Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERADABAN ISLAM MASA KHILAFAH RASYIDAH

DISUSUN OLEH :

NUR AZIZAH (10120210084)

RIDAWATI AHMAD (1020210086)

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam

Universitas Muslim Indonesia

Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa dan atas
segala limpahan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan.
Tugas makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Dalam proses pembuatan tugas makalah ini sepenuhnya masih banyak kekurangan,
sehingga pada kesempatan ini penyusun mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun kedepannya dan juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah Drs.H.Mursalin
Ilyas M.A selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah membimbing
dalam proses pembuatan makalah.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Makassar, 09 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i

Daftar isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin .......................................................................... 3


B. Saqifah Bani Sa’idah .......................................................................................... 3
C. Sistem Politik dan Pemerintahan ........................................................................ 4
D. Sistem Pergantian Kepala Negara....................................................................................... 4
E. Kepemimpinan Abu Bakar As-Siddiq (632-634 M) ........................................... 5
F. Kepemimpinan Umar Bin Khattab (634-644 M) ....................................................... 7
G. Kepemimpinan Utsman Bin Affan (644-656 M) ....................................................... 9
H. Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib (656-661 M) ..................................................... 10
I. Kontribusi Masa Khulafaur Rasyidin dalam Peradaban Islam ............................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban manusia tidak pernah lepas dari sejarah. Sebaliknya, ketika
mengkaji sejarah, peradaban pun tidak mungkin luput dari pembahasannya.
Peradaban manusia berkembang seiring perkembangan akal pikiran manusia itu
sendiri. Peradaban tersebut mengalami kemajuan dan juga kemunduran. Namun, dari
sekian banyak peradaban yang tercatat dalam sejarah, Islam pun turut menorehkan
jejaknya dan mengambil peranan penting dalam sejarah perkembangan dunia hingga
saat ini.
Walaupun Nabi Muhammad SAW telah wafat, namun cahaya Islam tidak
padam. Perjuangan beliau diteruskan oleh para sahabat. Mereka yang bergelar
Khulafaur Rasyidin, itulah yang kemudian menyebarkan Islam hingga hampir
mencapai seluruh belahan dunia. Apa yang mereka lakukan bukan hanya
menanamkan nilai-nilai aqidah Islamiyah semata, melainkan juga mengembangkan
sebuah peradaban yang tinggi, yaitu peradaban Islam. Keagungan ajaran Islam yang
kita pahami sekarang, salah satunya kita ketahui melalui jejak-jejak peradaban yang
telah mereka bangun berabad-abad silam.
Untuk lebih memahami mengenai sejarah peradaban Islam, tentu kita perlu
mengetahui lebih jauh lagi mengenai kiprah dan peranan Khulafaur Rasyidin dalam
peradaban Islam. Maka, makalah inipun disusun untuk membahas mengenai hal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Khulafaur Rasyidin ?
2. Apa itu Saqifah Bani Sa’idah ?
3. Bagaimana sistem politik,pemerintahan,dan pergantian kepala negara pada masa
Khulafaur Rasyidin ?
4. Bagaimana kepemimpinan masa Abu Bakar,Umar Bin Khattab,Utsman Bin
Affan,dan Ali Bin Abi Thalib ?
5. Bagaimana Kontribusi Khilafah Rashidah pada Kemajuan Peradaban Islam ?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian Khulafaur Rasyidin
2. Mengetahui apa itu Saqifah Bani Sa’idah

1
3. Mengetahui sistem politik,pemerintahan,dan pergantian kepala negara pada masa
Khulafaur Rasyidin
4. Mengetahui bagaimana kepemimpinan masa Abu Bakar,Umar Bin
Khattab,Utsman Bin Affan,dan Ali Bin Abi Thalib
5. Mengetahui Kontribusi Khilafah Rashidah pada Kemajuan Peradaban Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin


Kata khulafaurrasyidin itu berasal dari bahasa arab yang terdiri dari kata
khulafa dan rasyidin, khulafa’ itu menunjukkan banyak khalifah (bila satu di sebut
khalifah) yang mempunyai arti pemimpin dalam arti orang yanng mengganti
kedudukan rasullah SAW sesudah wafat untuk melindungi agama dan siasat (politik)
keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-batasnya
dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama islam. Khulafaur Rasyidin
mempunyai arti pemimpin yang bijaksana sesudah Nabi Muhammad SAW wafat.
Para khulafaurrasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana.
Para sahabat yang disebut khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang khalifah
yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., Umar bin Khaththab r.a., Utsman bin Affan r.a.,
dan Ali bin Abi Thalib. Keempat tokoh/sahabat sepeninggalan Rasul itu adalah orang
yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam
menjalankan tugas.

B. Saqifah Bani Sa’idah


Saqifah Bani Sa’idah menjadi saksi awal terbentuknya Khilafah Rasyidah.
Sebelum Nabi Muhammad Saw wafat, beliau tidak berpesan secara khusus mengenai
penggantinya. Ketiadaan pesan khusus itulah yang mendorong umat islam secepatnya
mencari penggantinya ketika nabi wafat. Maka para sahabat berkumpul dan
mengadakan pertemuan di tsaqifah bani sa’idah untuk bermusyawarah mengenai
siapa yang akan menggantikan Nabi sebagai pemimpin umat nantinya.
Berita itu sampai kepada Abu Bakar dan Umar, lalu mereka bersama Abu
Ubaidah ibn Sarah datang ke Saqifah. Tiga orang inilah yang dapat di katakan sebagai
wakil kaum Muhajirin, sementara dari kaum Anshar di wakili oleh Basyir ibn Sa’ad
ibn Khudair dan Sadim. Selanjutnya musyawarah di Saqifah menjadi musyawarah
perwakilan kaum Muhajjirin dan Anshar.
Akhirnya, setelah melewati perdebatan panjang, wakil dari kaum Anshar
menerima pendapat bahwa suku quraisyiah yang lebih pantas menjadi pemimpin. Abu
Bakar mencalonkan Umar bin Khaththab atau Abu Ubaidah bin Sarah, namun

3
keduanya tidak bersedia dicalonkan. Lalu Basyir Ibn Sa’ad menjabat tangan Abu
Bakar dan membuatnya sebagai pengganti Nabi (Khalifah). Bai’at ini kemudian
dikenal dengan Bai’at Saqifah. Pada hari berikutnya, Abu Bakar naik mimbar di
masjid nabawi dan berlangsunglah bai’at umum. Maka, pada saat itulah dimulainya
pemerintahan Khilafah Rashidah yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin.

C. Sistem Politik dan Pemerintahan


Khalifah (pemerintahan) yang timbul setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW, tidak mempunyai bentuk kerajaan, tetapi lebih dekat dengan republik, dalam
arti kepala negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun temurun. Karena dalam
pemerintahan harus ada persetujuan dari masyarakat. Dan tidak bisa dipilih sendiri
tanpa adanya musyawarah dari masyarakat. Ini menggambarkan ciri pemerintahan
yang demokratis.

D. Sistem Pergantian Kepala Negara


Sistem penggantian dan penggangkatan khalifah sebagai kepala negara
merupakan pola pemerintahan khulafaur rasyidin yang paling penting. Ke empat
khalifah dipilih melalui cara yang hampir sama. Pola pemilihan tersebut dapat di
kategorikan sebagai pemilihan langsung yang terdiri atas dua tahap. Tahap pertama
pemilihan figur khalifah, sedangkan tahap kedua, pengukuhan keabsahan khalifah
terpilih melalui bai’at (janji kesetiaan).
Abu bakar diangkat menjadi khalifah atas dasar pemufakatan pemuka-pemuka
Anshar dan Muhajirin dalam rapat Saqifah di Madina. Umar menjadi khalifah kedua
atas pencalonan Abu bakar yang segera juga mendapat persetujuan umat. Penentuan
Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga di rundingkam dalam rapat, setelah
Ustman terbunuh, Ali lah yang merupakan calon terkuat untuk menjadi khalifah
keempat.
Dalam sistem pergantian kepada negara, perlu diketahui bahwa ada yang
dinamakan Ahl Al-Hall Wa Al-Aqd. Secara bahasa Ahl Al-Hall wa Al-Aqd memiliki
pengertian orang-orang yang melepas dan megikat atau orang yang dapat
memutuskan dan mengikat. Sedangkan menurut para Ahli fiqih siyasah, Ahl Al-Hall
wa Al-Aqd adalah orang- orang yang memiliki kewenangan untuk memutuskan dan
menentukan sesuatu atas nama umat (warga negara) atau lembaga perwakilan yang
menampung dan menyalurkan aspirasi atau suara suatu masyarakat.

4
Menurut Muhammad Abduh Ahl Al-Hall wa Al-Aqd yaitu kumpulan orang-
orang profesional dalam bermacam keahlian ditengah masyarakat, mereka adalah
orang-orang yang mempunyai kapabilitas yang telah teruji. Mereka adalah para amir,
hakim, ulama, pemimpin militer dan semua pemimpin yang dijadikan rujukan oleh
umat islam dalam berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan publik.

E. Kepempinan Abu Bakar As-Siddiq (632-634 M)


Abu Bakar As Siddiq lahir di Mekkah, Arab Saudi 27 Oktober 573 M
dan wafat di Madinah, Arab Saudi 23 Agustus 634 M. Abu Bakar As- Siddiq berasal
dari keturunan Bani Taim, suku Quraisy. Nama aslinya adalah Abdullah ibni Abi
Quhaafah. Ayahnya Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa dan ibunya bernama
Salma Umm-ul-Khair.
Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang menjadi salah satu pemeluk Islam awal.
Abu Bakar mendapat gelar As-Siddiq karena ia membenarkan Rasulullah dalam
banyak peristiwa termasuk ketika Rasulullah Isra Mi’raj dan banyak yang tidak
percaya, saat itulah Abu Bakar membenarkan peristiwa tersebut.
Pemerintahan Abu Bakar dimulai pada 11 H atau 632 M, diwarnai dengan
berbagai kekacauan dan pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad,
aktifnya orang-orang yang mengaku diri nabi, pemberontakan dari beberapa kabilah
arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat. Munculnya orang-
orang murtad disebabkan keyakinan mereka terhadap ajaran Islam belum begitu
mantap, dan wafatnya Nabi Muhammad menggoyahkan keimanan mereka. Masalah
nabi palsu sebenarnya telah ada sejak Nabi SAW masih hidup, tetapi kewibawaan
Nabi SAW menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya. Masalah
pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian
perdamaian dibuat bersama nabi secara pribadi dan perjanjian tersebut berakhir
dengan wafatnya beliau. Mereka menganggap tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada
penguasa Islam yang baru. Sedangkan orang-orang yang ingkar membayar zakat
hanyalah karena kelemahan iman mereka. Mereka tidak mau membayar zakat karena
mereka beranggapan bahwa zakat itu hanyalah upeti yang tidak patut diwajibkan atas
setiap orang merdeka.
Untuk menumpas seluruh pemberontakan beliau membentuk sebelas pasukan
yang dipimpin oleh panglima perang yang tangguh. Dalam waktu singkat seluruh
kekacauan dapat ditumpas dengan sukses.

5
Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar melaksanakan kekuasaannya
sebagaimana pada masa Rasulullah bersifat sentral. kekuasaan legislative, eksekutif,
dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Meskipun demikian, khalifah juga
melaksanakan hukum. Seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak
para sahabat bermusyawarah.
Masa Abu Bakar eksistensi pada pemerintahan islam terlihat dengan
berjalannya kenegaraan yang baik. Pengaruh dan perkembangan yang terjadi
bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan di pemerintahan Abu Bakar. Masa
Abu Bakar kebijaksanaan terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Bidang eksekutif
Pembagian pada perwakilan di pusat menunjukan Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Zain bin Tsabit, dan Abu Ubaidah. Pembagian lainnya
tersebar di beberapa negeri.
2. Pertahanan
Pembagian pada tahap ini yaitu antara melindungi agama dan
mempertahankan negara dari musuh. Stabilitas negara di upayakan dengan
menyebar pasukan di dalam maupun di luar negeri.
3. Social ekonomi
Masa Abu bakar dalam mengelola harta seperti zakat, ghanimah, infaq,
dan lainnya yang didistribusikan untuk kesejahteraan umat islam dan pegawai
negara. Masa Abu Bakar sosial ekonomi adalah lembaga yang mengelola kas
negara. Tujuannya didirikan lembaga sosial ekonomi adalah untuk
kepentingan kolektif. Permulaan masa khalifah rasyidin terjadi dengan
kepemimpinan Abu Bakar sebagai khalifah. Sistem peradilan masa
pemerintahan sama dengan masa Nabi dalam penyelesaian perkara.
Kedekatannya dengan masa kenabian yang memiliki otoritas khusus secara
independen. Abu bakar terkadang terjun dalam putusan hakim dalam suatu
perkara.
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 M di kota Madinah pada
usia 63 tahun. Abu Bakar meninggal karena sakit, beliau dimakamkan di rumah
putrinya Aisyah dan berada tepat di samping makam Rasulullah. Sebelum meninggal
Abu Bakar telah berwasiat bahwa Umar lah yang akan menjadi khalifah selanjutnya
menggantikan beliau.

6
F. Kepemimpinan Umar Bin Khatab (634 – 644 M)
Dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW di Makkah pada tahun
583 M. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakanya
tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya,
jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-
merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari
Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As
Siddiq.
Sebelum masuk islam, Umar merupakan salah satu kafir Quraisy dan musuh
Nabi yang kejam dan menakutkan. Umar sangat menentang dakwah Rasulullah
karena merasa bahwa ajaran Rasulullah memecah bela masyarakat Quraisy dan
masyarakat Makkah. Umar bahkan menuduh dan menyebarkan fitnah bahwa
Rasulullah adalah tukang sihir. Tidak hanya itu, Umar juga memiliki keinginan untuk
membunuh Rasulullah dan pengikut-pengikutnya.
Sama seperti Abu Bakar, beliau pun merupakan sahabat sekaligus mertua
Nabi. Julukan beliau adalah Al-Faruq (orang yang membedakan antara hak dengan
yang bathil). Gelar ini diberikan oleh Rasulullah semasa beliau membawa
sekumpulan umat Islam untuk bersembahyang di hadapan Ka’bah secara terbuka
untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam. Beliau sendiri yang menjaga mereka
daripada gangguan orang-orang Quraish. Nabi Muhammad SAW juga mengelarinya
sebagai “Abu Hafs” kerana kegagahannya.
Umar bin Khaththab memiliki sifat berani dan tidak gentar dalam menegakkan
kebenaran agama Islam juga seorang yang tegas dan adil. Ditakuti oleh orang banyak
karena keberaniannya dan taat pada ajaran Allah SWT. Bahkan, setan pun takut dan
segan terhadapnya. Beliau seorang yang berpandangan jauh, berfikiran terbuka dan
bersedia untuk menerima pendapat orang lain. Seorang pemimpin yang
bertanggungjawab, adil dan amanah.
Pemerintahan Umar bin Khaththab dimulai pada 634 M. Beliau adalah orang
yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar untuk menggantikan dirinya memimpin
kekhalifahan. Meskipun demikian, proses peralihan kepemimpinan dari Abu Bakar
kepada Umar tetap melalui jalan musyawarah.

7
Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar secara diam-diam
melakukan tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat
mengenai pribadi yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar
ibn al-Khaththab.
Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus
memangku jabatan panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-
mukminin (panglima orang-orang beriman).
Pada masa umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa
umar bin Khattab meliputi Semenanjung Arabiah, Palestina, Syria, Irak, Persia dan
Mesir.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Umat muslim terjamin keamanan, kemakmuran dan kedamaiannya.
Wilayah kekuasaan Islam semakin luas dan terus bertambah, Islam semakin luas
hingga ke Libya, Pesia, Irak, Barqoh, Armenia, Khurasan, Nisabur, Azerbaijan, Basra,
Syiria, Yordania, Gaza, Baitul Madis, dan beberapa daerah di sekitar laut tengah.
Umar merupakan pemimpin yang selalu membuat kebijakan revolusioner pada
masa pemerintahannya yang tidak pernah ada sebelumnya. Pemimpin yang pertama
kali membuat penanggalan hijriyah, mengumpulkan masyarakat untuk solat tarawih
berjamaah. Selain itu Umar juga merupakan pemimpin yang selalu melakukan dan
mencapai hal baru yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya. Umar
adalah pemimpin pertama yang berkeliling pada malam hari di madinah untuk melihat
kondisi rakyatnya dan mendengarkan keluh kesah mereka. Pemimpin pertama yang
banyak melakukan penaklukan, pertama menyusun kota-kota, pertama membawa
tongkat pemukul untuk menghukum dan memberi pelajaran kepada orang-orang yang
berbuat salah, yang pertama kali mendera peminum khamr dengan 80 kali cambukan.
Umar juga membentuk dan menetapkan berbagai kebijakan yaitu: membentuk tentara
baru, menetapkan para hakim (qadhi), membuat undang-undang pajak, membuat
sekretariat, menetapkan gaji tetap, dan membagi-bagi wilayah taklukan seperti as-
Sawad, Ahwaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia, dan lain sebagainya.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena
tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada.
Khalifah umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu
dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara.

8
Khalifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah
dari negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin
memilikinya, sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu
dihasilkan dari pajak.
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Khattab wafat, Beliau
ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama
Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari
kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu
Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

G. Kepemimpinan Utsman Bin Affan ( 644-656 M)


Nama lengkapnya ialah Ustman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari
pihak Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah
seorang sahabat dekat Nabi. Melalui persaingan ketat dengan ali, tim formatur yang
dibentuk oleh Umar ib Khaththab akhirnya member mandate kekhalifahan kepada
Ustman ibn Affan. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua
khalifah di zaman al-Khulafa’ ar Rasyidin yaitu 12 tahun.
Tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang
baik dan sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan
Ustman ibn Affan menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan masa
pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan masa
pemerintahan yang buruk.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap
kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah
pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Ustman hanya
menyandang gelar Khalifah.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-
kegiatan yang penting. Ustman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus
banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun
jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid di Madinah.
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis kembali al-
Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh
Khafsoh binti Umar. Manfaat dibukukan al-Qur`an pada masa Ustman adalah:

9
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya
2. Menyatukan bacaan, meskipun masih ada perbedaanya, namun harus tidak
berlawanan dengan ejaan mushaf Ustnami.
3. Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib urut yang kelihatan pada
mushaf sekarang ini.

Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Utsman semakin mencekam dan
timbul pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman.
Utsman akhirnya wafat sebagai Syahid pada hari jum’at tanggal 17 Dzulhijjah 35H/
655M. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman
yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di Madinah.

H. Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib ( 656-661 M)


Ali bin Abi thalib lahir pada tahun 603 M di Mekkah. Beliau adalah putra dari
Abu Thalib, paman Nabi. Nama lengkap Ali adalah Ali bin Abu Thalib bin Hasyim
bin ‘Abd al-Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
Pada usia 6 tahun, Ali bin Abi Tholib diasuh oleh Nabi Muhammad sebagaimana.
Nabi diasuh oleh ayahnya Ali. Karena mendapat didikan dan asuhan langsung
dari Nabi Muhammad SAW, maka Ali tumbuh sebagai anak yang berbudi luhur,
cerdik, pemberani, pintar dalam berbicara dan berpengetahuan luas.
Ali memasuki gerbang keislaman pada usia kanak-kanak. Beliau adalah anak
kecil pertama yang menerima ajaran Islam dan membenarkan kerasulan Muhammad
Saw. Setelah dewasa, Ali kemudian dinikahkan dengan Fathimah r.a., putri Nabi.
Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah ke empat umat Islam di periode awal
Islam, setelah Usman meninggal akibat pembunuhan oleh pemberontak yang waktu
itu telah menguasai Madinah. Saat itu pemerintahan dijatuhkan pada Ali bin Abi
Thalib sebagaimana hasil keputusan dari sidang dewan formatur yang dipimpin oleh
Abd al-Rahman bin„Awf. Bahwa Ali bin Abi Thalib akan menjadi khalifah setelah
Usman bin Affan. Pada awalnya Ali menolak untuk dijadikan pemimpin, tetapi
Zubair Bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya
Ali menerima baiat mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat secara massal,karena
khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Sepeninggal Utsman

10
bin Affan, Ali menanggung beban berat dalam memimpin kaum muslimin yang
sudah tersebar luas di berbagai wilayah. Apalagi stuasi politik dan ekonomi saat itu
dalam keadaan kurang stabil. Keamanan kota Madinah pun dinilai rawan akibat para
pemberontak yang masih berkeliaran.
Untuk mengatasi situasi sulit itu, khalifah Ali bin Abi Thalib mengeluarkan
kebijakan-kebijakan baru,salah satunya adalah Wali/Amir atau gubernur-gubernur
penguasa wilayah yang diangkat Khalifah Utsman diganti dengan orang-orang baru.
Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh
kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang
menyebabkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Utsman.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai persoalakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil. Persoalan pertama yang dihadapi Ali adalah
pemberontakan yang dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali
tidak mau menghukum para pembunuh Ustman dan mereka menuntut bela terhadap
darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim. Bersamaan dengan itu,
kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di
Damaskus. Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu
Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga
perang ini disebut sebagai perang Siffin.
Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai penasehat
Mu’awiyah yang dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah
memerintahkan pasukannya mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai
isyarat berdamai dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah
terhindar dari kekalahan total.
Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk
berbicara lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka berdua,
Abu Musa menyatakan pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai khalifah dan
menyerahkan urusan penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi ketika tiba
giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas pemberhentian Ali dan
menetapkan jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash menyalahi
kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa. Sepak terjangnya dalam

11
peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak keputusan tahkim tersebut,
dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua bagian,
dan kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok Khawarij
(orang-orang yang keluar). Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan
menuju masjid Kuffah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang
tersebut yang mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut kelompok
Khawarij, Abd al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam.

I. Kontribusi masa Khulafaur Rasyidin dalam peradapan Muslim


Masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin adalah masa yang sangat pantas ditiru dalam
pribadinya, karena mereka adalah seorang pemimpin yang adil, bijaksana, sederhana
dan sebgainya. Mereka juga seorang pemimpin pemerintahan yang ideal dan sejati
yang harus dijadikan contoh. Masa pemerintahan al-Khulafa’ ar-Rasyidin banyak
mengalami kemajuan yang tinggi yakni terbukti dengan luas kekuasaan islam pada
masa ini dan adanya usaha pembukuan al-Quran yaitu masa Ustman. Jadi masa ini
adalah masa yang cemerlang.
Islam pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Dari segi antropologi para al-Khulafa’ ar-Rasyidin juga bisa memasukkan
budaya bangsa luar arab ke bangsa arab dengan prinsip tidak ada pertentangan dan
perbedaan antar mereka. Dilihat dari segi sosiologis bahwa bahwa pemimpin-
pemimpin pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin adalah bukan pemimpin yang otoritas,
melainkan masyarakat yang menghimbau bukan kekuasaan untuk memerintah.
Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin
dalam waktu yang relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang.
Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dalam waktu tidak
lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa
yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara
lain sebagai berikut:
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

12
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat
tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru
dunia.
3. Dertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang
bangsa Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah
mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu
membantu pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah nabi Muhammad Saw wafat, kepemimpinan umat diteruskan oleh
para khulafaur rasyidin. Mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keempat Khilafah rashidah
tersebut menjalankan pemerintahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
Sunnah. Mereka merupakan teladan umat sekaligus gambaran pemimpin ideal
yang sulit ditemukan pada masa sekarang.
Atas jasa mereka, Islam kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Ekspansi Islam dilakukan atas kepentingan da’wah islamiyyah. Semangat itulah
yang menghantarkan Islam kepada sebuah masa yang gemilang.
Khulafaur Rasyidin, melalui kepemimpinannya, telah meletakkan dasar-
dasar hukum, ekonomi, politik, militer dan administrasi menuju terciptanya
sebuah pemerintahan Islam yang berdaulat dan peradaban yang tinggi.
B. Saran

Setelah mempelajari sejarah di masa Khilafah Rashidah, kita dapat


mengetahui bahwa Islam berkembang melaui ekspansi yang dilandasi semangat
da’wah. Sehingga persatuan dan kesatuan umat merupakan hal paling utama yang
harus diperhatikan.

Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan makalah ini tentunya masih


banyak yang perlu dibenahi, walaupun kami sudah berusaha semaksimal
mungkin, tetapi masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kritik dan saran para
pembaca sangat kami harapkan, terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Konstektual Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama), h.138

Ahmad Sukarjo, Ensiklopedi Tematis Dinul Islam, (Bandung: Kencana, 2006),


hal,208

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan
ketiga 2011.

Hanun Asrohah, Sejarah Peradapan Islam, Jakarta: Wacana Ilmu, 2001.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam.

Mufrad, Kisah hidup Umar bin khatab, Jakarta: Zaman, 2008.

Intan, S. (2017). Kekhalifahan Umar Ibn Khattab (13-23 H/634-644 M). Jurnal
Rihlah.

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam.

Philip K. Hitti, History OfThe Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.

Sulton Adi, Umar bin khattab, Bandung: Fitrah, 2010.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam.

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam.

Zainudin, E. (2015). Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin. Jurnal


Intelegensia,

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam.

Philip K. Hitti, History OfThe Arabs.

Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam.

Samsul Munir Amin, Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta: Amzah, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai