INTERMEDIATE TRAINING
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas ridho dan ijin-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti
Intermediate Training atau LK II di Serang.
1. Orang tua terutama ayah yang telah mendukung karir penulis di HMI.
Karena dahulu setelah mengikuti LK I komisariat LIPIA, beliau bercerita
bahwasanya almarhumah ibu juga adalah seorang kader HMI Ciputat saat masih
menjadi mahasiswa saat itu.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...........................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan.........................................................................................2
1.5 Pembatasan masalah.....................................................................................2
1.6 Metode penulisan..........................................................................................3
1.7 Sistematika penulisan....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Pengertian Ilmu Sosial Profetik dan Kepemimpinan Profetik......................4
2.1.1 Ilmu Sosial Profetik...................................................................................4
2.1.2 Konsep Kepemimpinan dan Kepemimpinan Profetik...............................9
2.2 Esensi Ajaran Islam tentang Khalifah fil Ardh sebagai Misi Kepemimpinan
Profetik...................................................................................................................11
2.2.1 Penciptaan Manusia Sebagai Khalifah fil Ardh......................................11
2.2.2 Ajaran Islam yang Menyertai Manusia...................................................12
2.2.3 Maqashid Syar’iyah dan Kepemimpinan Profetik..................................13
2.3 Implementasi Ajaran Islam dalam Kepemimpinan Profetik.......................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
3.1 Kesimpulan.................................................................................................17
3.2 Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kuntowijoyo (1943-2007) adalah pria yang bertanggung jawab dalam
mengenalkan istilah “profetik” kepada khalayak umum. Pada awalnya, istilah
yang ia gunakan adalah “Ilmu Sosial Transformatif” yang kemudian mengalami
perubahan nama menjadi “Ilmu Sosial Profetik”.
Gagasan ini muncul sebagai sebuah keresahan bagi pemikiran Islam yang
cenderung jumud, serta sebagai sebuah kritik terhadap paham-paham barat yang
dinilai mempunyai banyak kelemahan1.
Arti profetik sendiri menurut KBBI ialah “segala sesuatu yang berkenaan
dengan kenabian”3. Kemudian oleh Kuntowijoyo istilah profetik disambungkan
dengan ilmu sosial, untuk menjembatani teori sosial dengan agama.
1
(Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi: 1991).
2
Sus Budiharto dan Fathul Humam, “Konstruk Teoritis dan Pengukuran
Kepemimpinan Profetik”, Jurnal Psikologi, 33, 2, (2006), 136
3
https://kbbi.web.id/profetik, diakses pada 11 Juli 2019 pukul 23.21 WIB
1
Berangkat dari pemahaman tersebut, HMI sebagai organisasi mahasiswa
islam, sangat perlu untuk memahami konsep kepemimpinan yang dilandaskan
dengan pemahaman “profetik” tadi, dalam mewujudkan kadernya sebagai
khalifah fil ardh.
1. Apa esensi penerapan ajaran islam tentang khalifah fil ardh dalam
kepemimpinan profetik?
2. Apa saja contoh implementasi kepemimpinan profetik yang dapat
dilakukan pemimpin masa kini demi mewujudkan tujuan khalifah fil ardh?
1. Mengetahui esensi penerapan ajaran islam tentang khalifah fil ardh dalam
kepemimpinan profetik.
2. Mengetahui contoh implementasi kepemimpinan profetik yang dapat
dilakukan oleh pemimpin masa kini sesuai dengan tujuan khalifah fil ardh.
2
perlu untuk membatasi pembahasan masalah di dalam tulisan ini. Adapun masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut.
Studi literatur ini sendiri meliputi pengumpulan data dan informasi yang
didapat melalui jurnal, artikel, serta referensi buku-buku terkait dan saran serta
masukan senior-senior di HMI.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor eksternal
4
Paham positiveme yang mengedepankan kebebasan dikritik secara tidak
langsung oleh ISP (Ilmu Sosial Profetik) yang berbicara juga tentang kebebasan
namun berlandaskan nilai-nilai yang dianut.
2. Faktor Internal
Bahwasanya aspek tradisi keilmuan islam yang sedang terjadi, telah gagal
dalam memajukan dan memberdayakan umat.
1. Tradisi Normatif
Yaitu tradisi dakwah yang mengajak kepada kesucian agama dan ibadah.
Yang mengedepankan nilai-nilai kebaikan dan ketuhanan.
2. Tradisi Ideologis
3. Tradisi Ilmiah
5
Lebih lanjut ia menuturkan bahwasanya Ilmu Sosial Profetik mempunyai
perhatian utama yaitu emansipasi umat.
“Misalnya saja dia menangkap makna yang terkandung dalam Surah Ali
Imran ayat 110, dengan konsep-konsep yang dikenal umum yaitu humanisasi dan
emansipasi untuk istilah ‘amr ma’ruf’, liberasi untuk ‘nahiy munkar’, dan
transendensi untuk ‘iman kepada Allah’.”
“Di sini dia berupaya memahami Al-Quran dalam kerangka ilmu, terutama
teori-teori sosial,” tulis Dawam Raharjo dalam pengantarnya untuk kompilasi
karya Kuntowijoyo, “Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi”.
Ketiga hal ini adalah tolak ukur kesuksesan yang dikatakan kalimat
sebelumnya dalam ayat tersebut “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk manusia”.
6
tersebut. Yaitu masyarakat utama (Khaira Ummah), kesadaran sejarah (Ukhrijat
linnas), Humanisasi (Ta’muruna bil ma’ruf), Liberalisasi (Tanhauna ‘anil
munkar), dan Transendensi (Tu’minuuna billah).4
Menurut tafsir Ibnu Katsir, “umat terbaik” berarti umat yang paling
bermanfaat untuk umat manusia, yang kemudian direpresentasikan sebagai
Khalifah fil Ardh sebagaimana yang diceritakan Allah SWT dalam surat Al-
Baqoroh ayat 30, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: ‘Aku
hendak menjadikan manusia khalifah di muka bumi”.
Pada ayat kedua dan ketiga surat tersebut, disebutkan bahwasanya manusia
adalah makhluk yang merugi (Innal insana lafi khusr).
4
Syarifudin Jurdi, Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern : Teori, Fakta dan
Aksi Sosial, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 9
7
Kecuali orang-orang yang beriman (aspek transendensi), mengerjakan
amalan soleh (humanisasi) serta saling menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran (liberalisasi).
Ayat ini mempunyai makna yang agung dan lebih spesifik dibandingkan
surat Ali Imron tadi dalam memaknai humanisasi. Yaitu hubungan antara
“beriman” yang disebutkan pertama dan “mengerjakan amalan soleh” yang
disebutkan setelahnya.
Secara umum, hubungan antar dua surat ini mengantarkan kita pada
definisi kepemimpinan profetik yang merupakan paradigma baru dalam
memperjuangkan umat islam, terlebih menjadi konsep utama paduan manusia
dalam menjadi khalifah fil ardh.
8
2.1.2 Konsep Kepemimpinan dan Kepemimpinan Profetik
Secara garis besar penelitian dan teori kepemimpinan dibagi menjadi tiga
pendekatan yaitu teori sifat, teori perilaku, dan teori kepemimpinan situasional.
1. Teori Sifat
2. Teori Perilaku
Terdapat dua orientasi dalam teori perilaku, yaitu perilaku pemimpin yang
berorientasi tugas sehingga menampilkan gaya kepemimpinan autokratik dan
perilaku pemimpin yang mengutamakan penciptaan hubungan manusiawi
sehingga menghasilkan gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif.
3. Teori Situasional
5
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2010) 226.
6
Ibid., 228.
7
Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Manajemen, 149. (Jakarta: Erlangga,
2014)
9
Teori kepemimpinan situasional awal mula dikembangkan oleh Paul
Hersey dan Ken Blachard. Dalam teori ini mereka berusaha mengembangkan
kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kebutuhan.
1. Kepemimpinan Otoriter
2. Kepemimpinan Laissez Faire
3. Kepemimpinan Demokratis
8
Opt cit, 228
9
Siti Zulaikhah, “Prototipe Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Dalam
Pendidikan (Sebuah Telaah Atas Sifat Wajib Rasul)”, Skripsi, IAIN Walisongo
Semarang, 2005, 56.
10
Menarik apabila ditelaah bahwasanya gagasan Ilmu Sosial Profetik
melahirkan metode-metode segar dalam banyak aspek. Pendidikan,
Kepemimpinan, dan lain sebagainya.
Selain itu, segala jenis contoh kenabian yang tergolong sunnah hasanah
dijadikan rujukan juga bagi cara kepemimpinan profetik ini, apabila berangkat
dari definisi harfiahnya.
2.2 Esensi Ajaran Islam tentang Khalifah fil Ardh sebagai Misi
Kepemimpinan Profetik
Dalam pengertian Ilmu Sosial Profetik, esensi ajaran islam tertuang dalam
konsep Humanisasi, Liberalisasi, dan Transendensi. Tiga pilar utama ini
mencakup keseluruhan risalah Islam yang harus menjadi rujukan bagi para
pemimpin.
11
menjalankan misi khalifah tersebut. Sisi keunggulan inilah yang menempatkan
manusia layak menerima amanat “khalifah Allah SWT di muka bumi ini”.10
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan
tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi seorang muslim (berserah diri
kepada Allah). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang
musyrik. (QS Ali Imran: 67)
10
Budhy Rahman Munawar, Membaca Nurcholish Majid, Islam dan Pluralisme, Democary
Project, Jakarta, 2011, hlm. 17.
11
Munzir Hatami, Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai Agen Perubahan, PT.
LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, Yogyakarta, 2009, hlm. 69.
12
Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka
bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang muslim
(berserah diri)." (QS Yunus: 84)
Agama yang dibawa para Nabi juga adalah satu, sebagaimana Hadits Nabi
SAW: “Para nabi adalah anak-anak saudara ayah. Dan agama mereka satu.”
(HR Bukhari dan Muslim).
Ajaran Islam yang diturunkan Allah lewat para Nabi adalah tools dan
guidance untuk mencapai tujuan khalifah fil ardh yang dicanangkan Allah SWT
di awal penciptaan manusia.
Oleh karena itu, slogan Islam rahmatan lil ‘alamiin (rahmat bagi semesta
alam) juga adalah sebuah slogan demi terwujudnya tujuan manusia di muka bumi
ini sebagai khalifah fil ardh. Karena bunyi slogan tersebut bukan hanya bertujuan
untuk menjadi rahmat bagi sesama manusia, namun untuk seluruh makhluk Allah
yang ada di muka bumi.
Karena ketiga unsur manusia (basyar, naas, dan insaan) yang saling
berkaitan, membuat manusia perlu memperhatikan semua aspek kehidupannya,
baik itu berkaitan dengan dirinya pribadi, sosial, maupun kepada Tuhannya agar
seimbang dan berhasil menjadi khalifah fil ardh.
13
Disamping membahas tentang ijtihad, 5 hal yang dikemukakan Imam As-
Syathibi ini juga merupakan salah satu rujukan dalam memahami konsep Islam
mengatur kehidupan manusia.
Oleh karena itu, tujuan Islam yang dikemukakan Imam As-Syatibi dalam
Maqashid Syari’ah yang berkaitan dengan “menjaga” 5 hal dalam kehidupan
seoerang muslim sangatlah berkaitan dengan semangat misi khalifah fil ardh dan
bersinggungan langsung dengan falsafah Kepemimpinan Profetik.
Beberapa sifat Nabi SAW yang terkenal dan biasa digaungkan oleh kader
HMI adalah sidik, amanah, fathonah, tabligh.
Kemudian tentu saja banyak sifat lain yang bisa ditelaah sebagai pedoman
implementasi metode kepemimpinan profetik. Antara lain, tasyji’, nasyith, uswah,
syuro, dan lain sebagainya.
14
1. Kepemimpinan Otoriter
12
Lima kunci tersebut diambil dari konsep Stephen P. Robbins and Mary Coulter,
Manajemen yang kemudian dianalisis dari kepemimpinan yang diterapkan oleh
Nabi.
13
Munardji. “Konsep Dan Aplikasi Kepemimpinan Profetik”, Edukasi. 04,
no.01, (2016).
15
Tipe kepemimpinan laissez faire menggambarkan pemimpin yang
memberikan kesempatan pada kelompok untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan pekerjaan atau masalah dengan cara apa pun yang menurut mereka
pantas.
3. Kepemimpinan Demokratis
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembahasan tentang kepemimpinan profetik sangatlah menarik karena
sifatnya yang praktis dan relevan untuk dunia leadership masa kini.
Maka dari itu, sebagai kader HMI, sangat menarik untuk membawa kajian
tentang kepemimpinan profetik sebagai bahan obrolan sehari-hari, maupun dalam
diskusi-diskusi dan kajian.
3.2 Saran
1. Alangkah baiknya referensi tentang Ilmu Sosial Profetik menjadi salah
satu refensi bacaan utama bagi para kader HMI dalam rangka
mendalami pemikiran-pemikiran yang senada dengan NDP.
2. Penting bagi HMI untuk mencetak kader-kader yang juga
mengimplementasikan sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Salah satu
wasilah dari hal tersebut adalah dengan mempelajari teori
kepemimpinan profetik yang sarat akan pembahasan tentang sifat Nabi
SAW yang mana menjadi buah daripada esensi ajaran Islam itu
sendiri.
17
3. Khalifah fil Ardh yang merupakan salah satu tujuan manusia
diturunkan perlu sekali untuk ditanamkan kembali ke benak para kader
untuk meningkatkan kebermanfaatan umumnya HMI dan khususnya
diri kader sendiri dalam agama dan masyarakat.
4. Baiknya teori kepemimpinan profetik menjadi rujukan bagi para
pemimpin masa kini, karena begitu banyaknya inspirasi dan paduan
yang bisa didapat dari pembelajaran terkait teori ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Al-Qur’an dan terjemahannya. 2008. Departemen Agama RI. Bandung:
Diponegoro.
Ahhimsa-Purta, Heddy Shri, 2018. Paradigma Profetik Islam:
Epistimologi, Etos, dan Model, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Al-Hafidz, Ibnu Katsir Ad-dimasyqy, Abi Fada’, 2006. Tafsir Ibnu Katsir,
Juz IV, Bairut; Darul Kutub Ilmiyah
Al-Syathibi, Abu Ishaq. Al-Muwafaqat fi Ushul Al-Syari’at. Beirut-
Lebanon: Dar Al-Ma’arifat, t.t.
Husain Abdullah, Muhammad, 2011. Studi Dasar-dasar Pemikiran
Islam. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
Kuntowijoyo, 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Jakarta:
Penerbit Mizan
Munawar, Budhy Rahman, 2011. Membaca Nurcholish Majid, Islam dan
Pluralisme, Jakarta: Democary Project.
Munzir Hatami, 2009. Revolusi Sejarah Manusia, Peran Rasul Sebagai
Agen Perubahan. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta
Robbins, Steven P, 2014. Manajemen, Jakarta: Erlangga.
Sutrisno, Edy, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Kencana.
Syarifudin Jurdi, 2010. Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern : Teori,
Fakta dan Aksi Sosial. Jakarta: Kencana.
19