OLEH :
MOCH FATHURROZZI KURNIANSYAH
INTERMEDIATE TRAINING
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG TULUNGAGUNG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya penulis
dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengikuti Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Semarang.
Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang tercinta, yang penuh
kerelaan hati dan pengertian yang mendalam kepada penulis untuk
melanjutkan jenjang training di HMI.
2. Seluruh Keluarga Besar HMI, Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan HMI Cabang
Kab. Tulungagung yang telah banyak memberikan dorongan serta masukan yang
bermanfaat bagi penulis selama menyelesaikan Makalah Ini.
3. Terkhusus untuk teman-teman saya tercinta yang telah membantu mengarahkan
saya serta meminjamkan buku-buku referensi serta bisa berdiskusi dengan materi
yang saya perlukan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, bahkan Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
yang besar bagi semua pihak yang membutuhkan.
Tulungagung, 15 September
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Contents
COVER.............................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 5
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 6
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................................. 7
E. Metode Penulisan................................................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................................................................ 7
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 8
A. Pengertian Pesantren .......................................................................................................... 8
B. Pengertian Kepemimpinan Profetik .................................................................................. 10
C. Masyarakat Madani .......................................................................................................... 14
D. Pentingnya Pesantren Dalam Membentuk Pemimpin Profetik Dalam Masyarakat Madani 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 22
CURICULLUM VITAE .................................................................................................................. 23
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang ada
di indonesia sampai saat ini masih tetap memberikan kontribusi yang penting baik
di bidang sosial yang maupun keagamaan khususnya. Pondok perantren mampu
untuk menjaga dan memepertahankan nilai-nilai pesantren yang dimiliki sampai
saat ini, dan juga memiliki model pendidikan yang sangat luas.
Hingga saat ini perkembangan zaman hingga saat ini, sistem pendidikan
pesantren terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Di dalam
pesantren tidak hanya mengajarkan terkait ilmu agama saja akan tetapi juga
mengajarkan ilmu-ilmu umum lainnya. Ada juga pesantren yang mengkhususkan
ilmu-ilmu tertentu seperti tahfid al-Quran, ketrampilan atau kaderisasi gerakan-
gerakan islam.
Untuk membentuk pemimpin yang berkarakter, pesantren modern bukan
hanya memanage, teachdan leadsecara parsial. Malainkan total mendidikkan
kehidupan secara utuh dan melibatkan dirinya dengan berbekal iman, ilmu,
amal, akhlaq, komunikasi/interaksi dan mental yang tangguh. Sehingga terlahir
pemimpin yang harus menguasai permasalahan, selalu banyak mengambil
inisiatif, tidak menunggu diperintah, mampu menciptakan pekerjaan dan tidak
mencari pekerjaan.
Pesantren modern merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam
yang terkenal juga dengan pendidikan karakter, salah satunya dalam
membentuk karakter kepemimpinan santri. Selogan siap memimpin dan siap
dipimpin yang biasa diucapkan pimpinan pesantren modern merupakan salah
satu bukti pentingnya pembentukan karakter kepemimpinan pada diri santri-
santri di pesantren itu. Salah satu tujuan dari pembentukan karakter
kepemimpinan tersebut yakni untuk membekali kemampuan santri terhadap
situasi yang harus dihadapi dalam perkembangan zaman ini, sehingga
mereka mampu berkiprah di masyarakat dan menjadi seorang pemimpin yang
karismatik dan berkarakter yang tidak mudah goyah akan bisikan dari
nikmatnyanya jabatan yang ia miliki. Tidak sedikit fenomena seorang
pemimpin yang terlena dengan jabatan yang dimilikinya saat itu, baik dalam
organisasi maupun pimpinan negara, sehingga menjadikannya lalai akan tugas
utama seorang pemimpin dan menjadikan apa yang ia pimpin tidak sesuai dengan
tujuan yang direncanakan dan dijanjikan sebelumnya.
Bangunan tradisi kehidupan di pesantren memiliki budaya, norma, dan
5
sistem nilai sendiri yang berbeda dengan masyarakat sekitarnya. Pesantren
membangun tradisi kehidupan berdasarkan pada sebuah ideologi serta pandangan
al-salaf al-shalih yang terdapat pada kitap kuning yang di jadikan referensi
normatif1.
Masyarakat madani merupakan istilah yang diambil dari kata kota
Madinah. Istilah yang menggambarkan kondisi masyarakat yang adil, makmur dan
damai. Prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia dijalankan dengan baik. Hanya saja
istilah tersebut selama ini sulit untuk ditemukan dalam implikasi nyata. Hal ini
disebabkan karena model kepemimpinan tidak didasarkan pada kepemimpinan
nabi. Padahal konsep masyarakat madani hanya akan bisa terwujud dengan
pendekatan kepemimpinan profetik. Kepemimpan profetik sendiri didasarkan
pada nilai shiddiq, amanah, thabligh dan fathonah. Hanya dengan ini istilah
masyarakat madani dapat diwujudkan.
Format masyarakat madani menjadi dambaan setiap masyarakat dan
bahkan para negarawan. Sebab ada nilai-nilai luhur yang dijadikan sebagai
rujukan, dan terimplikasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Disisi lain Azzumardi Azra dalam bukunya “Menuju Masyarakat
Madani” menjelaskan masyarakat madani adalah masyarakat yang patuh terhadap
hukum yang telah ditetapkan, memiliki jiwa yang berkeadilan, dan selalu
memberikan masukan dan kritik pada pemerintah untuk mewujudkan sistem check
and balance antara negara dengan masyarakat2.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari rumusan masalah yang ada di atas maka rumusan masalah akan
di ambil:
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Pesantren dan Kepemimpinan Profetik
Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani ?
2. Bagaimana Konsep Kepemimpinan Profetik Dalam Mewujudkan
Masyarakat Madani ?
C. Tujuan Masalah
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan Apa Yang Di Maksud Dengan Pesantren dan
Kepemimpinan Profetik Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani.
1
Zamakshsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Paandangan Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES,1994).
56.
2
Azra, Azyumardi. Menuju Masyarakat Madani. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004)
6
2. Menjelaskan Pentingnya Konsep Profetik Dalam Mewujudkan
Masyarakat Madani.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat peelitian yang dapat di peroleh dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi penulis makalah ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat
mengikuti Latihan Kader II Himpunan Mahasiswa Islam.
2. Makalah ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan akan
pentingnya konsep pesantren dalam membentuk kepemimpinan profetik
dalam mewujudkan masyarakat madani.
E. Metode Penulisan
Metode penulian yang di lakukan dalam penyelesain makalah ini adalah
metode deskriptif yang bersifat studi literatur yang dilakukan untuk mendukung
jalannya penulisan mulai dari awal hingga penyusunan akhir makalah ini. Selain
itu studi literatur dilaksanakan guna mendapatkan dasar teori yang kuat berkaitan
dengan makalah ini sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
pembahasan. Studi literatur meliputi pengumpulan data dan informasi dari buku
dan jurnal-jurnal yang mempunyai relevan dengan bahasan dalam makalah ini,
serta masukan dari senioran dan kawan-kawan seperjuangan di HMI.
F. Sistematika Penulisan
1. BAB I
Pendahuluan (beerisikan terkait latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan).
2. BAB II
Pembahsan isi masalah yang akan di bahas
3. BAB III
Penutup (berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran atau solusi
untuk masalah yang di bahas).
7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren
Memang dalam kaitanya santri tidak selamanya hidup di pondok dan boleh
menetap di rumahnya masing-masing. Santri yang menetap di pondok di sebut
santri mukim, sedangkan santri yang pulang atau tidak menetap di pondok itu
santri kalong. Didalam mekanisme kerja kelembagaan pondok pesantren, pilar-
pilar pondok pesantren (Santri, Khadam, dan Guru / Ustad) yang merupakan
satu kesatuan yang sanling menguntungkan.
3
Samsul Ma’arif. (2015). Pesantren Inklusif Berbasis Kearifal Lokal. (Yogyakarta: Kaukaba. 2015)
4
Ibid. Hal. 25
9
B. Pengertian Kepemimpinan Profetik
Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin. Dalam
bahasa inggris di sebut Leadership yang berarti kepemimpinan. Dari kata dasar
leader yang berarti pemimpin,akar katanya to lead yang mengandung arti yang
mengandung beberapa arti yang saling berhubungan erat dengan gerak lebih
awal.
Dalam bahasa indonesia istilah “pimpin”, kata pimpin yang di awali dengan
“ke” dan diakhiri dengan “an” adalah menunjukkan arti perihal memimpin.
Dalam artian luasnya kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Dalam
definisi secara luas kepemimpinan meliputi pengaruh dalam menentukan tujuan dalam
organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budaya 5.
Menurut John D. Pfiffner & Robert Presthus "Leadership is the art of coordinating
and motivating individuals and group to achieve desired ends. (Kepemimpinan adalah
seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-indivi- du serta kelompok-kelompok untuk
mencapai tujuan yang diinginkan)6.
Kata profetik berasal dari bahasa inggris prophet yang berarti Nabi. Atau
ramalan. Kata tersebut menjadi prophrtic atau Profetik (kata sifat) yang berarti
kenabian. Dengan kata lain sifat yang ada dalam diri seorang Nabi yaitu sifat
Nabi yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spritual-
individual, tatapi juga menjadi pelopor perubahan, perubahan pemimpinan,
arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan kajahilan.
Kepemimpinan profetik sebenarnya sudah ada pada diri Nabi Muhammad
SAW tinggal bagaimana mencontohi kepemimpinan beliau di era moderen
seperti ini : disiplin wahyu, mulai dari diri sendiri, memberikan teladan,
komunikatif, yang efektif , dekat dengan umatnya, selalu bermusyawarah dan
memberikan sebuah pujian. 7
Adapun penjabaran secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Disiplin Wahyu
Dapat kita jumpai pada Rasulullāh SAW misalnya, beliau
menjalankan fungsinya sebagai pemimpin dengan baik, beliau tidak
5
Nurkolis. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
2003). Hal.153
6
Pfiffner, John D. & Robert Presthus,. Public Administration, (New York: The Ronald Press). 1967. Hal. 88
7
Farid Muhtadi, KEPEMIMPINAN PROFETIK DI LAMBAGA PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN,
Jurnal El-Hamra: kependidikan dan kemasyarakatan,Vol.3 No. 2 (2018), hal 9-17
10
bicara kecuali dengan wahyu, beliau tidak membuatbuat ayat-ayat
suci dengan mengikuti hawa nafsunya sendiri.
c. Memberikan teladan
Salah satu faktor kesuksesan kepemimpinan pendidikan
Islam adalah mewariskan keteladanan, para Nabi dan Rasul selalu
menjadi model teladan bagi umatnya, misalnya Rasulullāh SAW,
memberikan teladan pada umatnya, beliau menjadikan dirinya
sebagai model dan teladan bagi umatnya.
d. Selalu bermusyawarah
Sistem kepemimpinan Islam yang ideal didasarkan kepada
prinsip syura’ atau musyawarah.
e. Menerapkan keadilan
Pemimpin sepatutnya mampu memperla- kukan semua
orang secara adil, tidak berpihak, lepas dari suku bangsa, warna,
keturunan, golongan, strata masyarakat dan Agama.
Dan ada juga dalam segi kreteria pemimpin yang profetik adalah
sebagaimana yang di jadikan oleh sukarna dalam amrullah yaitu: benar, jujur,
adil tegas, ikhlas, pemurah, ramah, merendah dan alim. Dalam Al Quran
sendiri di sebutkan yang menjadi karakteristik sifat kepemimpinan islam, yaitu
dalam surah al-Hajj ayat 41 yang berbunyi:
ِ ّٰ ِ ع ِن ْال ُم ْن َك ِۗ ِر َو
ّلِل َ ف َونَ َه ْوا َّ ص ٰلوة َ َو ٰات َُوا
ِ الز ٰكوة َ َوا َ َم ُر ْوا ِب ْال َم ْع ُر ْو َّ ض اَقَا ُموا ال َ ْ اَلَّ ِذيْنَ ا ِْن َّم َّكنّٰ ُه ْم ِفى
ِ اْل ْر
عاقِبَةُ ْاْلُ ُم ْور َ
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka
melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf
dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan”.
11
Ayat al-Hajj terang menyebutkan bahwasanya seseorang di angkat menjadi
agama sebagai sumber sandaran menyeru ke jalan kebenaran sebagai contoh
kepemimpinan yang sesuai dengan kreteriapemimpinan para Nabi dan Rasul.
Dalam kepemimpinan islam karakteristik kepemimpinan profetik (Kholifah)
memiliki sifat pembeda dari pemimpin non islam (otoriter, liberal), sifat-sifat
itu sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Veithzal Rivai & Arviyan Arifin
sebagai berikut :
12
Kuntowijoyo menjabarkan bahwa ayat tersebut memuat tiga nilai
yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Tujuan humanisasi adalah
memanusiakan manusia. Keadaan masyarakat yang telah bergeser dari
pola hidup masyarakat petani menjadi masyarakat industri, membuat
manusia banyak yang menanggalkan aspek kemanusiaan yang
mendasar.
ࣖ ع ِليا ٍ ْصد
َ ق َ َو َو َه ْبنَا لَ ُه ْم ِم ْن َّرحْ َمتِنَا َو َجعَ ْلنَا لَ ُه ْم ِل
ِ َسان
Artinya: Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat
Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.
2) Amanah
3) Tabligh
13
ّٰ س ْو ُل بَ ِل ْغ َما ٰٓ ا ُ ْن ِز َل اِلَيْكَ ِم ْن َّربِكَ َِۗوا ِْن لَّ ْم ت َ ْفعَ ْل فَ َما َبلَّ ْغتَ ِرسٰ لَت َهٗ ِۗ َو
ُّٰللا َّ ٰيٰٓاَيُّ َها
ُ الر
َّٰللا َْل َي ْهدِى ْالقَ ْو َم ْال ٰك ِف ِريْن
َ ّٰ اس ا َِّن ِۗ ِ َّص ُمكَ ِمنَ الن
ِ َي ْع
Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang- orang yang kafir.
4) Fathanah
8
Adi Suryadi Culla. Masyarakat Madani : pemikiran, Teori dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi,
Raja Grafindo Persada, (1999).cet I, 3.
14
membangun masyarakat yang berperadaban berlandaskan ajaran Islam dan
masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa di kota itu. ciri-ciri
mendasar masyarakat yang dibangun oleh Nabi adalah egaliterisme,
penghargaan terhadap orang berdasarkan prestasi (bukan kesukuan,
keturunan dan ras), keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat
penegakan hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme dan musyawarah. 9
Istilah masyarakat madani di Indonesia diperkenalkan oleh Dato Anwar
Ibrahim ketika berkunjung ke Indonesia, dalam ceramahnya pada sinponsium
nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara festival Istiqlal 26 September
1995, memperkenalkan istilah masyarakat madani sebagai terjemahan civil
society.10
Ciri-ciri civil soceity dimaksudkan di sini adalah untuk menjelaskan
bahwa dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan persyaratan-
persyaratan yangmenjadi nilai universal dalam penegakan civil society.
Prasyarat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain atau hanya mengambil salah
satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral yang menjadi
dasar dan nilai bagi eksistensi civil sociey.
i. Free Public Sphere
9
Ibid. 192-194
10
Ibid. 7
15
Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana
civil society, di mana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki
kebabasan penuh untuk menjalankan aktivitas keseharian, termasuk dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Prasyarat demokratis ini banyak di
kemukakan oleh para pakar yang mengkaji fenomena civil society, bahkan
demoksari merupkan salah satu syarat mutlak bagi penegakan civil society.
Penekanan demokrasi di sini dapat mencangkup sebagai aspek kehidupan
seperti politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi.
iii. Toleran
17
tiap warganya untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis, egaliter,
toleran, inklusif dan menghargai pluralitas11.
Dalam konteks masyarakat muslim Indonesia, pesantren mempunyai peran
dalam menyamaikan nilai-nilai civil society yang berdasarkan ajaran Islam
yang menjadi panutan mayoritas masyarakat Indonesia. Penting sekali dalam
penataan masyarakat madani. Hal ini di kuatkan kembali oleh K.H Adib
Amrullah,L.c untuk menjadi suri tauladan harus memiliki sifat di antaranya
shidiq, amannah, tabligh, dan fathanah, istiqomah, mahabbah, shaleh di dalam
jiwa kepemimpinan. Dalam nilai tersebut merupakan sifat yang paling utama
dalam menjalam kan sebuah kepemimpinan. Nilai tersebut diwujudkan di
dalam kepemimpinan profetik seperti yang ditafsirkan oleh kuntowijoyo di
surah Ali Imron ayat 110:
Artinya: Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan
yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi
Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan12.
11
Wahyudin Halim, Peran Pesantren Dalam Wacana Dan Pemberdayaan Masyarakat Madani.
Akademika: Jurnal Pemikiran Islam. Vol. 22, No. 2 (2017). hal. 203
12
Kuntowijoyo. Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi. Bandung (1991): Mizan.
18
(korupsi,kolusi,nipotisme) yang sampai saat ini belum mempu untuk diatasai
dengan tepat. Keberadaan kepemimpinan profetik sebagai jawaban dari
permasalahan yang di alami oleh negara atas permasalahan yang sangat urgent
ini. Apalagi negara ini sudah mencapai 77 tahun yang perlu mendapatkan
jawaban yang sangat tepat dan cermat. Model kepemimpinan saat ini belum
mampu untuk menjawabnya. Masih banyak hal yang perlu di benahi dan di
perbaiki. Adapun upaya yang nyata bahwa ada sebuah karakter keindonesaan
pa kepemimpinan proferik. Nilai profetik masih berlaku dan masih di terima
oleh masyarakat indonesia 13.
Berdasarkan pada model dari kepemimpinan profetik maka ditemukan
beberapa unsur kesamaan yang membuat kepemimpinan profetik yang mampu
dalam mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat yang tercipta sebagai
manifestasi dari keberadaan kehidupan yang syaratdengan nilai-nilai agama.
Unsur kesamaan tersebut adalah:
(b) Dalam konteks nilai yang diperjuangkan maka terlihat bahwa nilai
humanisasi, liberasi dan transendensi syarat dengan nilai yang melekat pada
penegakan HAM. Manusia tidak hanya berada pada ranah individual namun
juga berada pada ranah masyarakat. Keduanya memiliki peran sentral yang
saling berkait satu dengan yang lainnya. Nilai humanisasi misalkan yang
penuh dengan proses terjadinya pemanusiaan dari manusia yang satu
kemanusia yang lain;
13
Syahdara Anisa Makruf, “Urgensi Kepemimpinan Profetik Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani”.
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 6 No. 2 (2017). Hal. 248
19
maka masyarakat madani secara implementatif harus menjadikan nilai
ketuhanan sebagai nilai utama;
(e) Idealnya, kepemimpinan profetik berada pada level elit, meskipun elit tidak
bersifat elitis pada masyarakat. Tidak menggunakan kekuasaan sebagai nilai
prestesius untuk melakukan tekanan pada masyarakat. Sedangkan
masyarakat madani, meskipin juga menganut kepemimpinan demokratis,
pada faktanya masyarakat madani lebih diarahkan pada kondisi masyarakat
yang harus dijalankan oleh pemimpin. Kedua hal ini memiliki hubungan
yang saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan. Akan sulit menciptakan
masyarakat madani tanpa kepemimpinan profetik 14.
Dari lima tersebut dapat di lihat bahwa konsep pemimpin profetik berada
pada tataran implementatif seseorang penguasa. Sedangkan masyarakat
madani berada pada kondisi sosial masyarakat yang harus tercipta. Masyarakat
madani diarahkan pada cita-cita bersama dimana masyarakat dan pemimpin
mendapatkan jatah yang sama untuk mewujudkan masyarakat sesuai dengan
yang diekspektasikan oleh semua pihak.
14
Ibid. 250
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Culla, A. S. (1999). Masyarakat madani: pemikiran, teori, dan relevansinya dengan cita-
cita reformasi. RajaGrafindo Persada.
Dhofier, Z. (1994). Tradisi Pesantren: Studi Tentang Paandangan Hidup Kiai. Jakarta:
LP3ES.
Nurkolis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
CURICULLUM VITAE
No. WA : 085856683525
Jenjang Pendidikan
1. SDN Ngino
2. MTsN 3 Kab. Kediri
3. MAN. 2 Kab. Kediri
Jenjang Training
Di HMI
1. LK I HMI Komisariat Jendral Sudirman Cabang Tulungagung Tahun
2018
Fasih
F. Di Luar HMI
24
Motto Hidup