Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING

“ESENSI AJARAN ISLAM TENTANG KHALIFAH FIL ARD


DAN KEPEMIMPINAN”

KODE K : KADER HMI SEBAGAI MAN OF FUTURE PEMIMPIN UMMAT

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT


INTERMEDIATE TRAINING (LK II) CABANG BANJARMASIN

OLEH :

MUHAMMAD IQBAL

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

KOMISARIAT FAKULTAS TARBIYAH

CABANG BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berkat rahmat, hidayah
serta taufiq-Nya saya bisa menyelesaikan makalah Intermediate Training (LKII) ini
tepat pada waktu yang telah di tentukan. Pula Shalawat dan salam kita sampaikan
kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai pemimpin
terbaik yang telah mendobrak pintu kebathilan menuju pintu cahaya keimanan
seperti yang kita rasakan saat ini.

Bicara tentang Kekhalifahan dan Kepemimpinan dalam lingkup Ajaran Islam maka
berbicara tentang kemaslahatan orang banyak, karena sejatinya setiap pemimpin
adalah pelayan bagi orang banyak dan ketika pemimpin ataupun khalifah
menjalankan tanggungjawab tidak boleh lepas oleh etika-etika yang sudah diatur
sedemikian rupa oleh Allah SWT. dalam Perintah dan Larangan – Nya. Pemahaman
yang membahas bahwa memimpin dan mengatur itu seperti penguasa dan semena-
mena itu tidak benar, kepemimpinan dan kekhalifahan manusia bersifat suci dan
untuk menciptakan masyarakat yang adil Makmur serta mencari Ridho Allah SWT.

Untuk itulah setelah meninjau dari berbagai referensi, pada makalah ini saya akan
membahas tentang “Esensi Ajaran Islam Tentang Khalifah Fil Ardh dan
Kepemimpinan”. Semoga dengan adanya makalah ini kita bisa mendapatkan
banyak informasi dan manfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ajaran Islam ........................................................... 2


B. Tugas Manusia sebagai Hamba dan Khalifah.......................... 3
C. Pengertian Kepemimpinan ....................................................... 5
D. Hubungan Khalifah dengan Kepemimpinan............................ 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang sempurna, yang sangat luas berkembang hari ini,
sampai mayoritas muslim di dunia mencapai 24,2% 1 yang mana jumlah ini berbeda
hampir 10% dari agama Kristen dunia. Dengan sempurna dan lurus, banyak juga
ditemui beberapa keanehan ataupun hal-hal yang menyeleweng. Ketika islam
diterima maka selanjutnya para pemeluk islam melawan kejahatran, KKN, dsb.

Ketika berbicara kejahatan, KKN, dsb. Maka kita berbicara tugas manusia
sebagai hamba yang tunduk kepada Tuhan dan juga memegang peranan penting
sebagai khalifah, pembahasan di makalah ini akan lebih banyak membahas
bagaimana kepemimpinan, tugas khalifah dan juga bagaimana sih hubungan
kepemimpinan dari hasil penelitian ataupun nilai kebermanfaatan untuk sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Ajaran Islam
2. Bagaimana tugas manusia sebagai khalifah dan sebagai hanmba
3. Apa pengertian kepemimpinan
4. Apa Pengertian kepemimpinan
5. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan dengan khalifah
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Ajaran Islam
2. Untuk Mengetahui tugas manusia sebagai khalifah dan sebagai hanmba
3. Untuk Mengetahui pengertian kepemimpinan
4. Untuk Mengetahui Apa Pengertian kepemimpinan
5. Untuk Mengetahui hubungan antara kepemimpinan dengan khalifah

1
https://www.popbela.com/career/inspiration/natasha-cecilia-anandita/agama-terbesar-di-dunia/8

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ajaran Islam

Secara definisi ketika membahas ajaran Islam maka kita akan mendapati
banyak sekali penjelasan tentang pengertian Islam, dari mulai mengupas
kebahasaan dan juga secara istilah Islam itu sendiri, secara kebahasaaan kata Islam
berasal dari Bahasa Arab yang mempunyai berbagai suku kata seperti as-salmu, as-
salamu atau as-salamtu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan
bathin. Islam juga berarti “menyerahkan sesuatu”. Makna lain dari kata Islam
adalah “damai” atau “perdamaian” (as-salmu / peace) dan “keamanan”. Artinya
ketika kita memahami definisi dari Islam secara bahasa dan patuh juga tunduk
dalam menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan – Nya yang bersumber
dari ajaran agama, yaitu Al-qur’an dan Al-Hadist. Maka sudah barang tentu
kehidupan manusia akan teratur dan mencapai kedamaian, ketentraman dan
keamanan.2

Adapun secara istilah, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya berasal dari
wahyu Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW., sampai kepada manusia saat
ini. Pada hakikatnya Islam mengajak kepada ajaran-ajaran yang tidak hanya dari
satu segi, akan tetapi tentang segala segi dari kehidupan manusia.3

Penjabaran pengertian Islam secara Bahasa maupun secara istilah di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwasannya Islam adalah agama yang menginginkan
perdamaian dan kedamaian antar seluruh ummat dan juga islam sendiri adalah
ajaran yang haq lagi sempurna sebagai pengatur kehidupan manusia sesuai
fitrahnya.

Secara sederhana Ajaran Islam bersumber daripada Al-qur’an, As-sunnah dan


Ijtihad, yang mana ruang lingkup ajarannya berbicara tentang Tauhid/Akidah,
Syariah dan Akhlak. Dari sumber dan ruang lingkup dapat kita temui korelasi

2
Rois Mahfud, Al- Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit: Erlangga, 2011), h. 3-5
3
Muhammad Alim, Pendidikan Agam Islam, cet. ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.
92

2
pembahasan di makalah ini bahwasannya kita akan menghubungkan bagaimana
kepemimpinan dengan definisi ajaran islam yaitu khalifah dan bagaimana definisi
dari kepemimpinan itu sendiri secara umum di beberapa literatur nantinya.

B. Tugas Manusia sebagai Hamba dan Khalifah

Manusia diciptakan ke bumi ini tidaklah sia-sia, jelas di dalam Al-qur’an juga
banyak literatur dan banyak para cendikiawan islam yang memaparkan penciptaan
manusia dan juga hakikat manusia itu sendiri, yang mana terdapat di dalam Al-
Qur’an Surah At-Tin ayat 4, seperti berikut

‫ان ِ ْيٍۖف َا ْح َس ٍِۖن تَ ْق ِو ْ ٍْۖيم‬


ٍَۖ ‫ٍَۖلقَ ٍْۖد َخلَ ْقنَا ْ ِاْلن ْ َس‬

Artinya : Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya (Q.S At-tin : 4)

Allah SWT. di dalam Ayat ini menegaskan bahwasannya penciptaan manusia


itu adalah penciptaan yang sebaik-baiknya dan tidak sia-sia, jadi buat apalagi kita
mengkhawatirkan kehidupan kita berjalan tidak memiliki makna ataupun
berpikiran bahwasannya manusia diciptakan sia-sia, tidak ada yang diciptakan
Allah SWT. itu secara sia-sia. Selanjutnya Islam sendiripun memaparkan hakikat
manusia adalah di dasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah, atau melalui penggalan asal kejadian manusia itu sendiri.

Menurut Imam Al-Ghazali, bahwa hakikat mengandung makna “sesuatu yang


tetap, dan tidak berubah-ubah, identitas esensial yang menyebabkan sesuatu
menjadi dirinya sendiri dan membedakannya dari yang lain”.4

Sedangkan menurut Hadari Nawawi. Hakikat yang dimaksud ialah “kondisi


yang sebenarnya atau intisari yang mendasari tentang keberadaan dan kedudukan
makhluk yang berasal dari keturunan adam dan hawa yang dijadikan khalifah Allah
dan penguasa dibumi”.5

4
Al-Ghazali, diterjemahkan oleh M.Yasir Nasution, manusia menurut Al-Ghazali, (Rajawali Pers,
Jakarta, 1998), hal.49
5
Hadari Nawawi, Hakikat Manusia menurut Islam, (Gema Risalah, Bandung, 1992), hal. 217

3
Dari kedua pendapat diatas, dapat ditarik benang merah kesimpulan bahwa
hakikat manusia dalam Islam adalah keberadaan yang mendasari diciptakannya
manusia yang diberi mandat mengatur bumi (khalifah) yaitu untuk mengabdi dan
beribadah kepada Allah SWT. Yang mana termaktub di dalam Q.S Al-Baqarah ayat
30 dan Q.S Az-Zariyat ayat 56, sebagai berikut

ٍۖ‫ك ّ ِال َم ٰۤا َء‬ ٍۖ ِ ‫ك لِلْ َملٰۤى َك ٍِۖة ِا ِ ّ ٍْۖن َجا ِعلٍۖ ِ ٍۖف ْ َاْل ْر‬
ٍُۖ ‫ض َخ ِل ْي َفةٍٍۖۖۗ قَالُ ْوْٓا َا َ َْت َع ٍُۖل ِفْيْ َا َم ٍْۖن ٍۖي ُّ ْف ِس ٍُۖد ِفْيْ َا َوي َْس ِف‬ ٍَۖ َ‫َوِا ٍْۖذ ق‬
ٍَۖ ُّ ‫ال َرب‬
ِٕ
‫ال ِا ِ ّ ْيٍۖن َا ْع ٍَُۖل َما ٍَْۖل تَ ْعلَ ُم ْو ٍَۖن‬ ٍَۖ َ ‫س‬
ٍَۖ َ‫لٍۖۗ ق‬ ٍۖ ُ ‫َو َ َْن ٍُۖن ن ُ َس ّب ٍُِۖح ِ َِب ْم ِد ٍَۖك َونُ َق ِّد‬
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah : 30)

ٍۖ‫َو َماٍۖ َخلَ ْق ُتٍۖالْ ِج َّن ٍَۖو ْ ِاْلن ْ َسٍۖ ِا ٍَّْۖلٍۖ ِل َي ْع ُبدُ ْو ِن‬
Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku. (Q.S Az-Zariyat : 56)

Disamping peranannya sebagai khalifah, manusia juga sebagai hamba Allah.


Sebagai hamba Allah berarti ia sebagai seorang yang taat dan patuh pada peintah-
Nya kesediaan manusia menghambakan diri sendri hanya kepada Allah dengan
sepenuh hatinya akan mencegah penghambaan manusia, baik terhadap dirinya
maupun sesamanya. Sedang begitu pula sebaliknya.

Kedudukan manusia dimuka bumi baik sebagai khaliah maupun sebagai hamba
Allah bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan kesatuan yang padu
terpisahkan. Kekhalifahan adalah 0realsasi dari pengabdiannya kepada sang
Khalik, dengan kata lain kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada
konteks individu dan socil yang berporos pada Allah SWT.

4
C. Pengertian Kepemimpinan

Ketika membahas kepemimpinan tidak akan terlepas pada pemimpin yang


mana istilah pemimpin dapat ditarik kepada istilah “leadership” secara
sederhananya leadership mengandung pengertian gabungan dari dua unsur yaitu si
pemimpin dan pola kepemimpinan, yang mana betapapun tinggi mutu seorang
pemimpin, dalam menjalankan pimpinan dia mestilah berpegangan kepada pola
kepemimpinan.6

Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku


bawahan agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi (Hasibuan, 2011: 170). Menurut Badeni (2013: 2), kepemimpinan
dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi suatu
kelompok ke arah tercapainya tujuan.7

Secara sederhananya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan


proses atau seni mempengaruhi orang. Juga kepemimpinan akan efektif ketika
seseorang memiliki power yang efektif. Karena melalui power seseorang mampu
menggerakkan, menggali visi, menginspirasi, mentransformasi, mengangkat hati,
memerintah, membimbing, menghukum, atau membuat sesuatu terjadi.8 Artinya
ketika semua gerak saling berkesinambungan dan berjalan beriringan maka tujuan
bersama akan terlaksana dengan baik dan tercapai.

Banyak literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan, terlepas daripada


banyaknya kajian tersebut, bahwa pada dasarnya ada tiga sudut pandang yang dapat
kita lihat untuk mengkaji tentang kepemimpinan, yaitu : (1) Pendekatan Sifat /
Karakteristik bawaan lahir atau traits approach; (2) Pendekatan gaya atau tindakan
dalam memimpin atau style approach; (3) Pendekatan kontigensi atau contingency
approach. Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-

6
A. Dahlan Ranuwihardjo, Menuju Pejuang Paripurna, (Pimpinan Kolektif MN KAHMI, Jakarta,
2000), hal. 26-27
7
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/784906882933a3b23fe226e004aafd05.pdf
8
Said Muniruddin, Bintang Arasy, (Syiah Kuala University Press, Banda Aceh, 2014), hal. 344

5
cara menjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkan kesadaran
tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesional dan bermoral.9

D. Hubungan Khalifah fil ardh dengan Kepemimpinan

‫ض َخ ِل ْي َفةٍٍۖۖۗ قَالُ ْوْٓا َا َ َْت َع ٍُۖل ِفْيْ َا َم ٍْۖن ٍۖي ُّ ْف ِس ٍُۖد ِفْيْ َا‬ٍۖ ِ ‫ك لِلْ َملٰۤى َك ٍِۖة ِا ِ ّ ٍْۖن َجا ِعلٍۖ ِ ٍۖف ْ َاْل ْر‬ ٍَۖ َ‫َوِا ٍْۖذ ق‬
ٍَۖ ُّ ‫ال َرب‬
ِٕ
‫ال ِا ِ ّ ْيٍۖن َا ْع ٍَُۖل َما ٍَْۖل تَ ْعلَ ُم ْو ٍَۖن‬
ٍَۖ َ‫لٍۖۗ ق‬ ٍَۖ َ ‫س‬ ٍۖ ُ ‫ك ِّال َم ٰۤا ٍَۖء َو َ َْن ٍُۖن ن ُ َس ّب ٍُِۖح ِ َِب ْم ِد ٍَۖك َونُ َق ِّد‬ ٍُۖ ‫َوي َْس ِف‬
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-
Baqarah : 30)

Bentuk jamak dari kata khalifah yang ada dalam Al-Qur’an, yaitu: (1) Khalaif,
kata ini ada dalam surah Al-An’am ayat 165, Yunus 14,73, dan Fathir 39. (2)
Khulafa’ terdapat pada surat Al-A’raf 7: 69, 74, dan Al-Naml 27: 62. (Shihab, 1993,
hal. 157) Keseluruhan kata tersebut berakar dari kata khulafa’ yang pada mulanya
berarti “di belakang”. Dari sini, kata khalifah seringkali diartikan sebagai
“pengganti” (karena yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang,
sesudah yang digantikannya) (Shihab, 1993, hal. 157).10

Tetapi yang akan kita bahas adalah bagaimana aturan main sebagai khalifah fil
ardh, yang mana dalam Q.S Shad Ayat 26 dipaparkan bahwa ada aturan yang harus
dilaksanakan dan ada etika dalam pengambilan keputusan, yang mana kurang lebih
ayatnya seperti ini :

9
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656351/pengabdian/C+2011-13+Teori+Kepemimpinan.pdf
10
https://core.ac.uk/download/pdf/267946198.pdf

6
َ َّ ‫ٍۖاْل ْر ِضٍۖفَ ْاح ُ ُْكٍۖب َ ْ َْيٍۖالنَّ ِاس ٍِِۖبلْ َح ّ ِق ٍَۖو َْلٍۖتَت َّ ِبعٍِۖالْهَوىٍٍۖۖفَ ُي ِض‬
ٍۖ ِ‫َّلٍۖ َع ْن ٍَۖس ِب ْيل‬ َ ْ ‫يدَ ٗاودٍُۖ ِاَّنَّ ٍۖ َج َعلْن َكٍۖ َخ ِل ْي َفة ٍِۖف‬

ٍࣖۖ‫ٍۖاّللٍۖلَه ُْمٍۖعَ َذاب ٍَۖش ِديْدٍۖۢ ِب َماٍۖن َ ُس ْواٍۖي َ ْو َمٍۖالْ ِح َس ِاب‬ ِ َّ ‫اّللٍۖۗ ِا َّن‬
ِ ّ ِ‫ٍۖاَّل ْي َنٍۖي َ ِضل ُّ ْو َنٍۖ َع ْن ٍَۖس ِب ْيل‬ ِّ

Artinya : (Allah berfirman), “Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan


khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan
engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Q.S Shad
: 26)

Dalam ayat ini Allâh memerintahkan kepada khalifah-Nya untuk memberikan


keputusan di antara manusia dengan adil serta larangan mengikuti hawa nafsu. Jadi,
jelas sekali khalifahNya Tuhan itu akan memberikan keputusan di antara manusia
secara adil, karena seorang khalifah Tuhan tahu persis Kehendak Tuhan. Seorang
khalifah Tuhan tidak mungkin mengikuti hawa nafsunya. Implikasinya, maka
manusia (terutama manusia yang sudah menyatakan dirinya beriman) seharusnya
mengimani (dalam arti: mengikuti, mentaati, meneladani, dan berguru kepada)
khalîfah fil ardhi. Kalau tidak mentaati khalîfah fil ardhi tentu akan mengikuti hawa
nafsunya. Jika mengikuti hawa nafsunya pasti akan sesat; dan jika sesat pasti
berhadapan dengan `azab Allah SWT.11

Dapat ditarik benang merah dari beberapa pengertian juga pemaparan di atas,
bahwasannya ada hubungan antara khalifah fil ardh dengan kepemimpinan, ketika
kita sebagai pemimpin menetapkan keputusan harus bersifat kemaslahatan bersama
yang mana akan menuntun kepada penyampaian tujuan bersama, ketika khalifah
dan kepemimpinan di hubungan juga akan ada hubungan pada konteks pengaturan

11
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195801281986121-
MUNAWAR_RAHMAT/S2%20METODE%20STUDI%20ISLAM/2.%20S2PAI%20-
%20MaknaKhalifahFilArdhi%20%28MunawarRahmat%2C%2014Agt2013%29.pdf

7
untuk menuju ridho Allah, ketika menjalankan aturan-aturan yang berlaku
diharapkan sesuai perintah Allah dan baik untuk kemaslahatan Ummat.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan Tentang Khalifah dan Kepemimpinan maka adalah berbicara


kemaslahatan dan Mencapai tujuan bersama, karena sejatinya seseorang yang
memimpin pasti menginginkan pencapaian tujuan dan itu bersifat maslahat untuk
orang banyak. Tetapi tetap dengan kooridor islam yang mana tunduk dan patuh
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.

Ketika pemimpin hari ini tidak sesuai kooridor ataupun lepas daripada aturan
Allah SWT. Maka dapat dipastikan akan memakai hawa nafsu buasnya dan itu juga
dapat dipastikan akan merugikan masyarakat luas, semoga pemimpin-pemimpin
kita menyadari tugas kekhalifahan, kepemimpinan dan kehambaan di dalam dirinya
akan dapat mewujudkan Masyarakat Adil Makmur yang di Ridho Allah SWT.

B. Saran

Ketika Pembahasan Kepemimpinan ataupun Kekhalifahan bukan hanya


sekedar teoritis belaka, tapi bisa kita maknai dan telaah lebih, karena ketika kita
memimpin bukan berarti kita berkuasa tetapi kitalah yang memiliki tanggungjawab
lebih untuk memikirkan kemaslahatan ummat ataupun kemaslahatan orang banyak,
jangan sampai menjadi pemimpin yang tidak amanah apalagi meruguikan
masyarakat luas, karena dengan mengindahkan amanah itu kita sudah tidak
mematuhi Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali. (1998). Manusia Menurut Al-Ghazali. Jakarta: Rajawali Pers.

Alim, M. (2006). Pendidikan Agama Islam. Bandung: Rosdakarya.

Mahfud, R. (2011). Al-Islam Pendidikan Agama Islam. -: Erlangga.

Muniruddin, S. (2014). Bintang "Arasy. Aceh: SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS.

Nawawi, H. (1992). Hakikat Manusia Menurut Islam. Bandung: Gema Risalah.

Ranuwihardjo, A. D. (2000). Menuju Pejuang Paripurna. Jakarta: Pimpinan Kolektif MN


KAHMI.

https://www.popbela.com/career/inspiration/natasha-cecilia-anandita/agama-terbesar-di-
dunia/8 (Artikel) diakses 21 Juni 2021
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/784906882933a3b23fe226e004aafd05.pdf
(Jurnal) diakses 21 Juni 2021
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656351/pengabdian/C+2011-
13+Teori+Kepemimpinan.pdf (Makalah) diakses 21 Juni 2021
https://core.ac.uk/download/pdf/267946198.pdf (Jurnal) diakses 21 Juni 2021
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195801281986121-
MUNAWAR_RAHMAT/S2%20METODE%20STUDI%20ISLAM/2.%20S2PAI%20-
%20MaknaKhalifahFilArdhi%20%28MunawarRahmat%2C%2014Agt2013%29.pdf
(Jurnal) diakses 21 Juni 2021

10

Anda mungkin juga menyukai