DISUSUN OLEH :
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa dan atas
segala limpahan rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan.
Tugas makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Dalam proses pembuatan tugas makalah ini sepenuhnya masih banyak kekurangan,
sehingga pada kesempatan ini penyusun mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun kedepannya dan juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah Drs.H.Mursalin
Ilyas M.A selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah membimbing
dalam proses pembuatan makalah.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban manusia tidak pernah lepas dari sejarah. Sebaliknya, ketika
mengkaji sejarah, peradaban pun tidak mungkin luput dari pembahasannya.
Peradaban manusia berkembang seiring perkembangan akal pikiran manusia itu
sendiri. Peradaban tersebut mengalami kemajuan dan juga kemunduran. Namun, dari
sekian banyak peradaban yang tercatat dalam sejarah, Islam pun turut menorehkan
jejaknya dan mengambil peranan penting dalam sejarah perkembangan dunia hingga
saat ini.
Walaupun Nabi Muhammad SAW telah wafat, namun cahaya Islam tidak
padam. Perjuangan beliau diteruskan oleh para sahabat. Mereka yang bergelar
Khulafaur Rasyidin, itulah yang kemudian menyebarkan Islam hingga hampir
mencapai seluruh belahan dunia. Apa yang mereka lakukan bukan hanya
menanamkan nilai-nilai aqidah Islamiyah semata, melainkan juga mengembangkan
sebuah peradaban yang tinggi, yaitu peradaban Islam. Keagungan ajaran Islam yang
kita pahami sekarang, salah satunya kita ketahui melalui jejak-jejak peradaban yang
telah mereka bangun berabad-abad silam.
Untuk lebih memahami mengenai sejarah peradaban Islam, tentu kita perlu
mengetahui lebih jauh lagi mengenai kiprah dan peranan Khulafaur Rasyidin dalam
peradaban Islam. Maka, makalah inipun disusun untuk membahas mengenai hal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Khulafaur Rasyidin ?
2. Apa itu Saqifah Bani Sa’idah ?
3. Bagaimana sistem politik,pemerintahan,dan pergantian kepala negara pada masa
Khulafaur Rasyidin ?
4. Bagaimana kepemimpinan masa Abu Bakar,Umar Bin Khattab,Utsman Bin
Affan,dan Ali Bin Abi Thalib ?
5. Bagaimana Kontribusi Khilafah Rashidah pada Kemajuan Peradaban Islam ?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian Khulafaur Rasyidin
2. Mengetahui apa itu Saqifah Bani Sa’idah
1
3. Mengetahui sistem politik,pemerintahan,dan pergantian kepala negara pada masa
Khulafaur Rasyidin
4. Mengetahui bagaimana kepemimpinan masa Abu Bakar,Umar Bin
Khattab,Utsman Bin Affan,dan Ali Bin Abi Thalib
5. Mengetahui Kontribusi Khilafah Rashidah pada Kemajuan Peradaban Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
keduanya tidak bersedia dicalonkan. Lalu Basyir Ibn Sa’ad menjabat tangan Abu
Bakar dan membuatnya sebagai pengganti Nabi (Khalifah). Bai’at ini kemudian
dikenal dengan Bai’at Saqifah. Pada hari berikutnya, Abu Bakar naik mimbar di
masjid nabawi dan berlangsunglah bai’at umum. Maka, pada saat itulah dimulainya
pemerintahan Khilafah Rashidah yang dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin.
4
Menurut Muhammad Abduh Ahl Al-Hall wa Al-Aqd yaitu kumpulan orang-
orang profesional dalam bermacam keahlian ditengah masyarakat, mereka adalah
orang-orang yang mempunyai kapabilitas yang telah teruji. Mereka adalah para amir,
hakim, ulama, pemimpin militer dan semua pemimpin yang dijadikan rujukan oleh
umat islam dalam berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan publik.
5
Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar melaksanakan kekuasaannya
sebagaimana pada masa Rasulullah bersifat sentral. kekuasaan legislative, eksekutif,
dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Meskipun demikian, khalifah juga
melaksanakan hukum. Seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak
para sahabat bermusyawarah.
Masa Abu Bakar eksistensi pada pemerintahan islam terlihat dengan
berjalannya kenegaraan yang baik. Pengaruh dan perkembangan yang terjadi
bergantung pada kebijaksanaan yang diterapkan di pemerintahan Abu Bakar. Masa
Abu Bakar kebijaksanaan terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Bidang eksekutif
Pembagian pada perwakilan di pusat menunjukan Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Zain bin Tsabit, dan Abu Ubaidah. Pembagian lainnya
tersebar di beberapa negeri.
2. Pertahanan
Pembagian pada tahap ini yaitu antara melindungi agama dan
mempertahankan negara dari musuh. Stabilitas negara di upayakan dengan
menyebar pasukan di dalam maupun di luar negeri.
3. Social ekonomi
Masa Abu bakar dalam mengelola harta seperti zakat, ghanimah, infaq,
dan lainnya yang didistribusikan untuk kesejahteraan umat islam dan pegawai
negara. Masa Abu Bakar sosial ekonomi adalah lembaga yang mengelola kas
negara. Tujuannya didirikan lembaga sosial ekonomi adalah untuk
kepentingan kolektif. Permulaan masa khalifah rasyidin terjadi dengan
kepemimpinan Abu Bakar sebagai khalifah. Sistem peradilan masa
pemerintahan sama dengan masa Nabi dalam penyelesaian perkara.
Kedekatannya dengan masa kenabian yang memiliki otoritas khusus secara
independen. Abu bakar terkadang terjun dalam putusan hakim dalam suatu
perkara.
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 M di kota Madinah pada
usia 63 tahun. Abu Bakar meninggal karena sakit, beliau dimakamkan di rumah
putrinya Aisyah dan berada tepat di samping makam Rasulullah. Sebelum meninggal
Abu Bakar telah berwasiat bahwa Umar lah yang akan menjadi khalifah selanjutnya
menggantikan beliau.
6
F. Kepemimpinan Umar Bin Khatab (634 – 644 M)
Dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW di Makkah pada tahun
583 M. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakanya
tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya,
jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-
merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari
Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As
Siddiq.
Sebelum masuk islam, Umar merupakan salah satu kafir Quraisy dan musuh
Nabi yang kejam dan menakutkan. Umar sangat menentang dakwah Rasulullah
karena merasa bahwa ajaran Rasulullah memecah bela masyarakat Quraisy dan
masyarakat Makkah. Umar bahkan menuduh dan menyebarkan fitnah bahwa
Rasulullah adalah tukang sihir. Tidak hanya itu, Umar juga memiliki keinginan untuk
membunuh Rasulullah dan pengikut-pengikutnya.
Sama seperti Abu Bakar, beliau pun merupakan sahabat sekaligus mertua
Nabi. Julukan beliau adalah Al-Faruq (orang yang membedakan antara hak dengan
yang bathil). Gelar ini diberikan oleh Rasulullah semasa beliau membawa
sekumpulan umat Islam untuk bersembahyang di hadapan Ka’bah secara terbuka
untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam. Beliau sendiri yang menjaga mereka
daripada gangguan orang-orang Quraish. Nabi Muhammad SAW juga mengelarinya
sebagai “Abu Hafs” kerana kegagahannya.
Umar bin Khaththab memiliki sifat berani dan tidak gentar dalam menegakkan
kebenaran agama Islam juga seorang yang tegas dan adil. Ditakuti oleh orang banyak
karena keberaniannya dan taat pada ajaran Allah SWT. Bahkan, setan pun takut dan
segan terhadapnya. Beliau seorang yang berpandangan jauh, berfikiran terbuka dan
bersedia untuk menerima pendapat orang lain. Seorang pemimpin yang
bertanggungjawab, adil dan amanah.
Pemerintahan Umar bin Khaththab dimulai pada 634 M. Beliau adalah orang
yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar untuk menggantikan dirinya memimpin
kekhalifahan. Meskipun demikian, proses peralihan kepemimpinan dari Abu Bakar
kepada Umar tetap melalui jalan musyawarah.
7
Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar secara diam-diam
melakukan tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat
mengenai pribadi yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar
ibn al-Khaththab.
Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus
memangku jabatan panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-
mukminin (panglima orang-orang beriman).
Pada masa umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha
perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa
umar bin Khattab meliputi Semenanjung Arabiah, Palestina, Syria, Irak, Persia dan
Mesir.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Umat muslim terjamin keamanan, kemakmuran dan kedamaiannya.
Wilayah kekuasaan Islam semakin luas dan terus bertambah, Islam semakin luas
hingga ke Libya, Pesia, Irak, Barqoh, Armenia, Khurasan, Nisabur, Azerbaijan, Basra,
Syiria, Yordania, Gaza, Baitul Madis, dan beberapa daerah di sekitar laut tengah.
Umar merupakan pemimpin yang selalu membuat kebijakan revolusioner pada
masa pemerintahannya yang tidak pernah ada sebelumnya. Pemimpin yang pertama
kali membuat penanggalan hijriyah, mengumpulkan masyarakat untuk solat tarawih
berjamaah. Selain itu Umar juga merupakan pemimpin yang selalu melakukan dan
mencapai hal baru yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya. Umar
adalah pemimpin pertama yang berkeliling pada malam hari di madinah untuk melihat
kondisi rakyatnya dan mendengarkan keluh kesah mereka. Pemimpin pertama yang
banyak melakukan penaklukan, pertama menyusun kota-kota, pertama membawa
tongkat pemukul untuk menghukum dan memberi pelajaran kepada orang-orang yang
berbuat salah, yang pertama kali mendera peminum khamr dengan 80 kali cambukan.
Umar juga membentuk dan menetapkan berbagai kebijakan yaitu: membentuk tentara
baru, menetapkan para hakim (qadhi), membuat undang-undang pajak, membuat
sekretariat, menetapkan gaji tetap, dan membagi-bagi wilayah taklukan seperti as-
Sawad, Ahwaz, wilayah pegunungan, wilayah Persia, dan lain sebagainya.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena
tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada.
Khalifah umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu
dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara.
8
Khalifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah
dari negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin
memilikinya, sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu
dihasilkan dari pajak.
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Khattab wafat, Beliau
ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama
Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari
kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu
Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
9
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya
2. Menyatukan bacaan, meskipun masih ada perbedaanya, namun harus tidak
berlawanan dengan ejaan mushaf Ustnami.
3. Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib urut yang kelihatan pada
mushaf sekarang ini.
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Utsman semakin mencekam dan
timbul pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman.
Utsman akhirnya wafat sebagai Syahid pada hari jum’at tanggal 17 Dzulhijjah 35H/
655M. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman
yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di Madinah.
10
bin Affan, Ali menanggung beban berat dalam memimpin kaum muslimin yang
sudah tersebar luas di berbagai wilayah. Apalagi stuasi politik dan ekonomi saat itu
dalam keadaan kurang stabil. Keamanan kota Madinah pun dinilai rawan akibat para
pemberontak yang masih berkeliaran.
Untuk mengatasi situasi sulit itu, khalifah Ali bin Abi Thalib mengeluarkan
kebijakan-kebijakan baru,salah satunya adalah Wali/Amir atau gubernur-gubernur
penguasa wilayah yang diangkat Khalifah Utsman diganti dengan orang-orang baru.
Hal ini dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak disenangi oleh
kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap bahwa mereka itulah yang
menyebabkan timbulnya pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Utsman.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai persoalakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil. Persoalan pertama yang dihadapi Ali adalah
pemberontakan yang dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali
tidak mau menghukum para pembunuh Ustman dan mereka menuntut bela terhadap
darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim. Bersamaan dengan itu,
kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di
Damaskus. Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu
Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga
perang ini disebut sebagai perang Siffin.
Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai penasehat
Mu’awiyah yang dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah
memerintahkan pasukannya mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai
isyarat berdamai dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah
terhindar dari kekalahan total.
Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk
berbicara lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka berdua,
Abu Musa menyatakan pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai khalifah dan
menyerahkan urusan penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi ketika tiba
giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas pemberhentian Ali dan
menetapkan jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash menyalahi
kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa. Sepak terjangnya dalam
11
peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak keputusan tahkim tersebut,
dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua bagian,
dan kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok Khawarij
(orang-orang yang keluar). Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan
menuju masjid Kuffah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang
tersebut yang mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut kelompok
Khawarij, Abd al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam.
12
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat
tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru
dunia.
3. Dertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang
bangsa Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah
mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu
membantu pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah nabi Muhammad Saw wafat, kepemimpinan umat diteruskan oleh
para khulafaur rasyidin. Mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keempat Khilafah rashidah
tersebut menjalankan pemerintahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
Sunnah. Mereka merupakan teladan umat sekaligus gambaran pemimpin ideal
yang sulit ditemukan pada masa sekarang.
Atas jasa mereka, Islam kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Ekspansi Islam dilakukan atas kepentingan da’wah islamiyyah. Semangat itulah
yang menghantarkan Islam kepada sebuah masa yang gemilang.
Khulafaur Rasyidin, melalui kepemimpinannya, telah meletakkan dasar-
dasar hukum, ekonomi, politik, militer dan administrasi menuju terciptanya
sebuah pemerintahan Islam yang berdaulat dan peradaban yang tinggi.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Konstektual Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama), h.138
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan
ketiga 2011.
Intan, S. (2017). Kekhalifahan Umar Ibn Khattab (13-23 H/634-644 M). Jurnal
Rihlah.
Philip K. Hitti, History OfThe Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.
15