Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

JUDUL :

KHILAFAH ( PEMERINTAHAN DALAM ISLAM ) DAN SUMBER-


SUMBER HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH :
NAMA : NURWINDA MASIKOME
KELAS : 12 ( DUA BELAS )

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikanrahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul“Khilafah ( pemerintahan dalam islam ) dan sumber-
sumber hukum islam”
Serta tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju
zaman yang sekarang ini yakni zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas serta
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Di dalam makalah ini penulis menyadari bahwa penulisanya masih sangat
sederhana dan jauh dari kesempurnaan,namun besar harapan penulis agar
makalah ini bisa bermanfaat.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik
dalam penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya
untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk
penunjang dalam pembuatan makalah penulis berikutnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh..

Sangihe,20 Desember 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.Latar Belakang ....................................................................................................... 1

2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

3.Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

1.Pengertian Khilafah ............................................................................................... 3

2.Sejarah Khilafah ..................................................................................................... 4

3.Pengertian Sumber Hukum Islam .......................................................................... 5

4.Sumber-sumber Hukum Islam................................................................................ 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10

1.Kesimpulan ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam telah menetapkan sistem pemerintahan dengan sistem khilafah dan


menjadikannya sebagai satu-satunya sistem pemerintahan bagi daulah khilafah atau
khilafah Islamiyah. Dengan melihat nash dan fakta sejarah kejayaan yang pernah dicatat
dalam lembaran sejarah kegemilangan Islam sejak pertama kali tegaknya Islam di
Madinah sebagai mabda’ (ideologi) sampai runtuhnya khilafah Islam terakhir di Turki
pada tanggal 3 Maret 1924, serta sisa-sisa penerapan Islam di negeri kaum Muslimin,
terbukti bahwa Islam merupakan agama politik dan spiritual.
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslimin di dunia untuk
menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah ke segenap penjuru
dunia. Dengan demikian, dapat dipahami makna khilafah digunakan oleh Al-Qur’an untuk
siapa yang diberi kekuasaan mengelolah wilayah, baik luas maupun terbatas. Secara ringkas,
Taqiyuddin an-Nabhani sebagai pendiri Hizbut Tahrir mendefenisikan daulah khilafah
sebagai kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan
hukum-hukum syariat Islam dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.1Kata
lain dari khilafah adalah Imamah, imamah dan khilafah mempunyai arti yang sama.
Deretan defenisi khilafah dengan imamah sulit untuk membedakannya, hal ini di akui
oleh Qamaruddin Khan, bahwasanya penggunaan terma khilafah dan imamah senantiasa
dicampuradukan sehingga membuat kebingungan tersendiri. Ia sendiri mengusulkan khilafah
dan imamah diartikan sebagai negara atau pemerintahan. Dari defenisi di atas, jelas bahwa
daulah khilafah adalah hanya satu untuk seluruh dunia. Karena nash-nash syara’ memang
menunjukkan kewajiban umat Islam untuk bersatu dalam satu institusi negara.
Selain Khilafah kita juga perlu menelaah lebih dalam tentang sumber-sumber hukum islam
dikarenakan keduanya memiliki keterhubungan yang sangat erat. Kehadiran agama Islam
yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan
manusia sejahtera lahir batin.Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan
manusia sebagaimana terdapat di dalam sumber hukumnya.
Yang dimaksud dengan sumber hukum Islam ialah segala sesuatu yang menimbulkan atau
melahirkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar
akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber hukum islam ialah
segala sesuatu yang menjadi dasar,acuan atau pedoman syariat islam.

B. Rumusan Masalah
1

1
Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan makalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian Dari khilafah
2. Bagaimana Sejarah Khilafah
3. Pengertian Sumber Hukum Islam
4. Macam-macam Sumber Hukum Islam

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diatas maka terdapat beberapa tujuan, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertin dari Khilafah
2. Untuk mengetahui Sejarah Khilafah
3. Untuk mengetahui pengertian daripada Sumber Hukum Islam
4. Untuk mengetahui apa saja Sumber dari Hukum Islam

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Khilafah

Khilafah didefinisikan sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke
seluruh penjuru dunia. Orang yang memimpinnya disebut Khalifah, dapat juga disebut Imam
atau Amirul Mukminin. Misalnya ketika Khalifahnya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq beliau
dikenal dengan sebutan Khalifatu ArRasulillah (penggantinya Nabi Muhammad), ketika
Khalifah Umar bin Khattab beliau disebut Amirul Mukminin (pemimpinnya orang beriman),
dan ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib beliau disebut Imam Ali.

Kata khilafat diturunkan dari kata Khalafa, yang berarti seseorang yang menggantikan
orang lain sebagai penggantinya.

Istilah Khilafat adalah sebutan untuk masa pemerintahan khalifah.dalam


sejarah,khilafah sebutan bagi suatu pemerintahan pada masa tertentu ,seperti Khilafah Abu
Bakar,Khilafah Umar bin Khattab dan seterusnya untuk melaksanakan wewenang yang
diamanahkan kepada mereka.Dalam konteks ini,kata Khilafat bisa mempunyai arti sekunder
atau arti bebas,yaitu pemerintahanatau institusi pemerintahan dalam sejarah islam.

Pengertian khilafah baik dari segi etimologis maupun secara terminologis,menunjukan


bahwa istilah-istilah itu muncul dalam sejarah islam sebagai sebutan bagi institusi politik
untuk menggantikan fungsi kenabian dalam urusan agama dan urusan politik.

Khilafah menurut Ibn Khaldun adalah tanggung jawab umum yang di kehendaki oleh
peraturan syari‟at untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat bagi umat dengan
merujuk kepada karena kemaslahatan akhirat adalah tujuan akhir, maka kemaslahatan dunia
seluruhnya harus berpedoman kepada syari‟at. Hakikatnya, sebagai pengganti fungsi pembuat
syari‟at (Raasulullah SAW) dalam memelihara urusan agama dan mengatur politik
keduniaan. Menurut istilah, dan dalam kenyataan sejarah, khalifah adalah pemmimpin yang
menggantikan nabi dalam tanggung jawab umum terhadap pengikut agama ini untuk
membuat manusia tetap mengikuti undang-undangnya yang mempersamakan orang lemah,
orang kuat, orang mulia dan orang hina di depan kebenaran sebagai khalifah Rasul dalam
memelihara agama dan mengatur dunia.

Para ahli fiqh mendefinisikan khilafah sebagai: .

3
Kepemimpnan umum dalam urusan agama dan dunia. Dengan kata lain, yaitu kepemimpinan
umum bagi umat islam secara keseluruhan di dunia, untuk menegakkan hukum-hukum syara‟
dan mengemban dakwah islam ke seluruh penjuru dunia”.

B. Sejarah Khilafah

Khilafah mempunyai sejarah yang panjang dan penting di dunia islam. Sebagai telah
di sebut, institusi khilafah. Muncul sejak Abu Bakar terpilih sebagai khalifah Rasul dan
berlanjut pada masa Umar, Usman dan Ali. Kemudian terbentuk pula khilafah Bani Umayah
di Damaskus dan Spanyol, khilafah Bani Abbasiah di Baghdad, khilafah Fatimiyah di Mesir,
khilafah Turki Usmani di Istanbul. Yang tersebut terakhir di pandang sebagai khilafah dan
pemerintahan islam sedunia. Terbentuknya khilafah-khilafah tersebut sekaligus telah
mengubah sistem dan bentuk pemerintahan dari sistem musyawarah pada masa Khulafa Al-
Rasyidin kepada sistem dan bentuk dinasti dan monarki.

Pemerintahan moedel khilafah ini tidak dapat di pertahankan eksistensinya oleh umat
islam. Ia berakhir tanggal 3 maret 1924 setelah pembentukan negara nasional sekuler republik
turki pada oktober 1923 oleh mustafa kemal attaturk. Sejak itu institusi khilafah yang di
pandang sebagai supremasi politik dan simbol kesatuan umat islam telah lenyap.

Umat islam pernah berusaha untuk menghidupkan kembali khilafah melalui


muktamar khilafah di Cairo tahun 1926, dan kongres khilafah. Di india timbul pula kegiatan
khilafah, dan organisasi-organisasi islam di indonesia membentuk komite khilafah yang
berpusat di surabaya untuk tujuan yang sama. Kini umat islam hidup dibawah berbagai
bentuk pemerintahan yang merdeka dan berdaulat. Bentuk kerajaan atau monarki seperti Arab
Saudi, Jordania dan Marokko. Bentuk keamiran seperti negara Kuwait. Bentuk republik
seperti Iran, Irak, Pakistan, Indonesia dan sebgainya. Dengan demikian umat islam sedunia
dewasa ini tidak lagi memiliki supremasi politik dan simbol kesatuan model khilafah. Yang
ada saat ini organisasi konferensi islam yang Menghimpun 50 negara.

Kaum muslimin menngetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah islam adalah
Abu Bakar R.A akan tetapi mayoriti kaum muslimin saat ini, tidak mengetahui bahwa sulthan

4
Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang di miliki umat islam. “Runtuhnya daulah
khilafah islamiyyah akibat konsfirasi Mustafa Kamal yang menghancurkansistem khilafah
Utsmaniyyah. Tragedi ini terjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H”.

Dalam sejarah kaum muslimin sehingga hari ini, pemerintah islam di bawah institusi
khilafah islamiah pernah di pimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5
orang khalifah dari Khulafaur Rasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari
dinasti „Abbasiyyah, di ikuti dari bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari bani Saljuk 11
orang khalifah”.

C. Pengertian Sumber Hukum Islam

1. Pengertian Sumber Hukum Islam

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia sumber adalah asal sesuatu. Pada hakekatnya
yang dimaksud dengan sumber hukum adalah tempat kita dapat menemukan atau menggali
hukumnya. Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber
hukum Islam disebut juga dengan istilah dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau
dasar hukum Islam.

Kata „sumber‟ dalam hukum fiqh adalah terjemah dari lafadz ‫ رداص م‬- ‫ دص م‬, lafadz tersebut
terdapat dalam sebagian literatur kontemporer sebagai ganti dari sebutan dalil ( ‫ ) لي لد ال‬atau
lengkapnya “ al-adillah syar’iyyah-al islāmiyyah” (‫الٍية‬QQ‫ٍع ة اإلس‬Q‫)األدنة انشس‬. Sedangkan dalam
literatur klasik, biasanya yang digunakan adalah kata dalil atau adillāh syar’iyyāh, dan tidak
pernah kata “ mashadir al-ahkām al-syar’iyyah” ( ‫) ةي عرش ال ماك ح ألا رداص م‬. Mereka yang
menggunakan kata māshādir sebagai ganti al-adillah beranggapan bahwa kedua kata tersebut
memiliki arti yang sama.

Bila dilihat secara kamus, maka akan terlihat bahwa kedua kata itu tidaklah sinonim,
setidaknya bila dihubungkan kepada „syariah‟. Kata sumber ‫ رداص م‬atau dengan jamaknya
‫ رداص م‬, dapat diartikan suatu wadah yang dari wadah itu dapat ditemukan atau ditimba
norma hukum. Sedangkan „dalil hukum‟ berarti sesuatu yang memberi petunjuk dan
menuntun kita dalam menemukan hukum Allah. Kata “sumber” dalam artian ini hanya dapat
digunakan untuk AlQur‟an dan sunah, karena memang keduanya merupakan wadah yang
dapat ditimba hukum syara‟ tetapi tidak mungkin kata ini digunakan untuk „ijma dan qiyas
karena keduanya bukanlah wadah yang dapat ditimba norma hukum. ijma

5
dan qiyas itu, keduanya adalah cara dalam menemukan hukum. Kata „dalil‟dapat digunakan
untuk Al-Qur‟an dan sunah, juga dapat digunakan untuk ijma dan qiyas, karena memang
semuanya menuntun kepada penemuan hukum Allah.

D. Sumber-sumber Hukum Islam


1. Al-Qur’an
Secara bahasa (etimologi) Al-qur’an merupakan bentuk masdar (kata benda) dari kata
kerja Qoro-a yang bermakna membaca atau bacaan. Ada yang berpendapat bahwa qur’an
adalah masdar yang bermakna isim maf’ul, karenanya ia berarti yang dibaca atau maqru’.
Menurut para ahli bahasa, kata yag berwazan fu’lan memiliki arti kesempurnaan. Karena itu
Al-qur’an adalah bacaan yang sempurna. Sedangkan pengertian menurut istilah
(terminologi) Al-qur’an adalah:” kitab Allah yang diturunkan kepada utusan Allah,
Muhammad SAW. Yang ter maktub dalam mushaf, dan disampaikan kepada kita secara
mutawatir, tanpa ada keraguan”. Secara mutawatir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan
surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas. Membacanya berfungsi sebagai ibadah,
sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat
manusia. Allah Swt. berfirman:
“Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan,
bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. al-Isra/17:9)

 Kedudukan Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam


Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Al-Qur’an
merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus merujuk dan
berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an:

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya


(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
Swt. (alQur’an) dan Rasul-Nya (sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S.
an-Nisa’/4:59)

6
Dalam ayat yang lain Allah Swt. menyatakan:

“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad)


membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dan apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (Q.S.
an-Nisa’/4:105)

Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’an adalah kitab yang berisi
sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. AlQur’an sumber dari
segala sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Namun demikian, hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’an ada yang bersifat
rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat umum dan perlu pemahaman
mendalam untuk memahaminya.

2. Hadits

Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan. Sedangkan menurut istilah, hadis
adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian, ulama hadis membedakan
hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah
adalah segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam.

Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa bagian yang
saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis dari
Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang ini.

b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
Rawi, yaitu orang yang meriwayatkan hadis.

 Kududukan Hadits Sebagai Hukum Islam

Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-Qur’an. Artinya,
jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-Qur’an, yang harus dijadikan
sandaran berikutnya adalah hadis tersebut.

7
Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:

“… dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apaapa yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7)
Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:

“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati


Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka (ketahuilah) Kami tidak
mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisa’/4:80)

3. Ijtihad Sebagai Upaya Memahami Al-qur’an Dan Hadits


Kata ijtihad berasal bahasa Arab ijtahada – yajtahidu -ijtihadan yang berarti
mengerahkan segala kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga, atau bekerja
secara optimal. Secara istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara
sungguh-sungguh dalam menetapkan suatu hukum. Orang yang melakukan ijtihad dinamakan
mujtahid.

 Syarat-Syarat Berijtihad
Karena ijtihad sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para mujtahid, dimungkinkan
hasil ijtihad antara satu ulama dengan ulama lainnya berbeda hukum yang dihasilkannya.
Oleh karena itu, tidak semua orang dapat melakukan ijtihad dan menghasilkan hukum yang
tepat. Berikut beberapa syarat yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan ijtihad.

a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.

b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fikih, dan
tarikh (sejarah).

c. Memahami cara merumuskan hukum (istinbat).

d. Memiliki keluhuran akhlak mulia.

8
 Kedudukan Ijtihad

Ijtihad memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’an dan hadis. Ijtihad
dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam alQur’an dan hadis. Namun
demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an
maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:

“Dari Mu’az, bahwasanya Nabi Muhammad saw. ketika mengutusnya ke Yaman, ia


bersabda, “Bagaimana engkau akan memutuskan suatu perkara yang dibawa orang
kepadamu?” Muaz berkata, “Saya akan memutuskan menurut Kitabullah (alQur’an).” Lalu
Nabi berkata, “Dan jika di dalam Kitabullah engkau tidak menemukan sesuatu mengenai
soal itu?” Muaz menjawab, “Jika begitu saya akan memutuskan menurut Sunnah Rasulullah
saw.” Kemudian, Nabi bertanya lagi, “Dan jika engkau tidak menemukan sesuatu hal itu di
dalam sunnah?” Muaz menjawab, “Saya akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran
sendiri (ijtihadu bi ra’yi) tanpa bimbang sedikitpun.” Kemudian, Nabi bersabda, “Maha suci
Allah Swt. yang memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya dengan suatu sikap yang
disetujui Rasul-Nya.” (H.R. Darami)

9
BAB III
PENUTUP

D. Kesimpulan
Dari uraian materi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa khalifah ( pemerintahan
dalam islam ) merupakan sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di
dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh
penjuru dunia. Sedangkan sumber hukum islam ialah segala sesuatu yang menimbulkan atau
melahirkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar
akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber hukum islam ialah
segala sesuatu yang menjadi dasar,acuan atau pedoman syariat islam, dan sumber utama
hukum islam ialah Al-Qur’an dan Hadits.

10
Daftar Pustaka
As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.
Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta: Kementerian Agama RI.
PT Pustaka Rizki Putra, 2001. Peradilan dan Hukum Acara Islam, Semarang: T.M. Hasbi
Ash-Shiddieqy
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media,
Pratama, 2007
Abu A‟la al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan,penterjemah Muhammad al-Baqir, Bandung:
Mizan 1984

11

Anda mungkin juga menyukai