KEPEMIMPINAN
MAKALAH
Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti
Latihan Kader II HMI Cabang Sintang
2021
Nikita Darmala
08134705987 - nikitadrmala@gmail.com
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah jalan hidup atau disebut sebagai a way of life. Artinya,
Islam tidak hanya mengatur tentang aktivitas ritual keagamaan saja,
namun lebih dari itu, ajarannya menyentuh berbagai segi kehidupan, baik
fiqh, tauhid, akhlak serta sikap hidup.
Sebagai ajaran agama yang sempurna, tentu sebagai seorang
muslim selayaknya bangga dan dengan penuh kesadaran menjalankan
esensi ajarannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Seorang muslim harus
yakin dengan kehadirannya di muka bumi tidak hanya sebuah kebetulan,
namun lebih dari itu, ia harus menyadari sebuah tanggung jawab sosial
yang ia sandang sebagai khalifah di muka bumi dan pemimpin yang akan
dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari akhir.
Islam dengan sempurna telah mengatur cara beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Namun, dalam bermuamalah, Rasullullah dalam
satu riwayat menyerahkan urusan dunia kepada yang dianggap lebih ahli.
Tetapi, hal itu bukan berarti Islam tidak mengaturnya. Dalam Islam, tauhid
memiliki posisi penting sebagai landasan dan tujuan dalam bertindak.
Artinya setiap keputusan apapun harus disandarkan pada ketauhidan dan
setiap muslim memiliki konsekuensi atas setiap keputusannya berdasarkan
nilai-nilai esensi tersebut.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ardh dan
pemimpin di muka bumi, Allah subhanahu wa ta‟ala telah membekali
manusia dengan akal dan wahyu yang termanifestikan dalam kitab suci
dan sunnah Rasul-Nya. Khazanah kebijksanaan yang terkandung dalam
semua hal tersebut adalah sebuah kekayaan seorang muslim untuk
mengimplementasikannya dalam visi penciptaannya untuk memakmurkan
bumi dan alam semesta.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam makalah ini akan
dibahas lebih detail mengenai topik tersebut, dengan judul: “ESENSI
AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARDH DAN
KEPEMIMPINAN”.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa yang dimaksud esensi ajaran Islam?
2. Bagaimana esensi ajaran Islam dalam Khalifah Fil Ardh?
3. Bagaimana esensi ajaran Islam dalam Kepemimpinan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui esensi ajaran Islam
2. Untuk mengetahui esensi ajaran Islam dalam Khalifah Fil Ardh
3. Untuk esensi ajaran Islam dalam Kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hasan Hanafi, Islam dan Humanisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
hlm. 2.
3
4
ragam, namun inti dari semua itu adalah pengabdian kepada Wujud Yang
Satu, yaitu Tuhan.2
Esensi ajaran Islam merupakan basis bagi sifat universal yang
dimilikinya, yakni basis bagi etika global Islam. Esensi dari wahyu telah
dideklarasikan dalam Islam, yaitu transendensi Tuhan atau ketauhidan,
yang mana berangkat dari nilai itulah segala aktivitas manusia berawal dan
ditujukan.3
Pewahyuan memiliki tujuan yang sama yaitu “membebaskan
kesadaran manusia dari semua penindasan manusia, sosial, dan alam agar
mampu menemukan transedensi Tuhan, yakni bergabungnya semua umat
manusia dalam satu prinsip universal.” Wahyu dalam Islam merupakan
sebuah keputusan akal. Ia tidak anti-rasional, irasional, atau superasional.
Wahyu dalam Islam juga merupakan keputusan alam atau yang kita sebut
sebagai sunnatullah.
Islam sejak kelahirannya telah memberikan identitas yang komplit
di antara individu, komunitas dan interkomunitas, dan di antara
kepentingan besar dan kesejahteraan umum. Inisiatif dan kreativitas
individu didorong oleh Islam. Komitmen dan tuntutan sosial dipelihara
serentak. Interkomunitas, kesetaraan, dan kerja sama di antara masyarakat
juga ditegaskan dalam Islam. Kesatuan antara individu, komunitas, dan
interkomunitas merupakan gambaran dari prinsip universal yang
menyatukan semua komunitas dalam satu kemanusiaan.4
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam telah
dilegalisasi oleh Allah subhanahu wa ta‟ala dalam al-Quran surahal-
Maidah ayat 3, yaitu:
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-
ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini turun pada hari Arafah masa haji wadak, yaitu haji terakhir
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (Pada hari ini orang-orang
2
Misbahuddin Jamal, Konsep Al-Islam Dalam Al-Qur‟an dalam Jurnal Al-
Ulum, STAIN Manado: Volume. 11, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 283.
3
Hasan Hanafi, Islam dan Humanisme,... hlm. 3.
4
Hasan Hanafi, Islam dan Humanisme,... hlm. 5.
5
5
Zul Helmi, 2018, Konsep Khalifah Fil Ardh Dalam Perspektif Filsafat:
Kajian Eksistensi Manusia Sebagai Kalifah, Volume 24, Nomor 1,Hlm. 43
6
6
Romzi Al-Amiri Mannan, Fiqih Perempuan, (Yogyaarta: Pustaka Ilmu,
2011), Hlm. 3
7
Ibid.
8
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 3, (Jakarta: PT
Bahtiar Baru, 2003), Hlm. 35
7
9
Ibid, 35
10
Revindo Saragi, “Esensi Ajaran Islam tentang Khalifah Fil Ardh”,
http://revindosaragi.blogspot.com/2018/04/esensi-ajaran-islam-tentang-khalifah.html,
diakses pada 24 Februari 2021; pkl. 20.00 wib.
11
Ibid.
8
12
Muhammad Syafii Antonio, The Super Leader Super Manager, (Jakarta:
Tazkia Multimedia dan ProLM, 2007), hlm. 15.
9
13
Muhammad Syafii Antonio, The Super Leader Super Manager,... hlm. 15-
16.
14
Arifin Abdurrahman, Kerangka Pokok Management Umum, (Jakarta: PT.
Ikhtiar Baru, 1973), Hlm. 53
15
Halsey George D, Bagaimana Memimpin dan Mengawasi pegawai Anda,
(Jakarta: Aksara Baru, 1987), Hlm. 27
16
Prajudi Atmosudirjo, Administrasi dan Management Umum, (Jakarta:
Ghaila Indonesia, 1982), Hlm. 64
10
17
Romzi Al-Amiri Mannan, Fiqih Perempuan, (Yogyaarta: Pustaka Ilmu,
2011), Hlm. 26
18
Muhammad Syafii Antonio, The Super Leader Super Manager,... hlm. 21-
22.
11
19
Ibid, 20-22.
20
Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Ghaila
Indonesia, 1982), Hlm. 6
21
Muhammad Syafii Antonio, The Super Leader Super Manager,... hlm. 26
13
22
Ibid, 28
23
Ibid.30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Esensi ajaran Islam merupakan basis bagi sifat universal yang
dimilikinya, yakni basis bagi etika global Islam. Esensi dari wahyu telah
dideklarasikan dalam Islam, yaitu transendensi Tuhan atau ketauhidan,
yang mana berangkat dari nilai itulah segala aktivitas manusia berawal dan
ditujukan. Islam sejak kelahirannya telah memberikan identitas yang
komplit di antara individu, komunitas dan interkomunitas, dan di antara
kepentingan besar dan kesejahteraan umum. Inisiatif dan kreativitas
individu didorong oleh Islam. Komitmen dan tuntutan sosial dipelihara
serentak. Interkomunitas, kesetaraan, dan kerja sama di antara masyarakat
juga ditegaskan dalam Islam. Kesatuan antara individu, komunitas, dan
interkomunitas merupakan gambaran dari prinsip universal yang
menyatukan semua komunitas dalam satu kemanusiaan.
Dalam konsep Islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil,
pengganti atau duta tuhan di muka bumi dengan kedudukannya sebagai
khalifah Allah SWT di muka bumi, manusia akan idmintai pertanggung
jawaban dihadapannya. Tentang bagaimana ia melaksanakan tugas
kekhalifahannya. Oleh sebab itu dalam melaksankan tanggung jawab itu
manusia dilengkapi dengan berbagai potensi seperti akal pikiran yang
memberikan kemampuan bagi manusia berbuat demikian. Kata khalifah
juga mengandung makna pengganti Nabi Muhammad SAW dalam
fungsinya sebagai Kepala Negara, yaitu pengganti Nabi Muhammad SAW
dalam jabatan kepala pemerintahan dalam Islam baik urusan agama
maupun dunia. Sebagai khalifah, manusia diberikan tanggung jawab atas
dirinya, sesama manusia melalui pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan
Tuhan untuk manusia sebagai sumber kehidupan. Sebagai wakil Tuhan
manusia juga dibri otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan,
menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan
bahkan diberikan otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai
hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia
14
15
B. Saran
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita sadar akan peran
dan fungsi kita sebagai khalifah dan pemimpin di muka bumi. Allah
subhanahu wa ta‟ala telah memberi akal dan membekali manusia dengan
wahyu melalui utusan-Nya sebagai role of life dalam menjalankan tugasnya
tersebut.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan oleh Lafran
Pane dan kawan-kawannya di Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 1947
dengan maksud untuk mengembangkan potensi intelektualitas, kreativitas
dan idealitas para mahasiswa muslim sehingga pada diri mereka terbentuk
integritas moral dan kepribadian Islami. HMI berperan pula sebagai
organisasi kemahasiswaan yang ikut menempa dan mencetak kepemimpinan
nasional. Sepanjang kiprahnya HMI telah melahirkan banyak pemimpin
berskala nasional, baik sebagai akademisi, politisi, enterpreneur, serta tokoh
masyarakat lain. Namun, mengetahui sederet keberhasilan tersebut tidaklah
berarti jika sekedar nama bagi generasi setelahnya. Kader HMI yang
memegang estafet organisasi saat ini harus mampu meneruskan dan
melanjutkan jejak-jejak tersebut dengan lebih baik. Tidak hanya demikian,
namun yang paling berharga dari semua itu adalah bahwa generasi hari ini
memiliki sosok kepemimpinan Nabi Muhammad shallalahu alahi wa salam
sebagai sebaik-baik teladan untuk mencapai tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. 2007. The Super Leader Super Manager. Jakarta:
Tazkia Multimedia dan ProLM.
16