Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI

SEBAGAI LANDASAN BERFIKIR


DALAM MEWUJUDKAN GENERASI KHAIRAH UMMAH
DI ERA MILINEAL”

TEMA:
KODE J : ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KEMASYARAKATAN

PENYUSUN:
YUSDAR SUBANDARI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG PALU
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Shalawat serta salam selalu terhatur
kepada Nabi dan Rasul kita, Rasul yang menjadi panutan semua ummat, yakni
Nabi Besar Muhammad serta keluarga dan sahabat beliau yang telah membawa
kita dari jurang yang penuh kesesataan menuju sebuah kehidupan yang penuh
kebahagiaan dan kedamaian.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna persyaratan


untuk mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader II) Tingkat Nasional yang
dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jakarta Selatan
pada tanggal 21 Maret 2019 - 31 Maret 2019. Adapun judul makalah ini adalah
“Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI Sebagai Landasan Berfikir Dalam
Mewujudkan Generasi Khairah Ummah Di Era Milineal”.
kemudian penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan
kader HMI yang selalu berjuang dan turut andil dalam penyelesaian makalah ini.
baik memberikan saran, koreksi dan motivasi yang sangat membangun. Sekian
dan terimakasih.

Billahittaufiq Walhidayah
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Palu, 08 Rajab 1440 H
15 Maret 2019 M
Penulis

YUSDAR SUBANDARI

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

1.3 Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Era Milineal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

2.1.1 Pengertian Era Milineal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

2.1.2 Karakteristik Generasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

2.1.3 Peluang dan Tantangan Di Era Milineal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

2.2 Pengertian Dan karakteristik Generasi Khaira Ummah . . . . . . . . . . . . 10

2.3 Mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)

HMI Sebagai Landasan Berfikir Dalam Mewujudkan Generasi

Khairah Ummah Di Era Milineal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

2.3.1 Pentingnya Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)

HMI Sebagai Landasan Berfikir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

iii
2.3.1 Peran Dan Fungsi HMI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

2.3.3 Lingkungan Yang Berubah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

2.3.4 Konseb Mewujudkan Generasi Khaira Ummah Di Era Milineal 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

DAFTAR PUSTAKA

Curicullum Vitae (CV)

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Himpunan Mahasiswa Islam yang selanjutnya di singkat (HMI)


merupakan organisasi kemahasiswaan ekxtra universiter tertua di Indonesia yang
memiliki pengaruh cukup besar dalam sejarah NKRI. Latar belakang berdirinya
adalah melihat kondisi bangsa dan ummat. Kondisi bangsa saat itu masih dalam
trauma dan mendapat goncangan pasca kemerdekaan, sehingga dibutuhkan
perjuangan kembali untuk mempertahankan kemerdekaan. Serta Kondisi
keummatan pada masa itu masih terguncang sehingga masih banyak ummat Islam
sangat lemah terhadap pemahaman agama secara kontekstual, sehingga dalam
aplikasi kehidupan mereka lemah dalam segala bidang. Dengan kondisi yang
demikian, tergeraklah hati seorang Lafran Pane untuk mendirikan sebuah
Organisasi kemahasiswaan Islam, yang merupakan elemen terpenting bangsa
untuk menjawab tantangan yang terjadi pada masa itu.
HMI sebagai bagian dari ummat dan bangsa dituntut untuk ikut
bertanggungjawab dalam proses keummatan dan kebangsaan. Jangan sampai para
kader HMI terjebak hanya pada permasalahan-permasalahan jangka pendek dan
tidak strategis, tidak produktif dan cenderung destruktif, mengingat tantangan
ummat dan bangsa semakin kompleks dan akumulatif. Tentu menjadi perhatian
khusus agar para kader HMI mampu merespon berbagai tantangan zaman, serta
bagaimana mengidentifikasi dan merumuskan berbagai jawaban atas tantangan-
tantangan yang ada.
Untuk menentukan masa depan yang lebih baik juga harus ditentukan hari
ini, oleh karena itu sejatinya kita sedang merancang dan menentukan apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang. Tentu sebagai kader HMI dalam suatu
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini, tidak ada seuatu investasi
yang lebih besar dan lebih berarti daripada investasi manusia (human investment).
Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia kemudian

1
akan dihasilkan HMI adalah berkualitas ilmu dan iman yang mampu
melaksanakan tugas-tugas manusia yang akan menjamin adanya suatu kehidupan
yang sejahtera baik secara materiil dan spiritual adil makmur serta bahagia.
Olehnya masa depan HMI luas dan gemilang sesuai status fungsi dan perannya
dimasa kini dan masa mendatang menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar
dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.
Islam sebagai ajaran yang haq lagi sempurna, mengatur umat manusia
mewariskan nilai sekaligus tugas (khalifah fil ardh) untuk merekayasa suatu
peradaban yang luhur dan rangkaian perubahan yang kompleks dan dinamis suatu
peradaban dunia. Hal ini tentu menjadi cambuk bagi kita sebagai umat islam
agar tidak boleh bermalas-malasan, duduk manis menunggu hasil temuan Barat,
melainkan sudah sepantasnya umat Islam sendiri terus melakukan kajian-kajian,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Sejarah telah
membuktikan, kita pernah menjadi agama yang menjadi kiblat peradaban dunia.
Dan itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk kita kembalikan lagi kejayaannya
dimasa sekarang ini maupun masa depan nanti.
Sampai sekarang, perubahan itu menginjak era baru. Dan inilah yang terus
diperbincangkan pada saat ini di Indonesia yang berkompetensi dengan Negara-
negara kawasan dan global. Salah satu modal Indonesia adalah kekuatan
masuknya Era Milineal yakni adalah orang-orang dengan usia produktif sekaligus
konsumen yang mendominasi pasar saat ini. Ciri dari generasi ini adalah
kemampuan menggunakan teknologi dengan baik, lebih mudah mencari
informasi, lebih kreatif dan inovatif. Generasi ini tentunya bisa eksis karena
adanya kemajuan teknologi informasi dan lainnya. Generasi ini juga bebas dalam
menentukan ingin menjadi seperti apa nantinya, namun kebebasan yang dimaksud
adalah masih dalam koridor yang postif. Menurut data BPS, bonus demografi atau
proporsi penduduk lebih besar dibandingkan proporsi tidak produktif di Indonesia
akan mencapai puncaknya ditahun 2045. Namun usia produktif ini akan menjadi
kurang maksimal bahkan tidak berguna jika tidak dipersiapkan dengan baik yakni
melalui upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti
pendidikan. Pendidikan pun tidak bisa dilihat dalam prespektif peningkatan
2
intelektual saja tapi bagaimana intelektual dipadukan dengan ketinggian budi
sehingga dapat mencapai kualitas insan yang paripurna.
Fenomena ini akan membuka pandangan optimisme kita dalam melihat
harapan cerah dari bonus demografi. HMI akan membantu bangsa dalam
mencetak manusia-manusia unggul dengan segala potensi yang dimilikinya.
Melalui pengalaman kaderisasi dan sejarah panjangnya, organisasi ini semakin
memainkan perannya secara signifikan dalam sejarah peradaban Indonesia yang
terus bergerak. Tantangan saat ini bagaimana mengelola potensi demografi
menjadi berkah (bonus demografi). Jika pengelolaan itu buruk, kita akan
mengalami titik balik demografi dimana ledakan penduduk terjadi tapi tanpa
kualitas manusia yang mumpuni.
Maka HMI sebagai organisasi pejuangan dengan segala kiprahnya akan
menjadi kekuatan tangguh untuk mewujudkan generasi terbaik di era milineal
tersebut. Sekilas tujuan HMI terlihat global. “Terbina nya insan, akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di-ridhoi Allah Subhanahu
wata’ala”(Pasal 4 AD HMI)1. Bahwa tujuan HMI sebagaimana dirumuskan dalam
pasal 4 AD HMI pada hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap anggota
HMI. Insan Cita HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang
anggota HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia
telah mencapai tujuan HMI.
Disamping sebagai tujuan HMI secara spesifik mesti menyebutkan “apa”
perubahan atau pencapaian yang diinginkan terjadi di masa depan, sehingga
sebuah visi juga harus menentukan “dimana” perubahan itu terjadi. Dari
pernyataan visinya, HMI memang mrnyebutkan “apa” perubahan yang
diinginkan, namun tidak menuliskan “di negara mana” perubahan ingin dicapai.
Tidak seperti organisasi kemahasiswaan lainnya, HMI bahkan tidak menyebut
“Indonesia” sebagai bagian dari namanya. HMI adalah “Himpunan Mahasiswa
Islam”, bukan “Himpunan Mahasiswa Indonesia”. Juga bukan “Himpunan
Mahasiswa Islam Indonesia”. Dari nama dan visinya, HMI berkarakter global.
Memang demikian spirit Islam, tidak boleh terpenjara dalam sekat-sekat lokal.
3
Dalam cita-cita Islam, yang dibangun adalah “ummah”, sebuah model masyarakat
universal yang adil dan makmur.2
Sebab dibalik tegaknya pilar peradaban Islam, maka umat Islam akan
menjadi umat terbaik. Tentu segala kekurangan yang memasuki sendi kehidupan
memiliki harapan kehidupan yang lebih baik selalu ada. Terutama cara berfikir
generasi penerus bangsa karena untuk menghadapi masalah-masalah yang ada
dibutuhkan pemikiran yang kritis dan bernafaskan Islam. Olehnya itu, Nilai-Nilai
Dasar Perjuangan (NDP) HMI masih dianggap relevan dan mampu menjadi
landasan utama dalam berfikir.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai spirit HMI yang merupakan
kitab atau buku yang berisi kumpulan nilai dasar perjungan yang harus
diterinternalisasikan ke dalam diri seorang kader. Nilai-nilai tersebut akan
menjelma ke dalam perilaku dan aktivitas keseharian kader, baik dalam aras
kehambaan maupun kekhalifaan.3 Nilai-nilai yang dimaksud sebagai sesuatu yang
tidak bisa berubah, meskipun perubahan zaman dari masa ke masa nilai akan tetap
sama. Hal yang mungkin akan berubah adalah pengungkapan, penekanan, dan
implikasinya terhadap kondisi masyarakat. Dan salah satu hal terpenting yang
harus kita ketahui bagaimana menganalisa karakteristik dan kebiasaan saat ini
yang di kenal dengan generasi Era Milineal.

Untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan pisau analisa nilai dasar


perjuangan. yang harus dilakukan kader HMI adalah mengembalikkan tauhid
sebagai paradigma gerakan HMI. HMI harus mampu menerjemahkan kembali
wawasan keIslamannya, seperti yang termuat dalam NDP, dengan melakukan
kontekstualisasi dengan persoalan kekinian, baik yang bersentuhan langsung
dengan umat maupun dengan dinamika bangsa yang berubah.

1
PB HMI. 2018 “Tujuan HMI”, dalam Hasil-Hasil Keputusan Kongres XXX di
Ambon. PB HMI: Jakarta, Hlm. 44.
2
Muniruddin Said, Bintang Arasy Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI, (Banda Aceh:
Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2017), Hlm. 261.
3
Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI; Teks, Interpretasi, dan
kontektualisasi, (Bandung : Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2018), Hlm. 3.

4
1.2 Rumusan Masalah

Penulis merumuskan beberapa masalah pada makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana cara mengaktualisasikan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)


HMI sebagai landasan berfikir dalam mewujudkan generasi khaira ummah
di era milineal?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan dari penulisan pada makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui dan betapa pentingnya Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)


HMI sebagai landasan berfikir dalam mewujudkan generasi khaira ummah
di era milineal

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Era Milineal

2.1.1 Pengertian Era Milineal

“Milineal” kata yang belakang ini sering di perbincangkan oleh banyak


kalangan, apa da siapa generasi milineal itu. Sebagai gambaran singkat generasi
milineal pada dasarnya lahir diantara tahun 1980an sampai 2000an, jadi generasi
milineal bisa dikatakan generasi muda masa kini yang saat ini ditandai dengan
penggunaan teknologi dan budaya pop/music, kehidupan generasi milineal tidak
bisa di pisahkan dari teknologi terutama internet/hiburan sudah menjadi
kebutuhan pokok generasi ini.

Generasi ini adalah orang-orang dengan usia produkif sekaligus


konsumen yang mendominisasi pasar saat ini. Ciri dari generasi ini adalah
kemampuan menggunakan teknologi dengan baik, lebih mudah mencari
informasi, lebih kreatif dan inovatif. Generasi ini tentunya bisa eksis karena
adanya kemajuan teknologi informasi dan lainnya. Generasi ini juga bebasdalam
menentukan ingin menjadi seperti apa nantinya, namun kebebasan yang dimaksud
adalah masih dalam koridor yang positif. Ada kurang lebih 84 juta orang
Indonesia yang termasuk milineal, sedangkan jumlah penduduk Indonesia
mencapai 225 juta. Jadi kalau dipresentasikan, generasi milineal ada sekitar 33
persen dari penduduk Indonesia. Tentu ini adalah angka yang tinggi mengingat
usia produktif yang ditentukan pemerintah adalah 16-64 tahun.4

4
Ridal, Muhammad, HMI Milineal Religius-Nasionalis-Modern (Jakarta: 2017).
Hlm. 5.

6
2.1.2 Karakteristik Generasi

Ada 5 generasi yang lahir setelah perang dunia kedua dan berhubungan
dengan masa kini menurut teori generasi, yaitu:

1. Baby Boomer (lahir tahun 1946-1964)

Generasi yang lahir setelah Perang Dunia II ini memiliki banyak


saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak
keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri.
Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.

2. Generasi X (lahir tahun 1965-1980)

Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari


penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet.
Penyimpanan data nya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video
games sangat digemari masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti
tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan mencoba
menggunakan ganja.

3. Generasi Y (lahir tahun 1981-1994)

Dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan


generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada
Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan
seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti facebook dan
twitter. Mereka juga suka main game online.

4. Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)

Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka


memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan
7
semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel,
browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun
yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya.
Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.

5. Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)

Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan
Y. Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak
belajar, rata-rata memiliki orang tua yang kaya dengan sedikit.
Melihat dari banyaknya pimpinan baik itu negara maupun perusahaan, generasi X
masih mendominasi. Sementara itu generasi Y masih menggeliat, mencari
kemapanan dalam bidang pekerjaan maupun pribadi, tidak dipungkiri beberapa
sudah menjadi pimpinan sebuah perusahaan sejak usia muda. Generasi Z yang
merupakan keturunan dari generasi X dan Y, sekarang ini merupakan anak-anak
muda yanag rata-rata masih mencari jati diri, beberapa di antaranya sudah
mempunyai penghasilan sendiri yang cukup besar terutama dari bidang seni.5

2.1.3 Peluang Dan Tantangan Di Era Milineal

Era Milenial pada umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan


keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital, saling terkoneksi,
cepat menangkap data dan informasi, menyukai perkembangan diri dan karir
cepat, progresif, spontan dan menyukai inovasi dan kreatif. Generasi milenial
yang sangat akrab dengan teknologi digital diberikan pilihan untuk memanfaatkan
perubahan yang terjadi. Adanya dampak-dampak nyata dari era disrupsi
mempengaruhi karakter kaum milenial. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air

5
Di akses dari https://dosen.perbanas.id/teori-generasi/, pada 14 Maret 2019, Pukul
16:54 WITA.

8
melihat jauh kebelakang sejarah perjalanan bangsa dan menyambut cita-cita dari
generasi milenial dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Milenial
dihadapan dengan tantangan yang berbeda di masanya.

Dengan hal ini generasi milenial dapat mengambil pelajaran setiap


tantangan jaman. Misalnya, dalam periode kesejarahaan yang terjadi era kerajaan
seperti Sriwijaya dan Majapahit, Masa Kolonial, Periode kemerdekaan, Era Orde
Lama dan orde baru dan Reformasi serta di era milenial menjadi referensi dalam
dinamika politik kebangsaan. Yang menjadi perhatian bahwa dalam
perkembangan suatu era akan digantikan oleh suatu tatanan yang lebih sesuai pada
masanya. Tantangan yang terjadi pada masa lalu dapat menjadi hal positif atau
negatif tergantung dari sudut pandangnya.

Dalam pandangan yang positif tantangan setiap era menjadi proses


pembelajaran guna mencapai tujuan masa kini dan masa datang yang lebih baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada posisi saat ini generasi milenial
dapat membuat sintesa dari perjalanan bangsa. Kegagalan setiap era yang
cenderung antitesa dari era sebelumnya. Ditengah tantangan global, hasil yang
dicapai antitesa dari setiap tesis suatu periode adalah tidak sebanding dengan
kecepatan kemajuan bangsa yang tersaingi oleh bangsa lain.

Maka dari itu, generasi ini kalau dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi
keuntungan bagi Indonesia, jika sumber daya yang dimiliki bisa berkonstribusi
bagi bangsa Indonesia, begitu pula sebaliknya, jika tidak bisa bekonstribusi maka
bisa menjadi beban bagi Indonesia. Generasi Milineal adalah generasi emas
bangsa Indonesia, tinggal bagaimana kita menumbuh-kembangkan apa yang kita
punya ini. Milineal sebagai aset bangsa dan setia elemen kebangsaan
bertanggungjawab untuk menumbuh kembangkannya, merupakan suatu
kewajiban/keharusan Himpunan Mahasiswa Islam turut andil dan berperan serta
dalam cita-cita besar bangsa ini dengan menjadikan generasi milineal pionir
dalam setiap masalah-masalah ummat dan keummatan bangsa ini. Dan pada

9
akhirnya apa yang kita cita-cita besar bangsa ini. Dan pada akhirnya apa yang kita
cita-citakan bersama tercapai, HMI pada khsusunya dan bangsa/Negara ini pada
umumnya.6

2.2 Pengertian Dan karakteristik Generasi Khaira Ummah

Setiap makhluk diberikan Allah fitrah atau naluri untuk hidup


berkelompok. Kelompok-kelompok tersebut dibangun biasanya berdasarkan unsur
kesamaan yang mereka miliki. Kelompok makhluk Tuhan inilah yang disebut
dengan nama ummat, dan manusia adalah salah satu bentuk kelompok tersebut.
Akan tetapi, dari sekian banyak bentuk ummat, dalam al-Qur’an terdapat istilah
khairu ummah yang berarti umat terbaik; sebuah penamaan yang diperuntukan
bagi umat Islam.

“Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf an mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah … “
(QS Ali Imran : 110)

Sebagai ummat muslim, maksud dari ayat tersebut perlu kita pahami
bersama-sama. Ayat tersebut menyampaikan sanjungan kepada ‘khairu ummah’
atau ummat terbaik manusia pada waktu itu. Yang dimaksud ‘khairu ummah’
pada waktu itu adalah generasi para sahabat nabi. Generasi yang dibangun oleh
dakwah Rosululloh dan sahabat sampai pada kwalitas keimanan yang sangat baik,
bahkan terbaik. Pertanyaan apa yang membuat generasi tersebut mendapatkan
predikat ‘khairu ummah’ menjadi menarik untuk dikaji.

Keterangan dari ayat tersebut bisa kita peroleh, bahwa ummat terbaik
adalah ummat yang selalu menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kepada
yang munkar, dan beriman kepada Allah. Dalam ayat tersebut mendahulukan

6.
Ridal, Muhammad, HMI Milineal Religius-Nasionalis-Modern (Jakarta: 2017).
Hlm. 5.

10
amar makruf nahi munkar baru kemudian keimanan kita kepada Allah,
mempunyai arti bahwa keimanan atau ketaatan kita kepada Allah sejatinya
dibangun oleh kemauan amar makruf nahi munkar itu sendiri. Begitupun
sebalikanya kelemahan kita dalam dakwah amar makruf nahi munkar
menunjukkan kelemahan iman kita. disini kadar keimanan bisa diukur dari kadar
kemauan dan kemampuan dakwah amar makruf nahi munkar.

Sabda Rasulullah: “Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran,


maka hendaklah ia merubah dgn tangannya, jika tak mampu lakukanlah dgn
lisannya, & jika tak mampu juga, maka dgn hatinya. Itulah selemah-lemah iman.”
HR. Muslim

Dari penjelasan itulah sebenarnya golongan generasi sahabat


mendapatkan predikat ‘khairu ummah’ karena karakter dakwah amar makruf nahi
munkar-nya yang sangat menonjol untuk mencapai kualitas keimanan yang tinggi.
Pelajaran ini perlu kita renungkan mengingat kondisi generasi akhir zaman ummat
islam yang penuh dengan kemerosotan, baik dalam keyakinan, ritual ibadah,
akhlah perilaku, dan sebagainya. Apa yang membuat generasi para sahabat
tersebut unggul (dibandingkan generasi akhir zaman) setidaknya disebabkan oleh:

1. Menjadikan Al Qur’an sebagai rujukan utama dalam keberislaman, dalam


setiap sendi kehidupan. Al Quran menjadi referensi utama dan pertama
dalam setiap sudut kehidupan, para sahabat berpegang teguh hanya kepada
Al Qur’an tidak kepada rujukan-rujukan lain yang marak pada akhir
zaman ini.
2. Interaksi para sahabat terhadap Al Quran adalah mereka membaca Al
Quran untuk segera dilaksanakannya. Tentu kita bisa menilai sendiri
dengan keadaan kita, banyak dari kita yang hanya mampu membaca Al
Qur’an namun masih ragu-ragu dalam melaksanakannya.

11
3. Tidak mau terlibat dalam segala bentuk kejahiliyahan baik dalam
keyakinan, ritual ibadah, akhlaq perilaku. Para sahabat berani berputus
dengan kejahiliyahan bahkan memeranginya demi kesucian keimanan
mereka.7

Maka menjadi khairah ummah itu jawaban yang benar untuk meraih
kebahagiaan menghindari celaka, dan seharusnya seperti inilah diperlukan dalam
kehidupan kita, bukan selainnya. Tentunya ini diperlukan keikhlasan kita
menjalaninya sehingga bisa tercipta khairah ummah sejati, bukan tiruan apalagi
karbitan. Dengan demikian maka menjadi pribadi yang khairah ummah adalah
satu keharusan (It must) bagi kita semua melalui bidang tugas kita masing-masing.
Karenanya seluruh aktivitas hidup kita harus pula bermuatan dakwah didalamnya
untuk pencerahan dan pencerdasan umat menuju kemajuan yang beradab secara
totalitas kendatipun tidak semua orang mau melakukannya karena kepentingan
yang berbeda. Akan tetapi yang pasti adalah menjadi khaira ummah itu suatu
kepribadian yang mulia dan pekerjaan untuk meraih khaira ummah juga termasuk
pekerjaan yang mulia pula.

2.3 Mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI Sebagai


Landasan Berfikir Dalam Mewujudkan Generasi Khaira Ummah Di Era
Milineal

2.3.1 Pentingnya Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI Sebagai


Landasan Berfikir

NDP HMI sebagai tafsir asas Islam, tidaklah lahir begitu saja dalam
ruang yang hampa cultural. Ia lahir didasarkan pada suatu realitas historis
berkenaan dengan kondisi komunitas HMI sendiri yang sampai tahun 1970 belum

7
Di akses darihttps://badkotkatpasrandakan.wordpress.com/2012/04/05/siapakah-
khairu-ummah-itu/14 Maret 2019, Pukul 17:30 WITA.

12
memiliki buku tentang Islam yang dijadikan pegangan dan landasan perjuangan
bagi kader-kadernya, sebagaimana dari kerpihatinan inilah Nurcholish Madjid,
merasa perlu untuk merumuskan apa yang pada akhirnya disebut dengan Nilai-
Nilai Dasar Perjuangan yang disingkat NDP.

Beranjak dari latar belakang perumusan NDP, jelaslah NDP yang


merupakan sekumpulan nilai diharapkan dapat dipedomani kader-kader HMI
menjadi sebuah acuan untuk memahami Islam secara lebih komprehensif dan
rasional. Untuk itulah di dalam NDP tidak ditemukan ajaran-ajaran yang bersifat
teknis maka bagi Cak Nur, pentingnya mengkodifikasi nilai-nilai tersebut karena
nilai-nilai (Values) itu tidak berubah-ubah, seperti nilai tauhid, nilai keadlina dan
nilai persamaan. Yang berubah mungkin penerjemahan atau kontekstualisasi nilai-
nilai (Abstrak) tersebut kedalam bentuk yang lebih konkrit, karena sangat terkait
dengan dimensi ruang dan waktu.8

Disamping itu, seperti yang telah disinggung sebelumnya. NDP tidak


memuat ajaran-ajaran yang bersifat apolegetik karena cukup membahayakan bagi
kader-kader HMI. Islam apolegetik hanya membuat kader-kader HMI menjadi
malas berpikir strategis dalam dimensi ruang dan waktu karena sejak awal merasa
cukup dengan ungkapan Islam adalah agama yang tinggi (al-Islam ya’lu wa la
yu’la ‘alaih) dan mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang ada serta akan
tetap relevan sepanjang zaman (salihun likulli zaman wa makan). Kenyataannya
tidak demikian. Masalah yang dihadapi di dunia ini sangat kompleks dan bertolak
belakang dengan apa yang dibayangkan. Akhirnya, ia menjadi frustasi dan
mengalami split personality, sesuatu yang sangat dihindarkan oleh NDP.9

8
Azhari Akmal Tarigan, Islam Mazhab HMI tafsir Tema besar Nilai Dasar Perjuangan
Dasar Perjuangan (NDP), (Jakarta : Kultura GP Press Grop, 2007). Halm 3
9
Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI; Teks, Interpretasi, dan
kontektualisasi, (Bandung : Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2018), Hlm. 19

13
Cara berpikir yang dituju oleh NDP HMI adalah pola berfikir kritis dan
tidak terjebak pada pola berpikir hitam-putih. Pola berpikir hitam-putih membuat
orang tidak mampu melihat pemikiran alternatif lainnya. Kesannya menjadi
dogmatis, jika tidak hitam, putih; jika tidak benar, salah. Padahal, kebenaran yang
dimaksud kerapkali merupakan hasil konstruksi pemikiran sendiri yang relatif
walaupun dikatakan bersumber dari teks suci, jadi kerapkali orang yang berikirnya
hitam-putih cenderung membenarkan, bahkan memutlakkan kebenaran yang
dicapainya sendiri juga sering mengklaim pemikiran orang lain salah dan
menyesatkan.

Selanjutnya, berpikir dogmatis menjadikan seseorang tidak mau


menerima kebenaran dari orang lain. Lagi-lagi ini terajadi karena ia telah
menganggap pemikirannyalah yang paling benar. Ia menjadi ekslusif. Lama
kelamaan, orang yang seperti ini cenderung untuk “mempertuhankan hawa
nafsunya” atau menjaidkan dirinya sebagai thagut”. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena potensi yang dimiliki manusia untuk menjadi thagut sangat besar.10

Relevansi NDP HMI yang sangat terasa dengan kondisi hari ini adalah
model keberagaman kita yang cenderung bising dan penuh hiruk-pikuk. Ironi
memang, keberagaman kita akhir-akhir ini berpotensi menimbulkan konflik
ditengah-tengah masyarakat. Setidaknya melahirkan keresahan social. Sebagian
kecil materi-materi cenderung kasar, penuh kebencian, bahkan saling
mengkafirkan, saling menyesatkan kelompok dan aliran tertentu, sangat tidak
sesuai dengan (Islam Rahmatan Lil Al-Alamin). Mengingat kuatnya relevansi
NDP dengan kondisi kekinian kita, penggalian, pengkajian dan pendalaman NDP
menjadi keniscayaan, terutama dikalangan kader-kader HMI.

Lewat NDP, akan terbentuk kader-kader HMI yang bermoral. Kader


yang sangat taat di dalam Ibadahnya (mahdah-nya), namun pada lain sisi juga

10
Ibid. Hlm 19.

14
sangat dinamis dan progresif juga peka terhadap lingkungan sosialnya. Memiliki
kecenderungan mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka adalah
kader-kader yang tersadar tugas-tugas kekhalifaan akan sukses dijalankan jika
diiringi dengan penguasaan ilmu dan teknologi. Tanpa iptek, umat Islam tidak
mungkin mengejar ketertinggalannya yang semakin jauh dari bangsa-bangsa yang
terlebih dahulu maju. Tidak diragukan lagi, lewat NDP akan terbentuk kader yang
tangguh dengan lima kulaitas insan cita.

2.3.2 Peran Dan Fungsi HMI

Kehadiran dan keberadaan HMI, selain berstatus sebagai organisasi


mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader, juga berperan sebagai organisasi
perjuangan yang dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan perubahan
terhadap segala tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan kontemporer,
sehingga tercipta suasana baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka
sepanjang keberadaan HMI, tugasnya adalah untuk melakukan perombakan,
perubahan, perbaikan, pernyempurnaan terhadap segala sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, kearah yang lebih baik dan sempurna dalam kehidupan
beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk melakukan tugas-
tugas mulia dan luhur itulah diperlukan kerja yang terorganisir, sistematis, tekun,
kerja keras, sungguh-sungguh dengan niat ikhlas, tanpa pamrih, amanah karena
Allah semata, yang dilakukan setiap anggota, kader, pengurus dengan semangat
militansi yang tinggi.11
Dalam suatu Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka
tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti daripada investasi
manusia (human investment). Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa
investasi manusia kemudian akan dihasilkan HMI adalah manusia yang
berkualitas ilmu dan iman yang mampu melaksanakan tugas-tugas manusia yang
akan menjamin adanya suatu kehidupan yang sejahtera materiil dan spiritual adil
makmur serta bahagia. Fungsi kekederan HMI dengan tujuan terbinanya manusia
yang berilmu, beriman dan berprikemanusiaan seperti tersebut di atas maka setiap

15
anggota HMI di masa datang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang
sesuai dengan bakat dan profesinya.
Oleh karena itu hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status fungsi dan
perannya di masa kini dan masa mendatang menuntut kita pada masa kini untuk
benar-benar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang
gemilang. Dengan sifat dan garis independensi yang menjadi watak organisasi
berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar
keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk aktifitas
fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan
dalam kualitas insane cita HMI. Soal mutu dan kualitas andalan konsekuensi logis
dalam garis independen HMI harus didasari oleh setiap pimpinan dan seluruh
anggota-anggotanya adalah suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu
meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga mampu berperan aktif pada masa
yang akan datang.12

2.3.3 Lingkungan Yang Berubah

Di penghujung Abad ke-20, kita dihadapkan pada perubahan-perubahan


multi dimensi yang cepat dan tidak pernah terjadi. Perubahan-perubahan itu
seakan-akan merupakan penjukir balikan tatanan kehidupan sebelumnya.
Perubahan itu terjadi pada system nilai, termasuk pertimbangan moral yang
bersifat imperatif. Dan perubahan multi dimensi itu juga menghinggapi tatanan
masyarakat lain dibidang social ekonomi, politik, budaya, pendidikan, moral
keagamaan. Tidak ada yang tidak berubah. Yang abadi adalah perubahan itu
sendiri. Berarti peruubahan itu, maupun proses globalisasi adalah sesuatu yang
tidak terelakkan.13

11
Sitompul, Agussalim, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakarta: CV Misaka Galiza,
2008). Hlm. 6.
12
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, (Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation,
2010). Hlm. 212.
13
Sitompul, Agussalim, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakarta: CV Misaka Galiza,
2008). Hlm. 109.

16
Memasuki milinenium baru, semua bangsa didunia, tidak terkecuali
bangsa Indonesia, sedang mengalami transformasi besar-besaran dan amat
mendasar dalam semua dimensi kehidupan, ekonomi, social budaya, dan politik.
Pada millineum baru ini, akan tumbuh masyarakat dunia baru dengan cirri yang
berbeda dengan cirri-ciri masyarakat lama. Dalam konteks ini, bangsa Indonesia
sedang membangun masyarakat baru.14 Oleh karena itu secara mendasar, bahwa
proses transformasi itu, yaitu proses pembangunan masyarakat baru adalah sebuah
proses kebudayaan, baik itu aspek social, ekonomi maupun politik. Semua
tantangan ini menuntut semakin diperlakukannya sumber daaya manusia (SDM)
yang berkualitas.
Dan berakhirlah abad ke-20, Abad tersebut menyaksikan banyak gejolak.
Namun, abad itu juga menyaksikan munculnya teknologi-teknologi baru,
kemajuan medis yang dramatis, ledakan informasi, dan ekonomi global yang
berkembang pesat. Oleh karena itu, banyak orang telah menyambut milenium
baru sebagai lambang harapan dan perubahan. Demikianlah harapan banyak
orang. Namun, seberapa besar kemungkinannya bahwa milenium baru akan
menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa manfaat bagi umat manusia.
Perubahan yang akan membuat kehidupan aman dan tenteram bagi ruang lingkup
yang sangat besar berkenaan dengan problem-problem yang kita hadapi.

14
Sitompul, Agussalim, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakarta: CV Misaka Galiza,
2008). Hlm. 7 .

17
2.3.4 Konseb Mewujudkan Generasi Khaira Ummah Di Era Milineal

Pandangan optimisme kita dalam melihat harapan cerah di Era Milineal.


HMI akan membantu bangsa dalam mencetak manusia-manusia unggul dengan
segala potensi yang dimilikinya. Melalui pengalaman kaderisasi dan sejarah
panjangnya, organisasi ini semakin memainkan perannya secara signifikan dalam
sejarah peradaban Indonesia yang terus bergerak. Tantangan saat ini bagaimana
mengelola potensi demografi di era milineal menjadi berkah (bonus demografi).
Jika pengelolaan itu buruk, kita akan mengalami titik balik demografi dimana
ledakan penduduk terjadi tapi tanpa kualitas manusia yang mumpuni. Kolaborasi
antara HMI & kelompok “civil society” dengan segala kiprahnya akan menjadi
kekuatan tangguh untuk mewujudkan bonus demografi tersebut.
Kecakapan untuk menetapkan arah progress masa mendatang suatu
perjuangan, justru itulah yang dikhendaki perjuangan itu sendiri. Bagi pemegang
kemudian perjuangan, harus sanggup memberikan/menentukan arah serta
mempunyai pandangan jauh kedepan, memimpin proses menjadikan kenyataan
dari program perjuangan itu, serta dituntut darinya kecakapan untuk menetapkan
arah progress masa mendatang suatu perjuangan. Oleh karena perjuangan itu tidak
lain adalah suatu kesungguhan yang disertai usaha yang teratur lagi berencana
untuk mengubah suatu kondisi kepada kondisi yang lebih baik sebagaimana kita
kehendaki menuju keridaan Illahi.15
Pembangunan Indonesia menuju masyarakat adil makmur bukanlah suatu
pekerjaan mudah, tetapi sebaliknya merupakan pekerjaan raksasa dan
berkesinambungan, sebagai usaha kemanusiaan yang tidak ada habisnya Kecuali
dunia ini kiamat. Partisipasi segenap warga Negara sangat dibutuhkan, tanpa
terkecuali termasuk mahasiswa. Tidak lepas dari kaitan ini, HMI pun sesuai
dengan aspek pemikirannya, telah memberikan sumbangan dan partisipasinya
dalam era pembangunan Indonesia. Bentuk-bentuk partisipasi HMI, anggota dan

15
Sitompul, Agussalim, Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam 1974-1975,
(Jakarta: CV Misaka Galiza, 2008). Hlm. 01

18
1969 hingga sekarang, meliputi (a) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi
dan iklim, yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, (b) partisipasi
dalam pemberian konsep-konsep dlam berbagai aspek pemikiran, (c) partisipasi
dalam pelaksanaa langsung dari pembangunan. 16
Maka melalui peran insan dan model pembangunan tersebut, diharapkan
memberi dampak terhadap perubahan pola pikir dan perilaku bangsa. Bangsa kita
menjadi masyarakat intelek yang kritis dan rasional. Masyarakat mampu
membedakan antara kebenaran dengan kesalahan, kebaikan dengan keburukan,
dan cenderung bersikap positif dan berjiwa optimis, bertindak benar dan adil, serta
memiliki rasa tanggungjawab untuk membangun agama, ummat dan bangsa.
Tentu peran insan yang dimaksud adalah peran masyarakat yang mampu ikut
andil dalam mengambil peran pembangunan bangsa Indonesia menuju masyarakat
adil makmur.
Peranan cendekiawan dalam membangun masyarakat terletak dalam
usahanya, dalam kehidupannya yang selalu dinamik, jika tidak demikian pasti ia
akan menyerah pada determinisme historis yang akan melenyapkan kepribadian
dan komitmennya. Perbedaan antara determinisme historis dan determinisme
Tuhan adalah bahwa kita diciptakan oleh tuhan, bukan oleh kekuatan-kekuatan
sejarah, sehingga semestinya kita harus lebih baik dan lebih unggul daripada
determinisme historis.17
Tujuan perubahan masyarakat yang menjadi cita-cita HMI berada dalam
dua konteks, “Lokal” dan “Global”. Sehingga tujuan HMI dapat dipahami
menjadi : “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
(masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia) yang di ridhai Allah Subhanahu
Wa ta’ala”.

16
Sitompul, Agussalim, Pemikiran HMI Dan Relevansinya Dengan Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia, (Jakarta Pusat: PT. Integrita Dinamika Press, 1986). Hlm. 260
17
Syariati, Ali, Tugas Cendekiawan Muslim, (Jakarta Utara: PT. Raja Grafindo Persada,
1994). Hlm. 260.

19
Dan dari pemahaman tersebut memunculkan implikasi dari perluasan
penekanan konteks perjuangan :
1. Pertama, Sprit perjuangan HMI, selain berada pada dimensi nasional,
juga mengarah kepada scope global. Dari segi mana, HMI mengandung
sprit yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Organisasi ini mempunya
misi ke-Islam-an yang universal. Sementara Indonesia hanyalah sebuah
tempat dimana ia lahir, sehingga misi “ke-Islam-an” dalam konteks “ke-
Indonesia-an” merupakan sebuah pilihan perjuangan rasional, sesuai
tantangan masa itu.
Sementara misi ke-Islam-an universal yang bersifat “global” menjadi
pilihan sekarang yang sangat kontekstual. Artinya, berjuang membangun
Indonesia, kemudian menyuarakan dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan
dan kebenaran universal keberbagai belahan dunia mesti menjadi
paradigm baru perjuangan bangsa pada era arus informasi dan komunikasi
ini.

2. Kedua, dengan paradigm “masyarakat dunia”, HMI telah mempersiapkan


kadernya untuk memiliki ikatan emosi dengan dunia yang lebih besar
dengan mentransformasikan diri menjadi global leaders, usaha-usaha
membangun universal brotherhood atau ukhuwah insaniyyah dan
islamiyah harus menjadi visi dalam konteks kekinian. Apa yang terjadi
dibelahan dunia lain harus menjadi perhatian kita. Penderitaan muslim dan
non-muslim di Timur Tengah, Afrika, Asia dan belahan dunia lain mesti
mendapat respon dari seorang pemimpin global.

3. Ketiga, ketika memilih visi dan misi yang lebih global, maka proses
perkaderan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga melahirkan “insan
berkelas dunia”. Penguasaan bahasa asing menjadi keniscayaan dalam
kurikulum perkaderan formal dan informal. Ikhtiar ini akan
mentransformasikan wujud HMI yang hari ini hanya berputar-putar pada
persepektif local, kepada wawasan dan kompetensi internasional. Ini dapat

20
menjadi kuantum perkaderan, lompatan baru untuk menjadikan organisasi
ini kembali berada pada garis terdepan. Selama ini hanya forum advance
training (LK-III) saja yang memberi wawasan internasional. Ke depan
wawasan global dapat menjadi paradigma sejak basic training (LK-I).18

Perujukan terhadap khaira ummah sebagai tipikal masyarakat ideal bukan


pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan dan kesatuan. Adapun cara pelaksanaan
amar ma’ruf nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat,
dan tutur kata yang baik. Dalam rangka membangun “masyarkat terbaik”,
meneladani Nabi bukan hanya penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau
peragakan saat berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat
lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan
kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan
agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat


Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan
kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer,
ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi
kelompok umat terdepan dan terunggul.

1. Kualitas sumber daya manusia


Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam QS. Ali Imran ayat 110 yang
artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang yang
fasik.”
18
Muniruddin Said, Bintang Arasy Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI,
(Banda Aceh: Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2017). Hlm. 263

21
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam
adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di
antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDM-nya
dibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang dimaksud dalam
Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.

2. Posisi Umat Islam


Sumber daya manusia (SDM) umat Islam saat ini belum mampu
menunjukkan kualitas yang unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik
dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia jumlah umat
Islam ±85% tetapi karena kualitas SDM-nya masih rendah, juga belum mampu
memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di negeri ini
bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum dijiwai oleh
nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum mencerminkan akhlak Islam.19
Pada dasarnya perilaku beragama seseorang melekat dalam dirinya
sehari-hari merupakan personifikasi institusi yang mempraktekkan keyakinannya.
Perilaku tersebut muncul berkenan dengan tingkat intelektualitas seseorang
tentang suatu hal, kondisi yang sama terjadi dalam lingkup himpunan mahasiswa
Islam. Bahwa corak befikir Islam sangat berkarakter/dianggap cukup berwarna
dan memberikan pengaruh bagi bangsa in. kenyataan ini rasanya cukup untuk
menyebutkan bahwa NDP sangat berjasa dalam meletakkan dasar bagi perubahan
maasyarakat.

Keberadaan NDP bertujuan untuk memberikan panduan bagi kader HMI


agar bisa memahami Islam dengan baik dalam dimensi ruang dan waktu untuk
menjadi acuan memahammi Islam secara komprehensif dan rasional. Dalam era
milineal saat NDP seharusnya tidak lagi mendebatkan NDP lama dan NDP baru

19
Di akses pada https://prasetiorumondor.wordpress.com/2015/05/13/karakteristik-
masyarakat-madani/, pada tanggal 14 Maret 2019, Pukul 20:17 WITA.

22
yang digunakan pada (basic training) HMI, melainkan NDP telah mampu/harus
menyesuaikan diri dalam era milineal ini. Menddebatkan NDP lama dan NDP
baru kita singkirkan, saatnya hmpunan mahasiswa Islam merumuskan formulasi
baru NDP yang sesuai dalam era milineal, saattnya himpunan mahasiswa Islam
melangkah maju kedepan, jangna mundur kebelakang.

NDP seharusnya menjadi konsepsi teoritik bukan konsepsi praktik.


Menjadikannya pandangan dunia bagi setiap kader-kadernya, bukan pandangan
hidup yang menuntunnya bergerak setiap saat, melainkan pandangan dunia yang
akan melahirkan pandangan hidup. Terbentuknya pemahaman bahwa aadanya
Islam mazhab himpunan mahasiswa Islam dikarekan salah satu faktornya adalah
menjadikan NDP sebagai jalan hidup bukan sebagai gagasan-gasan perimer yang
akan melahirkan berbagai macam ideologi, apabila pemahaman ini teraktualkan
dengan baik niscaya 10-20 tahun kedepan kita akan melihat wajah baru himpunan
mahasiswa Islam dengan beragam warns. Keseragaman kader himpunan
mahasiswa Islamdalam mengartikan Islam dikarenakan menjadikan NDP sebagai
jalan hidup/pandangan hidup/ideologi. Kita harus membangun semangat
mengingat penindasan, kekejaman dan dikriminasi hamper terjadi disetiap sendi-
sendi kehidupan kita hari ini dalam berbangsa dan bernegara.20

Pada akhirnya, keseluruhan prinsip atau nilai tersebut yang terdapat


dalam NDP merupakan doktrin perjuangan. Tentu NDP punya turut andil dalam
permasalahan ini, mengingat generasi milineal sepatutnya menjadi target utama
himpunan mahasiswa Islam dalam menyelesaikan bangsa ini. Hanyalah salah satu
bentuk ikhtiar kader harus memulai untuk berbuat demi bangsa dan Negara ini.
Maka Sosok khairah ummah di era modern ini sangat di butuhkan kehadiran
mereka untuk menciptakan kebaikan bersama (al-masalih al-ummah). Sebab,
kejahatan yang timbul dewasa ini nyaris sempurna dalam semua lini kehidupan
kita.

20.
Ridal, Muhammad, HMI Milineal Religius-Nasionalis-Modern (Jakarta: 2017).
Hlm. 8.

23
Hanya manusia unggul (Khairah Ummah) sajalah yang dapat menciptakan
perubahan tersebut melalui gerakan dakwah amar ma’ruf, nahi mungkar. Disebut
demikian karena khairah ummah manusia elit dakwah yang bisa membersikan
kotoran masyarakat dengan perilaku unggul karena keteladanan mereka. Mereka
ini dihadirkan secara khusus membawa misi dakwah untuk manusia dan
kemanusiaan semesta, dan mereka terpanggil melakukan misi tersebut yang
seharusnya bersama kita.

HMI selain merupakan organisasi kemahasiswaan merupakan organisasi


kemahasiswaan yang memperjuangkan student need and student interest juga
merupakan sebuah organisasi perjuangan yang mengemban suatu mission sacree.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tugas suci HMI adalah berusaha
menciptakan masyarakat adil makmur dan sejahtera. Sebab Islam menjadi dasar
perjuangannya membuat ajaran pokok bahwa “sesuangguhnya Allah
memerintahkan akan keadilan dan ihsan (usaha perbaikan masyarakat). 21 untuk
itu, pasal 9 Anggaran dasar menegaskan peran HMI sebagai “Organisasi
Perjuangan”.22 secara konsepsional; jihad; perjuangan, amar ma’ruf nahi mungkar
atau penegakkan keadilan menjadi mainstream HMI . semua ini bertujuan untuk
mewujudkan sebuah masyarakat adil makmur, “masyarakat cita” (Ummah).23

21
Muniruddin Said, Bintang Arasy Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI, (Banda Aceh:
Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2017), Hlm. 36
22
PB HMI. 2018 “Tujuan HMI”, dalam Hasil-Hasil Keputusan Kongres XXX di
Ambon. PB HMI: Jakarta, Hlm. 45.
23
Muniruddin Said, Bintang Arasy Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI, (Banda Aceh:
Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2017), Hlm. 37.

24
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dalam mewujudkan khairah ummah atau mas umat terbaik melalui era
milineal. Maka dipandang perlu untuk menyiapkan sumber daya yang dimiliki
bisa berkonstribusi bagi bangsa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Merupakan
suatu keharusan/kewajiban Himpunan Mahasiswa islam (HMI) sebagai elemen
kebangsaan ikut serta turut andil dalam menumbuhkembangkannya serta berperan
dengan menjadikan generasi selanjutnya sebagai pionir dalam setiap masalah-
masalah ummat dan keummatan bangsa ini. Pandangan optimisme kita dalam
melihat harapan cerah dari bonus demografi, HMI akan membantu bangsa dalam
mencetak manusia-manusia unggul dengan segala potensi yang dimilikinya.
Melalui kaderisasi dan sejarah perjuangannya. Tentu tantangan saat ini bagaimana
mengelola potensi milineal menjadi berkah generasi terbaik.

1.2 Saran

Semua permasalahan diatas menuntut konstribusi HMI menghadapi


perubahan dan pergantian zaman sehingga mampu menyongsong masa depan
yang lebih baik. Oleh karena itu, HMI harus siap, serta memiliki kemampuannya
dengan beragam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan predikat yang
disandangnya HMI harus mampu menampilkan sikap dan perilaku yang positif,
kreatif dan konstruktif, sesuai dengan cirri khas kemahasiswaannya, keislaman
dan ke Indonesiaan, yang senantiasa melibat dan tertanam kuat pada dirinya

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Buku

Azhari Akmal Tarigan, Islam Mazhab HMI tafsir Tema besar Nilai Dasar
Perjuangan Dasar Perjuangan (NDP), (Jakarta : Kultura GP Press
Group, 2007).
Azhari Akmal Tarigan, Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI; Teks,
Interpretasi, dan kontektualisasi, (Bandung : Syiah Kuala
Universty Press Darussalam, 2018).
Muniruddin Said, Bintang Arasy Tafsir Filosofis-Gnostik Tujuan HMI,
(Banda Aceh: Syiah Kuala Universty Press Darussalam, 2017).
Ridal, Muhammad, HMI Milineal Religius-Nasionalis-Modern (Jakarta:
2017)
Sitompul, Agussalim, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakarta: CV
Misaka Galiza, 2008).
Sitompul, Agussalim, Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam
1974-1975, (Jakarta: CV Misaka Galiza, 2008).
Sitompul, Agussalim, Pemikiran HMI Dan Relevansinya Dengan Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia, (Jakarta Pusat: PT. Integrita
Dinamika Press, 1986).
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, (Jakarta: Sinergi Persadatama
Foundation, 2010).
Syariati, Ali, Tugas Cendekiawan Muslim, (Jakarta Utara: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994).
2. Dokumen-Dokumen
PB HMI. 2018 “Tujuan HMI”, dalam Hasil-Hasil Keputusan Kongres
XXX di Ambon. PB HMI:Jakarta.

3. Website
https://dosen.perbanas.id/teori-generasi/

https://badkotkatpasrandakan.wordpress.com/2012/04/05/siapakah-khairu-
ummah-itu/

https://prasetiorumondor.wordpress.com/2015/05/13/karakteristik-
masyarakat-madani
CURICCULUM VITAE

I. BIODATA
Nama : Yusdar Subandari
Tempat/Tanggal lahir : Tolitoli, 15 Desember 1997
Jenis Kelamin : Lakilaki
Status : Mahasiswa
Alamat Rumah : Jl. Teluk Palu Permai, Mantikulore
Asal Cabang : HMI Cabang Palu
Asal Komisariat : Hukum Untad

Kontak Person : 082393966929 (wa)


Alamat Email : ettayusdarsubandari@gmail.com
II. DATA AKADEMIK
Perguruan Tinggi : Universitas Tadulako
Fakultas/Jurusan : Hukum/Ilmu Hukum
Angkatan : 2016
III. PENDIDIKAN HMI
1. Latihan Kader I (Basic Training) Angkatan XXVI (66)
HMI Komisariat Hukum Untad Bertempat Di Gedung Aula
HMI Cabang Palu Tahun 2016

IV. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Internal HMI
a. Departemen Bidang PPPA HMI Komisariat Hukum
Untad Periode 2017-2018
b. Ketua Bidang PPPA HMI Komisariat Hukum Untad
Periode 2018-2019

2. Eksternal HMI
a. Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan (LITBANG)
Persatuan Pelajar Mahasiswa Tolitoli (PERPIT) Cabang Palu
Periode 2017-2018
b. Sekretaris Umum Persatuan Pelajar Mahasiswa Tolitoli
(PERPIT) Cabang Palu Periode 2018-2019
c. Sekretaris Umum Komunitas Wasathiyah Periode 2017-Sekarang
d. Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)- Lembaga Studi
Advokasi Mahasiswa (eLSAM) Fakultas Hukum Universitas Tadulako
Periode 2017-2018

Anda mungkin juga menyukai