“ANTROPOLOGI KAMPUS”
RAYON PERIKANAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Saya berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para
pembaca. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
termasuk dari sahabat-sahabat PMII terutama yang bersifat membangun,
guna terciptanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila didalamnya terdapat
kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih.
JUNAIDI UMASUGI
I
JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Pembahasan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. KESIMPULAN 23
B. SARAN 23
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
kepemilikan tanah, sampai pada persoalan seks komersial dan kesetaraan
jender.
2
agent of control. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang utamanya berhubungan dengan ruang lingkup
pendidikannya dan juga dituntut untuk lebih peka mengenai hal-hal yang
terjadi disekelilingnya. Mahasiswa diharapkan dapat terus meningkatkan
kualitas dirinya sebagai generasi yang nantinya akan bertanggung jawab
terhadap nusa dan bangsa dan diharapkan tidak terlibat dengan gaya
hidup hedonis. Kenyataannya gaya hidup hedonis masih banyak dijumpai
pada remaja.
3
sehingga dapat menyelesaikan hambatan-hambatan juga masalah kader
dalam proses pengembangan karakter diri agar dapat didistribusikan
disetiap tempat sebagai ruang proses kaderisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Memahami apa itu antropologi ?
2. Bagaimana Kampus dalam sudut pandang Antropologi?
3. Bagaimana Norma akademik (etika ka mpus) ?
4. Tipologi mahasiswa dalam sudut pandang Antropologi ?
5. Bagaimana pmii dan rekayasa kampus ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar kader-kader PMII dapat memahami ap aitu Antropogi kampus.
2. Kader PMII dapat menjadikan Antropologi kampus sebagai diagnosa
permasalahan internal organisasi maupun kampus.
4
BAB II
PEMBAHASAN
a) Pengertian Antropologi
Ditinjau dari segi bahasa antropologi terdiri dari dua kata, yaitu
antropos dan logos. Antropos yang berarti manusia dan logos yang
berarti ilmu pengetahuan, jadi antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dan kehidupannya atau penyelidikan tehadap
manusia dan kehidupanya.
5
berupa manusia sebagai organisme biologis. Sedangkan kedua ialah
antropologi budaya, yang obyek kajiannya terkait manusia sebagai
makhluk sosial yang berbudaya.
6
dan masyarakat Badarah (kota), laporan ini kemudian terangkum dalam
sebuah buku yang diberi judul Mukaddimah Ibnu Khaldum. Ia kemudin
dikenal sebagai leluhur antropologi (Eriksen. 209:16-17). Buku ini
kemudian menjadi bahan pokok kajian Sosiologi yang menjadi
landasan teori yang justru belakangan ini diklaim oleh beberapa ilmuan
sebagai teori yang menjadi acuan para sosialog semisal Comte,
Durkheim, maupun Weber.
Dalam hubunganya dengan perkembangan antropologi paska
revolusi industri di Benua Eropa hingga masa kini dapat dilihat sajian
beberapa antropolog, diantaranya adalah Koentjaraningrat (2009:1-4)
membagi sejarah lahirnya Antroplogi menjadi empat fase, yaitu:
a) Fase Pertama Sebelum Tahun 1800 Fase Pertama ini dimulai
dengan penjelajahan bangsa Eropa pada akhir abad ke 15 memasuki
abad ke 16 untuk mencari rempah-rempah yang dijadikan sebagai
bahan baku industri di benua Afrika, Asia, Oecenia, dan Amerika.
Dalam perjalananya ke benua tersebut diikutsertakan pula para
musafir, sekretaris/pegawai pemerintah jajahan, penerjemah dan
para pendeta Nasrani, mereka dengan cermat memperhatikan setiap
kejadian yang dilihatnya di tempat persinggahan, terutama
masyarakat manusia yang mencakup ciri fisik, warna kulit, postur
tubuh, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tradisi, adat-istiadat
dan kebudayaan setempat. Masyarakat yang disinggahi itu menjadi
menarik karena ada yang dilihatnya sangat berbeda jauh dengan
tradsisi kehidupan bangsa Eropa yang mereka miliki. Tak ayal
benda benda kebuadayaan yang terdapat pada masyarakat tersebut
ikut serta diboyong ke negeri Eropa. Peristiwa unik yang dijumpai
itu berupa tradisi beberapa kebudayaan di Afrika yang
mengahruskan setiap wanita yang mulai tumbuh dewasa, agar si
gadis itu nampak cantik maka ia mesti melebarkan bibirnya
menjulur ke dagunya hingga lima sampai sepuluh centi meter
dengan cara memasukkan benda berupa tanah kering menyerupai
pringan kecil di bibirnya, sehingga beberapa tahun kemudian
7
bibirnya akan menjadi besar dan mejulur ke dagu. Di Benua Asia
dan Oecenai terdapat suku bangsa yang menganggap bahwa wanita
cantik dan anggun itu mesti memanjangkan kedua telinganya
sampai lebih dari sepuluh sentimeter dengan cara melobangi dan
memberikan beban agar semakin lama telinganya semakain
memanjng, atau juga terdapat suku bangsa yang para kaum prianya
dalam berpakaian hanya menutup alat kelaminya saja (koteka).
Catatan-catatan dari keunikan setiap masyarakat yang disinggahi
(catatan etnografi) kemudian dikumpulkan dalam suatu buku
laporan (buku) lalu dipresentasikan di hadapan para kaum terpelajar
sekemabalinaya di daratan Eropa. Pada umunya setelah membaca
laporan tesebut mereka memberikan tanggapan sebagai berikut:
1. Sebagian kaum terpelajar Eropa menyebutkan bahwa bangsa-
bangsa di luar Eropa itu buukanlah manusia melainkan sejenis
manusia liar, keturunan iblis dan sebutan bernada miris lainya.
Dari peristiwa inilah muncul istilah savages, primitive. Istilah
yang demikian tentulah masih sangat familiar di telinga kita
hingga sekarang yang dikonotasikan sebagai manusia
ketinggalan zaman atau yang manusia setia dan patuh pada
tradisi leluhur yang ketat.
2. Ada pula kaum terpelajar Eropa yang memandang bahwa
masyarakat tersebut masih menunjukkan sifat aslinya sebagai
manusia, karena belum berpikir tentang kebaikan dan kejahatan
sebagaimana yang terdapat pada masyarakat Eropa pada waktu
itu.
3. Sebagian kaum terpelajar beranggapan bahwa apa yang
tersajikan merupakan hal-hal yang menarik, sehingga tidak
sedikit diantara mereka kemudian menjadikan bahan-bahan
berupa benda kebudayaan yang berasal dari Afrika, Asia,
Oecenia dan Amerika tersebut sebagai benda-benda koleksi yang
tersimpan di beberapa museum terkenal di Eropa. Seperti halnya
catatancatatan tertulis masyarakat Bugis-Makasaar (lontara)
8
mengenai kehidupan kebudayaanya yang dikenal dengan LaGa
Ligo yang tesimpan rapi di perpustakaan Leinden Negeri
Belanda. Pada fase pertama ini sudah mulai ada keinginnan yang
kuat untuk menghimpun berbagai catatan-catatan etnografis
masyarakat di luar Benua Eropa, untuk dijadikan bahan-bahan
pengetahuan tentang berbagai macam ragam masyarakat manusia
di seluruh dunia.
b) Fase Kedua Pertengahan Abad ke 19 Keinginan yang kuat untuk
menghimpun bahan bahan etnografi di benuabenua di luar Eropa
mulai menunjukkan hasil. Para kaum terpelajar Eropa mempelajari
dan memahami cataan-catatan etngorafi itu dengan pendekatan cara
berfikir evolusi masyarakat. Cara berfikir secara evolusi itu dapat
disingkat sebagai berikut bahwa masyarakat manusia mengalami
tahap perkemanagan dari tingkat yang paling rendah (sederhana
dalam istilah antropologi masa kini), kemudian melalui beberapa
tahap dan dalam jangka waktu yang lama, maka masyarakat itu
akan sampai pada tingkat yang lebih tinggi (masyarakat kompleks
untuk istlah antrolplogi masa kini). Cara berfikir secara evolusi
kemuadian disimpulkan bahwa masyarakat yang paling terendah
tingkat kebudayaannya adalah seperti halnya masyarakat yang
tersajikan dalam laporan etnografi itu (masyarakat di Benua Afrika,
Asia, Oecenia dan Amerika) , sedangkan masyarakat yang telah
mengalami tingakat perkembangan yang sudah tinggi adalah
sebagaimana pada masyarakat Erapa pada masa itu. Atau dengan
kata lain masyarakat di luar bangsa Eropa adalah masyarakat yang
masih primitif sedagkan masyarakat Eropa adalah masyarakat yang
sudah moderen. Dengan demikain berdasarkan cara berfikir evolusi
masyarakat, manusia di muka bumi ini bermula dari masyarakat
yang berkemabng dari tingat paling rendah (primitf) lalu mengalami
perubahan secara perlahan dan dalam waktu yang sangat lama untuk
sampai pada tingkat yang paling tinggi atau moderen. Pada fase
kedua ini Antropologi sudah mulai nampak sebagai sebuah ilmu
9
yang memenuhi syarat secara akademikal, yaitu baru sebatas ilmu
yang diperbincangkan di kalangan masyarakat terpelajar
(akademis), dan belum menjadi ilmu yang bertujuan secara praktis
atau belum dapat bermanfaat secara langsung dengan pembangunan
suatu masyarakat. Sehingga secara akademis tujuan antropologi
dapat dirumuskan sebagai berikut: Mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitive (sederhana) dengan maksud untuk
mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat secara evolusi
perkembangan kebudayaan umat mansuaia.
c) Fase Ketiga Permulaan Abad ke 20 Kurun waktu permualaan abad
ke 20 bisa dikatakan sebagai abad keemasan bangsa-bangsa Eropa,
karena mereka telah berhasil menancapkan kekuasaan dan
memantapkan penguasaan atas sumber daya alam yang teradapat
pada wilayahwilayah di luar bangasa Eropa. Sehingga kepentingan
utama mengenai pemahaman tentang bangsa terkebelakang di luar
Eropa akan memberikan gambaran tentang fase kehidupan
masyarakat Eropa di masa lalu, yaitu ketika bangsa Eropa kala itu
mengalami perkembangan yang masih rendah dalam sejarah umat
manusia. Selain itu mempelajari bangsa-bangsa jajahan dalam
rangka memahami karakteristik masyarakat, adat-istiadat dan
keudayaanya sehingga memungkinkan celah utuk menanamkan
pengaruh lebih jauh di bidang kebudayaan dan akses kekuasaan,
sehingga memudahkan bangsa Eropa dapat memperolah bahan baku
terutama rempah-rempah dengan urah dan mudah serta terjangkau
tanpa harus mendapat perlawanan dari suku bangsa setempat.
Seperti halnya di Indonesia, suku bangsa yang paling akhir
ditaklukan adalah Aceh. Karena Penjajah Belanda mengalami
kesulitan mengahadapi rakyat Aceh yang terkenal dengan semanagt
jihad, yaitu suatu kekuatan atau spirit yang muncul dalam diri
masyarakat Aceh yang beranggapan bahwa berperang melawan
bangsa Belanda (kafir) adalah tugas mulia, dan jika kelak mati
karenanya maka ia mati sebagai syuhada, sehingga tanpa melalui
10
suatu proses dihisab lebih dahulu akan tetapi langsung masuk surga.
Semangat ini seolah-oleh mendorong bangsa Aceh bukan saja
berperang untuk mempertahankan hak wilayahnya, akan tetapi juga
berperang untuk mati. Inilah yang menyebabkan hingga ratusan
tahun lamanya bangsa Belanda kewalahan menghadapi perlawanan
Bangsa Aceh. Hingga pada suatu ketika muncul pemikiran untuk
memberangkatkan seorang misionaris kenamaan yang bernama
Snouckogronye untuk menempuh pendidikan di jazirah Arab
(Mekkah dan Madinah) selama kurang lebih dua tahaun, dan setelah
dengan fasih berbahasa Arab serta menguasai dengan baik hukum
fiqhi dan ajaran Islam, setelah kembali , Snouckogronye kemudian
memberikan semacam saran atau rekomendasi kepada pememrintah
kolonial Belanda, bahwa Bangsa Aceh bisa ditaklukan jika terlebih
dahulu meruntuhkan semangat juangya, dengan cara merubah cara
pandang, bahwa selama ini penjajah disebut sebagai bangsa kafir
maka dengan memberikan bantuan berupa pembangunan tempat
ibadah dan pendidikan (mesjid, surau, mushala dan madrasah),
maka lambat laun akan merubah cara berfikir masyarakat Aceh
tentang bangsa penjajah Belanda yang selama ini dianggap sebagai
kaum kafir yang jahat dan halal untuk dibunuh. Tidak lama setelah
itu, Bangsa Belanda mulai menjalankan politik bantuan, yaitu
membantu membangun sarana pendidiakan dan peribadatan, maka
mulai muncul desas desus bahwa Bangsa Belanda adalah orang
yang baik dan belum tentu kafir, cara pandang yang demikian
meruntuhkan semangat perlawanan orang Aceh terhadap Belanda,
sehingga tidak lama berselang bangsa Aceh dapat ditaklukkan,
setelah itu Snouckogronye pun kembali ke negeri Belanda
menekuni profesi awalnya sebagai seorang misionaris, ia disambut
sebagai pahlawan dan diberikan penghargaan sebagai tokoh dan
pahlawan bangsa Belanda. Dengan demikain dalam fase ini dapat
disebutkan bahwa antropologi mulai menjadi suatu ilmu yang
berisifat praktis yang bisa dirumuskan sebagai berikut: Mempelajari
11
masyarakat dan kebuadayaan suku bangsa di luar Eropa untuk
kepentingan colonial, dan guna memeperoleh pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.
d) Fase Keempat Tahun 1930-an Fase ini bisa dikatakan bahwa
antropologi mengalami masa yang mulai matang sebagai sebuah
ilmu, karena diperkaya oleh demikian banyaknya bahanbahan
penelitian yang bersumber dari catatan-catatan berbagai suku
bangsa terjajah yang tersebar hampir di seluruh benua selain Eropa,
sehingga antropologi mulai menajamakan kajianya dengan mencoba
berbagai metode untuk dapat merangkai dan menyusun hasil
kumpulan catatannya dalam bentuk laporan atau buku yang mudah
unutk difahami. Walaupun demikian periode ini kajian antropologi
berhadapan dengan adanya situasi dunia yang sedang mengalami
perubahan yang cukup berarti karena dua hal:
1. Meluasnya sikap anti pati terhadap kolonialisme setelah pernag
Dunia II. Sikap ini dapat difahami karena ulah bangsa kolonial
sendiri yang saling memperebutkan daerah dan negeri jajahan
agar mudah memperoleh bahan baku idustri, menyebabakan
dunia memasuki masa kritis sebagaimana puncaknya ditandai
dengan penyerangan negara sekutu yang menyebabkan
hancurnya Herosima dan Nagasaki di negeri Jepang akibat
jatuhnya bom Atom dan kekacauan masyarakat dunia.
2. Suku-suku bangsa yang terdapat pada negeri-negeri jajahan
mulai terjangkau dan terbuka dari isolasi perubahan dunia,
sehingga mau-tidak mau masyarakatnya juga mengalami
perubahan sehingga mulai mampu menyesuaikan diri terhadap
perkembangan dunia, maka di masa ini suku bangsa yang
dianggap primitive mulai nampak berkurang bahkan nyaris
hilang. Masyarakat pada suku bangsa tersebut perlahan mulai
menyadari adanya keberadaan bangsa asing di wilayah tanah
airnya, bahwa bangsa asing tersebut selama ini telah mengambil
sumber daya alam setempat. Perubahan masyarakat dunia turut
12
serta mempengaruhi orentasi kajian antropologi yang selama ini
ditujukan untuk memahami suku bangsa di benua selain Eropa,
sebagaimana pada kajian yang telah dilakukan di masa periode
pertama hingga periode ketiga, yaitu terhadap suku bangsa
primitive. Menyikapi perubahan tatanan dunia yang demikian
maka apa yang dilakukan pada periode sebelumnya tidak
ditinggalkan begitu saja, melainkan dijadikan sebagai kekayaan
khazanah untuk menindaklanjuti dengan megembangkan
lapangan kajian atau penelitian, bukan hanya masyarakat
primitive di luar Eropa tetapi juga tehadap masyarakat pedesaan
Eropa dan di masyarakat di luar Eropa, yaitu kajian yang
memfokuskan pada aspek manusia dari segi
1) keragaman fisik,
2) Keragaman masyarakat dan
3)Keragaman budanya.
Perubahan orentasi kajian menyebabkan juga terjadi perubahan
tujuan yang dapat di sebutkan sebagai berikut:
1) Tujuan akademik: memperoleh pengertian mengenai
masyarakat manusia pada umunya yaitu dengan mempelajari
bentuk fisiknya, ragam masyarakat serta kebudayaanya.
2) Tujuan Praktis. Memeplelajari dan memahami keragaman
masyarakat suku bangsa untuk membantu membangun
masyarakat suku bangsa tersebut.
e) Pengertian Kampus
13
Tulehu’, atau pola IAIN yang dulu mempunyai banyak cabang di
daerah, atau seperti yang sekarang dijalani UWH Semarang yang
mempunyai bayak cabang di daerah.
14
Masalah akademik adalah masalah yang berkaitan langsung
dengan kegiatan kurikuler, Masalah non akademik adalah masalah yang
terkait dengan kegiatan non kurikuler. Sedangkan Pelanggaran adalah
perilaku atau perbuatan, ucapan, tulisan yang bertentangan dengan
norma dan etika kampus. Etika kampus adalah ketentuan atau peraturan
yang mengatur perilaku/atau tata krama yang harus dilaksanakan oleh
mahasiswa Ubaya. Etika kampus meliputi 2 hal penting yaitu ketertiban
dan tata krama.
B. Tipologi Mahasiswa
Anda sendiri bisa memegang dua katagori atau tiga bahkan empat
sekaligus dari tipologi yang kitra susun ini. Bahkan mungkin masih
membuka munculnya jenis tipologi lainnya. Yang penting semoga Anda
bisa berguna bagi diri Anda sendiri dan bagi orang lain dalam lingkungan
kehidupan keluarga, organisasi dan masyarakat.
a. Mahasiswa Pemimpin
15
Tipikal mahasiswa seperti ini selalu terlihat mencolok dan aktif
dibandingkan mahasiswa lainnya. Hidupnya di perkuliahan sangat
bervariatif –diisi dengan berbagai kegiatan, dan ia tidak hanya belajar
dari kuliah semata, namun juga belajar dari lingkungan. Ia akan aktifg di
organisasi, baik intra maupun ektra kampus. Biasanya –tapi tidak
mengikat- tipe mahasiswa seperti ini tidak memiliki keinginan yang besar
untuk lulus terlalu cepat, karena ia mencari pengalaman sebanyak-
banyaknya untuk menjadi pemimpin di masa depan. Cita-citanya,
biasanya ingin menjadi pemimpin perusahaan, lurah, bupati, DPR,
menteri, bahkan presiden.
b. Mahasiswa Pemikir
Tipikal mahasiswa jenis ini selalu berpikir dan terus berpikir.
Hobinya membaca buku, diskusi dan menulis. Terkadang orang jenis ini
–karena terus belajar- tanpa menghiraukan sekitarnya, agar bisa
mendapatkan jawaban atas apa yang dipikirkannya. Biasanya tipe
mahasiswa seperti ini jika telah lulus ingin jadi ilmuwan, peneliti, dosen
atau akademisi.
c. Mahasiswa Study Oriented
Tipikal mahasiswa jenis ini selalu rajin masuk kuliah dan
melaksanakan tugas-tugas akademik. Mahasiswa jenis ini tidak mau tahu
dengan apa yang terjadi di kampus. Pokoknya yang penting mendapatkan
nilai bagus dan cepat lulus.
d. Mahasiswa Hedonis
Tipe mahasiswa seperti ini tiada banyak berpikir, tidak mau aktif
di organisasi. Ia selalu menjalani kehidupan dengan hedonis, glamour,
dan happy-happy. Kalau ke kampus sering memakai pakaian yang norak,
memakai mobil, dan nongkorong di mall, kafe, dan tempat hiburan
lainnya.
e. Mahasiswa Agamis
Tipikal mahasiswa seperti ini kemana-mana selalu membawa al-Qur’an,
berpakaian ala orang Arab, tampil (sok) islami, menjaga jarak terhadap
lain jenis yang tidak muhrim.
16
f. Mahasiswa K3 (Kampus, Kos dan Kampung)
Tipikal mahasiswa seperti ini kesibukanya hanya K3, yaitu kampus, kos
dan kampung.
Kalau tiba jam kuliah ya berangkat kuliah, kalau selesai pulang kos, atau
ada waktu cukup pulang kampung.
g. Mahasiswa Santai Semaunya Sendiri
Tipe mahasiswa seperti ini tiada banyak berpikir, selalu menjalani
kehidupan apa adanya. Enjoy aja! Biasanya tipikal mahasiswa seperti ini
aktif di bidang seni dan olahraga. Dia tidak terlalu memikirkan kuliah,
karena yang penting dalam hidupnya adalah santai. Biasanya mahasiswa
seperti ini lama sekali lulusnya, karena nilainya juga santai.
h. Mahasiswa Mencari Cinta
Tipikal mahasiswa seperti ini tiada terlalu memikirkan kuliah, tetapi yang
dipikirkannya adalah CINTA. Yang penting baginya adalah mendapatkan
pacar yang setia. Lulus kuliah cepet-cepet menikah.
i. Mahasiswa Jomblo Unsold
Tipe mahasiswa seperti ini terkadang dianggap terlalu menyedihkan,
karena tiada laku-laku (unsold). Tapi terkadang mahasiswa memilih
jomblo bukan karena tidak laku, tetapi karena ia memang tidak ingin
berpacaran demi meraih cita-citanya di masa depan.
j. Mahasiswa Usil
Tipikal mahasiswa seperti ini sangat senang apabila orang lain menderita.
Contohnya sebelum dosen masuk kelas, ia akan mengganti kursi dosen
dengan kursi yang rusak biar dosennya patah tulang, atau sebelum dosen
masuk, ia menulis kertas di pintu kelas bahwa perkuliahan di kelas hari
ini dibatalkan.
k. Mahasiswa Tak Jelas
Tipikal mahasiswa seperti ini tak bisa dikategorikan, karena terkadang ia
seperti pemimpin, terkadang seniman, terkadang pemikir, terkadang
santai, terkadang pecinta, terkadang usil, dll. Terkadang aktif keliatan
terus, terkadang lenyap hilang entah ke mana.
l. Mahasiswa Anak Mami
17
Tipikal mahasiswa seperti ini selalu pulang di akhir pekan, takut kalau
mamanya marah. Ia kuliah demi menyenangkan hati maminya.
Kebanyakan tipikal seperti ini tidak menikmati perkuliahannya,
karena jurusan perkuliahannya itu pilihan dari sang ibunda, bukan dari
kehendak hatinya. Kebanyakan tipe kuliah seperti ini putus di tengah
jalan, tetapi semoga kamu tidak!
m. Mahasiswa Apa Mahasiswi
Sudah jelas sekali bahwa tipikal mahasiswa seperti ini memiliki dua
kepribadian, yang pertama wanita yang kedua pria. Orang-orang biasa
menyebutnya banci, tidak punya karakter yang jelas.
n. Mahasiswa Gadungan
Tipe ini sebenarnya bukan mahasiswa, tetapi karena ingin terlihat seperti
mahasiswa, maka ia sering nongkrong-nongkrong di kampus orang.
Biasanya ia punya tujuan tertentu, seperti mencari seorang cewek idaman
atau mau memasang bom di kampus orang.
o. Mahasiswa Monitor
Mahasiswa seperti ini selalu berhadapan dengan komputer, sampai-
sampai mukanya sudah berevolusi seperti monitor. Matanya sudah
sebesar mouse, dan rambutnya sudah tak terurus seperti kabel USB atau
RJ-45. Biasanya tipikal mahasiswa seperti ini hobi chatting dan
mendapatkan kebutuhannya dari internet. Tetapi mahasiswa seperti ini
bagus juga, karena ia tak bakal ketinggalan zaman deh.
p. Mahasiswa Abadi
Jelas, mahasiswa jenis ini paling betah di kampus, yang di kuliahnya di
atas semester 10 tapi masih santai-santai dan belum mikir lulus.
q. Mahasiswa aktivis
Mahasisiwa yang aktif dan ikut organisasi
r. Mahasiswa apatis
Sikap acuh tak acuh, tak mau tahu tentang kondisi sosial dan politik
dikampus.
18
adanya birokrasi, pendidikan formal dan teknisi, ketiganya bisa kita
katakan scientific prinsip. Dari ketiga hal tersebut Lalu kita bedah dengan
model of Reality yang menghasilkan istilah adaptasi dan model for
reality yang menghasilkan tawaran hidup baru.
Setelah kita bisa memahami diri kita sendiri dan orang lain kita
bisa memahami cara berkomunikasi dengan mereka dan setelah itu kita
bisa menganalisis kampus. Berpolitik di kampus adalah sebuah
pembelajaran yang sangat penting untuk kawan-kawan mahasiswa.
Kebanyakan mahasiswa masih tidak dewasa dalam menghadapi situasi
politik di kampus. Karena itu dalam berpolitik di kampus ada beberapa
hal yang harus kita pahami. Pertama kita harus paham latihannya, yang
dimaksud disini adalah manajemen konflik yang menjadikan adanya
sebuah konflik antar sesama agar nuansa pertarungan semakin hidup.
Hal yang kedua yang harus kita pahami bahwa politik kampus
adalah politik kebangsaan bukan berkebangsatan, maksudnya yakni
politik di dalam kampus adalah politik yang bernuansa nasionalis bukan
ekstrimis dan radikal. Dan yang terakhir Politik kampus adalah harus
bernuansa politik senyum bukan politik praktis yang menghalalkan
segala cara. Dinamika kampus tidak hanya berbicara kuliah dan kumpul
di kelas setelah itu pulang. Hal tersebut mungkin bisa kita katakan adalah
paradigma dari mahasiswa profesional yang pekerjaannya sehari-hari
hanya kuliah dan pulang.
19
Tetapi lain halnya dengan mahasiswa yang Idealis-Konfrontatif
ataupun Idealis-Realistis. Mereka tidak mungkin hanya kuliah saja tetapi
mereka hidup berorganisasi di dalam maupun luar kampus, kebanyakan
orang menyebut mereka adalah Aktivis. Aktivis adalah orang yang
melaksanakan peran individu untuk melaksanakan perubahan. Ada pula
orang yang memberikan definisi lain, aktivis yakni orang yang mencari
masalah dan menyelesaikan masalah tersebut. Berbicara aktivis mungkin
tidak akan jauh dengan yang namanya politik kampus.
20
C. PMII DAN REKAYASA KAMPUS
21
nantinya kampus akan dikelola, lembaga inilah yang akan
mewujudkannya dalam tataran kerja nyata di lapangan.
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan ini dalam bentuk
pelatihan dan sebagai pengalaman, perlu adanya kegiatan kontinue
(lanjutan) terhadap pehaman Antropologi untuk selalu melatih
mahasiswa dalam menggali potensi yang ada di dalam diri mahasiswa
tersebut. Antropologi ini memberikan pemahaman yang bagus untuk
mahasiswa dalam mengenal lingkungannya baik didalam dunia kampus
maupun diluar kampus. Peran mahasiswa dan kader PMII bagi bangsa
dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan dengarkan dosen
berbicara dan olahan senioritas, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai
berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa
Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang
melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum,
sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak
moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang
memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif
yang ada pada suatu kaum.
B. Saran
Sebagai saran dalam hal ini mari bersama ditujukan kepada para
generasi muda mahasiswa dan para kader PMII, seluruh elemen instansi
baik yang ada di daerah maupun yang da di pusat serta seluruh lapisan
23
masyarakat bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa.
Perlu untuk diperhatikan dan diberikan pemahaman serta didikan
tentang bagaimana memahami Antropologi dan berikan contoh atau
keteladan kepada mahasiswa dalam memimpin yang nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
24