Anda di halaman 1dari 26

Tugas Mandiri Dosen Pengampu

Politik Islam Indonesia Dr. Abdul Razak, M. Si

MAKALAH
“KHULAFUR RASYIDIN”

DI SUSUN OLEH:
NURUL SALAMIAH (12270521289)

PRODI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wa


Ta‟ala karena berkat hidayah dan inayah-nya lah saya dapat menyelesaikan
makalah “Khulafaur Rasyidin” ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah Politik Islam
Indonesia.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Razak,
M. Si, selaku dosen pengampu yang membimbing dalam pengerjaan tugas
makalah saya.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun materi. Semoga segala bantuan dan dorongan serta bimbingan
yang telah diberikan kepada saya dapat bernilai ibadah disisi Allah swt. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita
semua, terkhusus bagi saya sebagai penulis.

Pekanbaru, 10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PEDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Definisi Khulafaur Rasyidin..........................................................................2


B. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq...................................................................3
C. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab.....................................................................7
D. Khalifah Utsman ibn Affan............................................................................13
E. Khalifah Ali bin Abi Thalib...........................................................................18

BAB III PNUTUP.....................................................................................................22

A. Kesimpulan....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ‫ )فاء ل خ ال شدون را ال‬atau Khalifah Ar-
Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam,
yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad wafat. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan
keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Khulafaur Rasyidin adalah masa awal kekhalifan Islam pasca
kepemimpinan Rasulullah SAW. yang terdiri dari empat sahabat, adalah:
pertama, Abu Bakar, kedua, Umar bin Khattab, ketiga, Utsman bin „Affan,
keempat, Ali bin Abi Thalib. Di mana di antara keempat khalifah tersebut
memiliki masa pencapaian yang berbeda-beda, baik dari sisi hegemoni
pemerintahan, kemapanan perekonomian, hingga espansi Islam di negara-
negara lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar?
3. Bagaimana masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab?
4. Bagaimana masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan?
5. Bagaimana masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Khulafaur Rasyidin
2. Untuk mengetahui masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar
3. Untuk mengetahui masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab
4. Untuk mengetahui masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan
5. Untuk mengetahui masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib

1
BAB II

PEMBAHASA

A. Definisi Khulafaur Rasyidin


Khulafaur Rasyidin terdiri dari dua kata, “al-khulafa’” bentuk jama‟
dari “khalifah” yang berarti “pengganti,” dan “ar-Rasyidin” berarti “benar,
halus, arif, pintar, dan bijaksana”.1 Jika digabungkan Khulafaur Rasyidin
ialah berarti para (pemimpin) pengganti Rasulullah SAW. yang arif dan
bijaksana. Akan tetapi perlu diketahui bahwa jabatan sebagai khalifah disini
bukanlah jabatan warisan turun menurun sebagaimana yang dilakukan oleh
para raja Romawi dan Persia, namun dipilih secara demokratis.2
Penctus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah orang-orang muslim yang
paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mereka menganggap
bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul
ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.3
Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di
muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya.
Sedangkan khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi
Muhammad saw sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga
menggantikannya sebagai penguasa sebuah edentitas kedaulatan Islam
(negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad SAW selain sebagai
Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain
sebagainya.4
Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin pengganti Rasulullah dalam
mengatur kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana, cerdik, selalu
melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat petunjuk dari Allah.
Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rosulullah
dalam mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika tugas Rosulullah terdiri dari
dua hal yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin

1
Muhammad Adnan, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5 (Cendikia: Jurnal Study
Keislaman, 2019), Hlm. 95.
2
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, (Jogjakarta: Fajar Media Pres, 2011), Hlm. 26.
3
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam cetakan ketiga, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011)
4
Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam, (Gresik: Putra Kembar Jaya, 2011)
2
bertugas menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan
yaitu sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama.
Adapun tugas kerasulan tidak dapat digantikan oleh Khulafaur Rasyidin
karena Rasulullah adalah Nabi dan Rosul yang terakhir. Setelah Beliau tidak
ada lagi Nabi dan Rosul lagi. Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala
Negara adalah mengatur kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan yang
damai, adil, makmur, aman, dan sentosa. Sedangkan sebagai pemimpin
agama Khulafaur Rasyidin bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan masalah keagamaan. Bila terjadi perselisihan pendapat maka kholifah
yang berhak mengambil keputusan.
Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya
selalu mengutamakan musyawarah bersama, sehingga setiap kebijakan yang
diambil tidak bertentangan dengan kaum muslimin. Khulafaur Rasyidin
merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat pasca Nabi wafat.
Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh para sahabat
melalui mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih, maka sahabat yang
lain memberikan baiat (sumpah setia) pada calon yang terpilih tersebut. Ada
dua cara dalam pemilihan khalifah ini, yaitu : pertama, secara musyawarah
oleh para sahabat Nabi. Kedua, berdasarkan atas penunjukan khalifah
sebelumnya.5

B. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)


Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan pemimpin pertama umat Islam
setelah Nabi Muhammad SAW wafat, beliau lahir di Mekah pada 572 M.
Abu Bakar merupakan keturunan Bani Taim dari suku Quraisy, ayahnya
adalah Uthman Abu Quhafa dan ibunya Salma Ummu Al-Khair. Nama
lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud
bin Taim bin Murrah bin Ka‟ab bin Lu‟ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-
Qurasyi. Di zaman pra-Islam bernama Abdul Ka‟bah, kemudian diganti oleh

5
Machfud Syaefuddin, Dinamika Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013)

3
Nabi menjadi Abdullah. Diberi julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari,
karena beliau termasuk orang yang masuk Islam pertama kali.6
Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar memiliki sifat jujur karena beliau
adalah orang pertama yang menyatakan kebenaran tentang kerosulan Nabi
Muhammad. Karena keujujurannya ini Nabi Muhammad SAW memberi gelar
kepadanya Ash-Shiddiq yaitu orang yang dapat dipercaya, memiliki sifat
pintar, tampan dan tidak pernah syirik. Selama 2 tahun kepemimpinannya
beliau telah menyebarkan agama Islam hingga ke Persia, sebagian Jazirah
Arab dan hingga menaklukkan kekuasaan Bizantium, beliau wafat pada
tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H, bertepatan dengan bulan Agustus tahun
634 M.
Sebelum terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, pada mulanya terjadi
pendapat atau usulan oleh kaum Anshar dan Muhajirin yang sama-sama di
antara dua kaum tersebut menginginkan seorang khalifah dari kalangan
mereka. Akan tetapi kemudian usulan itu ditolak dengan tegas, sehingga di
antara mereka menyimpulkan bahwa kaum muhajirin memang lebih berhak
untuk mengendalikan kekuasaan ini, dan semua sepakat, maka Umar bin
Khattab maju dan membaiat Abu Bakar yang kemudian dibaiat oleh semua
yang hadir di tsaqifah.7
Kemudian Abu Bakar menyatakan pidatonya, “taatlah kalian kepadaku
sepanjang aku taat kepada Allah dan Rasulnya di tengah kalian, jika aku
bermaksiat maka tidak wajib kalian taat kepadaku.”
Setelah pembaitan dan pernyataan beliau tersebut, dengan demikian,
maka pasca Rasulullah SAW. wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sebagai
khalifah Islam terpilih yang pertama, yakni menjadi pemimpin agama
sekaligus kepala negara kaum Muslimin yang hanya berlangsung 2 tahun.
Dalam masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq cukup terbilang
banyak menghadapi persoalan-persoalan di dalam negeri yang berasal dari
kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkangzakat. Berdasarkan hasil
musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk memerangi

6
Ratu Suntiah & Maslani, Sejarah Peradaban Islam,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2017),
hlm. 69.
7
Ahmad al-„Usairi, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 144.

4
kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai perang Riddah (perang
melawan kemurtadan).8
Setelah berhasil menyelesaikan urusan dalam negeri, Abu Bakar mulai
melakukan ekspansi ke wilayah utara untuk menghadapi pasukan Romawi
dan Persia yang selalu mengancam kedudukan umat Islam. Namun, ia
meninggal dunia sebelum misi ini selesai dilakukan.9
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu Bakar
melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam
kenegaraan maupun pengurusan terhadap agama. Dalam pemerintahannya
Abu Bakar memiliki tipologi kebijakan yang sangat baik diantaranya:10
1. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang
datang dari umat Islam yang menentang kepemimpinannya. Di antara
perbuatan ingkar tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad,
orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang
mengaku menjadi Nabi, dan pemberontakan dari beberapa kabilah.
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka banyak orang Arab yang
kembali murtad. Seiring dengan itu, banyak pula utusan orang-orang
Arab berdatangan ke Madinah mengakui kewajiban sholat namun
mengingkari kewajiban zakat. Abu Bakar bersikap tegas kepada
mereka, dan merekapun ditumpasnya. Melihat hal ini, Umar pun
berkata: “Akhirnya aku sadari bahwa Allah telah melapangkan hati Abu
Bakar untuk memerangi mereka dan aku yakin itulah yang benar”.
Disamping banyak umat yang murtad dan menolak bayar zakat, ada
pula beberapa orang yang mengaku menjadi nabi, diantaranya yang
paling berpengaruh adalah Musailamah Al-Kadzab. Ia memiliki
pengikut mencapai 40.000 personil dari kalangan Bani Hanifah. Abu
Bakar mengirim pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid untuk
menumpas mereka. Dalam perang Yamamah yang hebat, Khalid bin
Walid memperoleh kemenangan yang besar.

8
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hlm. 123.
9
Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 160.
10
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 70.

5
Di samping itu, Jasa Abu Bakar yang abadi ialah atas usulan Umar,
ia berhasil membukukan al-Qur‟an dalam satuan mushaf, sebab setelah
banyak penghafal al-Qur‟an gugur dalam perang Riddah di Yamamah.
Oleh karena itu, khalifah menugaskan Zaid ibn Tsabit untuk
membukukan al-Qur‟an dibantu oleh Ali ibn Abi Thalib. Naskah
tersebut terkenal dengan naskah Hafsah yang selanjutnya pada masa
khalifah Usman membukukan al-Qur‟an berdasarkan mushaf itu,
kemudian terkenal dengan Mushaf Utsmani yang sampai sekarang
masih murni menjadi pegangan kaum muslim tanpa ada perubahan atau
pemalsuan.
2. Kebijaksanaan politik kenegaraan
Di antara kebijakan politik Abu Bakar yang cukup menonjol adalah
melanjutkan ekspedisi pasukan Usamah. Sebelum Rasulullah SAW.
wafat, beliau telah memerintahkan sepasukan perang yang dipimpin
oleh seorang anak muda, Usamah, untuk berjalan menuju tanah Al-
Balqa yang berada di Syam, persisnya di tempat terbunuhnya Zaid bin
Haritsah, Ja‟far dan Ibnu Rawahah. Namun di tengah perjalanan
terdengar berita wafatnya Rosulullah SAW, sehingga pasukan tersebut
kembali ke kota Madinah.
Begitu Abu Bakar menjadi kholifah, maka ekspedisi ini dilanjutkan
kembali. Semula banyak sahabat yang mengusulkan termasuk Umar bin
Khattab, agar ekspedisi ini ditunda mengingat banyaknya persoalan di
kota Madinah. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya. Ternyata
berangkatnya pasukan Usamah membawa kemaslahatan besar waktu
itu. Disamping pulang dengan membawa kemenangan, juga sekaligus
telah menimbulkan kegentaran besar pada perkampungan Arab yang
dilewati sehingga tidak berani memberontak.
Setelah berhasil melakukan ekspedisi pasukan Usamah, Abu Bakar
meyakinkan kesungguhannya untuk menaklukkan negeri Iraq, pada
periode ini merupakan langkah awal menaklukkan wilayah-wilayah
timur pada masa khulafaur rasyidin berikutnya. Dan pada periode
perdana ini pasukan dipimpin oleh Panglima Perang Khalid bin Wahid.

6
3. Kebijaksanaan Bidang Sosial Ekonomi
Faktor keberhasilan Abu Bakar dalam membangun pranata sosial
di bidang ekonomi tidak lepas dari faktor politik dan pertahanan
keamanan, Keberhasilan tersebut tidak pula lepas dari sikap
keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama
kepada tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah
sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai
lembaga legislatif. Hal ini mendorong para tokoh sahabat khususnya
dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan
berbagai keputusan yang dibuat.
Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Khalifah
Abu Bakar ash-Shiddiq melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi
seperti yang telah dipraktikkan Rasulullah SAW. Ia sangat
memerhatikan keakuratan penghitungan zakat sehingga tidak terjadi
kelebihan atau kekurangan pembayarannya.

C. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab (13-23 H / 634-644 M)


Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu
rumpun dari suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin
Nufail bin Abdul-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi
bin Ka‟b. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa
membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat
jarang terjadi. Umar bin Khattab dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia
menjadi juara gulat di Mekkah. Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani
dan ditakuti pada masa itu. Beliau termasuk pemuda yang amat keras dalam
membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah berhala
serta menjaga adat istiadat mereka.
Ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam, Umar merupakan
seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah. 11 Pada waktu masa awal
dakwah Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal),

11
Syamruddin, Sejarah Peradaban Islam, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas
Ushuluddin UIN Suska
Riau, 2007.hlm 69

7
Umar merupakan tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin,
karena kekejaman dan permusuhannya terhadap Islam. Karena begitu
berbahanya kedua orang tersebut, Rasulullah pernah berdoa kepada Allah
agar salah satu dari keduanya masuk Islam. Doa Nabi terkabul dengan
masuknya Umar ke dalam agama Islam.
Beliau merupakan khalifah kedua setelah Abu Bakar As Siddiq.
Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar secara diam-diam
melakukan tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan
sahabat mengenai pribadi yang layak untuk menggantikannya. Pilihan beliau
jatuh pada Umar ibn al-Khaththab. Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai
khalifah pertama yang sekaligus memangku jabatan panglima tertinggi
pasukan islam, dengan gelar khusus amir al-mukminin (panglima orang-orang
beriman).12
Pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan
surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan
pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim
sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia
membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan
Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah.
Masa pemerintahan Umar bin Khatab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan,
yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun 23H/644M.13
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa
pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan pengawasan
langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya.
Dalam banyak hal Umar bin Khatthab dikenal sebagai tokoh yang sangat
bijaksana dan kreatif, bahkan genius. Beberapa keunggulan yang dimiliki
Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan masyarakat

12
Nadila Roselani, dkk, Peradaban Islam Masa Khalifah Rasyidin, Vol 5, (Journal on Education,
2023), hlm. 2935
13
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2003). Hal. 152.

8
Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang pasir”, dan karena
kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”.14
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat
pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan
dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
mengambil alih Mesir, Palestina, Syiria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman
Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal
penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus.
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu
dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol
dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk
daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan
untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23H/644M Umar Bin Khattab
wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang
Majusi yang bernama Abu Lu‟luah, budak milik al-Mughirah bin Syu‟bah
diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab
dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq.15 Sebelum
meninggal, Umar mengangkat Dewan Presidium untuk memilih Khalifah
pengganti dari salah satu anggotanya. Mereka adalah Usman, Ali, Tholhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan,
karena tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan
yang telah ada. Khalifah umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis

14
Arif Setiawan, Islam dimasa Umar Bin Khattab, (Jakarta: Hijri Pustaka, 2002), hlm. 2
15
Nadila Roselani, dkk, Peradaban Islam Masa Khalifah Rasyidin, Vol 5, (Journal on Education,
2023), hlm. 2935

9
dalam kekuasaan yaitu dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga
Negara. Khalifah Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia
membiarkan tanah dari negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan
melarang kaum muslimin memilikinya, sedangkan para prajurit menerima
tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak.
Peranan Umar dalam sejarah Islam pada masa permulaan tampak paling
menonjol diantaranya yaitu:16
1. Penyebaran Agama
Khalifah Umar memiliki peranan yang sangat menonjol salah
satunya karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan
politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa
pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh
para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena
penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum
akan tersebar seperti sekarang.
Sebagaimana Rasulullah SAW dan Abu Bakar, Khalifah Umar
juga sangat condong menanamkan semangat demokrasi secara intensif
di kalangan rakyat, para pemuka masyarakat, dan para pejabat atau para
administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan musyawarah dengan
rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan
yang dihadapi. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutukan
suatu urusan tanpa mengikutsertakan warga negara, baik warga negara
muslim maupun warga negara non-muslim.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)
pertama terjadi di ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan
setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan
memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun
641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.

16
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 80.

1
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun
637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain
yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat
dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar R.a.,
wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina,
Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
2. Segi Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur
menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang
dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan
sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.
Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh pemerintahan
pusat dan pemerintahan propinsi. Karena telah banyak daerah yang
dikuasai Islam maka sangat membutuhkan penataan administrasi
pemerintahan, maka khalifah Umar membentuk lembaga pengadilan,
dimana kekuasaan seorang hakim (yudikatif) terlepas dari pengaruh
badan pemerintahan (eksekutif). Adapun hakim yang ditunjuk oleh
Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi yang baik dan
mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur. Zaid ibn Tsabit
ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka‟bah ibn Sur al-Azdi sebagai
Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah
ibn mas‟ud sebagai Qadhi kufah.15
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, akademi kemiliteran
dibentuk. Umar bin Khattab adalah khalifah yang pertama kali
membentuk tentara resmi. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa
mata uang, membuat tahun hijriah, membuat undang-undang
perpajakan, membuat sekretariat, menentukan gaji tetap, menempatkan

1
para godhi, membagi-bagi wilayah yang ditaklukkan menjadi beberapa
gubernuran (propinsi) dan ada majlis syura.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola
adinistratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman
dalam peradilan.
3. Segi Ekonomi
Dalam pemerintahannya, khalifah Umar bin Khattab memiliki
gebrakan yang sangat besar diantaranya yaitu:
a. Pembaruan Baitul Mal
b. Status Kepemilikan Tanah
c. Manajemen Zakat
d. Penetapan Ushr
e. Pemberdayaan Sedekah dari Nonmuslim
f. Sumber dan Distribusi Pendapatan Negara
4. Perkembangan Pengetahuan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat
berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin
dari khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi kalau ada diantara
umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke Madinah, ini berarti
bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat
pendidikan adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah
Islam sampai keluar jazirah Arab, nampaknya khalifah memikirkan
pendidikan Islam didaerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu
Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila
mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan
Mesjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin
Khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di
mesjid-mesjid dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-
guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas

1
mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran Islam lainnya seperti fiqh kepada
penduduk yang baru masuk Islam.
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan
Islam bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama
Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang
menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas
penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat
agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama Islam ini yang
kemudianmendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin
keagamaan.
Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah umar
bin khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada
dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan, disamping telah
ditetapkannya mesjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang
dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-
ilmu lainnya.

D. Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M)


Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah,
ia dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku Quraisy bani
Umayyah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad SAW
pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil dengan sebutan Abu
Amr.17
Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi sahabat dekat
Nabi Muhammad SAW. pada waktu itu. Ia sangat kaya namun tetap
sederhana dan sebagian besar kekayaan nya digunakan untuk kepentingan
Islam. Ia juga mendapat julukan dzunnurain, artinya yang memiliki dua
cahaya, karena menikahi dua putri Nabi Muhammad secara berurutan setelah
salah satu meninggal.

17
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam., Hal. 86.

1
Pasca Umar bin Khattab wafat, beliau tidak dapat memutuskan
bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah
peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi Persia, Umar
mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan
rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan Utsman bin Affan
wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, sebelum khalifah
Umar wafat, beliau sempat berwasiat dan menunjuk tim yang terdiri dari 6
orang sahabat terkemuka, sekaligus telah dijamin Nabi masuk surga, sebagai
calon ganti kekhalifaannya. Ke-6 orang tersebut adalah Usman bin Affan, Ali
bin Abi Tholib, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam dan Sa‟ad bin Abi Waqash.18
Kepada tim, Umar menganjurkan agar putranya, Abdullah bin Umar
ikut sebagai peserta musyawarah dan tidak boleh dipilih menjadi khalifah.
Awalnya hasil musyawarah yang diketuai oleh Abdurrahman bin Auf ini
menunjukkan bahwa suara pada posisi seimbang, antara Ali dan Usman.
Karena Usman lebih tua, Abdurrahman kemudian menetapkan Usman bin
Affan sebagai khalifah.
Ketetapan itu disetujui oleh anggota tim dengan berbagai pertimbangan
yang matang. Disamping Usman sebagai salah seorang sahabat yang terdekat
dengan Nabi, beliau juga seorang Assabiqunal Awwalun yang terkenal kaya
dan dermawan, jiwa dan hartanya dikorbankan demi kejayaan Islam. Utsman
bin Affan dibaiat sebagai khalifah pada tahun 23 H/644 M.
Utsman menjabat sebagai khalifah pada usia 70 tahun hingga usia 82
tahun. Masa kekhalifahan Utsman adalah yang paling lama diantara ketiga
khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun (23-35 H/644-656 M). Tetapi sejarah
mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses
baginya. Para penulis sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi
dua periode, yaitu enam tahun terakhir merupakan masa kejayaan
pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang
kurang baik.19

18
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 134.
19
Al-Baladzuri, Fatuhul Buldam, Jilid V, (Mesir: Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah), hlm.25-26.

1
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap
kepemimpinan Ustman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam.
Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Ustman
hanya menyandang gelar Khalifah. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa
pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Ustman berjasa
membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur
pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-
jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid di Madinah.20
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis kembali
al-Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu
disimpan oleh Khafsoh binti Umar.
Dalam pemerintahannya, ada beberapa hal menarik dari kepemimpinan
Khalifah Utsman bin Affan, diantaranya yaitu:
1. Segi Agama, Pengetahuan dan Budaya
Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes,
dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan
berhasil direbut. Utsman ibn Affan adalah khalifah pertama yang
memperluas masjid nabi di Madinah dan masjid Al-Haram di Mekkah.
Utsman juga khalifah pertama yang menentukan adzan awal menjelang
shalat jumat.
Pekerjaan berat yang dilakukan oleh Utsman adalah kodifikasi Al-
Qur‟an, lanjutan kerja yang telah diawali oleh Abu Bakar atas inisiatif
Umar. Pengumpulan Al-Qur‟an yang dilakukan pada zaman Abu Bakar
di latar belakangi oleh peristiwa meninggalnya 70 sahabat yang hafal
Al-Qur‟an dalam perang Yamamah. Sedangkan latar belakang
pembukuan Al-Qur‟an pada zaman Utsman adalah perbedaan qira’at
(bacaan) Al-Qur‟an yang menimbulkan percekcokan antara murid dan
gurunya.

20
Nadila Roselani, dkk, Peradaban Islam Masa Khalifah Rasyidin, Vol 5, (Journal on Education,
2023), hlm. 2938

1
Pada saat penyalinan Al-Qur‟an yang kedua kalinya, panitia
(lajnah) penyusunan Mushaf yang di bentuk oleh Utsman melakukan
pengecekan ulang dengan meneliti kembali mushaf yang sudah di
simpan di rumah Hafsash, dengan membandingkan dengan mushaf-
mushaf yang lain.21
2. Segi Politik
Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol,
antara lain:22
a. Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam
Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang
ahli dan berkualitas, di mana peta Islam sangat luas dan bendera
Islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah dan Tripoli, Syprus
di front al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke
Tunisia) di al-Maghrib, di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian
Asia Kecil, di Timur Laut sampai ke Ma Wara al-Nahar –
Transoxiana – dan di Timur seluruh Persia, bahkan sampai di
perbatasan Balucistan (wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan
Ghazni.
b. Membentuk Armada Laut yang Kuat
Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk
armada laut dengan kapalnya yang kokoh sehingga berhasil
menghalau serangan-serangan di Laut Tengah yang dilancarkan
oleh tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut
dalam sejarah Islam.
c. Menggiatkan Pembangunan
Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga
arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota.
Beliau juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-
masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

21
Muhammad Adnan, Wajah Islam Periode Makkah-Madinah, Vol. 5 (Cendikia: Jurnal Study
Keislaman, 2019), hlm. 97-98.
22
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 106.

1
Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh
terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat
berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari
Abdullah bin Saba‟ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura
masuk islam. Ibnu Saba‟ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke
tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru
masa keislamannya
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman semakin
mencekam dan timbul pemberontakan pemberontakan yang mengakibatkan
terbunuhnya Ustman. Ustman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari jumat
tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/ 655 M. ketika para pemberontak berhasil
memasuki rumahnya dan membunuh Ustman saat membaca al-Quran. Persis
seperti yang disampaikan Rasulullah perihal kematian Ustman yang syahid
nantinya. Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di Madinah.23
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka
terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah
Marwan ibn Hakam rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh
orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman
hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang
duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka di hadapan
kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap
keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol
oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah
bin Saba‟, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan
untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-
kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid
dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

23
Nadila Roselani, dkk, Peradaban Islam Masa Khalifah Rasyidin, Vol 5, (Journal on Education,
2023), hlm. 2936.

1
E. Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)
Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdul Muthalib ibnu Hasyim. Ali adalah
putra Abu Thalib, paman Rasulullah. Nama ibunya adalah Fatimah. Ali bin
Abi Thalib lahir pada tahun 603 M disamping Ka‟bah kota Makkah, lebih
muda 32 tahun dari Nabi Muhammad SAW. Ali termasuk keturunan Bani
Hasyim. Abu Thalib memberi nama Ali dengan Haidarah, mengenang
kakeknya yang bernama Asad. Haidarah dan Asad dalam Bahasa Arab artinya
singa. Sedangkan Nabi Muhammad memberi nama “Ali” yang menakutkan
musuh-musuhnya.
Khalifah Ali bin abi thalib merupakan orang yang pertama kali masuk
Islam dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad semenjak kecil diasuh oleh
kakeknya Abdul Muthalib, kemudian setelah kakeknya meninggal dia asuh
oleh paman nya Abu Thalib. Karena Rasulullah hendak menolong dan
membalas jasa pamannya, maka Ali diasuh oleh Nabi SAW. dan didik.
Pengetahuannya dalam agama Islam sangat luas. Karena dekatnya dengan
Rasulullah beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadits Nabi.
Pasca wafatnya khalifah Utsman bin Affan, Ali memerintahkan ketiga
puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal
Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan
yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan
membunuh Khalifah Utsman.24 Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-
ramai membai‟at Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Orang yang pertama
kali membaiat Ali adalah Thalhah kemudian diikuti oleh Zubair, dikemudian
hari diikuti oleh banyak sahabat dari kaum muhajirin dan kaum Ansor.
Waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair Bin Awwam dan
Thalhah bin Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya Ali menerima
baiat mereka. Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat secara
massal. Karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahanyya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil.

24
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 110.

1
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara
kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama
Siffin, sehingga perang ini disebut sebagai perang Siffin.25
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua
bagian, dan kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai
kelompok Khawarij (orang-orang yang keluar). Pada 24 Januari 661, ketika
Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kuffah, ia terkena hantaman
pedang beracun di dahinya. Pedang tersebut yang mengenai otaknya,
diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-Rahman ibn
Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang
wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan.
Banyak hal yang terjadi selama pemerintahan yang dipimpin khalifah
Ali bin Abi Thalib, diantaranya yaitu:26
1. Segi Politik
Dalam periode khalifah Abu Bakar dan Umar, kehidupan
masyarakat masih dalam taraf kesederhanaan seperti periode Nabi
Muhammad SAW. Rakyat masih bersatu padu dan kokoh dibawah
ikatan tali persaudaraan Islam. Mereka selalu kompak dalam semangat
jihad yang ikhlas demi kelulusan agama Islam. Keadaan ini mulai
berubah sejak periode Khalifah Utsman bin Affan. Mereka mulai
terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi, apalagi saat gubernur
yang diangkat Khalifah Utsman banyak yang tidak mampu memimpin
umat dan tidak disenangi masyarakat. Oleh karena itu Khalifah Ali bin
Abi Tholib menanggung beban yang berat dalam memimpin kaum
muslimin dengan wilayah kekuasaan yang semakin meluas.
Kebijakan-kebijakan Khalifah Ali dalam menanggulangi hal-hal
tersebut adalah:
a. Tanah-tanah atu pemberian-pemberian yang dilakukan Khalifah
Usman bin Affan kepada keluarga, sanak kerabatnya dan kepada
siapa saja yang tanpa alasan yang benar atu tidak syah, ditarik

25
Nadila Roselani, dkk, Peradaban Islam Masa Khalifah Rasyidin, Vol 5, (Journal on Education,
2023), hlm. 2937.
26
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 119.

1
kembali dan menjadi milik Baitul Mal sebagai kekayaan negara.
Hal ini dilakukan Khalifah untuk membersihkan pemerintahan.
b. Wali/Amir atau gubernur-gubernur penguasa wilayah yang
diangkat Khalifah Utsman diganti dengan orang-orang baru. Hal ini
dilakukan Khalifah Ali, karena mereka banyak yang tidak
disenangi oleh kaum muslimin, bahkan banyak yang menganggap
bahwa mereka itulah yang menyebabkan timbulnya
pemberontakan-pemberontakan pada masa Khalifah Utsman.
2. Segi Pengetahuan
Sebagai upaya untuk mencerdaskan umat, Khalifah Ali
meningkatkan dalm Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu yang berkaitan
dengan Bahasa Arab agar umat Islam mudah dalam mempelajari Al-
Qur‟an dan Hadits.
3. Segi Agama
Dari segi agama, khalifah Ali bin Abi Thalib berusaha untuk
mengembalikan persatuan dan kesatuan umat Islam. Akan tetapi
usahanya ini kurang berhasil, karena api fitnah dikobarkan kaum
munafik Yahudi yang tidak menyukai Islam. Mengatur tata
pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, seperti
memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari Baitul
Mal sebagaimana yang telah dilakukan Abu Bakar dan Umar.
4. Segi Peristiwa27
Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair
dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh
Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah
ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari
perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun
ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun
berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena
Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil

27
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam., Hal. 127.

2
mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus,
Mu‟awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali
bergerak dari Kuffah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu‟awiyah di Shifin.
Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shifin.
Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak
menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan
ketiga, kaum Khawarij orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat
Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah
(golongan yang tetap setia mendukung Ali sebagai Khalifah) yang
menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang
keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali.
Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin
lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20
ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota
Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam. Pembalasan kematian Utsman
menjadi alasan, meskipun Muawiyah tahu persis bahwa Ali tidak
bersalah dan tidaklah mudah untuk mencari para pelakunya dan
menghukum mereka.

2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin terdiri dari dua kata, “al-khulafa’” bentuk jama‟
dari “khalifah” yang berarti “pengganti,” dan “ar-Rasyidin” berarti “benar,
halus, arif, pintar, dan bijaksana”. Jika digabungkan Khulafaur Rasyidin ialah
berarti para (pemimpin) pengganti Rasulullah SAW. yang arif dan bijaksana.
Penctus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah orang-orang muslim yang
paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mereka menganggap
bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul
ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.
Adapun tugas kerasulan tidak dapat digantikan oleh Khulafaur Rasyidin
karena Rasulullah adalah Nabi dan Rosul yang terakhir. Setelah Beliau tidak
ada lagi Nabi dan Rosul lagi. Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala
Negara adalah mengatur kehidupan rakyatnya agar tercipta kehidupan yang
damai, adil, makmur, aman, dan sentosa. Sedangkan sebagai pemimpin
agama Khulafaur Rasyidin bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan masalah keagamaan. Bila terjadi perselisihan pendapat maka kholifah
yang berhak mengambil keputusan.
Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya
selalu mengutamakan musyawarah bersama, sehingga setiap kebijakan yang
diambil tidak bertentangan dengan kaum muslimin.
Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat sahabat Nabi SAW, yaitu:
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M), Khalifah Umar Ibnu
al-Khathab (13-23 H / 634-644 M), Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H /
644-656 M), Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M).

2
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. (n.d.). Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam.


Adnan, M. (2019). Wajah Islam Periode Makkah-Madinah. Jurnal Study
Keislaman, 95.
al-Usairy, A. (2003). Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX.
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Bakri, S. (2011). Peta Sejarah Peradaban Islam. Jogjakarta: Fajar Media Press.
Hamka. (2016). Sejarah Umat Islam. Jakarta: Gema Insani.
Jamil, A. (2011). Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam. Gresik: Putra Kembar
Jaya.
Pulungan , S. (2018). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiawan, A. (2002). Islam dimasa Umar Bin Khattab. Jakarta: Hijri Pustaka.
Suntiah, R., & Maslani. (2017). Sejarah Peradaban Isalm. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Supriadi, D. (n.d.). Sejarah Peradaban Islam.
Syaefuddin, M. (2013). Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Syukur, F. (2011). Sejarah Peradaban Islam (3rd ed.). Semarang: Pustaka Rizki
Putra.

Anda mungkin juga menyukai