yang semakin mempertegas bahwa
generasi Z juga layak untuk diperhitungkan.

H M I M i l e n i a l | 35
Menyiapkan Pemimpin Generasi Z
Perkembangan zaman akan membawa orang-
orang menjadi seorang yang visioner,sehingga
menuntut untuk punya pengetahuan yang lebih luas
dan daya analisa yang baik dalam menghadapi
persaingan.Hadirnya teknologi dalam hal ini sebagai
akses informasi dan komunikasi juga semakin
mempermudah orang dalam menata structural
hidupnya sendiri,sehingga rasa ingin tahu yang besar
akan dituntaskan dengan secepat-cepatnya dank arena
Persaingan inilah yang melahirkan orang-orang yang
kompetitif,dalam hal ini adalah generasi Z.

Berbeda dengan generasi sebelumnya, ketika kita


mengambil contoh dalam hal perekonomian,orang-
orang pada fase Y saat berusia 20 tahun di masanya
hanya memikirkan bagaimana bisa bekerja lalu hidup
normal seperti yang lain,tetapi generasi Z sudah mulai
berfikir bagaimana mampu menciptakan lapangan
pekerjaan untuk menghasilkan uang dengan proses
kerja cerdas, dan inilah sebagai salah satu rekam
pembanding yang bisa dijadikan patokan. Kita juga
percaya bahwa saat ini banyak dari kaum muda dari
generasi Z yang sudah merambah ke dunia politik,
mencoba peruntungan hidup yang menjadi salah opsi
dalam berkarya yang semakin memperkuat identitas
bahwa generasi Z adalah orang-orang dengan mental
petarung. Jika dikorelasikan, kekuatan politik tidak
akan berjalan tanpa adanya kemapanan ekonomi dan
ini yang coba dibangun sekarang dari generasi Z.

36 | H M I M i l e n i a l
Sebagai pengelola organisasi HMI tentunya
menitipkan harapan bagi mereka agar menjadi menjadi
generasi penerus kepemimpinan yang tangguh, ulet,
pantang mundur serta adaptif terhadap segala
perubahan yang terjadi begitu cepat. Lantas seperti apa
generasi Milenial menyiapkan pemimpin bangsa dari
generasi Z. Afriansyah (2015) menyebutkan bahwa
para Milenial dan generasi sebelumnya harus
mencambuk mereka. Cambukan tersebut merupakan
upaya agar mereka tak tersesat dan kehilangan arah.
Ada 4 cambuk yang harus diberikan kepada kaum Z
tersebut yaitu;

1. Encouraging Ideas, mendorong generasi Z untuk


menyampaiak ide-ide kreatif dan inovatifnya. Perlu
diingat bahwa generasi Z memiliki kecenderungan
begitu loyal terhadap perjuangan kepentingan
mereka. Sinergitas pembangunan organisasi akan
mudah dibangun melalui media yang mampu
merangkul setiap ide-ide kreatif yang dimiliki
generasi Z.
2. Modifying Ideas atau modifikasi ide-ide mereka.
Sudah menjadi hal yang pasti akan terjadi adalah
meluasnya makna dari goal yang akan dicapai.
Kreatifitas generasi Z tentunya tidak semua ide-ide
mereka applicable atau bisa dilaksanakan. Dengan
kata lain, ada kalanya ide mereka belum realistis.
Cambukan kedua ini akan sangat mendorong
ketertarikan dan keterlibatan mereka kedalam
pengelolaan organisasi. Karena seburuk apapun ide

H M I M i l e n i a l | 37
yang disampaikan, jangan dibuang semuanya dan
jangan pula dihinakan.
3. Providing Feedback atau menghadirkan umpan balik
bagi mereka. Cambukan ini akan mendorong
Generasi Z terus membara dengan motivasinya
yang tinggi, sehingga mereka akan mulai aktif
kembali. Hal ini sangat penting agar Generasi Z
mampu belajar memahami siapa dirinya, termasuk
kekuatan dan kelemahan mereka, dengan tetap
menjaga harkat dan martabat mereka.
4. Give Alternative and Limited Direction artinya, beri
mereka alternative dan arahan atau perintah yang
terbatas. Arahan yang terbatas akan mencegah
mereka menjadi manja alias mengembik dan selalu
mengandalkan anda, justru sebaliknya arahan yang
terbatas ini akan mulai membuat mereka mengaum
atau mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya.

Memimpin generasi Z saat ini adalah


memberdayakan energi yang sangat besar. Dan
tentunya akan lebih tepat jika kanalisasi dalam
kemajuan organisasi ini diutamakan. Karakter
kepemimpinan saat ini tentunya akan menentukan
karakter generasi penerusnya. Hal tersebut merupakan
implikasi dari transformasi pengetahuan yang terjadi
lintas generasi dalam tubuh himpunan.

Merangkul generasi Z untuk bekerjasama dan


bahu membahu dalam membangun kemajuan bangsa
dan organisasi HMI sudah menjadi hal yang wajib
untuk ditempuh. Kerjasama tersebut tentunya

38 | H M I M i l e n i a l
membutuhkan adaptasi yang matang dengan kemajuan
zaman. Memberi toleransi pada perkembangan zaman
juga harus dibarengi dengan usaha-usaha yang sinergi
dalam rangka untuk menyelesaikan permasalahan
bersama. Kerjasama dalam suatu kelompok manusia
akan berjalan secara efektif apabila ada yang
mempunyai kemampuan untuk mengatur kelompok
tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan Organisasi ini
tentunya akan lebih dapat dirasakan jika memahami
seperti apa karakter generasi di lingkungan para kader
mengembangkan diri.

Anggota kelompok yang dapat mengatur


kelompoknya, pasti mempunyai kekuatan (power)
yang lebih dibandingkan dengan anggota kelompok
lainnya. Selanjutnya anggota kelompok yang mempu
mengatur kelompoknya disebut sebagai pemimpin.
Generasi Z akan menyambut masanya sebagai
pemimpin organisasi HMI dan negeri ini. Sudah
saatnya HMI Milenial menyiapkan langkah-langkah
yang rapi agar seirama dalam menjawab setiap
tantangan zaman termasuk kehadiran generasi Z.

H M I M i l e n i a l | 39
40 | H M I M i l e n i a l
5. Gerakan sosial dalam
kacamata manusia Z

Tindakan dan aktifitas seseorang atau kelompok


merupakan sebuah gerak dalam tiap prosesnya. Jurgen
Habermas, sebagaimana dikutip oleh Pasuk
Phongpaichit (2004) menyatakan bahwa Gerakan
Sosial adalah Devensive relations to defend the publik
and private sphere of individuals againts the inroad of
the state system and market economy. (Gerakan Sosial
adalah hubungan defensive individu- individu untuk
melindungi ruang publik dan private mereka dengan
melawan serbuan dari sistem negara dan pasar).

H M I M i l e n i a l | 41
Anthony Giddens menyatakan Gerakan Sosial
sebagai upaya kolektif untuk mengejar kepentingan
bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau
gerakan bersama melalui tindakan kolektif (action
collective) diluar ruang lingkup lembaga- lembaga yang
mapan. Kelompok kolektif dalam melakukan
perubahan sosial sekarang ini kita mengenal istilah
gerakan sosial baru, yang dimana Setiap bagian
permasalahan tidak lagi di kelola atau di gerakkan oleh
satu kelompok kolektif saja, tetapi di gerakkan oleh
kelompok atau individu tertentu. Seperti Permasalahan
tentang gerakan membela LGBT, Penyelamatan
Lingkungan, stabilitas pangan dan masih banyak lagi,
satu sektor digerakkan oleh satu kelompok saja.

Istilah ‘gerakan sosial baru’ mengacu pada


sekelompok gerakan sosial kontemporer (atau
mutakhir) yang telah berperan signifikan dan
umumnya progresif bagi sebagian besar pengkaji di
masyarakat Barat sejak 1960-an.2 Hal ini bisa di artikan
bahwa gerakan sosial baru dapat merespon
permasalahan di era modern.

Saat ini semua model gerakan itu di lesatkan


dalam ranah virtual yang dapat kita jumpai dalam satu
tarikan gawai touchcreen di internet. Kehadiran media
baru khususnya internet telah membawa perubahan
signifikan bagi proses komunikasi dalam gerakan

2 David West, Gerakan-gerakan sosial baru, dalam Gerald F. Gaus &


Chandran Kukathas Hand Book Teori Politik.

42 | H M I M i l e n i a l
sosial. Kelly Garret menjelaskan bahwa teknologi
informasi dan komunikasi terbaru (internet) telah
mengubah cara-cara para aktivis berkomunikasi,
kolaborasi, dan melakukan protes.3 Gerakan ini
kemudian di nikmati oleh manusia Z, Generasi yang
terlahir sebagai manusia modern karena telah
menikmati keajaiban teknologi usai kelahiran internet,
Mereka lahir pada pertengahan 1990-an sampai medio
2000-an. Hal ini berangkat dari perkenalan Mannheim
tentang generasi, dalam essainya yang berjudul The
problems of generation, Manheim menuliskan bahwa
generasi adalah kelompok yang terdiri dari individu
yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, dan
mengalami peristiwa sejarah penting dalam suatu
periode waktu yang sama.

Lalu bagaimana Generasi Z menikmati,


menyaksikan, dan mengalami peristiwa penting yang
ada disekitar mereka, apa yang harus mereka lakukan
seperti yang telah dilakukan para pendahulu
mereka.(baby boomers, Gen X, dan Gen Y).

Senada dengan beberapa caption foto di akun


instagram jaman now bahwa setiap generasi punya
warnanya sendiri dalam menembus tantangan
zaman.kalimat ini digencarkan dari mereka generasi
pendahulu yang mengatakan bahwa manusia jaman

3 R. Kelly Garret, “Protest in an Information Society : A review of


Literature on Social Movement and New ICTs, Information”,
Communication & Society, Vol.9, No.2 (2006), hal. 202-224. Diakses
dari http://www.tadfonline.com/loi/rics20.

H M I M i l e n i a l | 43
sekarang tidak memiliki moral dalam bertindak.
Manusia Z melakukan gerakan sosial dapat kita lihat
dari kebiasaan dan prilaku mereka, bagaimana manusia
ini sejak lahir sudah disuguhkan dengan segala bentuk
yang instan, mereka tidak lagi mengalami kesulitan
dalam mengakses informasi karena semua telah ada di
internet.

Berbeda dengan millenial, Gen Z adalah


“generasi digital” yang mahir dan gandrung akan
teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer,
dapat mengakses berbagai informasi yang mereka
butuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk
kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup
kesehariannya. sangat intens berkomunikasi dan
berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya
dengan teman sebaya melalui berbagai situs jejaring,
seperti: FaceBook, twitter, atau melalui SmS, mereka
bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dan
dipikirkannya secara spontan. Mereka juga cenderung
toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli
dengan lingkungan.

Aksi mereka sering dilakukan secara personal


dan diinisiasi oleh individu, bukan organisasi.
Contohnya, banyak tersebar pemuda usia 17-21 tahun
(angkatan tertua generasi Z) yang menjadi social
influencer lewat unggahan di Facebook atau foto di
Instagram, menyampaikan pendapat di Vlog atau Line,
menghimpun dana sosial lewat Kitabisa.com,
mengajukan petisi via Change.org, menulis gagasan

44 | H M I M i l e n i a l
lewat kultwit ataupun kolom opini, hingga membuat
meme untuk menyindir pejabat. Intinya, apa yang bisa
dimulai dari diri sendiri melalui gawai masing-masing.

Berangkat dari hal itu perubahan sosial dapat


terjadi dengan cepat. Seperti Revolusi yang terjadi di
Timur Tengah (Tunisia, Mesir, Libya dan Suriah
adalah gambaran nyata tentang konsekuensi positif
yang dikonstruk dari kesadaran untuk memanfaatkan
jejaring sosial menjadi jejaring perlawanan.
Propaganda melalui jejaring sosial merupakan variabel
baru dalam melakukan perubahan sosial, jika generasi
baby boomers melakukan aksi dengan turun kejalan di
tengah terik matahari sambil menyanyikan lagu darah
juang, generasi Z melakukannya dengan hanya
menyentuh touchcreen gawai mereka.

Generasi Z adalah generasi paling berpengaruh,


unik, dan beragam dari yang pernah ada,” kata Blakley
dalam wawancaranya dengan Forbes, dan Menurut
Hellen Katherina dari Nielsen Indonesia, Generasi Z
adalah masa depan, sebab mereka memiliki pengaruh
dalam kebutuhan belanja keluarga. jika beberapa dari
mereka dapat memengaruhi keluarganya artinya dalam
segala tindakannya baik itu individu atau dalam bentuk
kelompok Gen Z bisa memberikan pengaruh yang
lain.

H M I M i l e n i a l | 45
Secercah Harapan Gerakan Sosial
Generasi Z
Pengaruh itu merupakan hasil dari kebiasaan
berpikir terbuka dari apa yang mereka lihat dalam
fenomena disekitar. di Bandung, sekelompok warga
yang tergabung sebagai manusia Z mengenalkan
Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP)
agar terjadi pengurangan sampah di hulu. Mereka
memahami bahwa pemerintah butuh anggaran yang
sangat besar untuk mengedukasi pengelolaan sampah
sejak dini. Sehingga yang mereka melakukan
pendekatan massif pada sesama Gen Z lainnya agar
mempengaruhi orang tua, kerabat untuk ber-diet
kantong plastik. Semua perangkat media sosial seperti
facebook dan twitter digunakan dengan maksimal.

Selain GIDKP, komunitas lain yang melakukan


gerakan inisiasi adalah Clean Action yang mengajak
perubahan perilaku menuju nol sampah di gelaran
besar yang melibatkan masyarakat umum,
pengurangan plastik dengan menggunakan tumbler
dan gerakan pungut sampah (GPS). Artinya dengan
segala gerak yang mereka lakukan dapat mengurangi
peran pemerintah sekaligus berpartisipasi langsung
pada proses perubahan sosial.Dengan segala proses
yang di alami Gen Z selama mereka lahir dapat
dikatakan bahwa mereka adalah manusia penembus
tantangan zaman, kaum milleniel bersiaplah
menyambut masa depan di pundak generasi Z.

46 | H M I M i l e n i a l
6. Moderenisasi
Kelembagaan HMI

Moderinisasi dapat dipahami sebagai sebuah


proses transformasi4 masyarakat (meliputi seluruh
sistem kehidupan) tradisional menuju masyarakat
moderen. Beberapa pandangan menandakan proses
moderenisasi masyarakat dengan mengidentifikasi
melalui variabel sosial. Hal ini terjelaskan pada
4KBBI, transformasi adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan
sebagainya): Asia Tenggara diliputi suasana transisi dan -- akibat kemenangan
mereka; terjemahan puisi yang baik kerap kali menuntut -- secara besar-besaran;
Ling perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal lain
dengan menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya;

H M I M i l e n i a l | 47
perubahan yang meliputi perkembangan dan kemajuan
masyarakat.

Beberapa pandangan menekankan moderenisasi


tidak hanya merujuk pada proses perubahan saja,
melainkan juga sebuah respon masyarakat terhadap
perubahan. Respon ini dapat dilihat sebagai sebuah
dinamika yang terjadi secara internal dimasyarakat.
Yang berdasarkan pada struktur sosial, budaya dan
teknologi5.

Moderenisasi struktur sosial


Moderenisasi yang terjadi pada pada struktur
sosial adalah hasil dari adaptasi dan respon masyarakat
terhadap perubahan. Moderenisasi pada struktur sosial
dalam bentuknya terjelaskan dari perjalanan sejarah
panjang peradaban masyarakat. Beranjak dari struktur
sosial masyarakat dengan pola komune atau dikenal
dengan masyarakat komunal. Pola yang menekankan
pada sekumpulan kecil orang yang berbagi kehidupan
sehari-hari melalui kerja bersama6. Dan menggunakan
metode barter (tanpa menggunakan media alat tukar)
untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Selanjutnya berkat moderenisasi teknologi,


kemudian melahirkan revolusi atau perubahan pada

5 Baca Modernization Encyclopædia Britannica . Britannica.com.


Retrieved on 2017-10-24.
6 Baca Komune di Perancis.

https://id.wikipedia.org/wiki/Komune_di_Perancis.

48 | H M I M i l e n i a l
alat kerja dan alat produksi. Sehingga mempengaruhi
hubungan produksi dan akhirnya berujung pada
revolusi industri dalam pola-pola produksi. Pasca
revolusi ini, mempengaruhi dan membawa perubahan
pada pola berpikir serta sifat kepemilikan terhadap
hubugan produksi. Dan dikenal lah namanya alat tukar
yaitu uang, untuk media pemenuhan kebutuhan hidup.

Sifat kepemilikan atas hubungan produksi, maka


terbentuklah kelas dalam pola relasi produksi. Yaitu
kelas pemilik alat produksi dan pekerja atau pengguna
alat. Bentukan kelas ini, dianggap sebagai babak baru
dalam moderenisasi dari segi struktur sosial
masyarakat. Dari sisi ini, dapat dilihat jika proses
perubahan struktur sosial masyarakat merupakan
sebuah keharusan yang secara tidak langsung
memberikan dampak pada pola hidup masyarakat.
Seperti terjadi perubahan pada cara masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Yang awalnya dalam
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat hanya perlu
melakukan pertukaran barang secara langsung, setelah
itu menggunakan alat tukar uang untuk memenuhi
kebutuhan.

Moderenisasi struktur sosial masyarakat dalam


bentuk yang paling khusus terjelaskan sebagai sebuah
organisasi. Organisasi merupakan wadah
berkumpulanya beberapa individu yang memiliki visi
untuk mencapai sebuah tujuan melalui kerja sama.
Dengan bentuk organisasi secara umum terdiri dari
organisasi birokrasi, organisasi korporasi/perusahaan,

H M I M i l e n i a l | 49
organisasi masyarakat maupun organisasi
kemahasiswaan.

Moderenisasi organisasi kemahasiswaan


Beberapa masalah yang ditemui pada organisasi
kemahasiswaan. Dapat dilihat sebagai efek dari
produktifitas yang tidak memiliki pengaruh pada
peningkatan tanggung jawab, spirit kolektifitas,
loyalitas, militansi dan integritas.

Selain itu, lembaga kemahasiswaan tidak lagi


menampakkan daya tarik dan pesona untuk
menumbuhkan minat mahasiswa ikut serta dalam
aktivitas kelembagaan. Lantas, mengapa hal ini dapat
terjadi? atau kah mungkin karena, secara personal
mahasiswa hari ini tidak menjadikan lembaga sebagai
salah satu pilihan proses dalam pembentukan
indentitas diri?.

Beberapa masalah yang bersifat internal dan


eksternal seperti yang dijelaskan sebelumnya, dianggap
dengan moderenisasi organisasi dapat terselesaikan.
Beberapa pandangan menilai proses moderenisasi
organisasi kemahasiswaan sangat penting dalam
pengembangan sebuah organisasi dan penyelesaian
masalah. Lushchak dan Bespalyuk menilai dalam
pengembangan sebuah organisasi, gagal atau tidaknya
dalam pencapaian sebuah tujuan organisasi ditentukan
oleh moderenisasi organisasi, baik sistem manajemen

50 | H M I M i l e n i a l
maupun struktur oranganisasi7. Moderenisasi baik
sistem manajemen maupun struktur oranganisasi.
Memiliki manfaat sebagai usaha untuk memperbaiki
efisiensi alur kerja secara keseluruhan dan
produktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan.

Moderenisasi organisasi dapat dimulai dari


perubahan metodologi. Dalam hal ini, seperti yang
dijelaskan Resnick bahwa mengelola proses perubahan
sangat penting untuk keberhasilan implementasi.
Melalui perubahan metodologi yang menekankan pada
perubahan manajemen: pertama, Mengkonfirmasi
kebutuhan mendesak untuk berubah. Kedua,
mengidentifikasi batas kondisi. Ketiga, menciptakan
visi tentang keadaan akhir yang diinginkan. Keempat,
mengembangkan proses kerja inti. Kelima
mendefinisikan kunci peran dan tanggung jawab.
Keenam, memodifikasi organisasi struktur. Ketujuh,
menetapkan ukuran kinerja utama. Kedelapan,
meninjau alat keseluruhan sistem. Kesembilan,
kembangkan pelatihan4.

Kotter menganggap poin utama dalam model


perubahan menciptakan rasa urgensi, merekrut
pemimpin perubahan yang kuat, membangun visi dan
efektif komunikasi, menghilangkan rintangan,

7Lushchak Nadiia and Bespalyuk Khrystyna, 2013.


Modernization as a Process of Change Management in
Organization. “Economic & Management 2013” (EM-2013),
21–23 November 2013, LVIV, Ukrine.

H M I M i l e n i a l | 51
mempercepat kemenangan dan membangun
momentum yang tepat4. Jika hal-hal ini dilakukan
Kotter menganggap, budaya organisasi dapat diubah.
Selain itu, secara otomatis beberapa masalah yang
terorganisir. Baik yang bersifat internal dan eksternal
dapat dengan mudah diselesaikan dan penyebab
masalah dapat dihindari4.

Modernisasi Kelembagaan HMI


Modernisasi kelembagaan di tubuh Himpunan
Mahasiswa Islam merupakan sebuah kewajiban,
mengingat arus globalisasi yang semakin ganas
merongrong setiap sendi kehidupan masyarakat.
Akibat dari globalisasi membuat organisasi ini susah
dalam merekrut kader baru.

Mengingat metodologi yang diterapkan tidak


pernah di modernisasi, seperti komisariat dalam
merekrut anggota baru dengan metode yang usang.
NDP (Nilai Dasar perjuangan) dalam HMI sebagai
dasar dalam berjuang menjalani setiap gerak dan
proses untuk mengawal terciptanya masyarakat adil
makmur kini semakin jauh dari loncatan setiap
peradaban.

Lihat saja bagaimana ujung tombak lembaga ini


seperti komisariat dalam merekrut kader masih
memakai metode yang sama seperti yang dipakai para
pendahulu mereka. Akibatnya jumlah perekrutan
dalam setiap basic training hanya menghasilkan 30-40
peserta jika setiap tahunnya basic training dilakukan dua

52 | H M I M i l e n i a l
kali setahun maka setiap tahunnya hanya menghasilkan
60-80 peserta (belum termasuk kader).

Modernisasi dalam kelembagaan termasuk


sistem dan metodologi dalam HMI mesti terus
dikembangkan. HMI perlu format baru dalam
menyusun setiap fragmen kelembagaan, termasuk agar
NDP tidak lagi rabak di setiap cabang sebab geliat
pengetahuan dapat menciptakan ideologi cabang.
Memanfaatkan teknologi saat ini tentu menjadi jalur
yang dapat menyatukan dan megembangkan sistem
kelembagaan.

Hal yang paling mendasar dalam mengatur


sistem kelembagaan adalah kebaikan administrasi,
Pengelolaanya harus diatur secara terpusat dan akses
setiap kader lancar sebab sampai hari ini kita tidak
pernah mengetahui secara detail berapa jumlah
komisariat di seluruh indonesia, berapa jumlah
komisariat penuh dan persiapan, targetan pengadaan
komisariat apalagi.

Selanjutanya, Format yang satu tapi tidak baku.


Seperti agenda kapan dilakukan perkaderan, pelatihan,
dan gerakan sosial lainnya. Otoritas dalam sistem mesti
memaksa setiap komisariat dan cabang untuk
mengembangkan kreatifitas dalam melakukan
pelatihan. Dengan begitu organisasi HMI dapat
merespon seriap perubahan yang muncul dengan
kecepatan berpikir dan bertindak.

H M I M i l e n i a l | 53
54 | H M I M i l e n i a l
7. Universalitas Islam
Merawat Generasi Umat

Islam adalah agama fitrah. Agama yang


diturunkan bukan untuk kelompok tertentu,
melainkan untuk manusia secara umum. Sehingga
dalam islam tidak diajarkan untuk mendiskriminisikan
perbedaan beradasar SARA (suku, ras, antargolongan
dan agama). Meskipun hari ini agama (islam) sering
dituduh sebagai biang dari munculnya banyak
diskriminasi sosial.

Jika kita menilik kebelakang, salah satu misi


kehadiran islam di jazirah Arab adalah menghapus

H M I M i l e n i a l | 55
diskriminasi yang sangat kental saat itu. Ada nilai yang
tidak sesuai dengan logika kemanusiaan. Misalnya,
bagaimana wanita diposisikan selalu subordinat di
bawah laki-laki. Kekacauan sosial pun juga terjadi
karena kemanusiaan dipinggirkan demi ego kelompok
(suku).

Kelompok-kelompok tersebut saling berebut


kekuasaan dan perang pun tak bisa dielakan. Melihat
situasi yang buruk ini, islam kemudian lahir sebagai
jawaban atas masalah-masalah tersebut. Islam lahir
sebagai nilai yang universal yang menerobos semua
sekat-sekat. Islam memperkenalkan konsep tauhid
bahwa semua manusia sama, tidak mengenal
perbedaan warna kulit, suku, kelompok dan lainnya.
Wajah islam demikian membuat masyarakat Arab yang
dahulunya menganut kepercayaan lain (non islam),
akhirnya secara perlahan memeluk islam.

Selain itu, islam pun tidak mengenal diskriminasi


terhadap agama lain. Muhammad SAW ketika
mendapat perlakukan yang diskriminatif, gangguan
dan hal yang menyakitkan lainnya tidak lantas
membalas. Beliau lebih mengutamakan kemanusiaan
sebagai nilai yang universal, nilai yang diterimah oleh
seluruh manusia. Karena sikap Muhammad SAW yang
demikian, akhirnya orang-orang yang selama ini
memusuhinya, berkonversi menjadi muslim. Misalnya
bagaimana seorang Yahudi yang setiap hari menyakiti
Muhammad. Suatu ketika si yahudi sakit, Muhammad
lah yang pertama kali menjenguk, sehingga si Yahudi

56 | H M I M i l e n i a l
mendeklarasikan untuk ikut pada ajaran Muhammad.
Inilah islam yang sejati, islam universal yang berada di
relung-relung kemanusiaan dimanapun dan kapanpun.

Dalam perkembangan sejarah, islam terlibat


dalam pergumulan budaya, sosial dan politik. Islam
ikut mengalami pergolakan bagaiamana harus bersikap
dalam dinamika tersebut. Wajah islam pun
terfragmentasi menjadi banyak bentuk. Ada islam yang
terlibat dalam politik bahkan diupayakan menjadi
fomal dalam sebuah kekuasaan, islam yang hanya ingin
mewarnai sebuah masyarakat sebagai sekedar nilai
ajaran kemanusiaan, bahkan ada juga yang menariknya
untuk kepentingan politik sesaat seperti
menggunakaan ayat-ayatnya untuk melegitimasi
kekuaasan atas nama pribadi/kelompok.

Apa yang terjadi di banyak tempat yang


mengalami pergolakan sosial politik bahkan perang
saudara (sesama agama), tidak hanya di timur tengah
melainkan juga di Indonesia, merupakan bentuk
bagaiamana islam tidak lagi dilihat sebagai ajaran
kemanusiaan yang universal tapi disempitkan sebagai
ajaran untuk kelompoknya. Islam diciderai oleh
oknum pemeluknya untuk melegitimasi misi dunia-
materialistik yang mereka ingin capai. Bahkan
dijadikan alat perjuangan dengan menampakan wajah
garang dan ekstrim dengan melakukan pembunuhan
yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Akibat dari
tindakan-tindakan ini, rasa pesimistik dan pemahaman
yang keliru terhadap islam muncul dimana-mana. Di

H M I M i l e n i a l | 57
peradaban barat, banyak yang menganggap islam
adalah agama teror yang mengajarkan tentang
kebencian dan diskriminasi baik kepada yang berbeda
keyakinan maupun sesama umat islam.

Islam sebagai solusi perdamaian


Pangan dan energi semakin berkurang, belum
lagi sumber daya alam yang lain yang kian hari justru
kian dieksploitasi untuk kepentingan segelintir orang.
Tidak dapat dimungkiri, hari ini mayoritas kekayaan
dunia telah dikuasai oleh segelintir orang saja. Di
antara mereka pun saling berkompetisi satu sama lain
dan kerap menggunakan segala cara untuk saling
menyingkirkan. Kedepan kompetisi antar manusia di
muka bumi akan semakin hebat. Konflik ini akan
merambah dan bahkan menjadi penyebab timbulnya
konflik sosial lain. Perbedaan dan konflik SARA akan
menjadi lebih mengemuka sebagai instrumentnya.
Situasi buruk inilah yang menjadi penyebab menjadi
konflik di masa depan bahkan hari ini.

Ternyata hari ini, ketakutan itu sedang terjadi.


Sebagai contoh, di Jazirah Arab dimana agama Islam
pertama kali diwahyukan justru tengah dilanda konflik
sosial yang tak berkesudahan. Kejadian ini seperti
terulang kembali ketika zaman jahiliyah sebelum era
islam. Konflik antara kelompok dan negara kini
menjadi pemandangan yang lumrah. Bahkan mereka
datang dari identitas yang sama: suku dan agama
(islam) yang sama. Ajaran universalitas islam seolah tak
ada gunanya lagi. Dominasi ego dan kepentingan dunia

58 | H M I M i l e n i a l
semakin mengemuka dibanding persatuan dan
kesatuan walaupun pertumpahan darah harus terjadi.

Kita tidak bisa banyangkan jika hal-hal buruk ini


terus dibiarkan tanpa ada solusi. Umat harus segera
dididik tentang bagaimana ajaran universalitas islam
agar bisa menjadi peredam bahkan menjadi mediator
jika gejala konflik atau konflik telah terjadi. Kita harus
belajar bagaimana Rasulullah Muhammad SAW
menjadikan islam untuk merekatkan persaudaraan
suku-suku yang sering berperang di zaman pra islam.
Mereka akhirnya tunduk dan terkonsolidasi dalam
ajaran islam yang mengajarkan kemanusiaan.

Adalah sebuah fakta bahwa dalam sebuah


masyarakat yang plural selalu terdapat kompleksitas
perbedaan. Setiap kelompok memiiki agenda-agenda
bahkan ideologi yang ingin diaplikasikan dalam
masyarakatnya. Realitas demikian sangat rentan
menimbulkan gesekan sosial jika tidak ada sistem nilai
yang diterima secara umum. Di titik ini, universalitas
islam sebagai nilai yang bisa diterima secara umum
oleh berbagai latar berlakang masyarakat sangat
dibutuhkan. Universalitas dalam islam merupakan
modal untuk mengakomodasi varian perbedaan dalam
masyarakat yang plural.

Belum lagi ditengah kejumudah fikir oleh


sebagian kelompok sehingga islam dinampakan
sebagai sosok yang garang, bukan agama cinta kasih.
Fenomena islamphobia masih begitu kental dibanyak

H M I M i l e n i a l | 59
masyarakat barat yang selalu melihat islam sebagai
agama melegalkan kekerasan. Belum lagi lahirnya
gerakan-gerakan radikal yang mengatasnamakan islam
yang hari ini tengah menguasai panggung pemberitaan
media massa sehingga suasana semakin keruh.

Di titik inilah, kita butuh jamaah (kelompok)


untuk menggelorakan ajaran islam yang damai
sehingga siapapun bersimpati pada agama ini. Agama
kasih sayang yang melebihi ego sektoral. Universalitas
islam bisa dijadikan jembatan penghubung perbedaan
sehingga perdamaian bisa terwujud.

Pancasila bagian dari universalitas islam


Butuh upaya untuk mengembalikan marwah
islam sehingga menjadi agama yang rahamatan lil
alamin. Agama penyejuk bukan hanya untuk umat
yang memeluknya melainkan kepada seluruh umat
manusia. Penggalian selanjutnya pengaplikasian ajaran
islam mulai digalakan agar nilai universalitas islam
dapat mewarnai peradaban.

Jika dicermati dengan seksama, islam bisa


bermakna ideologi. Hal ini karena dalam islam
memiliki nilai dan perangkat aturan yang sebenarnya
bisa di aplikasikan dalam kehidupan keseharian.
Meskipun oleh banyak ilmuan muslim berbeda
pendapat dalam hal bagaimana islam di wujudkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni
apakah islam kulutural atau islam formal? Tidak perlu
60 | H M I M i l e n i a l
masuk dalam perdebatan itu tapi di Indonesia
implementasi islam dapat mudah dilihat pada ideologi
yang digunakan: Pancasila.

Pancasila sebagai salah satu contoh ajaran


universalitas islam yang digunakan sebagai perekat
perbedaan. Ideologi ini menghimpun semua nilai-niliai
kemanusiaan yang terkandung dalam banyak
perbedaan di Indonesia. Dari banyak perbedaan itu
dirumuskan dan diformulasikan menjadi lima point
yang memuat ajaran-ajaran universal. Dari lima point
itu tidak ada satupun yang bertentangan dengan ajaran
islam, malah sangat islami bahkan berbicara tentang
Tuhan yang satu seperti yang diajarkan dalam islam.

Universalitas ajaran islam merambah kesemua


sektor kehidupan yang mendorong ke penciptaan
keadilan. Dalam toleransi sosial dimana islam
mengajarkan tentang konsep tauhid dimana semua
manusia sama sehingga kasih sayang kepada sesama
manusia adalah sebuah keharusan. Di sektor lain,
misalnya ekonomi, juga mengajarkan bagaimana
keadilan ekonomi harus merata dengan baik kepada
seluruh masyarakat. Kemudian politik dan hukum
yakni bagaimana setiap orang memiliki hak yang sama
dalam penyelenggaraan negara dan hukum yang
berlaku. Dalam konteks kenegaraan, semua harus
termaktub dalam regulasi yang berlaku. Tidak salah,
banyak yang mengatakan bahwa pancasila adalah
bentuk ajaran islam yang universal. Ajaran yang
menyentuh semua golongan tanpa ada pembedaan.

H M I M i l e n i a l | 61
Oleh karena itu, sangat perlu untuk
mengaktualisasikan universalitas islam dalam bentuk
regulasi sebagai wujud tanggung jawab terhadap umat.
Regulasi penting, karena disinilah kekuasaan bekerja
karena bagaimanapun kita butuh kekuasaan untuk
memudahkan penyebaran nilai islam yang diterimah
oleh kemanusiaan. Penting bagi para pemangku
kepentingan untuk melakukannya.

62 | H M I M i l e n i a l
8. Transformasi Entitas
Multikulturalisme

Allah Swt. dalam kalamnya yang Maha Suci; “Hai


manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu
menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kalian saling mengenal” (QS. Al-Hujurat
49:3). Sebagai seorang muslim, ayat itu memberikan
kita, bukan saja landasan filosofis, melainkan pula
landasan Qur’ani tentang multikulturalisme.
Perbedaan sesuatu yang niscaya, perbedaan sesuatu
yang kaya.

H M I M i l e n i a l | 63
Bahkan jika dirunut kepada entitas terkecil
sekalipun, yakni diri kita sebagai manusia, terdapat
fakta perbedaan. Misalnya antara helai rambut kita
yang satu, dengan helai yang lain, tentulah memiliki
perbedaan bentuk. Itu artinya segala sesuatu itu hanya
identik dengan dirinya sendiri. Segala sesuatu itu
berbeda. Segala sesuatu itu unik. Segala sesuatu itu esa.
Dan perbedaan eksistensial itu bersumber dari yang
Maha Esa.

Entitas adalah sebuah objek yang keberadaannya


dapat dibedakan terhadap objek lain. Jika helai rambut
di kepala kita saja berbeda antara satu dan lainnya,
maka tentu antara satu manusia dengan manusia
lainnya, satu suku dengan suku lainnya, satu bangsa
dengan bangsa lainnya tentulah juga berbeda. Persis
seperti kata Bung Karno; setiap bangsa memiliki
perjuangannya sendiri-sendiri. Lalu, jika perbedaan
adalah sebuah keniscayaan, mengapakah kita mesti
menumpahkan darah atas nama perbedaan bangsa,
perbedaan suku, dan perbedaan agama, yang katanya
merupakan pedoman dari Tuhan? Bagaimana dengan
klaim perang suci, perang saudara?

Mengenai persoalan ini, Malaikat pun bertanya,


"mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. Al-

64 | H M I M i l e n i a l
Baqarah: 30). Pertanyaan Malaikat semakin
memberikan kita pertanyaan-pertanyaan baru. Apa
pula yang diketahui oleh Tuhan dan tidak diketahui
oleh Malaikat? Untuk memahami secara menyeluruh,
mari kita lacak fakta sejarah kebudayaan manusia,
apakah memang perbedaan kita adalah kutukan? Atau
justru rahmat yang menjadi solusi bagi persatuan umat
manusia dalam suatu transformasi entitas kebudayaan
manusia yang jamak ini.

Tiga Revolusi Kebudayaan Umat


Manusia
Sejak terjadinya Bing Bang sekitar 13,5 miliar
tahun silam, terdapat tiga revolusi besar umat manusia;
Pertama, revolusi kognitif yang mengawali sejarah
sekitar 70.000 dan 30.000 tahun silam. Adapun
kemampuan baru yang dihasilkannya adalah suatu
mekanisme bertahan hidup berbasis kelompok yang
berjumlah 150 individu (yang kemudian dijadikan basis
pertemanan dalam media sosial Path). Inilah produk
kebudayaan pertama umat manusia, dan
perkembangan tiada akhirnya kemudian kita sebut
sebagai sejarah (Yuval, 2017: 44)

Sementara itu, watak kolonial sapiens memang


sudah tumbuh dari zaman purba. Perang antar
kelompok Sapiens mungkin bukan pertarungan utama,
melainkan penaklukan spesies lain. Mamut, dan
mamalia purba lainnya adalah korban kolonialisasi
Sapiens. Spesiesisme dimulai dari masyarakat purba

H M I M i l e n i a l | 65
ini. Namun, seperti tesis para penganut komunisme,
masyarakat inilah yang menjadikan dasar alamiah
sejarah kebudayaan manusia; masyarakat komunal.

Kedua, revolusi pertanian sekitar 12.000 tahun


silam bermula dari gandum yang mengharuskan petani
untuk menetap, membersihkan kebun dari pagi hingga
sore, menyiraminya dengan seember air yang dipikul
dari sungai, dan menunggunya berbulan-bulan untuk
suatu masa panen. Inilah cetak biru bagi rutinitas
beban kerja yang repetitif dan membosankan.

Di sisi lain, revolusi pertanian membawa serta


kebangkitan evolusi peternakan. Namun, kebangkitan
evolusi peternakan tidak sepadan dengan eksistensi
individu ternak itu sendiri. Domestikasi babi di Papua
misalnya, membuat masyarakat Papua harus
memotong hidung Babi agar Babi tersebut tidak bisa
mengendus jalan hingga tidak keluar dari peternakan
sang tuan. Tidak jarang babi tersebut dibutakan
matanya agar sepenuhnya bergantung pada tuan
ternaknya. Belum lagi sapi, domba, dan ayam, yang
dikurung sejak lahir dan baru bisa bebas ketika berjalan
menuju tempat penjagalannya. Suatu paradoks
keberhasilan revolusi pertanian, kebangkitan evolusi
tani dan ternak di satu sisi, namun kesengsaraan
hewan, dan termasuk manusia itu sendiri di sisi yang
lain. Sejauh ini, kita bukan saja mempelajari betapa
multikulturnya kehidupan kita, tetapi juga
multispesies.

66 | H M I M i l e n i a l
Revolusi ketiga dari umat manusia adalah revolusi
saintifik, suatu perubahan radikal menuju tatanan yang
bertumpu pada kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang
terukur dan pasti. Zaman pencerahan Eropa yang
mengawinkan sains, imperium, dan kredo kapitalis
memulai babak baru globalisasi, termasuk kebudayaan.
Ekses baik dari globalisasi adalah perkembangan
teknologi, informasi, dan telekomunikasi yang semakin
mempermudah proses pemenuhan kebutuhan
manusia. Sementara mengenai ekses buruk globalisasi
dapat diamati dari teori globalisasi radikal, menurutnya
tujuan akhir dari globalisasi adalah bagaimana
mereduksi peran pemerintah negara menjadi sekadar
direksi regional sembari menggantinya dengan
pemerintahan global yang dikendalikan oleh
perusahaan multinasional (Keith Faulks. 2012, hal 89).

Selama 400 tahun, yaitu sekitar abad ke 16-19,


hubungan intersivilisasional terdiri atas subordinasi
masyarakat-masyarakat lain terhadap peradaban Barat.
Keberhasilan Barat ditenggarai buah dari revolusi
Industri. Barat mampu menaklukkan dunia bukan
karena keunggulannya dari segi ide-ide, nilai-nilai
ataupun agama, tapi lebih disebabkan oleh pengerahan
kekerasan yang terorganisasi. Orang-orang Barat
seringkali melupakan kenyataan ini. Orang-orang
Non-Barat tidak pernah melupakannya (Hungtinton.
2004, hal 58).

H M I M i l e n i a l | 67
Multikulturalisme sebagai Landasan
Persatuan Kebudayaan Manusia
Apakah anak panah sejarah menuju kepada
unifikasi peradaban manusia atau justru sebaliknya?
Fakta sejarah memberikan kita jawaban yang lebih
mengarah pada penyatuan peradaban manusia
ketimbang polarisasi peradaban manusia. Pada segi
ekonomi, sistem barter yang begitu rumit di masa
lampau menuju penyatuan manusia pada uang digital.
Pada segi politik, dari berjamurnya kerajaan-kerajaan
kecil di muka bumi, kemudian menyisakan beberapa
negara yang disatukan dalam PBB. Bahkan pada segi
agama, tinggal beberapa agama yang benar-benar
menunjukkan peningkatan jumlah penganut yang
signifikan; yaitu Islam dan Budha. Betapapun mirisnya
fakta sejarah, menunjukkan bukti akan persatuan
kebudayaan manusia.

Masa Depan Umat Manusia


Mungkinkah manusia akan abadi di muka bumi?
Fakta sejarah menjawab tidak mungkin. Bio-teknologi
menjawab hanya bisa memanjangkan usia manusia,
tapi tidak mengabadikannya. Temuan sains juga
sementara mengembangkan DNA homo neanderthal
untuk dihidupkan kembali. Beberapa sapiens
perempuan telah bersedia menjadikan ibu donornya.
Begitupun dengan DNA marmut dan hewan pra
sejarah lainnya yang dicoba dihidupkan kembali oleh
proyek ambisius sains. Pertanyaannya kemudian,

68 | H M I M i l e n i a l
untuk apa? Apakah untuk menghapus dosa sejarah?
Atau inikah tanda akan tamatnya umat manusia?

Selain itu, perkembangan teknologi mutakhir


juga telah menciptakan cyborg, yaitu gabungan manusia
yang cacat dan teknologi. Misalnya tangan robot.
Belum cukup sampai di situ, manusia juga
menciptakan robot yang menggatikan peran-peran
fisik dan berbahaya yang dilakukan oleh manusia,
misalnya robot pemadam kebakaran atau robot
penjinak bom. Yang pesimis menganggap masa depan
manusia akan diperbudak oleh teknologi. Yang
optimis menganggap masa depan akan semakin
dimanusiakan karena dipermudah oleh teknologi.
Yang jelas, manusia yang merupakan genus binatang
tidak akan abadi di muka bumi. Dalam bahasa agama;
bahwa setiap yang berasal dari Tuhan, akan kembali
kepada Tuhan.

Bagaimana dengan Persatuan Indonesia?


Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam pidatonya
pada sidang BPUPKI, yang kemudian diperingati
sebagai hari lahir Pancasila, Soekarno berkata; bahwa
kebangsaan Indonesia merupakan kumpulan dari
suku-suku bangsa yang ada di bumi nusantara. Dan
bangsa Indonesia merupakan bagian dari persaudaraan
kemanusiaan yang universal di antara bangsa-bangsa
lain yang ada di dunia. Inilah landasan filosofis
multikulturalisme dari pendiri bangsa.

H M I M i l e n i a l | 69
Kita bukanlah bangsa yang xenomaniac, yang
tergila-gila pada budaya asing. Tetapi kita juga
bukanlah bangsa yang xenophobia, yang menutup diri
pada budaya asing. Berdasarkan karakteristik
multikultural dari nilai-nilai yang ada pada Pancasila,
maka menyikapi globalisasi dan kearifan lokal kita
harus menerapkan pluralisme kebudayaan (Hartono,
2016: hal 109).

Pertama, mengembangkan kebaikan internal,


seperti sistem ekonomi koperasi, gotong-royong,
toleransi dalam beragama, dan melestarikan kekayaan
seni dan bahasa. Kedua, menerima kebaikan eksternal,
seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ketiga, meninggalkan keburukan internal, seperti
kemalasan yang melahirkan kebodohan,
keterbelakangan, dan kemiskinan (pemiskinan).
Keempat, menolak keburukan eksternal, seperti
pandangan dunia materialisme yang berujung pada
sifat individuliastik, kapitalistik, menindas, dan gaya
hidup seks bebas.

Memahami kebudayaan diri sendiri dan


kebudayaan orang lain adalah kunci kerukunan antar
kebudayaan. Persis seperti yang difirmankan Allah Swt
pada ayat di atas, bahwa kita diciptakan berbeda agar
kita saling mengenal. Inilah yang diajarkan Allah Swt
kepada Nabi Adam as, yang tidak diketahui oleh
Malaikat. Bahwa Allah Swt mengajarkan nama-nama
atau hakikat segala sesuatu.

70 | H M I M i l e n i a l
Maka, transformasi entitas mulkulturalisme
dimulai dari transformasi pemahaman agar kita saling
memahami satu sama lain. Dalam konteks Indonesia,
kesemuanya itu diupayakan demi kebudayaan puncak
Indonesia menuju Peradaban Pancasila. Bahwa
perbedaan merupakan keniscayaan yang harus disikapi
dengan moral persatuan. Persis dengan kata Mpu
Tantular beradab-abad yang lalu; Bhineka tunggal ika,
tan hana Dharma mangruwa. Berbeda-beda tetapi esa,
tiada kebenaran yang mendua.

H M I M i l e n i a l | 71
72 | H M I M i l e n i a l
9. HMI Pemersatu
Ummat dan Bangsa

Ketidakharmonisan bangsa akhir-akhir ini


muncul secara spontan, saling hujat menghujat sesama
anak bangsa seolah mempertanyakan kembali seperti
apakah wajah Indonesia yang sesungguhnya. Bangsa
ini bukanya harus berlari sekencang-kencangnya
untuk mengejar ketertinggalan, tapi malah mengalami
kemuduran. Sebagai bangsa yang majemuk sebelum

H M I M i l e n i a l | 73
dan setelah didirikan, sangat miris melihat kondisi hari
ini, seolah keragaman dan kemajemukan bangsa ini
kembali dipertanyakan. Siapakah yang harus
bertanggung jawab atas kondisi ini? Dalam teori
konflik tidak ada satu masalah yang timbul secara
alami, melainkan sebuah rekayasa. Bangsa ini tidak
kekurangan sumber daya manusia. Jutaan Professor,
Doktor, Magister dan Sarjana yang dimiliki bangsa ini
apakah tidak cukup hanya untuk menjawab persoalan
keragaman dan kemajemukan? Mereka harusnya yang
bisa merajut tenun kebangsaan malah mendahulukan
ego-ego sektariannya. Bagaimana nasib generasi jika
kondisinya seperti ini, sementara tantangan bagi
generasi ditengah tipisnya batas antara negara ditandai
dengan terbukanya corong informasi adalah generasi
rentan kehilangan nilai dan generasi sebelumnya akan
kehilangan eksistensi dimata generasi berikutnya.
Problem tersebut harus terjawab sebelum generasi
betul-betul kehilangan nilai kebangsaan.

Selain suku bangsa yang beragam, indonesia juga


memiliki berbagai kelompok-kelompok yang
menginternalisasi agama sebagai landasan ideologinya
seperti GMKI, NU, Muhammadiyah, serta HMI.
Himpunan mahasiswa islam sebagai organisasi Islam
yang modern harusnya hadir sebagai simbol pemersatu
ummat yang mampu menjawab persoalan kebinekaan,
dan menjadi jembatan diantara jurang pemisah
tersebut. Mengapa HmI? Sebab hanya di HMI Anak-
anak NU bisa duduk bercerita dengan Anak-Anaka
Muhammadiah. Bukan Hanya itu di HMI dengan

74 | H M I M i l e n i a l
berbagai varian aliran agama islam bisa duduk
berdiskusi tentang wawasan kebangsaan tanpa sekat
sektarian tersebut. Itu menandakan HMI organisasi
yang kaya akan sudut pandang.

Dimensi Ilahiyah dan Kemanusiaan HMI


Sebagai organisasi besar dan memiliki identitas
yang jelas, harusnya HMI mampu menjawab polemik
yang terjadi belakangan ini secara sistematis. Terbukti
hmi sampai hari ini HMI dikenal sebagai organisasi
yang demokratis dalam perjalanan sejarah
organisasinya, serta memliki kualitas kader yang
mumpuni ditandai dengan pola kaderisasi serta jenjang
pelatihan kaderisasi diinternal HMI.

Nilai Dasar Perjuangan (NDP) adalah landasan


ideologis perjuangan HMI, sebagai ruh yang
mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman
terhadap NDP diharapkan dapat menumbuhkan
kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya,
membangun semangat humanisme dalam interaksi
dengan sesama manusia, dan sebagai sumber nilai
moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk
diabdikan bagi kemanusiaan. Dengan demikian nilai-
nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas bagi kader-
kader HMI.(Kutipan Sejarah Perumusan NDP HMI)

Sejak awal berdiri HMI telah mencantumkan


“Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama
Islam” sebagai salah satu tujuannya, di samping
“Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat

H M I M i l e n i a l | 75
Indonesia”. Dengan demikian, Islam telah dijadikan
sebagai landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak
mendasarkan diri pada “mazhab” tertentu, walau
kemudian dalam pola pemikirannya HMI cenderung
sebagai kelompok intelektual muslim pembaharu.(
Kutipan Sejarah Perumusan NDP HMI)

Secara sosiologis, NDP dirumuskan dalam


kancah pertarungan ideologi-ideologi besar yag ada
pada saat itu. Nasionalisme Bung Karno, Komunisme
PKI, dan Sosialisme PSI adalah ideologi-ideologi yang
secara umum berebut pengaruh. Di samping itu yang
juga mendorong perumusan NDP adalah perlawatan
Nurcholish Madjid ke Amerika (Oktober 1968) atas
beasiswa sebagai pemimpin mahasiswa dari Council
for Leaders and Specialist, Washington. Namun
menurutnya yang banyak memberikan terhadap sikap
dan gagasannya bukan itu, melainkan kunjungannya ke
beberapa negara di Timur Tengah (Turki, Libanon,
Syiria, Irak, Kuwait, Saudi, Sudan dan Mesir) selama
empat bulan setelah lawatannya ke Amerika.(Kutipan)

Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP


tidak boleh diperlakukan sebagai dogma yang taken for
granted oleh kader-kader HMI. NDP bagi HMI
tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam.
Bagaimana pun NDP adalah buatan manusia. Karena
itu meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu
yang bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil
interpretasi manusia yang nilai kebenarannya relatif.
NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa

76 | H M I M i l e n i a l
landasan filosofis untuk mencapai Yang Mutlak,
Kebenaran, yaitu Tuhan itu sendiri. Keberadaan NDP
harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku
salah seorang perumus NDP, ketika ditanya apakah
NDP masih relevan dengan kondisi sekarang ataukah
perlu diganti, mengatakan bisa saja, asal tingkat
intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada
sekarang.(Kutipan)

Hadirnya NDP HMI harusnya menimbulkan


kesadaran dari eksistensi diri sebagai kader, bukankah
ini bisa menjadi langkah awal dalam melakukan kerja
kemanusiaan yang memuat dimensi penting yaitu
dimensi Ilahiyah dengan berbagai spectrum pemikiran
islam. Dimensi inilah yang mendatangkan pencerahan
dalam gerak langkah setiap individu secara khusus
sebagai kader dan secara umum HmI sebagai
oraganisasi Islam. Menjadi kader dan mengikuti
rangkaian kaderisasi di himpunan, berarti secara sadar
telah memilih sebagai insan yang terserahkan dalam
mengawal proses kebangsaan secara khusus dan
kemanusiaan pada umumnya. Sebab nilai-nilai tersebut
sangat jelas dalam kandungan NDP himpunan ini yaitu
Iman, Ilmu, dan amal . Sebagai Organisasi besar yang
dimiliki bangsa ini, jutaan kader dan alumni yang
tersebar di seluruh isi nusntara ini bahkan di belahan
bumi lainnya, pasti memilikitafsir yang beragam dalam
menafsirkan nilai dasar perjuangan dan tujuan
himpinan. Untuk itu kader-kader dan alumni harusnya
satu nafas dalam mengaktualisasikan nilai-nilai
tersebut.

H M I M i l e n i a l | 77
Mayoritas Merawat Kebergaman
Tidak lama lagi Indonesia akan menghadapi
perhelatan politik di tahun 2019,yaitu pemilihan
presiden dan wakil rakyat. Jika isu perepcahan ini terus
terawat dan tidak segera ditindak lanjuti bisa jadi
pertikaian sesame anak bangsa akan terus terjadi.
Bukankah kondisi seperti itu yang diinginkan oleh
negara-negara luar baik timur dan barat untuk
memudahkan mereka menjarah secara berjamaah
sumber daya alam banga ini. Islam sebagai agama yang
mayoritas di Indonesia harusnya bisa mengambil peran
sebagai pemersatu bukan sebaliknya, yang
memperlebar jurang pemisah tersebut. Indonesia
dengan berbagai varian suku, agama dan bangsa
tersebut merupakan kemajemukan masyarakat, unsur
tersebut terlembagakan atau sering disebut
primordialisme.

Terciptanya suatu harmoni dalam kemajemukan


itu memang tidaklah mudah. Sebenranya bangsa ini
memiliki simbol bersama yang berupa konsensu yaitu
pancasila., jika semua instrument dan setiap entitas
dibangsa ini bisa saja dengan mudah untuk meretas
perbedaan sudut pandang tersebut dengan
Konsesnsus yang ada, maka perpecahan ini tdak aka
nada. Permasalahannya adalah siapa yang harus
mengawal konsesnsus tersebut tanpa menafsirkannya
secara sektarian dan meminggirkan kepentingan
kelompoknya.

78 | H M I M i l e n i a l
HMI dengan landasan organisasinya serta
kekayaan sudut pandang yang dimiliki harus hadir
memperkaya dan membentuk wawasan tentang islam
yang sifatnya terbuka, serta moderat. Dengan
Mengusung tema subtansi dari agama islam yaitu islam
sebagai agama yang rahmatan lil’alamin. Dengan
semangat Keislaman dan kebangsaan tersebut HMI
sangat bisa hadir sebagai ormas islam yang modern dan
terbuka. Merangkul generasi-generasi yang terbawa
arus moderiniasasi dengan cara pengelolaan organisasi
yang demkratis dan modern. Tulisan ini saya selesaikan
bertepatan dengan ditetapkannya kakanda Almarhum
Prof Lafran Pane sebagai Pahlawan NAsional,
Alfatihah Untuk Almarhum. Semoga Beliau
senantiasadiberi tempat yang bahagia serta cahaya yang
terang disisiNYA amin.

H M I M i l e n i a l | 79
80 | H M I M i l e n i a l
DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah, J.Y., 2015, Lead Or Leave It, Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Faulks, K. 2006. Political Sociology: A Critical
Introduction, Edinburgh, Edinburgh: University
Press
Garret, R.K. 2006, “Protest in an Information Society
: A review of Literature on Social Movement and
New ICTs, Information”, Communication &
Society, Vol.9, No.2 (2006), hal. 202-224.
Diakses dari
http://www.tadfonline.com/loi/rics20.
Harari, Y.N., 2014, Sapiens : A Brief Story of
Humankind. Canada : Penguin Random House
Company.
Huntington, S.P., 2004. Benturan Antar Peradaban
dan Masa Depan Politik Dunia (The Clash of
Civilizations and The Remarking of Word
Order). Terj. M. Sadat Ismail. Yogyakarta:
Qalam. Cet. VIII.
Irwanto, H.T., 2016, Reideologisasi Pancasila, SIGN,
Makassar
Kasali, R.,2017, Disruption, Gramedia, Jakarta (ID)
Latif, Y., 2013 Genealogi Inteligensia, Pengetahuan &
Kekuasaan Intelegensia Muslim Indonesia Abad
XX, Prenada Media, Jakarta
West, D., 2009. Gerakan-gerakan sosial baru, dalam
Gerald F. Gaus & Chandran Kukathas Hand
Book Teori Politik.

H M I M i l e n i a l | 81
Nadiia, L. dan Khrystyna, B, 2013. Modernization as a
Process of Change Management in
Organization. “Economic & Management 2013”
(EM-2013), 21–23 November 2013, LVIV,
Ukrine.
Rakhmat, J., 2000, Rekayasa Sosial, (Reformasi,
Revolusi, atau Manusia Besar?), PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Syari`ati, A., 1998, Al-Ummah wa Al-Imamah.
Teheran: Mu`assasah Al-Kitab
Al-Tsaqafioyah.
Rickefs, M.C., 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200–
2008 (revisi kedua), Serambi, Indonesia.
Chomsky N., 2015, How the World Works, Bentang
Pustaka, Indonesia.

82 | H M I M i l e n i a l
TENTANG PENULIS
Muhammad Ridal adalah pria
kelahiran Bone, Sulawesi Selatan,
12 Agustus 1986. Menyelesaikan
Program Magister Ilmu
Komunikasi di Universitas
Jayabaya, Jakarta pada tahun 2015.
Sebelumnya telah menyelesaikan
Studi Strata Satu di STMIK
Dipanegara Makassar. Pria yang
akrab disapa Ridal ini, tengah menjabat sebagai direktur
badan koordinasi nasional (Bakornas) Lembaga Teknologi
Mahasiswa Islam (LTMI) Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB-HMI).
Semasa kuliah, Ridal telah berkecimpung di berbagai ruang
kaderisasi khususnya dalam tubuh HMI. Begitu juga dengan
pengalam dalam mengelola organisasi, Berbagai jabatan
strategis yang pernah dilakoninya adalah; ketua bidang
pendidikan KEPMI BONE komisariat Ade' Pitue STMIK
DP (2008 - 2009); Ketua bidang pembinaan anggota HMI
Komisariat STMIK DP (2009 - 2010); Presiden BEM
STMIK DP (2010 - 2011); Sekertaris Umum HMI Cabang
Makassar Timur (2011 – 2012); Wakil Bendahara Umum
PB-HMI (2013 – 2015); Wakil Sekretaris Jendral PB-HMI
(2015 – 2016); Direktur Bakornas LTMI PB-HMI (2016 -
2018).

H M I M i l e n i a l | 83
84 | H M I M i l e n i a l

Anda mungkin juga menyukai