Anda di halaman 1dari 22

SINDIKAT MAKALAH

NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP)

Disusun Oleh :
Kafabihi

Disusun sebagai Persyaratan Mengikuti Senior Course Tingkat Nasional


Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Kabupaten Bandung

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


KOMISARIAT EKSAKTA UMRAH
HMI CABANG TANJUNGPINANG-BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Maha suci Allah yang telah menakdirkan kita hidup di dunia, puji syukur atas
kehadirat Allah SWT karena karunia-Nyalah akhirnya sindikat makalah Nilai
Dasar Perjuangan ini selesai dibuat.
Dalam penulisan sindikat makalah ini, penulis tidak luput dari kesulitan,
hambatan dan tantangan, untuk itu saya sebagai penulis menyadari bahwa dalam
penulisan dan penyajian karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
keadaan ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan yang ada pada diri saya
sebagai penulis. Sehingga saya mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun sehingga ada perbaikan dan kebaikan yang bisa kita petik secara
bersama.
Dalam mewujudkan sindikat makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan
dan dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnyalah apabila pada kesempatan ini
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus dan sedalam - dalamnya
kepada:
1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan support kepada saya serta
doa-doanya yang tidak pernah putus kepada saya
2. Seenior-senior saya di HmI terkhusus Kakanda Mahmud Hidayaturahmat,
Kakanda Romaito Azhar dan Kakanda Andrianov Susetya yang bersedia menjadi
pembimbing serta sumbangsih pemikiran dalam pembuatan sindikat ini, serta
rekan yang saya hormati Ayunda Faranita sari dan Ayunda Nurleni atas referensi
buku serta dukungannya serta kawan-kawan yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan Sindikat ini.

Tanjungpinang, 20 Januari 2019

Penyusun
JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :
LATIHAN KADER 1 NILAI DASAR 5 JAM (300 Menit)
PERJUANGAN
(NDP)

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami latar belakang kelahiran NDP, urgensinya dalam
organisasi serta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang termaktub di dalamnya
secara umum.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat memahami latar belakang kelahiran NDP HMI dan
urgensinya dalam organisasi.
2. Peserta dapat mengetahui kedudukan dan hubungan NDP dengan Misi
HMI.
3. Peserta dapat mengetahui nilai-nilai pokok yang terkandung dalam
NDP HMI.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Sejarah NDP HMI

1.1. Pengertian NDP


1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP
1.3. NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan Ke- Indonesiaan HMI
1.4. Hubungan antara NDP dan Mision HMI

2. NDP HMI

2.1. Dasar-dasar Kepercayaan


2.2. Pengertian-pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan
2.3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Taqdir)
2.4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Prikemanusiaan
2.5. Individu dan Mayarakat
2.6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
2.7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
2.8. Kesimpulan dan Penutup

Alokasi Waktu
5 Jam (600 Menit)

1. Ice Breaking – 1 Jam (40 Menit)


2. Ceramah 4 jam
3. Tanya jawab & resume (20menit)

Metode Training
1. Ceramah
2. Ice Breaking
3. Tanya jawab
4. Resume

Alat dan Bahan


1. White Board
2. Spidol
3. Power Point
4. Hand Out
5. Alat Tulis
6. Kertas Buram
Ice Breaking
Permainan Angka 1-20

Instruktur akan menunjuk salah satu peserta yang berani adu ketangkasan
percakapan dalam menghitung angka 1-20. Untuk memenangkan permainan ini
para peserta harus mengucapkan angka 20 sebagai angak akhir agar bisa menang.
Syarat dalam permainan ini adalah peserta hanya boleh menyebut 1-2 angka saja
secara bergantian. Permainan ini hanya membutukan 2 orang pemain saja untuk
beradu cepat.

1. Ceramah
1. Sejarah NDP HMI

1.1 Pengertian NDP


Nilai Dasar Perjuangan atau yang disingkat dengan NDP merupakan suatu hal
yang harus diketahui oleh kader sebelum mengimplementasikan serta
mentransformasikan nilai-nilai sebagaimana yang diharapkan. NDP merupakan
sekumpulan “nilai-nilai” (akidah, nilai-nilai, keyakinan, kepercayaan, pandangan,
ide, pengetahuan, atau pemikiran) yang dirumuskan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan mendasar kehidupan baik yang bersifat “teoritis” maupun “praktis”
(Bintang Arasy, Said Munirudin), Maka NDP merupakan suatu landasan
ideologis, dasar pemikiran Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). NDP
tersusun dari tiga kata yaitu Nilai, Dasar, dan Perjuangan. Kata “nilai” dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna: sifat-sifat (hal-hal) yang penting
atau berguna bagi kemanusiaan (KBBI online). Kata “Dasar” memiliki makna:
pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan), Landasan, Fondasi,
sedangkan kata “Perjuangan memiliki makna: Usaha yang penuh dengan
kesukaran dan bahaya.

Makna NDP HMI menurut KBBI dapat disimpulkan serta diartikan sebagai
Sifat atau hal yang digunakan kader HMI sebagai Landasan atau Fondasi dalam
setiap usaha untuk mencapai Tujuan Organisasi yang tertera di konstitusi.
1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP

Dalam sejarah perumusan serta latar belakang lahirnya, NDP mengalami


banyak cerita serta membutuhkan dasar pemikiran untuk dituangkan dalam suatu
tulisan. NDP lahir dari kesimpulan suatu perjalanan Prof. Dr. Nurcholis Majid
pada tahun 1968 yang dibuat dalam bentuk Draft.
Draft awal NDP dirumuskan oleh Nur Cholis Madjid yang berawal dari tulisan
keseharian yang sering disebut kertas kerja (1966 - 1969). Kemudian Cak Noer
mendapatkan beasiswa “Council for Leader & Specialist” (1969) ke USA.
Dengan sisa saku Cak Noer melakukan perjalanan ke Damaskus, Kuwait, Saudi
Arabia, Turki, Lebanon dan berakhir di Mesir. Selama perjalanan tersebut Cak
Noer melakukan diskusi dan study kritis yang memberikan ide serta sikap yang
ditransformasikan menjadi draft NDP.

Draft tersebut dipresentasikan pada Kongres IX di Malang (1969) kemudian


dibentuk “Komisi Khusus” yang terdiri dari Noer Cholis Majid, Endang Saifuddin
Anshori, Sakib Mahmid. NDP kemudian disahkan pada kongres X di Palembang
(1971), sebagai Dokumen dan Acuan Gerak Organisasi (Ideologi). (Hand Out LK
– 1 Cabang Jember)
Semangat & Latar Belakang Lahirnya NDP

1. Belum adanya bacaan komprehensif tentang Ideology Islam.


2. Eksistensi Ideologi Islam dan Perjuangan ideology vs Kaum Muda Marxis.
(Nasionalis vs Kiri)
3. Tandingan terhadap “Pustaka Kecil Marxis”. (Hand Out LK 1 HMI
Cabang Jember)

1.3. NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-Islaman dan Ke- Indonesiaan


HMI
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang dirumuskan oleh
Presiden pertama Ir. Soekarno merupakan pengambilan kerangka pemikiran ke-
Islaman dari para Ulama di Indonesia pada saat itu. Menilai kembali butir-butir
Pancasila yaitu Sila pertama “Ketuhanan yang maha esa” yang juga menjadi
butir-butir Ideologi dalam NDP

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat


kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang
baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS. Saba’ : 15)

1.4. Hubungan antara NDP dan Mision HMI.


NDP yang merupakan sekumpulan “nilai-nilai” (akidah, nilai-nilai, keyakinan,
kepercayaan, pandangan, ide, pengetahuan, atau pemikiran) yang dirumuskan
untuk menjadi sebuah “cara” untuk mencapai Tujuan HMI. Tujuan HMI atau
yang biasa disebut Mission HMI merupakan fondasi Organisasi serta arah
perjuangan yang ingin diwujudkan. Untuk mewujudkan apa yang ingin
diperjuangkan. Maka, tujuan harus memiliki “nilai-nilai” serta “strategi” sehingga
setiap usaha yang diperjuangkan menjadi teratur dan terarah.

“Terbinannya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan


bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
SWT” (Pasal 4 AD)

Perumusan tujuan HMI dirumuskan demi mewujudkan masyarakat adil


makmur yang diridhai Allah Swt, bukan untuk kelompoknya melainkan untuk
seluruh masyarakat.
2.1. Dasar-dasar Kepercayaan
Ideologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa ideologi
merupakan kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian)
yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Dari arti kata
“Ideologi” dengan kata kelangsungan hidup dapat disimpulkan besarnya pengaruh
sebuah ideologi dalam berkehidupan di dunia ini. Menurut A.D Ranuwihardjo,
dalam makna khusus; Seperangkat ajaran atau gagasan berdasarkan suatu
pandangan hidup [teoritis] untuk mengatur kehidupan organisasi, negara, atau
masyarakat di dalam segi-seginya serta yang disusun didalam sebuah sistem
berikut aturan-aturan [praktis] operasionalnya.”
Kajian yang teoritik tentang kepercayaan sebagai konsep teoritis akan
melahirkan sebuah kesadaran bashwa manusia adalah maujud yang mempunyai
hasrat dan cita-cita untuk mencapai kebenran dan kesempurnaan mutlak. Manusia
yang terbatas dan tidak sempurna membutuhkan sebuan sistem nilai yang
sempurna dan tidak terbatas sebagai sansaran dan pedoman hidupnya.
Sistem nilai tersebut harus berasal dari Dzat yang maha sempurna yang
segalanya berbeda dengan makhluk. Bahwa yang maha sempurna itu harus dapat
dijelaskan dengan argument yang rasional terbuka dan tidak doktriner. Sehingga
lapisan intelektual manusia tidak akan ada yang sanggup menolak eksistensinya.
Lapisan intelektual itulah yang akan melahirkan ideologi yang menjadi kebutuhan
primer manusia.
Ideologi/ Kepercayaan merupakan dasar dari setiap gerak dan aktifitas hidup
manusia. Ideologi/ kepercayaan juga merupakan kebutuhan pokok dam
berkehidupan dunia, Karena manusia yang fitri membutuhkan keyakinan hidup
yang dapat menjadi pegangan dan sandaran bagi dirinya.
Teori Maslow tentang kebutuhan manusia menyebutkan bahwa manusia
dikelompokkan dalam sebuah hirarki kepentingan, jika suatu kepentingan
terpenuhi kebutuhan lain yang tingkatannya lebih tinggi akan muncul dan
memerlukan pemuasan.
Hal itu membuktikan manusia menyadari, bahwa dirinya adalah makhluk
lemah yang membutuhkan pertolongan, bimbingan dan perlindungan dari sesuatu
yang diyakini atau ideologi yang bisa menguatkan dirinya. Pandangan keyakinan
yang simpang siur dapat menimbulkan keragu-raguan (dzanny), sehingga manusia
senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran mutlak.

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu. (QS. Al-Baqarah : 147)

Untuk mengatasi kegagalan dalam mencari kebenaran maka diperlukan agama


atau wahyu yang berasal dari luar manusia yakni Allah Swt. Karena wahyu
memiki sifat yang mutlak dan universal (Seluruh Umat manusia), Sehingga
melahirkan perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yaitu : Tiada Tuhan
selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan (Tidak ada) dan
pengecualian (Kecuali dia). Kata “Tiada” yang berarti kata peniadaan merupakan
suatu bentuk pembebasan, dengan kata lain “tak terikat”. Sementara kata
pengecualian merupakan kalimat agar manusia tunduk pada kebenaran dalam
menetapkan pilihan serta memilih nilai-nilai yang benar. Dan wahyu diturunkan
oleh Nabi Muhammad Saw, serta melahirkan kalimat persaksian ke dua yang
menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah. Yang dimana
Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah Swt lewat malaikat jibril.
Kemudian dalam Alqura’an terdapat keterangan/wahyu yang yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw mengenai garis besar dan jalan hidup yang harus
diikuti oleh manusia.

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, 2. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
(QS. Al Ikhlas 1-4)
Sebuah kepercayaan juga lahir mengenai zat yang pertama yang diartikan

bahwa tuhan pertama dan yang penghabisan, yang lahir yang bathin adalah

kebenaran yang dituju.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid : 3)

Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang nyata dan obyektif,serta
berskalan mengikuti syariat-syariat ada menuju tatanan nilai-nilai keislaman yang
suci.
Agama adalah kerja keras. Wawasan yang tidak jelas dan harus dibudidayakan
dengan cara yang sama sebagai apresiasi yang terus dikembangkan (Karen
Amstrong). Sehingga kepercayaan terhadap Agama pada diri manusia melahirkan
kesadaran rasionalnya untuk meraih kebahagiaan dan melahirkan konsep tentang
keberadaan hari kiamat yang merupakan refleksi perbuatan berlandaskan iman,
ilmu dan amal. Dengan demikian akhirat adalah kondisi obyektif dan relasi
manusia terhadap tuhan dan alam.

2.2. Pengertian-pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan


Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Dia adalah makhluk yang
menurut alam hakikatnya sendiri, yaitu sejak masa primordialnya selalu mencari
dan merindukan.
Tuhan. Inilah fitrah atau kejadian asal sucinya, dan dorongan alaminya untuk
senantiasa merindukan, mencari, dan menemukan Tuhan. Agama menyebutnya
sebagai kecenderungan yang hanif (Hanafiyah al-samhah), yaitu “sikap mencari
kebenaran secara tulus dan murni, lapang, toleran, tidak sempit dan tidak
membelenggu jiwa.
Manusia yang memenuhi jati dirinya ialah yang beriman tauhid, sikap hidup
seperti ini kemudian menumbuhkan kesadaran dan semangat untuk bekerja keras
bagi kebaikan manusia sendiri dan alam raya.
Kesadaran mengorientasikan hidup kepada Allah Swt. Allah Swt asal tujuan
dan segala yang ada dalam hidup ini. oleh karena itu, perjalanan hidup manusia
sebetulnya menuju kepada Allah (Taqarrub ilallah) yang menyebabkan seluruh
perbuatan manusia harus lillahi ta’ala. Karena Allah adalah puncak dari apa yang
kita tuju dalam hidup ini.. Karena Hidup dan matiku hanya milik Allah Swt.
(Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun)
Manusia membutuhkan sebuah pedoman/ landasan dalam sebuah
kepercayaannya tentu membutuhkan hal yang nyata berupa agama dalam bentuk
wahyu, karena sebenar-benarnya wahyu ialah ayat suci Al-Qura’an.

Allah berfirman: Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan


kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata
disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab
mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka
catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al
Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.). (QS. Al-Maidah ; 83)

Dalam Al-Qura’an manusia disebut sebagai “muslim” (Orang yang berserah


diri), yang dimana seorang muslim memberikan seluruh kepercayaannya kepada
Islam, sebagai perwujudan ke tauhidatannya.
Tujuan dari Tauhid itu sendiri merupakan terciptanya pergerakan menuju pada
sesuatu yang sempurna dan kesempurnaan tertinggi adalah Tuhan Yang Maha
Esa, maka Dialah yang menjadi tujuan dari seluruh gerak ciptaan. Bahasan awal
tersebut itulah yang akan menjadi awal untuk selanjutnya kita masuk dalam
pembahasan sesudah mati.

2.3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal (Taqdir)


Kemerdekaan berarti kebebasan, keleluasaan dalam pilihan serta tindakan.
Sedangkan Individu dalam konteks manusia adalah organisme yang hidupnya
berdiri sendiri, secara fisiologi ia bersifat bebas (tidak mempunyai hubungan
organik dengan sesamanya).
Seorang manusia dapat menentukan arah berjalannya sendiri kemana dia
melangkah. Kemerdekaan individu juga berarti ikhtiar. Ikhtiar adalah kegiatan
kemerdekaan dari individu yang berwujud usaha untuk mencapai suatu
kebahagiaan. Disamping itu ikhtiar memerlukan keikhlasan dalam bertindak atau
beramal. Manusia bebas memilih atas dasar kemauannya yang memiliki sifat
kebebasan, tapi kemauan manusia tidak bisa dipaksakan atas keharusan universal
(Takdir). Sehingga sifat alam dapat berjalan sesuai yang telah direncanakan oleh
Allah Swt.

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS. Al-Hadid : 22)

Jadi, kemerdekaan manusia dibatasi oleh adanya pengakuan (mempercayai)


adanya kepastian umum atau takdir. Manusia yang merdeka bukan berarti
manusia yang bertindak sesuka hati, tapi justru manusia yang paham bagaimana
kemerdekaan itu seimbang. Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir
sebelum takdir itu menjadi kenyataan, manusia hanya perlu mengimani atau
mempercayai keberadaan takdir. Maka percaya akan takdir ilahi akan membawa
keseimbangan dalam diri untuk lebih percaya diri akan usahanya yang dijalani
dalam hidup. Dengan demikian takdir ilahi itu sendiri mengharuskan adanya
ikhtiar agar takdir pada alam dapat dipergunakan. Tanpa ikhtiar maka takdirpun
tidak bermanfaat dan tidak berlaku. Sebaliknya tanpa takdir meniscayakan
ketiadaan kebebasan dan ketiadaan kebebasan tidak akan terwujutnya kebebasan
atau kemerdekaan.
Jadi inilah ketetapan yang difasilitasi oleh keadilan Allah Swt, Allah Swt tidak
memaksa manusia (hambanya) untuk memilih seperti apa, karena pilihan manusia
tidak lepas dari kehendaknya, karena kehendaknya memberikan banyak pilihan
kepada manusia. Sebab itulah, ikhtiar dan takdir di jadikan sebuah perjalanan
iman yang dapat menyeimbangkan keberadaan manusia yang merdeka.

2.4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Pri-kemanusiaan.


Manusia yang merdeka membutuhkan Tuhan sebagai tujuan hidupnya. Tanpa
tujuan yang jelas manusia tidak akan bisa hidup karena tidak tau apa yang dituju.
Sebab itu, manusia yang merdeka ialah yang berkeTuhanan yang Maha Esa.
Keikhlasan adalah cara untuk mendekatkan diri dengan Allah Swt, yang dimana
menjadi suatu kebenaran yang mutlak untuk meraih “ridho”nya karena kebenaran
mutlak itu adalah Allah Swt.

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya


apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya
Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Al-Luqman : 30)

Karena Allah Swt adalah kebenaran yang mutlak maka, Semua keajaiban
ciptaan Allah dan kekuasaan-Nya itu disebabkan oleh karena pencipta-Nya
adalah Tuhan Yang Mutlak.
Kehidupan manusia mengenal 2 aspek, yaitu : yang temporer kehidupan di
dunia dan kehidupan abadi di akhirat. Dalam aspek pertama dan yang kedua
memiliki hubungan yang sangat erat. Karena apa yang kita hasil kan di aspek
pertama akan memengaruhi pada kehidupan yang abadi.

(19) padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu ni'mat kepadanya yang
harus dibalasnya, (20) tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. (21) Dan kelak dia benar-benar
mendapat kepuasan.
(QS. Al-Lail 19-21)

Dalam ayat tersebut, menjelaskan bagaiamana kita dalam berkehidupan di


dunia. Apa yang kita tuju hanya untuk mencari keridhaan tuhan. Untuk mampu
menjalankan itu semua, manusia perlu kepercayaan (Keimanan) atas apa yang
menjadi tujuannya. Makna islam sendiri memiliki arti "penyerahan", atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Sebagai penganut agama Islam, kaum
“muslim” (Penyerahan diri sepenuhnya) tidak lagi diperbudak oleh sesama
manusia, melainkan memerdekakan diri untuk fokus pada satu tujuan dengan
menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah Swt. Kaum
muslim dengan semangat “Tauhidnya” (memutuskan untuk mengabdi kepada
Allah Swt) menimbulkan kekuatan dalam berkehidupan untuk menghasilkan
manusia Insan Kamil (Manusia yang Sejati) yang kesadaran atas dirinya tidak
mengenal batas, sehingga menghasilkan fondasi kepribadian yang kokoh.
Hakikat hidup yang dijalankan tentu adalah amal dan perbuatannya yang nyata
serta bermanfaat untuk umat manusia. Bekerja ikhlas, mengerjakan amal sholeh,
beribadah sesuai apa yang telah diperintahkan, serta berbuat kebaikan terhadap
sesama. Dengan menjalankannya seorang Insan akan merasakan kecintaannya
kepada Allah Swt. Itulah yang disebut berperikemanusiaan dalam bermasyarakat
yang mersaakan ikhlasnya berbuat.
Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil dalam menempatkan
hal dengan skala prioritas, dan yang selalu memberikan perhatian kepada orang
lain. Dia adalah seorang yang ikhsan dalam berbuat kebaikan, sehingga rasa
keadilannya dirasakan oleh orang lain.

2.5. Individu dan Mayarakat


Setiap individu memiliki masing-masing kepribadian dan kemeredekaan
sebagai hak asasinya. Itu semua karena masing-masing individu memiliki nilai
kemanusiaan (akhlak), sehingga hal itu lah yang menjadi inspirasi dan motivasi
kepada masyarakat. Kecerdasan emosional dan spiritual dalam menjalankan hidup
menjadi wujud pancaran cahaya untuk menerangi individu lainnya menuju Allah
Swt. Mereka yang sanggup mempengaruhi serta mengajak individu lain untuk
hidup dalam bermasyarakat menuju masyarakat adil makmur, telah
mengaktualisasikan prinsip seorang muslim sebagai seorang khalifah dimuka
bumi.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS. Al-Baqarah : 30)

Keseluruhan sifat manusia secara individu adalah nilai-nilai ilahiyah yang


terkandung dalam Alqura’an. Seorang khalifah yang memiliki nilai-nilainya;
tauhid, ikhlas (kemerdekaan)
Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup menetap pada suatu
tempat tertentu, berinteraksi dengan lingkungan disekelilingnya, serta memiliki
norma-norma dan nilai-nilai yang mengikat mereka. Masyarakat adalah
kumpulan-kumpulan beragam individu yang memiliki sifat yang berbeda, mereka
yang memiliki kebersamaan hak kemerdekaan yang tidak mengikat.
Apa yang dibangun dalam berkehidupan bermasyarakat yang menjadi pokok
pemikiran setiap individu. Adil dan ihsan adalah salah satu faktor yang
menentukan kemajuan, kesejahteraan, dan kemuliaan sebuah bangsa.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl : 90)

Dalam konteks individu dan masyarakat dalam ayat ini, bahwa masyarakat
memberikan landasan kepada individu-individu yang ingin memberikan
sumbangsih positif/negatif berupa tindakan kolektif dan membentuk sebab
material. Ini berarti, individu memiliki andil besar dalam merubah wajah bumi
atau mengalahkan sebuah masyaraat kearah yang sempurna atau kehancuran.
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah
susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu individu yang
berada pada struktur pemerintah yang paling atas berkewajiban menegakkan
keadilan. Maksud semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan
pemerintah ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada
kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia
sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-
masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui demokrasi.
Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada
didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh karena itu
pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat
sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan
musyawarah dan dimana keadilan dan martabat kemanusiaan tidak terganggu.
Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah
harus bertanggung jawab pada rakyat.
Perkembangan masyarakat dibangun atas dasar pertentangan karena persaingan
menentukan kualitas diri dari manusia tersebut. Maka dari itu seorang individu
perlu menunjukkan rasa Kepedulian, Kesadaran, Individu bahwa kita juga bagian
dari mereka.

2.6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi


Keadilan menjadi sebuah konsep abstrak yang sering diartikan secara berbeda oleh setiap
orang utamanya mereka – mereka yang pernah mengalami suatu ketidakadilan dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini menuntut secara tegas perlu dilakukan redefinisi terhadap apa yang
dimaksud dengan keadilan.
Adapun pengertian dasar tentang adil antara lain : setara, seimbang, sama rata,
sesuai tempatnya, proporsional, tidak berat sebelah dan menempatkan sesuatu
pada tempatnya. Keadilan berarti bersifat adil atau penerapan gagasan tentang
adil. Tapi itu hanya dari segi sastra. Dari segi kemasyarakatan keadilan diartikan
dari terciptanya suatu keseimbangan, pemerataan, serta persamaan. Terciptanya
kondisi untuk keadilan sosial dan ekonomi akan menimbulkan problematika
masyarakat. Apakah semua masyarakat Indonesia sudah adil –seadilnya
sebagaiamana tertuang pada pancasila ke 5 ?
Dalam problematika keadilan sangat sulit dipecahkan Karena masalah keadilan
bukanlah fenomena empiris yang dapat diukur secara kuantitatif. Namun ia
merupakan konsep abstrak yang berkenaan dengan aspek kebijakan-kebijakan
praktsis, karena itu ia merupakan garapan filosofis dan bersifat ideologis. Itulah
sebabnya mengapa dalam menjawab masalah diatas setiap orang atau kelompok
memiliki jawaban dan konsep berbeda sesuai dengan ideologi, kandungan
batinnya serta kapasitas pengetahuannya. Jika benar adanya keadilan berkenaan
dengan ideologis maupun filosofis, apakah makna dari keadilan itu hanya sekedar
cita-cita khayalan saja ?
Bagi Islam satu satunya jalan yang dapat mengatsasi masalah ketidakadilan adalah
dengan memberikan jaminan pendapatan tetap,dengan kemungkinan mendapatkan lebih banyak
serta mengubah konsepsi manusia tentang manusia dan pandangan hidupnya dari semata-mata
bersifat materialistik kesadaran teologis (tauhid) dan eskatologis (ma’ad), tanpa memasung atau
mematikan naluri alamiahnya. (konstitusi HmI)

Sangat mustahil jika kesadaran manusia dalam berkeadilan hilang begitu saja.
Karena pada dasarannya manusia memiliki tingkatan ego yang berbeda. Menurut
islam ego (kepentingan pribadi) merupakan suatu kekuatan yang diletakkan oleh Allah dalam diri
manusia sebagai pendorong. Kekuatan ini dapat mendorong manusia untuk melakuakan hal yang
diskriminatif, serakah dan merusak. Tetapi ia juga dapat mendorong manusia untuk mencapai
kualitas spiritual yang paripurna (insan kamil). Karena itu islam tidak datang untuk membunuh
ego dengan seluruh kepentingannya, namun ia datang untuk memupuk, membina dan
mengarahkan secara spiritual dengan suatu kesadaran teologis (tauhid) dan ekskatologis (ma’ad).

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah : 8)

Intinya adalah komitmen terhadap Islam pada dasarnya lebih merupakan

artikulasi kepentingan pribadi daripada komitmen keagamaan. Menurutnya,

komitmen kepada tatanan sosial yang adil, egaliter dan nir eksploitasi adalah

semangat Islam yang sejati. (Asghar Ali Engineer)

2.7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan


Ilmu Pengetahuan adalah alat untuk mencari dan menemukan kebenaran-

kebenaran dalam hidupnya. Definisi Ilmu menurut KBBI merupakan pengetahuan


tentang suatu bidang yg disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yg

dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Banyak jalan yang digunakan manusia untuk mendapatkan pengetahuan baik

secara intuisi, trial n eror (coba-coba) hingga secara ilmiah, ilmu dikatakan ilmiah

ketika melalui proses dari teori, hipotesis, observasi dan generalisasi empiris.
Manusia sebagai khalifah di dunia harus menguasai ilmu pengetahuan agar

dapat memahami hukum-hukum Tuhan (Sunatullah), maka tidak mengherankan

apabila Ibnu Sina berpendapat bahwa sifat batinnya manusia (Natura Prima

Hominis) saja tidak cukup untuk mencapai pengetahuan, sebab pengetahuan itu

harus diperoleh tidak dirasakan. Syarat untuk menjadi Sumber Daya Manusia
(SDM) berkualitas adalah suka bergaul dengan orang-orang berkualitas inilah

tanda-tanda orang yang berilmu

Jika hendak mengenal orang yang berilmu


Belajar dan bertanya tiadalah jemu. (Gurindam 12 pasal 5 bait 4)

Dalam gubahan syair Gurindam oleh Raja Ali Haji, menjelaskan maksud dari
sikap siap orang berilmu, bagaimana seorang yang sedang belajar ataupun sudah
berilmu dapat tawadhu dan selalu berkemauan untuk belajar. Karena, mencari
ilmu bagian dari jihad islam.
Tentu sebagai manusia yang memilih Islam sebagai agamanya, kita tidak bisa
memunafikkan keberadaan Al Qur’an sebagai Sumber utama dalam mencari Ilmu
pengetahuan, Lebih lanjut seorang filosof Islamm Ibnu Rusyd berpendapat bahwa
Kitab Suci Al-Qur’an dapat dipahami dengan pendekatan rethorika, dialektika
dan bayan (demostrative).
Allah Swt Berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Mujadilah : 11)

Islam sebagai tuntutan bagi manusia untuk mencapai keselamatan dunia dan

akhirat memandang bahwa manusia adalah khalifah fil arghi berdasarkan tujuan

penciptaan manusia. Untuk itu, manusia dibekali dengan akal sebagai sumber

ilmu pengetahuan.

Olehnya, ilmu sesungguhnya harus menjadi alat untuk mendekatkan diri pada

sang khalik.

2.8. Kesimpulan dan Penutup

Untuk menuju ketaqwaan membutuhkan keimanan, nilai-nilai kemanusiaan

dalam bentuk amal saleh. Iman dan taqwa dipeliahara dengan beridah dan

bertawakal padanya. Sehingga setiap usaha yang dikerjakan oleh seorang insan

benar-benar ditegakkan dalam peradaban dan budaya.

Usaha manusia dalam bentuk kemanusiaan (membantu sesama) adalahbentuk

amalan yang benar-benar digunakan untuk kepantingan manusia. Dengan

menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga

dirinya sebagai manusia.

Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai seorang manusia, sadar akan misi

dan visi yang emban melahirkan sikap berjuang yaitu berjihad. Manusia yang

memiliki kesadaran bersama akan membentuk sekelompok bersama yang disebut

masyarakat adil makmur. Sekelompok masyarakat ini menjalankan jihanya


dengan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menopang dalam berkehidupan.

Maka, kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses perkembangan

yang permanen. Perjuangan kemanusiaan berusaha mengarah kepada yang lebih

baik, lebih benar. Oleh sebab itu manusia harus mengetahui arah yang benar dari

perkembangan peradaban di segala bidang.Tentu makan dari iman-ilmu-amal

mempunyai arti yang mendalam karena menyangkut tiga dimensi kehidupan

secara Keimanan (Kepercayaan), keilmuan (ilmiah) dan peramalan (prilaku)

sebagai seorang hamba sekaligus seorang wakil tuhan di bumi.

“Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta” Albert

Einstein

“Hidup kita sebagai manusia, sebagai kader HMI sebenarnya cukup

sederhana, beriman, berilmu dan beramal” begitulah pandangan Nurcholis Majid

sebagai salah satu perumus NDP sekaligus cendekiawan muslim abad ke-20.

4.0 Tanya Jawab


Sesi tanya dijawab dilontarkan ke peserta training dari apa yang telah di

bahas oleh instruktur selama training dengan cara tatap muka dan menunjuk

beberapa peserta training untuk menjelaskan pertanyaan yang diberikan instruktur.

5.0 Resume
Instruktur akan memberikan selembar kertas kepada peserta training untuk me

resume dari apa materi yang telah dibahas. Selanjutnya akan dikumpul ke

intstruktur sebagai bahan evaluasi peserta.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qura’an terjemahannya, Departemen Negara Republik Indonesia.

Al-Badr Abdurrazzaq . 2012, Pedoman-Pedoman Tauhid

Ali Engineer Asghar , Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: LkiS)

Akmal Azhari, 2007, Islam Mahzab HMI, Kultura (GP Prees Grup), Jakarta

Amstrong Karean, 2002, Sejarah Tuhan : Kisah Pencarian Tuhan yang

dilakukan oleh
orang-orang yahudi, kristen dan islam selama 4.000 tahun, Mizan, Bandung

Falsafatuna, Muhammad Baqir ash-Shadr (Bandung: Mizan)

Munirudin Said, 2014, Bintang Arasy : Tafsir filosofis - Gnostik Tujuan HMI,

Syiah Kuala University Press, Banda Aceh.

Dias Saktiawan Muhammad, 2012, Sindikat Nilai Dasar Perjuangan :

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

H. Muhammad Amin Maswardi, M. Pd , 2012, Memasyarakatnkan Budi

terkandung dalam GURINDAM DUA BELAS RAJA ALI HAJI, CV. Pekerti

yang Empu Wahana, Tanjungpinang.

Hasil-Hasil Kongres Pekanbaru ke 29

http://www.gusti8official.id/2013/09/kritikan-terhadap-pemimpin-bangsa.html

(diakses pada tanggal 21 Januari 2019)

Pengurus Besar HMI, 2009, Nilai Dasar Perjuangan Hasil Kongres ke 26

Palembang Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Anthony Giddens (Jakarta: UI-

Press) Madjid Nurcholis, 2007 Islam Universal, Pustaka Pelajar Press,

Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai