disusun oleh :
Irma Suryani
2021 M – 1442 H
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................. i
A. Pengertian NDP HMI ............................................................................. 3
1. Sejarah NDP HMI ................................................................................ 3
2. Sejarah Perumusan NDP HMI ............................................................. 3
3. NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan Ke- Indonesiaan .. 4
4. Hubungan antara NDP dan Mission HMI............................................ 5
B. NDP HMI ................................................................................................ 6
1. Dasar-dasar Kepercayaan ................................................................... 6
2. Pengertian-pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan.......................... 7
3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Taqdir) . 8
4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Prikemanusiaan ............................... 9
5. Individu dan Mayarakat ...................................................................... 10
6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi ............................................. 11
7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan.................................................. 12
C. Kesimpulan dan Penutup....................................................................... 13
Materi NDP
1. Sejarah NDP HMI
1.1 Pengertian NDP HMI
Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI yang kemudian lebih dikenal
dengan NDP HMI adalah dokumen resmi organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) yang telah diresmikan pada kongres ke X di
Palembang, memegang peranan penting sebagai pedoman dan penjelasan
tentang peran HMI sebagai organisasi perjuangan.NDP merupakan
perumusan tentang ajaran-ajaran pokok agama Islam, yaitu nilai-nilai
dasarnya sebagaimana tercantum dalam Al Qur‘an dan As Sunnah. Islam
sebagai ideologi HMI, telah menjadi sumber motivasi, pembenaran dan
ukuran gerak, bagi langkah perjuangan organisasi ini dalam menunaikan
misi ke-ummatan dan kebangsaannya.
1.2 Sejarah Perumusan NDP HMI
Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI (NDP HMI) pada awalnya
dirumuskan dari kesimpulan perjalanan Nurcholis Madjid berkunjung ke
Amerika yang kemudian dilanjutkan ke Timur Tengah. Sebenarnya
perjalanan ke Timur Tengah lah yang memberikan inspirasi beliau dalam
pemikiran dan pemahamannya terhadap Islam sehingga muncullah NDP ini.
Sebetulnya kesimpulan perjalanan itu akan diberikan nama Nilai-nilai Dasar
Islam tetapi itu terlalu besar dan moralis, seakan-akan kita mngklaim bahwa
inilah Nilai-nilai Dasar Islam. Sehingga nama yang pas itu adalah Nilai-
nilai Dasar Perjuangan, kata perjuangan ini sebagai simbol semangat dan
peran seorang mahasiswa/pemuda yang harus tetap berjuang dalam
kebenaran. NDP dipresentasikan dalam bentuk draft pada Kongres ke IX
di Malang tahun 1969 dan diberikan kekuasaan pada perumusnya
yakni, Nurcholis Madjid, Endang Syaifudin Anshori, dan Syakib
Machmud.
Narasi singkat lahirnya NDP HMI adalah sebagai berikut:
1) Berawal dari Kertas Kerja PB HMI (1966 - 1969), disusun oleh CAK
NUR – Nurcholish Madjid, Ketum PB HMI saat itu.
2) Awalnya, Cak Nur mendapat Beasiswa ―Council for Leader &
Specialistǁ (1968) ke USA.
3) Di Washington, Cak Nur melakukan dialog2 & mengamati dunia
mahasiswa.
4) Lalu berpetualang ke Timur tengah.
5) Cak Nur melihat dua kondisi mahasiswa yg berbeda (Amerika &
Timur Tengah).
6) Hal tsb memberi inspirasi terhadap ide & sikap.
7) Maka lahirlah Draft NDP.
8) Draft tsb di presentasikan pd Kongres IX Malang, Th.1969.
9) Setelah itu dibentuk ―Komisi Khusus NDPǁ dg tiga (3) orang
pengkaji: Cak Nur, Endang Saifuddin Anshari, Sakib Mahmud.
10) Draft NDP hasil kajian tersebut dipresentasikan pada ―Seminar
Kaderǁ, Pekalongan Th.1970.
11) NDP kemudian disahkan pd Kongres X Palembang Th.1972, sbg
Dokumen & Acuan Gerak Organisasi.
12) Lalu NDP disosialisasikan secara luas oleh PB HMI.
1.3 NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan Ke- Indonesiaan HMI
Pada mulanya perjalanan Nurcholis Madjid ke timur Tengah
adalah atas dasar perkembangan Islam di Indonesia. Dan dari sana Ia
mendapatkan jawaban bahwa Islam di Indonesia memang berbeda dan
paling sedikit ter-arab-kan. Bisa kita lihat di berbagai Negara Muslim
terbesar mereka menggunakan budaya arab, salah satu contohnya
menggunakan bahasa arab, lain dari Indonesia Negara Muslin terbesar tetapi
menggunakan bahasa dan tulisan latin. Selain itu Negara di Eropa seperti
Romawi, Yunani, dan Spanyol yang menggunakan tulisan latin. Ini yang
menjadi Semangat keislaman yang menyertai suasana kelahiran HMI,
mengharuskan HMI menjadikan islam sebagai roh dan karakternya.
Semangat kesejarahan ini memberikan pengertian bahwa dalam
keadaan bagaimanapun HMI tidak dapat melepaskan keterikatannya pada
ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam. Islam telah menjadi kodrat dan fitrah
HMI sejak awal kelahirannya. Bagi HMI, islam diyakini sebagai
kebenaran yang baik dan haq, tidak ada lagi kebenaran selain islam.
_______________
1
Azhari Ahmad Tarigan, ―Islam Mazhab HMIǁ, 2007, hlm. 42
2
Azhari Ahmad Tarigan, ―Islam Mazhab HMIǁ, 2007, hlm. 42
pada ukuran kebenaran dalam menetapkan dan memilih nilai-nilai, itu
berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala
yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.3
Orang bijak menagatakan:
Barang siapa yang menyambah Allah bukan subtansinya, itu
sama dengan kafir.
Barang siapa yang menyembah Allah dan subtansinya, itu adalah
syirik.
Barang siapa yang menyembah Allah, melainkan subtansinya
itu tauhid yang sejati.
Surat An-Naml Ayat 9
“Wahai Musa, sesungguhnya Akulah Allah Yang Maha Kuasa, lagi
Maha Bijaksana.”
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
_______________
3
Ibid. hlm. 20
4
Ibid, hlm. 28
kehilangan fitrah dan kebahagiaan daripada sebalikny. Dan dari sudut
pengihatan inilah kita juga dapat menafsirkan kedatangan rasul-rasul dan
nabi-nabi, yaitu untuk memimpin umat manusia melawan kejatuhannya
sendiri dan mengemansipasi harkat dan martabatnya
dari kejatuhan itu.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”(QS.
Al-Baqarah: 30)
Kejatuhan manusia itu terlambangkan dalam terusirnya Adam
dan Hawa dari surga (hubuth, jatuh, turun) karena melanggar laragan
Tuhan. Adam dan Hawa terangkat (teremansipasi) hanya setelah
menerima pengajaran Tuhan dan bertaubat, yaitu pengajaran tentang
beriman dan beramal saleh.5
Seperti menurut Dr. M. Ratib an-Nabulsi (2010 : 75) mengatakan
bahwa Di dalam ruang pikiran dan ke dalam nurani, Allah
menciptakan sesuatu yang dengannya Anda bisa mengetahui akhlak
terpuji dan akhlak tercela. Sesuatu inilah yang menjadikan manusia
menganggap buruk perbuatan buruk lalu menghindarinya, dan
menganggap baik perbuatan baik sehingga mersa nyaman dengannya.
Pada gilirannya, ia memuji pelaku kebaikan dan mencela
pelaku keburukan.6
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Surat Az-Zariyat: 56)ǁ
Pada dasarnya manusia memiliki kekhususan dalam
penciptannya, Allah meletakkan diri-Nya dalam nurani manusia
_______________
5
Nurcholish Majid ….. hal 67
6
M. Ratib an-
sehingga tidak apapun yang bisa masuk dalam ruang itu, sehingga dalam
diri manusia mempunyai nurani yang bersih dan benar. Seperti
dalam Firman Allah Surat Ar-rum ayat 30 :
Artinya :“Maka hadapkanlah wajahmu lurus kepada gama Allah,
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.”
Dengan memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya
dan menjadi manusia sejati (insan kamil). Hidup fitrah ialah bekerja
secara ikhlas yang memancar dari hati nurani yang hanief atau suci.7 Hal
tersebut terjadi karena manusia diberi akal dan hawa nafsu sebagai
penguji mana yang paling baik perbuatanya.
2.3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Taqdir)
Apakah manusia memiliki kebebasan yang disebut
kemerdekaan dalam mewujudkan keinginan dan perbuatannya atau
tidak, sebagai upaya menjemput takdirnya.
Dr. M. Ratib an-Nabulsi mengatakan bahwa hal terpenting di
dalam agama adalah akidah. Bila akidah benar maka benar pula amal
perbuatannya, dan bila amal perbuatan benar maka akan sampai pada
cita-citanya. Tidak ada satupun akidah yang rusak kecuali ia
melumpuhkan gerak manusia secara total dan menjadikannya duduk
berpangku tangan, pasrah terhadap masa depan kelam yang
menantinya.8 Aqidah adalah modal dan pondasi dasar manusia untuk
berjuang dan berkeyakinan agar kehidupan manusia lebih terarah.
Berbicara mengenai takdir, Drs. Azhari Akmal Tarigan
menjelaskan makna kata takdir (taqdir) yang berasal dari kata qaddara
yang berarti mengukur, member, kadar atau ukuran. Jika dikatakan
bahwa Allah telah menakdirkan seseuatu, harus dipahami dalam
makna Allah telah menetapkan ukuran, kadar, batas tertentu terhadap
_______________
7
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, op cit, hlm. 146
8
M. Ratib an-nabulsi, op cit, hlm. 185
sesuatu itu.9
_______________
9
Azhari Akmal Tarigan, ―Islam Mazhab HMIǁ, 2007, hlm. 114
10
Hasil-hasil Kongres XXIX, ―Nilai-nilai Dasar Perjuanganǁ, 2016, hlm. 148
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.(QS. Surat Ar-Ra’d: 11)
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (QS. Al-
Hadid: 23)
_______________
11
Nurcholish Madjid, ―Islam Doktrin Peradabanǁ, 2015, hlm. 61-62
hanyalah karena nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna
mendapat pesetujuan atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya
pekerjaan "karena Allah" itulah yang bakal memberikan
rewarding bagi kemanusiaan (92:19-21).12
Iman (bahasa Yunani: πίστιν— pisti) adalah rasa percaya
kepada Tuhan. Iman sering dimaknai "percaya" (kata sifat) dan tidak
jarang juga diartikan sebagai kepercayaan (kata benda). Menurut
Alkitab "Imanǁ adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan
dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibrani 11:1).
Dalam maknanya yang lengkap kata ―iman berasal dari akar kata yang
sama dengan perkataan ―aman (Arab: ,yakni kesejahteraan dan
kesentosaan) dan ―amanat (Arab: yakni keadaan bisa dipercaya atau
diandalkan [Inggris: trust-worthiness], lawan dari khianat). Karena itu
―imanl yang membawa rasa ―aman dan membuat orang mempunyai
―amanat itu tentu lebih daripada hanya―percaya.
Maka menengahi antara iman dan amal-perbuatan yang
konkret itu ialah ibadat-ibadat. Dalam ibadat, seorang hamba Tuhan atau
„abd-u „l-Lâh merasakan kehampiran spiritual kepada Khâliq- nya.
Kecenderung bahwa rasa keagamaan harus selalu berdimensi
esoteris, dengan penegasan bahwa setiap tingkah laku eksoteris
[lahiriah] absah hanya jika menghantar seseorang kepada pengalaman
esoteris [batiniah] ini, pedekatan secara keruhanian ini dapat disebut
sebagai inti rasa keagamaan atau relijiusitas.
Tetapi, di samping makna intrinsiknya, ibadat juga mengan-
dung makna instrumental, karena ia bisa dilihat sebagai usaha
pendidikan pribadi dan kelompok (jamâ„ah) ke arah komitmen atau
pengikatan batin kepada tingkah laku bermoral. Asumsinya, melalui
ibadat, seseorang yang beriman memupuk dan menumbuhkan kesadaran
individual dan kolektifnya akan tugas-tugas pribadi dan sosialnya untuk
mewujudkan kehidupan bersama yang sebaikbaiknya di dunia ini. Akar
kesadaran itu ialah keinsafan yang mendalam akan pertanggung-jawaban
_______________
12
Azhari Akmal Tarigan, ―Islam Mazhab HMIǁ, 2007, hlm. 93
semua pekerjaan kelak di hadapan Tuhan dalam pengadilan Ilahi yang
tak terelakkan, yang di situ seseorang tampil mutlak hanya sebagai
pribadi. Karena sifatnya yang amat pribadi (dalam hubungan antara
seorang hamba dan Tuhannya), ibadat dapat menjadi instrumen
pendidikan moral dan etik yang amat mendalam dan efektif. Dalam
Kitab Suci dengan jelas diungkapkan harapan bahwa salah satu efek
terpenting ibadat ialah tumbuhnya semacam solidaritas sosial. Bahkan
ditegaskan, ibadat bukan saja sia-sia dan tidak akan membawa kepada
keselamatan, malahan terkutuk oleh
Tuhan, sekiranya tak melahirkan solidaritas sosial.13
BerkeTuhananan yang Maha Esa dan Berperikemanusiaan adalah
sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya
yang wajar. Tidak melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-
Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikhsan). Maka
ketuhanan menimbulkan sikap yang adil kepada sesama manusia
_______________
13
http://mettaadnyana.blogspot.co.id/2014/07/sosiologi-individu-dan-masyarakat.html jam 05.15
tgl 11/11/16
14
http://mettaadnyana.blogspot.co.id/2014/07/sosiologi-individu-dan-masyarakat.html jam 05.15
tgl 11/11/16
manusia. Lebih lanjut disebutkan: ―untuk dapat mengerti tata kehidupan
masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang
menjadi pembentuk masyarakat ituǁ (Ahmadi,
2004:26). Maka dapat dikatakan tata kehidupan masyarakat dipengaruhi
oleh tata kehidupan individu.15
Masyarakat menurut Ansyar (1989:49) merupakan suatu
kumpulan para individu yang menyatakan diri mereka menjadi satu
kelompok. Dari pendapat tersebut dapat ditafsirkan bahwa masyarakat
adalah sekumpulan individu yang sudah terintegrasi dan terorganisasi.
Jadi, dalam masyarakat bukan hanya sekelompok orang, melainkan juga
terintegrasi dan terorganisasi dan juga mempunyai pola hidup
tertentu.16
Selanjutnya penting untuk diperhatikan antara individu dan
masyarakat dalam persepektif Al-Qur‘an. Bagi Fazlur Rahman,
apakah individuyanglebih penting sedangkan masyarakat sebagai
instrumen atau sebaliknya adalah sebuah masalah akademis, karena
tampaknya individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Tidak ada
individu yang hidup tanpa masyarakat. Malah menurut Rahman, konsep-
konsep ajaran agama yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia
seperti taqwa, adil, amanah, hanya memiliki arti dalam konteks sosial.
Bahkan konsep agama yang menyatakan ―berbuat aniaya terhadap diri
sendiri (zulm al-nafs) yang akhirnya menghancurkan individu-individu
juga pada gilirannya akan
menghancurkan masyarakat.
Tinjauan dan penelitian modern terhadap masa klasik ilsam
diberikan oleh Robert N. Bellah:17
“... Tidak diragukan lagi bahwa di bawah pimpinan
Muhammad, masyarakat Arabia telah membuat lompatan ke depan
_______________
15
Azhari Akmal Tarigan, ―Islam Mazhab HMIǁ, 2007, hlm. 95
16
Nurcholish Madjid, ―Islam Doktrin Peradabanǁ, 2015, hlm. 113
17
Dr. M. Amin Abbdullah, ―Studi Agamaǁ, PUSTAKA PELAJAR 2015, hlm. 48
luar biasa dalam kompleksitas sosial dan kapasitas politik. Ketika
struktur yang telah mulai terbentuk di bawah pimpinan Nabi
kemudian dikembangkan oleh para khalifah pertama untuk menyediakan
dasar penyusunan emperium dunia, hasilnya ialah sesuatu yang untuk
masa dan tempatnya luar biasa modern. Ia modern dalam hal
tingkat komitmen, keterlibatan dan partisipasi yang tinggi, yang
diharapkan dari semua lapisan anggota masyarakat. Ia modern
dalam hal keterbukaan posisi kepemimpinannya terhadap kemampuan
yang dinilai menurut ukuran-ukuran universal, dan dilambangkan
dalam usaha untuk melemba-gakan kepemimpinan puncak yang tidak
bersifat warisan. Meskipun pada saat-saat permulaan beberapa
kendala tertentu muncul untuk menghalangi komunitas (Muslim) dari
sepenuhnya mewujudkan prinsip-prinsip tersebut, tapi akhirnya
komunitas itu berhasil juga mewujudkan, suatu model bangunan
komunitas nasional modern, yang lebih baik daripada yang bisa
dibayangkan. Usaha orang-orang Muslim modern untuk melukiskan
komunitas (Islam) pertama itu se-bagai contoh sesungguhnya bagi
nasionalisme partisipan yang egaliter itu.”
Tak hanya itu. Menempatkan teologi atau kalam ditengah
kehidupan modern, juga tak mudah. Pada abad pertengan al-Ghazali
mengeluh tentang manfaat ilmu kalam dalam islam, sedang di era
modern ini, Fazlur Rahman juga menyatakan hal yang sama. Kaum
pendukung positivisme di Barat menuduh teologi sebagai wacana
yang meaningless. Manusia beraga dituntut mereformulasikan konsep
teologi agar dapat menjawab tantangan riil kemanusiaan dalam
kehidupan kontemporer.18
Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak
mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah
bukanlah penyerahan pasif. Tetapi sejarah ditentukan oleh
manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat
_______________
18
Hasil-hasil Kongres XXIX, ―Nilai-nilai Dasar Perjuanganǁ, 2016, hlm. 151
buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal perbuatan mustahil
ditanggung manusia (99:7-8). Manusia merasakan akibat amal
perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah)
dalam hidup kemudian - sesudah sejarah (9:74, 16:30). Semakin
seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab
dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam
membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan (29:69).19
Bentuk dari hidup bermasyarakat adalah bisa menempatkan
posisi dirinya sebagai bagian yang menyatu di dalamnya. Individu yang
memberikan manfaat untuk kehidupan social karena manusia memiliki
sifat interdependensi dengan yang lain. Islam memberikan pandangan
dalam kehidupan bermasyarakat seyogyanya kita harus senantiasa
berseru kebaikan (Amar Ma’ruf) dan memerangi perbuatan buruk (Nahi
Munkar). Dalam kalimat itu terdapat seruan perjuangan, pembelaan,
dan mencegah keburukan. Inilah sederhananya makna dari Indvidu
dan Masyarakat.
_______________
19
Hasil-hasil Kongres XXIX, Op cit, hlm. 151
20
Dr. Ali Syari‘ati, ―Pembangunan Masa Depan Islamǁ, MIZAN 1986, hlm. 76
hanya menguntungkan tiga golongan—kaum Fir‘aun (penguasa
politik), kaum Croesus (penguasa ekonomi), dan Bal‘am-e-Ba‘ura
(kaum cerdik-pandai religius-gadungan) sementara satu golongan
dikorbankan yaitu Rakyat.21 Akhirnya saya merujuk pada semangat
yang mewariskan kepada umat manusia suatu literatur yang
berlimpah dengan keindahan insani, dengan cita-cita keadilan, kesamaan
derajat dan kesatuan manusia, dengan literatur yang mencerminkan
perasaan batiniah terdalam umat manusia.22
Keterkaitan iman dengan rinsip keadilan nampak jelas dalam
berbagai pernyataan Kitab Suci, bahwa Tuhan adaah Maha Adil, dan
bagi manusia perbuatan adil adalah tindakan persaksian untuk
Tuhan.23
Pengertian adil (‗adl) dalam Kitab Suci juga terkait erat de-
_______________
21
Dr. Ali Syari‘ati, ―Pembangunan Masa Depan Islamǁ, MIZAN 1986, hlm. 75
22
Nurcholish Madjid, ―Islam Doktrin Peradabanǁ, 2015, hlm. 114
23
Nurcholish Madjid, ―Islam Doktrin Peradabanǁ, 2015, hlm. 114
24
Azhari Akmal Tarigan, ―Islam Mazhab HMIǁ, 2007, hlm. 149
padagilirannya bersumber pada hukum-hukum alam, hukum Tuhan atau
pada sifat-sifat manusia.ǁ25
Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah rasa
kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak
terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang
cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pimpinan masyarakat.
Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga agar setiap orang
memperoleh hak asasinya, dan dalam jangka waktu yang sama
menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya
sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab sosial.26
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada
hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan (10:55).
Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus
diberikan bagian yang wajar dari padanya.27
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi
dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat
sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-A’raF: 10)
Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di
bumi. Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui(nya). (QS. Yunus: 55)
_______________
25
Ibid, hlm. 152
26
Hasil-hasil Kongres XXIX, ―Nilai-nilai Dasar Perjuanganǁ, 2016, hlm. 155
27
Ibid, hlm. 61
28
Ibid, hlm. 155
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.(QS. At-Tin:
6)
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif
namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti
dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak.29
Dari uraian itu dapat dipahami bahwa era globalisasi ilmu dan
budaya saat ini, terdapat kesulitan-kesulitan instrinsik pada ketiga
jenis pendekatan agama, jika pendekatan ini berdiri sendiri, terpisah
antara satu dengan yang lainnya. Kerja sama antara ketiga pendekatan
tersebut—teologi, filsafat, dan studi agama—merupakan riset masa
depan yang potensial memberikan sumbangan berharga untuk
mengatasi tantangan kemanusiaan universal (humanpredicament)30
Dunia modern merindukan siraman spiritual yang hanya bisa
diraih melalui rumusan-rumusan teologi yang dicerahkan oleh
pemahaman filsafat. Moralitas yang tidak tidak dicerahkan oleh
filsafat belum menangkap universitas pesan-pesan agama.31
Dengan menyeleksi masukan-masukan yang diperoleh dari
pendekatan filsafat dan studi agama empiris, umat beragama dapat
membedakan mana aspek agama yang universal, yang kategoris, yang
intelektual, dan lokal, hipotesis, fisis. Keduanya tak dapat
dipertentangkan karena keduanya ibarat dua sisi mata uang. Pinjam
istilah Imanuel Kant: ―pemikiran-pemikiran keagamaan yang subtansial-
intelektual-transendental-universal tanpa wadah yang matrial-empirikal-
partikular adalah lamunan kosong.32
Disamping mencari, menemukan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan sebagai sebuah usaha untuk memahami ayat-ayat Allah
_______________
29
Dr. M. Amin Abbdullah, ―Studi Agamaǁ, PUSTAKA PELAJAR 2015, hlm. 53
30
Dr. M. Amin Abbdullah, ―Studi Agamaǁ, PUSTAKA PELAJAR 2015, hlm. 55
31
Dr. M. Amin Abbdullah, ―Studi Agamaǁ, PUSTAKA PELAJAR 2015, hlm. 55
32
Azhari Ahmad Tarigan, op cit, hlm. 165-166
swt. Dalam kerangka memelihara dan meningkatkan keimanan kita
kepada-Nya, tuntutan untuk mencari ilmu pengetahuan adalah
konsekuensi logis dari peranan kekhalifahan manusia. Manusia diberi
anugerah suci oleh Allah Swt yaitu rasa ingin tahu dan akal sebagai
instrumenya. Hal tersebut hanya dimiliki oleh manusia tidak dimiliki
oleh yang lainya.