Abstrak
Bahasa merupakan media komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Penamaan bahasa biasanya
disesuiakan dengan sebuah bangsa yang menggunakan bahasa tersebut. Bahasa Arab,
contohnya, merupakan bahasa yang digunakan oleh bangsa Arab, dan tentu
perkembangannya dipengaruhi oleh bangsa tersebut. Sejak kelahiran Islam di kawasan Arab,
bahasa Arab menjadi media komunikasi utama. Dalam periodesasi sejarah Islam, bahasa
Arab mengalami perkembangan dari masa Rasulullâh SAW hingga pada abad pertengahan,
yang disebut sejarah sebagai masa kejayaan Islam, peran bahasa Arab memiliki posisi yang
sangat penting. Tulisan ini bermaksud menggambarkan keberadaan bahasa Arab pada awal
kelahiran Islam sampai pada masa puncak kejayaan Islam. Metode penelitian menggunakan
metode historis dengan studi kepustakaan. Data diperoleh melalui kajian beberapa sumber
buku.
Abstrack
PEMBAHASAN
Bangsa Arab dan Bahasa Arab
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang berasal dari rumpun Semit (Abdul
Chaer, 2007:90). Istilah Semit berasal dari kata syem, yang menyebutkan bahwa rumpun
bahasa bangsa Semit adalah anak keturunan Nuh yang tertua1. Dalam literatur lain
disebutkan bahwa istilah Semit (Sâmiyah) ditetapkan sebagai sebutan bagi sekumpulan
bahasa yang dihubungkan kepada salah satu anak nabi Nuh as. yaitu Sam 2. Dari keterangan
tersebut, memunculkan pertanyaan yang dirasa cukup mendasar, dimanakah rumpun Semit
ini bermula?
1
Philip K. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: Serambi, 2002), cet. Ke-10, hlm. 10.
2
Ade Nandang, Fiqh al-Lughah, (Bandung: Insan Mandiri, 2012), cet. Ke-1, hlm. 27.
A
Wilayah Timur Tengah yang membentang dari Israel hingga Teluk Persia, termasuk di dalamnya Sungai Tigris
dan Efrat di Irak sekarang.
2
Semenanjung Arab sebagai tempat kelahiran rumpun Semit yang kemudian orang-orang
ini bemigrasi ke wilayah Bulan Sabit SuburA, yang kelak dikenal dalam sejarah sebagai
bangsa Babilonia, Assyiria, Phoenisia dan Ibrani3.
Daratan di Semenanjung Arab kebanyakan padang pasir dan hanya menyisakan sedikit
daerah yang bisa ditinggali di sekitar pinggirannya, dan daerah itu semuanya di kelilingi
laut. Ketika jumlah penduduk melebihi daya tampung tempat, mereka harus mencari tanah
baru. Tetapi mereka tidak bisa menyebar ke bagian tengah daratan karena merupakan
bentangan gurun pasir dan juga tidak bisa semakin ke pinggir karena terhalang oleh lautan.
Ledakan penduduk itu kemudian menemukan jalur terbuka di pantai sebelah barat
Semenanjung, yang mengarah mereka ke sebelah utara dan bercabang ke dua arah yang
berbeda, yaitu ke Semenanjung Sinai dan lembah subur sungai Nil. Sekitar 3500 S.M.,
bangsa Semit melakukan migrasi mengikuti rute ini, atau mengambil rute ke utara menuju
Afrika Timur. Disana mereka bercampur dengan penduduk Hamit yang lebih dulu tinggal di
Mesir. Bangsa Semit tiba di lembah ini sebagai bangsa nomad barbar, tapi kemudian belajar
dari bangsa Sumeria, bagaimana cara membangun dan tinggal di rumah, yang paling
penting bagaimana cara menulis. Campuran kedua ras itulah yang melahirkan bangsa
Babilonia.
Sekitar pertengahan ketiga sebelum Masehi, migrasi bangsa Semit lainnya membawa
bangsa Ameria ke daerah Bulan Sabit Subur, Ras-ras yang melahirkan bangsa Ameria
diantaranya Kana (yang mendiami Suriah bagian barat dan Palestina setelah 2500 S.M.) dan
orang pesisir pantai yang dikenal oleh orang Yunani dengan sebutan Phoenisia.
Antara 1500 dan 1200 S.M., bangsa Ibrani berhasil menemukan jalan ke Suriah bagian
selatan, Palestina dan bangsa Aramia (orang-orang Suriah) ke sebelah utara. Pada abad ke
tujuh Masehi terjadi migrasi baru dan terakhir di bawah panji Islam. Pergerakan migrasi itu
membentuk suatu wilayah yang sangat luas, tidak hanya meliputi kawasan Bulan Sabit
Subur namun juga meliputi wialayah Mesir, Afrika bagian utara, Spanyol, Persia dan Asia
Tengah.
Dari riwayat migrasi yang dilakukan oleh manusia sebagaimana dipaparkan di atas,
tentunya kelahiran ras-ras baru hasil pencampuran dari beberapa bangsa sangat
memengaruhi kebudayaan, gaya hidup, kepercayaan bahkan bahasa yang mendiami suatu
wilayah tertentu. Namun, saya akan membatasi ruang lingkup pada dataran Arab yang
selanjutnya akan kita ketahui munculnya bahasa Arab serta dialek-dialek yang
memengaruhinya.
3
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 3.
3
Disebutkan sebelumnya pada paragraf pertama bab ini, bahwa bahasa Arab merupakan
salah satu bahasa dari rumpun Semit. Namun perlu digarisbawahi, tidak semua orang-orang
yang hidup di semenanjung Arab berbahasa Arab. Hal ini disimpulkan dari pernyataan
dalam buku karangan Philip K. Hitti yang menyebutkan adanya perbedaan antara orang
Arab Utara dengan orang Arab Selatan. Orang–orang Arab Utara kebanyakan merupakan
orang-orang nomad yang tinggal di “rumah-rumah bulu” di Hijaz dan Nejed, sedangkan
orang-orang Arab Selatan kebanyakan adalah orang-orang perkotaan, yang tinggal di
Yaman, Hadramaut dan di sepanjang pesisirnya. Orang-orang Arab Utara berbicara dengan
bahasa Al-Qur‟an__maksudnya bahasa Arab FushaA__ yang saya temukan dalam buku
karya Ade Nandang S., M.Ag. hlm. 28. Sementara orang-orang Selatan menggunakan
bahasa Semit kuno, Sabaea atau Himyar, yang dekat dengan bahasa Etiopia di Afrika.
Orang Arab terbagi ke dalam dua kelompok: kelompok yang sudah punah (bâ’idah) dan
kelompok yang masih ada (bâqiyah). Kelompok bâ’idah ini meliputi lahjah Lihyaniyah,
Tsamûdiyah dan Shafwiyah. Sedangkan kelompok bâqiyah meliputi bahasa Syi‟ir arab
jahili, Rajaz, bahasa para hukama dan Fusha4. Kemudian, para ahli geneologi membagi
kembali orang-orang Arab yang masih ada itu ke dalam dua keturunan etnis: bangsa Arab
asli (‘âribah) adalah orang-orang Yaman dan bangsa Arab yang telah ter-Arabkan
Lahirnya Islam
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan yang dikenal dengan istilah
paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah
agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran dan Syam.
Disamping itu juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman
dan Madinah, serta agama Majusi, yaitu agama orang-orang Persia.5
Lahirnya Islam sebagai agama baru dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, beliau lahir
pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April 571 M6. Ketika itu raja Yaman Abrahah
dengan gajahnya menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka‟bah sehingga tahun itu
dinamakan tahun Gajah. Kejadian ini termaktub dalam kitab suci Al-Qur‟an (Q.S. Al-
A
Bahasa Arab resmi yang digunakan di kalangan intelektual.
4
Ade Nandang, op cit, hlm. 28.
5
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), cet. ke-3, hlm. 63.
6
Ibid., hlm. 64. Sementara Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam menyebutkan tahun kelahiran
Muhammad pada 570 M.
4
Fîl[105]). Nabi Muhammad terlahir dari suku Quraisy, berasal dari suku Nadzir keturunan
oleh para sahabat untuk meneruskan risalah yang dibawa oleh utusan Allah SWT yang
terakhir.
7
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 39.
5
Semenjak lahirnya Islam pada zaman Rasulullâh SAW sampai kemunduran Islam di
umat Islam, serta banyak Negara berpenduduk umat Islam yang mendapatkan
kemerdekaannya.
Sementara dalam sebuah riwayat hadîts dikatakan bahwa umat Nabi Muhammad SAW
terbagi ke dalam lima masa, diantaranya; masa kenabian (Muhammad); masa Khalîfah al-
Râsyidîn; masa kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adhan); masa kerajaan yang
menyombong (Mulkan Jabariyyan); dan khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilâfah
‘alâ Minhâj an-Nubuwwah). (HR. Ahmad dan Baihaqi dari Nuâman bin Basyir dari
Hudzaifah).
6
Masa Kejayaan Islam dan Peran Bahasa Arab
Bahasa Arab telah muncul jauh sebelum Islam lahir. Namun perlu diktehui, bagaimana
asal usul bahasa itu sendiri tidak diketahui. Pada tahun 1866, Masyarakat Linguistik
Perancis melarang mendiskusikan asal bahasa karena itu hanya spekulasi yang tiada artinya.
Para peminat studi bahasa tentunya haruslah sangat tanggap pada teori-teori ini walaupun
sulit untuk menyelusurinya secara ilmiah8.
Eksistensi bahasa Arab pada zaman Rasulullâh SAW merupakan pengantar yang
digunakan masyarakat pada waktu itu dalam kehidupannya sehari-hari. Terlebih, munculnya
Islam berada di wilayah bangsa Arab__walaupun bahasa Arab pada masa itu secara
keilmuan belum di kategorikan pada cabang-cabang Nadzhariyat al-Furû’A seperti yang
kita ketahui saat ini. Hal tersebut disimpulkan dari catatan sejarah yang menyatakan orang
yang pertama kali sekaligus sebagai perintis ilmu Nahw adalah Ad-Duwali, pada masa
pemerintahan „Ali bin Abi Talib9.
Setelah Rasulullâh SAW wafat (632 M), umat Islam terus berkembang. Pada setiap
periode yang dicatat sejarah, Islam mengalami kemajuan. Kegemilangan luar biasa yang
diciptakan umat Islam membangun peradaban yang sangat tinggi telah diakui oleh dunia,
prestasi yang dicapai itu disebutkan pada masa pemerintahan Hârûn al-Rasyîd, khalifah ke-
lima dari Dinasti Abbasiyah. Pernyataan tersebut didukung dalam berbagai referensi.
Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Hârûn al-Rasyîd (786-808
Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Hârûn al-Rasyîd untuk kepentingan sosial. Rumah
sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat
paling tidak sekitar 800 orang dokter (Badri Yatim, 2003:52).
Lembaran sejarah abad ke-9 diawalai dengan dua raja yang menguasai percaturan dunia:
Charlemagne di Barat dan Hârûn al-Rasyîd di Timur. Dari dua nama itu, Hârûn al-Rasyîd
jelas lebih berkuasa dan menampilkan budaya yang lebih tinggi (Philip K. Hitti, 2002:47).
Pada masa Al-Ma‟mûn sebagai pengganti Hârûn al-Rasyîd, Islam masih berada pada
zaman keemasannya. Al-Ma‟mûn dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.
8
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa, 2011), hlm. 1.
9
Belajar interaktif pada mata kuliah Ilmu Nahw di Pesantren Bahasa bersama bapak Abdul Kosim, tahun ajaran
2012-2013.
7
mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pengembangan Bayt
al-Hikmah, pusat penerjemahan dan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar10. Ilmu-ilmu umum yang masuk ke dalam Islam melalui
terjemahan dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab11.
Lembaga pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan
kemajuan sangat pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah, maupun sebagai
bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan tersebut paling tidak, juga ditentukan
oleh dua hal, yaitu sebagai berikut:
1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan
Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham-saham
tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dalam Islam. Bangsa Persia banyak
berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam
bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani
masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2. Gerakan penerjemahan berlangsung tiga fase. Fase pertama, pada masa Khalifah Al-
Manshûr hingga Hârûn al-Rasyîd. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah
karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase ke dua berlangsung mulai masa
Khalifah Al-Ma‟mûn hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan
adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Pada fase ke tiga berlangsung setelah 300
H., terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu
diterjemahkan semakin meluas12.
Dari bukti-bukti yang telah dipaparkan tersebut, ilmu pengetahuan dengan bahasa Arab
tidak dapat dipisahkan. Hal ini menunjukkan keberadaan bahasa Arab berpengaruh terhadap
kognitif masyarakat pada waktu itu sehingga mampu menciptakan karya-karya yang
berharga sekaligus para ilmuan yang profesional di bidangnya. Dalam bukunya History of
the Arabs, Philip menyebutkan kekagumannya terhadap bahasa Arab. Pada abad ke-10,
bahasa Arab, yang pada masa pra-Islam merupakan satu-satunya bahasa puisi, dan pada
masa Muhammad menjadi bahasa wahyu dan agama, telah berubah dengan cara yang sangat
menakjubkan, dan tidak ada bandingannya dalam sejarah, menjadi sebuah media yang
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), cet. ke-15, hlm. 68.
11
Samsul Munir, op cit, hlm. 145.
12
Badri Yatim, op cit, hlm. 55-56.
8
terbukti mampu menjadi sarana ekspresi pemikiran ilmiah dan menampung gagasan
filosofis tingkat tinggi. Sementara itu, bahasa Arab telah memantapkan dirinya sebagai
bahasa diplomasi dan bahasa percakapan di berbagai wilayah, mulai dari Asia Tengah,
Afrika Utara hingga Spanyol. Sejak saat itu, bangsa-bangsa di Irak, Suriah dan Palestina
juga Mesir, Tunisia, Aljazair dan Maroko telah mengungkapkan pemikiran terbaik dalam
bahasa Arab.
Islam di bawah pemerintahan Bani Abbas telah mengukir sejarah yang dikenal sebagai
pencipta kegemilangan Islam dalam ilmu pengetahuan ilmiah maupun seni dan sastra. Pada
saat itulah, seperti yang disebutkan di atas, lahir para ilmuan-ilmuan muslim yang
terkemuka dan nama-nama mereka telah dikenal baik saat ini, serta karya-karya mereka
dipergunakan sebagai panduan kajian-kajian ilmu di berbagai lembaga pendidikan di masa-
masa sesudahnya.
Muhammad ibn Mûsâ al-Khawârizmi (780- 850) pengarang Hisab al-Jabr al-
Muqâbalah, buku tersebut digunakan hingga abad ke-16 sebagai buku teks matematika
yang penting di universitas-universitas Eropa, dan berhasil memperkenalkan Aljabar ke
daratan Eropa13.
Jâbir ibn Hayyân adalah bapak kimia bangsa Arab, setelah abad 14 karya-karyanya
menjadi risalah kimia paling berpengaruh di Eropa maupun Asia. Risalah-risalah geografis
bahasa Arab pertama yang independen biasanya berbentuk buku petunjuk jalan, yang
terutama menunjukkan tempat-tempat penting. Ibn Khurdâdzbih, seorang keturunan Persia,
bidang kedokteran terkenal nama Ibn Sîna (Aviccena), karyanya yang terkenal adalah al-
Qânûn fî al-Thibb tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-
13
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 475.
14
Ibid., hlm. 476.
15
Samsul Munir, op cit, hlm. 150.
16
Ibid., hlm. 152.
17
Philip K. Hitti, op cit, hlm. 506. Sementara Samsul Munir dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam,
menyebutnya an-Nasyasi, hlm. 152.
9
kajian di lembaga-lembaga pendidikan Islam dan nama para ulama beserta karya-karya
mereka sudah tidak asing bagi masyarakat muslim di seluruh dunia. Dalam bidang Fiqh
terkenal Imam Abu Hanifah (700-767 M) pendiri mazhab Hanafiyah, Imam Malik (713-795
M) pendiri mazhab Malikiyyah, Imam Syafi‟i (767-820 M) pendiri mazhab Syafi‟iyyah, dan
Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M) pendiri mazhab Hanbali. Dalam bidang Hadîts
terkenal istilah Kutub al-Sittah yang karya-karya mereka dijadikan rujukan pegangan
syari‟at umat Islam setelah Al-Qur‟ân.
SIMPULAN
Bahasa Arab terlahir dari suatu rumpun di sebuah kawasan yang di sebut Semenanjung
Arab. Rumpun itu dinamai Semit. Selain bangsa Arab, rumpun Semit ini melahirkan bangsa
Ibrani, Yahudi maupun Persia. Dari beberapa bangsa tersebut, bangsa Arablah yang sampai
saat ini mempunyai jumlah keturunan lebih banyak. Ia tersebar di beberapa negara bagian
bumi ini.
Perkembangan bahasa Arab dibarengi dengan lahirnya Islam sebagai agama baru di
kalangan suku Arab pada saat itu. Sejarah mencatat, perkembangan umat Islam sangat pesat
mulai dari zaman Rasulullâh sampai pada masa Islam mencapai keemasannya abad
pertengahan. Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan ilmiah, seni dan
sastra pada masa Bani Abbas dengan bahasa Arab sebagai medianya yang dipergunakan
para cendekiawan muslim masih tetap ada sampai sekarang.
Dari berbagai referensi yang telah di kaji dalam tulisan ini, perlunya literatur- literatur
lain yang memuat bukti konkrit sebagai bahan untuk penelitian yang lebih lengkap. Daftar
beberapa sumber yang digunakan masih belum cukup puas untuk kelengkapan hasil tulisan
ini. Bukti-bukti orisinil atau data yang mampu menguatkan argumen tentunya masih sangat
diperlukan untuk memperdalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Hitti, Philip K.. 2002. History of the Arabs. Jakarta: Serambi.
Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan. Bandung:
Pusataka Setia.
Nandang, Ade. 2012. Fiqh Lughoh. Bandung: Insan Mandiri.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
10