Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING ( LK II )

SINEGRITAS MISSION HMI DALAM MENJAWAB


TANTANGAN INDONESIA EMAS 2045
( TEMA A )

DISUSUN :
Untuk Melengkapi Syarat Mengikuti Intermediate Training
( LK II)

HMI CABANG KUPANG

Oleh :

Badiwi Daing Masale

Komisariat KIPMA UNDANA

HMI CABANG KUPANG


2021
KATA PENGANTAR

Tuhan sang pemilik hubungan.

Puji syukur kita panjatkan kepada allah swt. yang memberi kemudahan
dalam pembuatan makalah ini untuk melengkapi syarat mengikuti Intermediate
Training (LK II). Sebagaimana tuhan maha pengasih yang selalu ingin melihat
hambanya tercerahkan ilmu dan hatinya, mengisinkan saya untuk tercerahkan
pemikiran dan hatinya di daerah kediri, amin.

Manifestasi idea organisator dimuka bumi ini telahh terjewantahkan dalam


diri Rasulullah SAW. sebagai teladan sempurna, yang telah mewujudkan tata cara
menjalankan lembaga kehidupan secara idea dan sempurna yang menggambarkan
aktivis sejati, dinamis dan seimbang yang patut menjadi panutan dan idealnya
menjadi teladan bagi para calon organisator, mahasiswa dan rovolusioner.
Olehnya itu, patutlah kita memberi salam dan salawat kepada Rasulullah
Muhammad SAW. agar kita menjejaki dan menapaki langkah dan perjuangannya.

Meskipun makalah ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat


mengikuti Intermediate Training ( LK II ), semoga bisa bermanfaat seagai
penambah ilmu pengetahuan kita tentang bagaimana upaya menghadapi problem
dizaman moderenisasi saat ini. Semoga apa yang kita lakukan ini mendapat ridho
dan menjadikan amal shalih dihadapan Allah SWT yang maha mengetahui.

Kupang, Desember 2021

Penulis

Badiwi Daing Masale

I
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

KATA PENGANTAR........................................................ I

DAFTAR ISI....................................................................... Ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA....................................... 5
2.1 Defenisi Sinegritas dan Mission.................................. 5
2.2. Defenisi Misson HMI.................................................. 5
2.3. Menjawab Tantangan Indonesia Emas 2045 ............................ 6
2.4 Perkembangan Zaman dan Nasib Indonesia........... 8
BAB III. PEMBAHASAN................................................. 11
3.1 Rumusan Ideal Sinegritas Misson HMI Dalam
Menjawab Tantangan Indonesia Emas 2045 ...................................
11
3.2 HMI Tidak Ketinggalan Untuk Menjawab Tantangan Indonesia Emas
2045
...................................................... 14
BAB IV. PENUTUP........................................................... 17
4.1 Kesimpulan................................................................... 17
4.2 Saran.............................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA......................................................... 18
Ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman memiliki banyak wujud dalam suatu negara sebagai


salah satu wujud adalah banyaknya supermarket asing yang masuk di indonesia.
Perkembangan zaman menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi
perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan bertambahnya jumlah produk dan
pesaing berarti tidak kekurangan barang, namun kekurangan konsumen. Ini
membuat konsumen menjadi raja, konsumen memiliki lebih banyak pilihan dan
informasi. Fenomena persaingan antara perusahaan yang ada telah membuat
setiap perusahaan menyadari suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset
perusahaan demi kelangsungan perusahaan yang menghasilkan produk private
label. Salah satu aset untuk mencapai keadaaan tersebut adalah melalui merek.
Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan
tercukupi kebutuhannya. Merek berfungsi mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang atau sekelompok penyaji dan membedakannya dari produk sejenis dari
penyaji lain. Bagi banyak perusahaan, merek dan segala yang diwakilinya
merupakan aset yang paling penting, karena sebagai dasar keunggulan kompetitif
dan sumber penghasilan masa depan.
Di Indonesia perkembangan hypermarket mulai sejak awal 1990-an
dimana saat itu orang masih melihat Makro sebagai hypermarket yang eksklusif
dari Belanda — terutama karena ada sistem keanggotaan untuk bisa belanja di
sana — diikuti kehadiran Continent dan Carrefour secara hampir bersamaan tahun
1998, yang kemudian keduanya merger menjadi Carrefour. Sekarang, terlihat
pemandangan baru: begitu banyak hypermarket bermunculan. Selain Carrefour
dan Makro yang terus membiakkan diri (memiliki 15 gerai), kini ada Giant,
Hypermart, Alfa, dan The Club Store. Hypermarket Giant yang dimiliki Grup
Hero dan Dairy Farm sebut saja, hanya dalam waktu dua tahun (mulai beroperasi
2 Agustus 2002) sudah memiliki 10 gerai. Kini gerai Giant tersebar di Serpong,
Bekasi, Ciledug, Cimanggis, Bandung, Surabaya dan Jakarta (Plaza Semanggi)
dan juga Makassar. Antusiasme dan agresivitas para pemain hypermarket tentu
didorong oleh potensi pasar di Indonesia yang memang amat besar,Dengan jumlah
penduduk sebesar 220 juta dan kenyataan pasar tradisional yang masih dominan
(73%), menunjukkan bahwa peluang ritel modern terbuka lebar, termasuk buat
hypermarket tentunya. Belum lagi melihat kenyataan perputaran uang di bisnis
ritel yang memang luar biasa besar. Tahun 2004, Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) menghitung, market size pasar ritel senilai Rp. 330 triliun,
meningkat dari tahun 2003 (Rp 300 triliun). Biro riset AC Nielsen juga
menunjukkan, tren belanja di ritel modern memang semakin meningkat. Nilai
penjualan tiap tahun meningkat hingga tiga kali lipat. Jika tahun 2002 cuma 12%
konsumen yang belanja di gerai ritel modern, tahun 2003 meningkat menjadi
38%.
Data Aprindo tersebut paralel dengan hasil temuan AC Nielsen. Lebih
lanjut Farquar Sterling, pertumbuhan ritel hypermarket paling tinggi dibanding
jenis ritel lain di Indonesia, mencapai 15%. Angka ini sama dengan pertumbuhan
minimarket. Sementara supermarket adalah ritel modern yang pertumbuhannya
paling kecil, hanya 7%. Yang paling menderita pasar tradisional, karena justru
turun 8,1%. Jadi, secara tak langsung bisa dikatakan hypermarket telah
menggerogoti potensi yang seharusnya dimakan supermarket dan pasar tradisional
(wet market). Dijelaskan, kenaikan hypermarket khususnya karena didukung
pertumbuhan konsumen urban berpendapatan Rp. 1,25-1,8 juta. “Tahun 2004
persentase kelompok ini mencapai 27%. Konsumen kelas ini jumlahnya mencapai
22 juta orang. Data meningkatnya peran ritel modern khususnya hypermarket,
juga ditunjukkan PT Panen Lestari (Sogo). Saat ini pangsa pasar yang dikuasai
ritel modern di Indonesia senilai Rp. 35 triliun. “Ini hanya untuk total omset ritel
modern dari para peritel yang menjadi anggota Aprindo,” ditegaskan. Yang jelas
dari tahun ke tahun kontribusi atau peran hypermarket memang makin besar.
“Saat ini pangsa pasar hypermarket dari seluruh ritel modern sekitar 20%-25%,”.
Ketika daya beli konsumen lesu darah, private label terbukti ampuh mendongkrak
penjualan. Beragam produk yang dikemas dengan merek toko itu menjadi
penyelamat perusahaan ritel kala krisis. Hypermart memiliki banyak produk yang
dikemas dalam satu private label yaitu value plus, berikut ini adalah data
perbandingan antara harga – harga produk value plus dengan harga produk sejenis
dengan merek lain.

Daftar 1.1 Perbandingan Harga Produk Value plus dengan Produk Sejenis
November _º 2011

Produk Value Plus MerekLain


Gula pasir 500 g 5.550 6500
Kacang hijau 500 g 12.550 13000
Beras Setra ramos 20 kg 197700 215000
Juice 500ml 8900 11350
Baby wipes 24lb 4700 7025
Hanky compact 6x10s 2200 3600
Facial tissue 4700 5900
Facial tisue kiloan 14500 19500
RC toilet tissue 10 pcs 8500 19975
Sabun cair 450 ml 10.500 11975
Hand soap 450 ml 3100 8750
Detergent pelembut 1 kg 11900 18900
Container 89900 159900
Kecap manis 600ml 7950 11995
Sumber : katalog hypermart Oktober – November 2011

Melihat dari daftar diatas terlihat bahwa harga – harga produk dengan
merek value plus jauh lebih murah dibandingkan produk serupa dengan merek
berbeda. Adapun macam produk value plus juga sangat beragam dari produk
konsumsi seperti gula, beras dan kecap hingga produk pembersih seperti sabun
dan tissue. Jika dicermati lebih jauh lagi produk value plus yang memiliki variasi
paling banyak adalah produk tissue yang terdiri dari facial tissue, tissue basah
hingga RC toilet. Seiring banyaknya mahasiswa yang hedon. Belum mampu
mengontrol diri dan belum menerapkan pengetahuan yang mereka dapat terhadap
problem yang penulis sajikan maka penulis kembali membahas problem ini.
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai perkembangan zaman ramaknya perdagangan bebas dan supeer
mareket asing di indonesia seperti hypermart, giant, alfa dan sebagainya yang
dapat mengancam penghasilan pasar tradisional, mmeberi dampak terhadap
produk pangan pertanian dan perkebunan diwilayah indonesia. Dinamika gerakan
mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memang tidak bisa dilepaskan
begitu saja dari perannya sebagai gerakan pembaharuan. Sifat, bentuk dan
problematika yang dihadapinya sangat bercorak. Tentunya dengan ciri khas
tersendiri HMI menanggapi problematika perkembangan zaman dan
menjawabnya. Oleh karena itu permasalahan rumusan masalah yang ingin penulis
kaji adalah berkaitan dengan :

1. Masalah yang timbul akibat perkembangan zaman ?


2. Kesiapan Indonesia dalam Menjawab Pekembangan Pasar Bebas dan
supermareket asing sebagai wujud perkembangan zaman ?
3. Solusi Untuk Penanganannya ?
4. Apakah mission HMI masih relefan dalam menjawab perkembangan
zaman ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Dapat mengetahuai dampak yang akan terjadi jika indonesia tidak bisa
mengambil keuntungan yang signifikan .
2. Menjelaskan kesiapan bangsa dalam mengahadapinya.
3. Menyajikan data tentang cara produk lokal bersaing dengan barang-barang
impor yang murah.
4. Pembaca Dapat Memahami Missi HMI dan Hubungannya dengan Status,
Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan Peran Organisasi HMI Secara Integra
Dalam Menjawab Perkebangan Zaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Sinegritas dan Mission

Sinegritas dalam artian ilmiah merupakan suatu kerja sama dalam


hubungan yang satu dengan yang lain. Dalam suatu hubungan diperlukan kerja
sama dan dalam kerja sama akan menumbuhkan hubungan. Himpunan Mahasiswa
Islam ( HMI ) adalah organisasi yang tentunya memilki tujuan dalam mengawal
panji-panji bangsa untuk menuju masyarakat madani seperti yang dicita-citakan
rasulullah Muhammad saw. Mission merupakan hal yang hendak ditanamkan
nilai-nilainya dalam setaip kader organisasi, organisasi apaun itu. Dan tentunya
mission Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI ) terdapat lima insan cita, 1. Insan
Akademis, 2. Insan Pencipta, 3. Insan Pengabdi, 4. Insan Yang Bernafaskan Islam
dan 5. Insan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur
DiRidohi Allah Swt. .
Kemudian dari kelima insan yang terdapat dalam misson Himpunan
Mahasiswa Islam ( HMI ) haruslah melekat didiri masing-masing kadernya agar
dapat menjawab perkembangan zaman pada era moderenisasi di bangsa tercinta
yang sudah lama menangis ini.

2.2 Defenisi Mission HMI

“Terbinanya Insan Akademis Pencipta, Pengabdi Yang Bernafaskan


Islam dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur
Yang Diridohi Allah SWT”. Mission merupakan hal yang hendak ditanamkan
nilai-nilainya dalam setaip kader organisasi, organisasi apaun itu maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
Dan Dialah Tuhan yang menjadikan kamu sekalian (ummat manusia)
sebagai Khalifah di muka bumi serta melebihkan sebagian dari kamu atas
sebagian yang lain bertingkat-tingkat untuk menguji kamu dalam hal-hal yang
telah di uraikan kepada kamu, sesungguhnya cepat siksanya (akibat buruk dari
padanya perbuatan manusia yang salah) dan Dia pastilah Maha Pengampun dan
Maha Penyayang ( memberikan akibat baik atas perbuatan manusia yang benar).
QS.-Anám -VI:165

Kelahiran keluarga HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM di tengah


pergolakan fisik juga ideologi perjuangan bangsa pada tanggal 5 Pebuari 1974
yang didasari oleh semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam
berbagai aspek ke Indonesiaan. Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya
komunitas Islam inilah yang menjadikan dua mainstream (arus besar pemikiran)
dalam landasan aksi yakni sebagai interes group (kelompok kepentingan) dan
preessure group ( kelompok penekan).
Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutama
nilai-nilai Islam secara normatif pada setiap level kemasyarakatan sedangkan pada
posisi penekan keinginan sebagai pejuang Allah dalam melakukan pembebasan
kepada kaum mustadafin (tertindas). Sedangkan sebagai khalifah di muka bumi
manusia di tuntut mengejawantahkan nilai-nilai ilahiyah di bumi dengan
kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya meneladani dengan
bingkai pengabdian kehadiratnya melahirkan konsekwensi untuk melakukan
pembebasan (liberation) dari belenggu-belenggu selain tuhan. Dalam konteks ini
seluruh pembodohan atas manusia adalah yang harus dilawan.
Tugas yang lebih jelas dalam konsep khalifa dimuka bumi adalah
manusia haruslah tampil untuk melakukan sebuah perubahan sesuai misi yang di
emban oleh para nabi yaitu menjadikan islam sebagai rohmat seluruh alam.
Rahmat bagi seluruh alam dalam pemaknaan memberikan pemahaman
bahwa islam adalah mencita-citakan terbentuknya suatu masyarakat yang
menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal.

2.2. Menjawab Perkembangan Zaman


Kita jangan sampai dikendalikan oleh zaman, tetapi kita yang selalu
mengendalikan zaman sehingga kita tidak akan mudah goyah tatkala terkena arus
pergerakan gelombang kehidupan. Bagaimana anda menyikapinya ?
Kompleksitas kehidupan selalu menghadirkan teka teki kehidupan.
Kita dituntut untuk dapat memecahkan teka-teki tersebut. Pasalnya, permasalahan
semakin bertambah kompleks seiring perubahan zaman. Sebagai contoh, saat ini,
Fenomena perkembangan zaman identik dengan perkembangan pesat suatu
Hypermart, giant, alfa, carrefour dan sebaian yang lain. Dimana-mana hampir
setiap kota memiliki market dengan merek yang disebutkan diatas. Hal ini
mengakibatkan manusia selalu bergantung pada market dan meninggalkan pasar
tradisonal.
Meski demikian, zaman yang bersifat dinamis menuntut kita untuk dapat
menjawab perkembangan zaman dari waktu ke waktu. Tentunya, kita juga
sebaiknya bersifat fleksibel dalam menjawab tantangan masa. Apabila kita dapat
menjawab tantangan zaman, maka kita tidak akan terjebak dalam jurang
kehancuran indonesia. Sebaliknya, apabila kita tidak dapat menjawab tantangan
zaman, maka kita akan terpedaya mengikuti arus pembodohan dan tidak mapmpu
mengambil paluang dari bidang yang dapat menguntungkan APBN indonesia.
Hypermart, produk value plus dan gambaran responden yang berupa
pendidikan hanyalah sebuah modus, banyaknya kedatangan ke Hypermart dalam
satu bulan dan banyaknya produk value plus yang dibeli setiap bulannya akan
berdampak pada supermarket asli indonesia dan terlebih pada pasar tradisional
yang angka penurunan konsumen terus menjulur kebawah hingga angka 8,1%.
Kemenkom yang masih kurang peka terhadap pelaksanaan PNPM mandiri
terhadap pembangunan pasar-pasar tradisional yang masih terkesan kumuh dan
kotor bahkan kualitas barang yang didagangkan tidak mencukupi kualitas expor,
mengakibatkan pasar tradisional banyak yang ditinggalkan dan lebih memilih ke
hypermart, giant, alfa, carrefour dan supermarket asing lainnya. Apakah karna
kualitas barang dagang asli indonesia tidak memenuhi standar expor sehingga
hnanya mampu beredar didaerah sendiri ? dan bahkan banyak yang kalah
didaerahnya sendirii, ini adalah permasalahan yang real. Cara yang tepat adalah
pembenahan pasar-pasar tradisional agar bersih, jauh dari kata kumuh dan jorok
sehinnga peminat belanja bagi kalangan ibu rumah tanggah bahkan kalangan
muda-mudi lebih memilih ke area tradisonal. UMKM yang dibentuk untuk
pengusaha kecil dan menengah kurang mendapat pengawalan dalam kelanjutahan
usaha sehinnga banyak kembalih melarat hingga menutup kembali usahanya
meski ada sebahagian kecil yang berhasil dan meningkatkan usahanya.

2.2.3 Perkembangan Zaman dan Nasib Indonesia


Pasar Bebas dan Kesiapan Indonesia
enjelaskan metode Islam yang harus ditempuh para mujtahidin untuk
memecahkan persoalan. Pertama, mempelajari dan memahami problem yang ada
(fahmul musykilah). Kedua, mengkaji nash-nash syara’ yang bertalian dengan
problem tersebut (dirasatun nushush). Ketiga, mengistinbath hukum syara’ dari
dalil-dalil syara’ untuk menyelesaikan persoalan yang ada.
Metode itulah yang dapat kita gunakan dalam menjawab tantanga zaman.
Secara ringkas, islam menjawab perkembangan zaman dengan cara memberika
pemecahan-pemecahan terhadap problem-problem yang baru muncul. Inilah
pengertian yang benar bagaiman islam menjawab perkembangan zaman yang
terjadi. Dengan demikain, jelas tidak betul pendapat yang mengatakan bahwa
dalam menjawab perkembangan zaman islam harus beradaptasi, menyesuaikan
diri atau dengan cara merubah ukum-hukumnya agar selaras dengan waktu.
Dalihnya, Islam itu luwes, fleksibel, tidak kaku, tidak ekstrem, tetapi moderat,
lunak, dan selalu bersikap kompromistis dengan realitas. Dalih batil itu kadang
juga dilengkapi dengan kaidah ushul fiqih yang fatal kekeliruannya:
Laa yunkaru taghayyurul ahkam bi taghayyuriz zaman wal makan.
(Tidak boleh diingkari, adanya perubahan hukum karena perubahan waktu
dan tempat).
Berdasarkan argumen-argumen sesat itu akhirnya mereka membuang
hukum-hukum Islam yang dianggapnya biadab atau tidak sesuai dengan semangat
orang zaman modern saat ini. Hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam
bagi pezina, haramnya riba, hukuman mati untuk orang murtad, harus dienyahkan
dari muka bumi karena dianggap tidak berperikemanusaan, sudah usang, kuno,
dan ketinggalan zaman. Begitu pula kewajiban jihad fi sabilillah dan kewajiban
adanya Khilafah Islamiyah harus ditolak mentah-mentah atau diselewengkan dari
pengertiannya yang hakiki, karena dianggap sebagai kegiatan kaum ekstremis,
fundamentalis, serta tidak cocok dengan selera orang yang telah maju pikirannya.
Pendapat seperti ini, serta pola pikir yang melahirkan pendapat ini, sangat
bertentangan dengan Islam. Karena pola pikir yang dipakai oleh mereka yang
berpendapat seperti itu, adalah pola pikir khas Barat tatkala mereka berbicara
tentang persoalan hukum dan kaitannya dengan kenyataan masyarakat yang ada.
Hukum, menurut Barat, haruslah lahir dari masyarakat. Hukum adalah anak
kandung, dan ibunya adalah masyarakat. Dengan kata lain, yang sumber hukum,
adalah keadaan masyarakat itu sendiri. Karenanya, jika keadaan masyarakat
berubah, berubah pulalah segala nilai, norma, dan pranata kehidupan.
Pandangan ini adalah pandangan kufur, yang bertentangan dengan Islam.
Sebab dalam Islam sumber hukum adalah wahyu semata, bukan yang lain. Bukan
kenyataan masyarakat, bukan tuntutan keadaan, bukan semangat kemodernan,
bukan pula hal-hal lain yang sebenarnya merupakan alasan-alasan yang terlalu
dicari-cari. Jika zina dan riba telah haram menurut wahyu, maka sampai Hari
Kiamat tetap haram. Jika hudud wajib dilaksanakan menurut wahyu, maka
statusnya tetap wajib sampai Haori Kiamat. Begitu pula jihad dan Khilafah yang
diwajibkan Allah dan Rasul-Nya, hukumnya tetap wajib dan tidak boleh dianulir
atau dibatalkan oleh siapa pun sampai Hari Kiamat.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
HMI merupakan sebuah organisasi perjuangan yang telah lama hadir di
Indonesia dalam menciptakan kader-kader sebagai leader di bangsa ini, HMI telah
ikut berperan aktiv dalam kancah perpolitikan dan dimensi ruang social di bangsa
yang telah merdeka 69 tahun silam.
Tidak dapat dipungkiri setelah berdirinya HMI di tahun 1947, HMI
langsung memberi kontribusinya untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan bangsa ini, yang saat itu sedang mengalami degradasi moral setelah
dijajah ratusan tahun oleh bangsa luar. Ini juga dikarenakan alasan atau penyebab
Lefran Pane menagmabil inisiatif untuk mendekalrasikan HMI. HMI tidaklah
boleh terus terlena dengan romantisme masa lalu, haruslah ada perubahan di
dalamtubuh HMI, dari semua lini, apakah secara struktural atau kultural di
internal HMI sendiri. Persatuan menjadi modal dasar bagi HMI agar terus eksis.
Dalam sebuah visi dan misi organisasi adalah sebuah hal yang sakral bagi
tiap anggotanya untuk direlefansikan dalam kehidupan sehari-hari dan terutama
untuk kemajuan bangsa ini, HMI memiliki lima insan cita “TERBINANYA
INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN
ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA
MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDOHI ALLAH SWT”.
Haruslah ditanamkan dalam setiap kader Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI )
dalam mengawal perkembangan zaman beserta problemnya. Indonesia masih
memiliki banyak pekerjaan rumah di era moderenisasi saat ini yang penulis
sajikan. Berwal dari revolusi diri sendiri menuju revolusi sosial.
4.2 SARAN
Mahasiswa yang Hedonis, Apatis, Pragmatis haruslah kita cerahkan di
Organisasi Hijau Htam ( HMI ) supaya tiap pemuda mampu berpikir dan
meningkat ibu pertiwi dalam menjawab perkembanga zaman. HMI harus
mengingat bahwa ini adalah organisasi pengkaderan, dan inilah kita harus kembali
kepada titah perjuangan yang sebenarnya. Tidak terus terseret ke arus politik,
karena HMI bukan hanya mengurusi bidang politik.
Peningkatan kapasitas setiap kader juga harus ditingkatkan, buat apa kita sebagai
organisasi besar tetapi kader yang kita miliki hanya penjadi pengekor tanpa
kapasitas untuk diri sendiri. Moral para kader juga harus diperhatikan kembali.
Melakukan reformasi keagamaan untuk meningkatkan dan memperbaharui
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam bagi
setiap individu anggota HMI, memperkokoh kembali tradisi intelektual HMI yang
pernah diraihnya, sebagai pewaris dari generasisebelumnya, HMI harus
menghindari kepentingan politik sesaat dan harus berani untuk melakukan
koreksi, kritikan terhadap alumni HMI dimanapun berada, sebagai konsekuensi
dari sifat indenpendensi HMI. Perkembangan zaman adalah produk moderenisasi
yang memaksa manusia untuk mengikutinya jadi seberapa banyak kader HMI
dalam setiap wilayah diharapkan mampu mencerahkan minimal 2 individu yang
masih Apatis, Hedonis, Prgamatis terhadap bumi ibu pertiwi.
Wabillahi fisthabiqulkhairat.

DAFTAR PUSTAKA

 Sitompul, Agussalim. Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah


Perjuangan Bangsa Indonesia, Jakarta : Integrita Press, 1997
 Karim, M. Rusli. Peran dan Perjuangan HMI diIndonesia, Banda Aceh,
14 Februari 2011
 Abbas, M. Misson HMI Cabang Bone, Watampone, 008
 Gaus AF, Ahmad, Api Islam Nurcholish Majid Jalan Hidup Seorang
Visioner, Jakarta : KOMPAS, 2010

 Hilman, Agus. Indonesia Pascanegara, Depok, Jawa Barat : Lingkar


Publishing, 2013

 Lowy, Michael. Teologi Pembebasan, Yogyakarta : Insist Press, 2000

 Winda, Zul. Mozaik Cinta Dari Revolusi Rumah Tangga Menuju Revolusi
Sosial, Makassar : Philosophia Press, 2013

Anda mungkin juga menyukai