Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI NILAI DASAR PERJUANGAN HMI

DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI

Nama : Mastuki
Email: Masdukifadly954@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang “implementasi nilai dasar perjuangan hmi dalam
membangun masyarakat madani” dengan fokus persoalan (1) apa NDP HMI? (2)
Bagaimana konsepsi masyarakat madani dalam perspektif Islam?; dan (3)
bagaimana mengimplementasikan nilai dasar perjuangan hmi dalam membangun
masyarakat madani?. Dari fokus persoalan ini, jenis penelitian ini merupakan
penelitian sejarah, yaitu secara eklusif memfokuskan peristiwa masa lalu yang
mencoba merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat
mungkin, dan menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam eksplorasi data
dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan serta
memahami aktivitas atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Sedangkan langkah-langkah penelitian ini dapat dilakukan secara heuristik,
kritik, interpretasi dan historiografi. Selanjutnya, prosedur pengolahan data,
digunakan Content Analysis. Mencermati konteks di atas, maka temuan penelitian
menunjukkan bahwa konsepsi masyarakat madani dalam perspektif islam
memiliki tiga dimensi, yaitu masyarakat madani harus memiliki identitas diri
dibuktikan dengan kepemilikan wilayah dan masyarakat konkrit, masyarakat
madani harus memiliki pemimpin yang adil dan bijak dibuktikan dengan aturan
hukum dan perekonomoian mapan serta perpolitikan yang setabil, di samping
masyarakat madani harus memiliki cendikiawan yang handal sebagai konsultan
pemimpin di dalam menentukan kebijakan dan aturan hukum negara.

Kata Kunci: Konsepsi, N D P H M I , Masyarakat Madani, Islam


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Realita di zaman sekarang, berbagai krisis menghampiri kehidupan
manusia, mulai dari krisis sosial, krisis struktural, hingga krisis spiritualitas. Dan
semuanya berkumpul pada persoalan yang lebih mendasar, yaitu makna hidup
bagi manusia. Modernitas memberi segenap kemajuan teknologi dan
meningkatnya industrialisasi sampai menjadikan manusia kehilangan orientasi.
Kekayaan kian menumpuk, tetapi jiwa mengalami kekeringan. Bersamaan dengan
logika modern dan orientasi yang kian modern, upaya dan materi lantas menjadi
aktualisasi di kehidupan masyarakat. Akibatnya, manusia bagaikan sebuah mesin.
Semuanya diukur atas dasar materi.1
Manusia pun perlahan harus mengatur dimensi-dimensi wujudnya dalam
berbagai arah sedemikian rupa supaya memungkinkan ia memenuhi semua
tuntutan material dan spiritualnya, dan hidup secara pantas dengan mendasarkan
hidupnya pada suatu rencana yang dibangun secara tepat dan akurat.2 Meskipun
tak jarang masih ada sebagian yang terjebak dalam kesedihan yang berlarut-larut
akibat kesulitan hidup, kegembiraan yang berlebihan akibat sukses duniawi pun
akhirnya akan memicu masalah.3
Mengingat gejolak yang ditimbulkan dari suasana perubahan di masyarakat
modern adalah penting untuk dipikirkan. Di mana selalu ada masalah-masalah
baru dan penanganannya tidak bisa tidak menyesuaikan dengan kebutuhan saat
ini. karenanya mengikuti perkembangan global dengan cara tidak peduli terhadap
proses yang berjalan maju hanya akan mengantarkan umat Islam ke dalam jurang
keterpurukan dan menjadi budak di era perbudakan modern4
Pemikiran-pemikiran Nurcholish, jika dikemukakan dan diambil untuk
kemudian dipahami, dapat menjadi pemicu kembalinya kesadaran umat Islam saat
ini, terutama di dalam kerangka yang bersifat spiritual sebagai bentuk respon pada
persoalan yang di atas. Sebagaimana yang Nurcholish katakan, bahwasanya dapat
dipastikan hanya sedikit saja dari mereka, para pemeluk Islam, benar-benar

1
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan, 2006), hal. 48
2
Sayid Mujtaba Musawi, Etika dan Pertumbuhan Spiritual, (Jakarta: Lentera Bastritama, 2001), hal. 3
3
Hamdy, Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani, (Jakarta: Republika, 2015), hal. 16
4
Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2007), hal.
mengenal dan mengerti jalan pikiran para sarjana Islam klasik tersebut, apalagi
merasakan denyut nadi perjuangan dinamika alam pikiran Islam dalam sejarah, di
mana para sarjana itu hidup dan mendapatkan pengalaman nyata.5
Mencermati konteks di atas, maka perspektif al-Qur’an tentang
“masyarakat madani” adalah merupakan pemberdayaan masyarakat yang
memiliki moral tinggi, demokratis, adil. aman, tertib, sejahtera dan punya
paradigma baru. Paradigma baru dimaksud adalah paradigma kekuasaan menjadi
paradigma yang memprioritaskan moral dan keadilan berdasarkan nilai-nilai
agama. Hal ini relevan dengan masyarakat yang dibangun oleh Rasul Allah
Saw di Madinah al-Munawwarah, yaitu masyarakat yang hidup penuh dengan
toleransi, patuh terhadap aturan yang disepakati bersama serta persaudaraan yang
tercipta secara har-monis dibawah bimbingan pemimpin yang adil dan bijak.
Beranjak dari perspektif al-Qur’an tentang masyarakat madani dimaksud,
maka peneliti mencoba untuk menggagas secara representatif dengan
memunculkan beberapa persoalan dalam rumusan masalah, yang terkait dengan
“Masyarakat Madani Dalam Perspektif al-Qur’an”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini akan di rumuskan
sebagai berikut;
1. apa NDP HMI?
2. Bagaimana konsepsi masyarakat madani dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana mengimplementasikan nilai dasar perjuangan hmi dalam
membangun masyarakat madani?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan daroi penelitian ini
adalah;
1. Untuk mengetahui NDP HMI
2. Untuk mengetahui bagaimana konsepsi masyarakat madani dalam
perspektif Islam
3. Untuk mengetahui bagaimana mengimplementasikan nilai dasar

5
Sudarto, Wacana Islam Progresif Reinterpretasi Teks Demi Membebaskan Yang Tertindas, (Yogyakarta: IRCiSoD,
2014), hal. 177
perjuangan hmi dalam membangun masyarakat madani
D. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber dan tambahan
informasi hususnya bagi kader HMI
PEMBAHASAN
A. Kajian Teorities
Kedudukan NDP sebagai ideologi HMI secara resmi yang dirumuskan oleh

Nurcholish Madjid dan Sakib Mahmud. Pokok masalah pertama yang ditangani ialah

dasar kepercayaan. Diakui sebagai kenyataan bahwa kepercayaan, atau iman adalah

hakiki bagi peradaban dan tak terelakkan bagi manusia. Tetapi walaupun keimanan

ini memberikan kebenaran, namun ia pun melahirkan tradisi-tradisi demikian

membelit masyarakat dan dengan tegas menolak perubahan. Oleh karena itu, sayang

sekali bila harus melawan kemajuan. Tampaknya jalan keluar dari problema ini ialah

bahwa bagaimanapun masyarakat harus membebaskan tradisi-tradisi yang

menghambat kemajuan dan kembali kepada keimanan semula yang ditegaskan oleh

Allah atau petunjuk sejati. Kalimat syahadat yang pertama-“Tidak ada Tuhan

melainkan Allah”- mengandung pengertian baik penyangkalan maupun pengecualian.

Kalimat “Tak ada Tuhan”, menyangkali semua kepercayaan palsu; sedangkan kalimat

“melainkan Allah” adalah pengecualian yang diperuntukkan bagi kepercayaan yang

benar terhadap Allah, karena itu manusia dikuasakan bertanggung jawab penuh atas

segala apa yang dilakukannya di atas bumi; dia adalah pembuat sejarahnya sendiri.

Pada akhirnya hukum alam Tuhan, seperti hukum sebab-akibat dan hukum gaya

berat, yang bersifat pasti itulah yang menguasai sejarah maupun alam semesta.

Namun demikian manusia diberi kebebasan memilih untuk taat atau tidak taat

kepada hukum-hukum moral Tuhan itu. Hukum dasar bagi segala sesuatu yang

duniawi dan menyejarah ialah perubahan dan perkembangan. Hanyalah Tuhan

sebagai Khalik atas segala yang dapat tetap sama sepanjang masa.Untuk memenuhi
tugas sejarahnya ini, manusia harus selalu dalam persesuaian dengan perkembangan

ke arah kebenaran. Akhir sejarah atau akhir kehidupan di dunia ini dinamakan yaum

al-din (hari kiamat), pada saat Tuhan akan menyatakan diri sebagai Pemilik dan

Penguasa atas segala. Sesudah paripurna, semua segi kehidupan yang menyejarah itu

pun berakhir, termasuk kebebasan, kegiatan, kemasyarakatan, segala hal-ihwal yang

telah dikenal manusia itu. Walaupun demikian manusia diamanatkan dengan

tanggung jawab di hadapan peradilan Ilahi pada zaman itu tentang segala apa yang

telah diperbuatnya selama kehidupan duniawi mereka.Untuk mengenali dengan

kemampuan sendiri tentang apa yang akan terjadi di dunia mendatang adalah di luar

kekuasaan manusia; pengetahuan seperti itu hanya akan datang melalui wahyu yang

diterima dengan perantaraan keimanan.

Masalah pokok berikut yang dibicarakan adalah berkenaan dengan masalah-

masalah kemanusiaan. Sebagai khalifah Tuhan di muka bumi, manusia akan

cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya merupakan pemancar bagi

keinginannya untuk melakukan kebenaran. Fitrahnya itu jugalah yang menyebabkan

manusia berbeda dari makhluk-makhluk yang lain. Menuruti perintah-perintah hati

nuraninya itu menyebabkan manusia hidup sesuai dengan fitrahnya dan oleh

karenanya, ia menjadi benar dengan sendirinya.

Mengenai masalah kemerdekaan, dikatakan bahwa tidak mungkin kejujuran

tanpa kemerdekaan. Kehidupan memiliki dua sisi, fana’ dan baqa’. Dalam hal yang

pertama, orang harus melakukan perbuatan baik dan siap mempertanggungjawabkan

apa yang telah dilakukannya, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

masyarakat. Dalam segi yang kedua, orang tak berkesempatan lagi untuk melakukan

perbuatan baik, hanyalah menunggu peradilan Tuhan sendiri sebagai pribadi. Pendek

kata, manusia dilahirkan seorang diri, menjadi anggota masyarakatnya, dan sesudah
mati ia seorang diri pula berhadapan dengan Tuhannya. Oleh karena itu, kepribadian

manusia merupakan kenyataan dasar perikemanusiaan, yang di atasnyalah nilai-nilai

kemanusiaan berpangkal.

Sebagai pribadi, manusia harus memikul tanggung jawab atas perbuaannya;

maka dari itu kemerdekaan pribadi adalah hak utama dan asasi bagi manusia. Sebagai

makhluk sosial, di lain pihak, maka harus mempergunakan kemerdekaannya itu tanpa

merugikan manusia lain. Lebih lanjut kemerdekaannya itu dibatasi oleh hukum alam

Tuhan yang menguasai alam semesta termasuk manusia. Karena dikuasai oleh hukum

alam Tuhan itu, maka manusia harus mentaati hukum itu. Masalahnya ialah, akankah

ketaatannya itu membabi buta tak ikhlas ataukah dengan mata tajam dan ikhlas.

Berkenaan dengan masyarakat, manusia adalah makhluk sosial namun tetap

merdeka; kemerdekaan pribadi terwujud di dalam masyarakat. Karena pribadi-pribadi

di dalam masyarakat itu merdeka, maka bermacam-macam pengelompokan sosial

dengan kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda pun terjadi.

Dengan terjaminnya keadilan maka kemerdekaan asasi pribadi dapat

ditempatkan pada kedudukan yang setara dengan kepentingan-kepentingan sosial

pribadi-pribadi yang lain. Untuk membangun masyarakat yang adil harus terdapat

sekelompok orang yang karena bakat dan kecakapannya yang istimewa, diserahi

kekuasaan. Diperlengkapi dengan rasa kemanusiaan yang mendalam, orang-orang ini

akan menjadi pemimpin masyarakat, terutama pemangku-pemangku jabatan

pemerintahan yang diberi wewenang untuk melindungi hak-hak penduduk biasa.

Namun demikian semua pribadi-pribadi itu, sebagai anggota masyarakat, masing-

masing mempunyai kewajiban terhadap masyarakat. Oleh karenanya sistem

pemerintahan yang ideal ialah demokrasi, suatu pemerintahan yang dibentuk oleh,

dari dan untuk rakyat.


Melindungi keadilan merupakan tugas setiap pemerintah, bukan hanya

melindungi hak-hak rakyat semata tetapi juga untuk memimpinnya ke arah

pengetahuan yang benar tentang Tuhan sebagai Kebenaran Mutlak dan tentang rasul

seperti guru kebenaran. Karena itu pemerintah yang benar harus ditaati dan dijunjung,

karena dia mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan Tuhan.

Daerah paling penting di mana keadilan harus diwujudkan ialah bidang

kehidupan perekonomian. Di sini keadilan berarti pembagian kekayaan yang sama

dikalangan anggota masyarakat. Di dalam masyarakat yang ketiadaan keadilan, di

sana tak terdapat pula persamaan di antara sesama manusia, dan kesenjangan antara si

kaya dan si miskin pun terbentang lebar. Jika suatu pemerintahan gagal mencapai

dan memelihara keadilan dalam masyarakat, maka pemerintahan yang demikian telah

mengingkari pengabdian yang semestinya kepada Tuhan.

Pemerintah pada suatu masyarakat kapitalis merupakan lambang kejahatan

ekonomi, yang demikian itu; mengajar manusia untuk menumpuk kekayaan tanpa

memperhatikan kepentingan manusia lain. Oleh karena itu, mencapai keadilan berarti

melenyapkan segala bentuk kapitalisme. Kapitalisme berjalan bertentangan dengan

kehendak Tuhan sebagaimana ditunjukkan oleh kalimat Al-Qur’an ‘amar ma’ruf,

nahi munkar atau al-nahyu ‘an al-munkar wa al-amr bi al-ma’ruf. Mereka yang

menimbun kekayaan itu bisa saja mengaku sebagai percaya kepada Tuhan, tetapi

kenyataannya menginjak-injak hak orang lain, adalah bertentangan dengan kehendak

Tuhan.

Mengenai hubungan antara kemanusiaan dengan ilmu pengetahuan, dikatakan

bahwa hakikat kemanusiaannya yang luhur ialah iman dan amal saleh. Melalui iman

manusia mencari Tuhan sebagai tujuannya yang terakhir; ia dengan giat mencari

kebenaran untuk menyumbangkan sejarah umat manusia. Di dalam sejarah inilah


manusia melakukan amal salehnya itu. Dengan watak yang demikian orang seperti

ini akan mencintai kebenaran dan berjuang untuk itu selama hayat dikandung badan.

Walaupun kebenaran yang ada sekarang ini nisbi, namun akan membawa manusia

kepada Tuhan, Kebenaran Asasi.

Gerak ke arah kebenaran itu bersifat maju, dan berdasarkan itulah maka orang

harus menjadi dinamis dan bebas dari tradisionalisme yang berlaku umum. Untuk

mencapai kebenaran dan membangun sejarah diperlukan ilmu pengetahuan. Dengan

menggunakan akal sehat dan dipimpin oleh hati nurani, orang akan memperoleh

kebenaran yang tepat dan kebenaran ini akan memerintahnya untuk berbuat baik dan

memperhatikan kepentingan manusia sesamanya.

Nurcholish mendefinisikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang


1
berperadaban dengan meneladani sikap Nabi Muhammad. Kata “madani” secara

konvensional berasal dari perkataan “madīnah” yang diartikan sebagai “kota”. Tetapi

secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna “peradaban”. Dalam

bahasa Arab “peradaban” memang dinyatakan dalam kata-kata “madanīyah” atau

“tamaddun”, selain dalam kata-kata “ḥaḍārah”. Karena itu tindakan Nabi

Muhammad mengubah nama Yastrib menjadi Madinah pada hakikatnya adalah

sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau bersama pengikutnya yang

terdiri dari kaum Muhājirīn dan kaum Anṣār hendak mendirikan dan membangun

masyarakat beradab.6

Kenyataan yang tidak terelakkan adalah manusia hidup bermasyarakat. Sejak

dahulu hubungan manusia, antara individu dan masyarakat sudah menjadi perdebatan

di berbagai kalangan khususnya peminat dan penelaah sosiologi. Pertentangan

pendapat banyak dimulai dari hal yang diutamakan pada hubungan antara individu

dan masyarakat, yaitu apakah individu itu merupakan realitas inti bagi terbentuknya
6
Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, hal. 164
suatu masyarakat? Atau apakah keberadaan individu tergantung pada masyarakat.7

Namun, masalah tersebut mesti disikapi dengan cara yang arif. Hubungan

antara individu dan masayarakat sejatinya memiliki kesamaan dan berkumpul pada

titik kemanusiaan. Bentuk sikap yang didasarkan pada penghormatan karena

kemanusiaannya tanpa membedakan warna kulit, bangsa, pintar-bodoh, maju-

terbelakang. Oleh karena itu, apabila di antara mereka ada yang terbelakang

(kekurangan), maka bagi yang telah maju (kelebihan) sudah semestinya membantu,

bukan malah menjadikan sebuah peluang untuk dimanfaatkan atau melanggar hak-

haknya sebagai konsekuensi dari kemanusiaannya.8

Sebagaimana di Madinah, Nabi Muhammad meletkakkan dasar-dasar

masyarakat madani, dengan semua unsur-unsur penduduk Madinah menggariskan

ketentuan untuk hidup bersama dalam suatu dokumen yang dikenal sebagai Piagam

Madinah (Mitsāq al-Madīnah). Dalam dokumen itulah umat manusia untuk

pertama kalinya diperkenalkan, antara lain, kepada wawasan kebebasan, terutama

di bidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab sosial dan politik, khususnya

pertahanan, secara bersama. Dan di Madinah juga sebagai pembelaan kepada

masyarakat madani, Nabi Muhammad dan kaum beriman diizinkan mengangkat

senjata, perang membela diri menghadapi musuh peradaban.9

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, pada mulanya Nurcholish melihat

persoalan yang dihadapi ini sebagai sebuah hal yang menguntungkan. Masyarakat

yang maju membawa dampak kemakmuran.10 Kemampuan dari produk material suatu

masyarakat yang meningkat adalah bernilai positif sekaligus mengangkat harkat

kemanusiaan, baik perseorangan maupun kelompok. Sebab, martabat kemanusiaan

7
Abdulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, hal. 33
8
Muhammad Abu Zahra, Membangun Masyarakat Islami, terj. Shodiq Noor Rahmat, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1994), hal. 14
9
Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, hal. 164
10
Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan, hal. 156
adalah pusat kebahagiaan dan ia akan dipertemukan hanya dalam kondisi seseorang

memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya. Akan tetapi, kemakmuran yang

diharapkan itu, ternyata meminta korban-korban yang tidak kecil, bahkan

pengorbanan yang dimaksud adalah kemanusiaan itu sendiri.

Kehidupan yang telah ditopang dengan kemajuan materi pada tubuh

masyarakat selalu mengalami perubahan, hubungan-hubungan politik yang selalu

mengalami perubahan, kesusilaan yang mengalami perubahan. Maka dari itu,

evolusi, kemajuan, pengetahuan, cara-cara berpikir, problem-problem tingkah laku

dan masyarakat menjadi tampil ke depan; sama-sama membutuhkan sebuah usaha

untuk memahami dunia di mana kita hidup.11

Oleh karena itu, Islam merupakan agama yang memposisikan kesalehan

seseorang dikatakan berhasil apabila telah memperhatikan dan melaksanakan

kesalehan dalam bermasyarakat.12 Dalam konteks yang lebih luas kesalehan

bermasyarakat secara normatif, merupakan niat baik seseorang guna menciptakan

solidaritas, menjaga kebaikan bersama dan pergerakan menuju perubahan ke arah

yang lebih baik. Sekalipun memang sulit mengajak selalu berdialog atau berinteraksi

dengan kenyataan.13

Kesalehan bermasyarakat dalam hal ini mengandaikan suatu semangat

kebersamaan yang kuat tapi tetap menjaga dan menghargai aturan, sehingga kesan

keadilan tidak terkontaminasi, fitrah satu kelompok atas kelompok lainnya dijauhi

dan malas serta iri hati. Sebaliknya, kesalehan bermasyarakat menghargai usaha-

usaha dan kerja keras, menjunjung hukum dan membantu sesame.

KESIMPULAN

11
Wadjiz Anwar, Nilai Filsafat Dalam Dunia Modern Dewasa Ini, (Yogyakarta, 1979), hal. 21
12
Kusmana, “Islam dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006), hal. 82
13
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, hal.5
Setelah menelaah hasil pembahasan dari berbagai buku dan kajian, maka akan

menyimpulkan hasil penelitian, adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut;

1. NDP HMI secara historis muncul karena kebutuhan terhadap buku


saku organisasi, serta mencakup tema pokok; NDP HMI secara historis
muncul karena kebutuhan terhadap buku saku organisasi. NDP ini
mencakup tema pokok; pertama, tentang Dasar-Dasar Kepercayaan;
kedua, mengenai Pengertian-Pengertian Dasar tentang Kemanusiaan;
ketiga, mengenai Universalisme Islam dan Kebebasan Berusaha;
keempat, mengenai Ketuhanan yang Maha Esa dan
Perikemanusiaan; Kelima, mengenai Individu dan Masyarakat; keenam,
tentang Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi; ketujuh, tentang
Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan. Atau secara sederhana dapat
dikatakan pemikiran Cak Nur dalam NDP HMI itu merupakan cerminan
pemikiran keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan.
2. Sedangkan NDP dalam upaya membangun masyarakat madani;
pertama, Eksplorasi identitas diri menuju masyarakat madani,
dalam konteks ini, dapat diformat melaui 3 aspek: pertama anggota
masyarakat hidup dalam sebuah wilayah sebagai tempat untuk hidup
bersama dan bekerja bersama kedua anggota masyarakat bersedia
hidup bersatu dalam satu umat untuk mewujudkan kerukunan dan
kemaslahatan secara bersama ketiga anggota masyarakat menerima
seorang pemimpin sebagai pemimpin tertinggi dan pemegang
otoritas politik yang legal dalam kehidupan ma-syarakat dan otoritas
ini dilengkapi dengan institusi peraturan yang berlaku bagi setiap
individu dan kelompok dalam kema- jemukan; kedua, Pemberdayaan
masyarakat menuju Masyarakat Madani, artinya mengembangkan
kehidupan masya-rakat di luar negara, terkait dengan kehidupan
masyarakat bebas dari peraturan yang dipelihara dengan kekuasaan
yang kuat, bahkan masyarakat itu mampu mengatur dirinya sendiri,
dengan ungkapan yang lebih populer merupakan masyarakat yang
man-diri; ketiga, Peran ulama dan Cendikiawan muslim menuju
Masyarakat madani; terdiri dari dua term, pertama; ulama dan
cendekiawan sebagai wadah komunikasi masyarakat dalam mencari
solusi berbagai persoalan sosial yang memang cukup kom-pleks dan
variatif kedua; ulama dan cendekiawan sebagai mitra pemerintah
untuk membangun masyarakat dalam berba- gai aspek kehidupan
mereka.

REFRENSI

Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan, 2006),
hal. 48
Sayid Mujtaba Musawi, Etika dan Pertumbuhan Spiritual, (Jakarta: Lentera
Bastritama, 2001), hal. 3
Hamdy, Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani, (Jakarta: Republika,
2015), hal. 16
Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 2007), hal.14
Sudarto, Wacana Islam Progresif Reinterpretasi Teks Demi Membebaskan
Yang Tertindas, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2014), hal. 177
Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, hal. 164
Abdulsyani, Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan, hal. 33
Muhammad Abu Zahra, Membangun Masyarakat Islami, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1994), hal. 14
Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, hal. 164
Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan, hal. 156
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, hal.5
Wadjiz Anwar, Nilai Filsafat Dalam Dunia Modern Dewasa Ini,
(Yogyakarta, 1979), hal. 21
Kusmana, “Islam dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: IAIN Indonesian
Social Equity Project, 2006), hal. 82
CURRICULUM VITAE

Nama : Mastuqi
Tempat / Tanggal Lahir : Pamekasan, 23 Juni 1999
Asal cabang : HMI Cabang Pamekasan Komisariat Ekonomi
Fakultas/Department : Ekonomi/Manajemen
Alamat : Dsn. Tanjung Ragang Kec. Waru Pamekasan
No HP : 0851-0403-5138
Email : Masdukifadly954@gmail.com

Jenjang Pendidikan
a. MI Nurul Islam I
b. MTs Nurul Islam
c. MA Nurul Islam

Jenjang Training
1. MAPERCA HMI Cabang Pamekasan Komisariat Ekonomi
2. LK I HMI Komisariat Teknik Bangkalan

Pengalaman Organisasi diluar HMI


1. Anggota Badan Dakwah Masjid (BDM) Universitas Madura
2. Anggota KSR PMI Universitas Madura

MOTTO HIDUP
“Bermanfaat Buat Orang Lain”.

Anda mungkin juga menyukai