1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia,
nikmat, serta hidayah kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah SKI
dan Budaya Lokal dengan judul “Peradaban Islam Pada Masa Khufaur Rasyidin Awal Pada
Aspek Politik, Hukum, Ekonomi, Intelektual, Dan Seni Budayanya ” dengan tepat waktu.
Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah SKI dan
Budaya Lokal, Bapak Dr. Sedya Santosa, SS. M. Pd yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami ikut serta belajar dan telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas. kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
memberikan manfaat kepada pembaca maupun kepada penulis sendiri.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................4
1. Latar belakang..............................................................................................................4
2. Rumusan masalah.........................................................................................................4
3. Tujuan...........................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN
1. Khulafaur Rasyidin.......................................................................................................5
2. Masa Khulafaur Rasyidin Pada Aspek Politik.............................................................7
3. Masa Khulafaur Rasyidin Pada Aspek Hukum............................................................9
4. Masa Khulafaur Rasyidin Pada Aspek Ekonomi.........................................................11
5. Masa Khulafaur Rasyidin Pada Aspek Intelektual.......................................................14
6. Masa Khulafaur Rasyidin Pada Aspek Seni Budaya....................................................
BAB III.....................................................................................................................................
PENUTUP
1. Kesimpulan ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
1. LATAR BELAKANG
3
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya,
sehingga ide atau gagasannya selalu didukung, perintah selalu di laksanakan, dan
rakyatnya selalu ikut dan membela. Figur kepemimpinan yang menggambarkan
penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta sahabat Nya. Nabi Muhammad SAW
merupakan pemimpin terbaik sepanjang masa, yang telah membawa peradaban baru
bagi umat Islam. Nabi Muhammad SAW telah membina dasar-dasar peradaban Islam,
seperti mendirikan masjid dan lain sebagainya. Wafatnya Nabi Muhammad SAW
sebagai pemimpin agama maupun negara menyisakan persoalan pelik. Setelah Nabi
Muhammad wafat, fungsi sebagai Rasulullah tidak dapat digantikan oleh siapa pun.
Semulia itu Rasulullah sampai tiada orang yang pantas untuk benar-benar
menggantikan Nya.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa itu Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana aspek politik pada masa Khulafaur Rasyidin?
3. Bagaimana aspek hukum pada masa Khulafaur Rasyidin?
4. Bagaimana aspek ekonomi pada masa Khulafaur Rasyidin?
5. Bagaimana aspek intelektual pada masa Khulafaur Rasyidin?
6. Bagaimana aspek seni budaya pada masa Khulafaur Rasyidin?
3. TUJUAN
1. Mengetahui siapa itu Khulafaur Rasyidin
2. Mengetahui sejarah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
4
3. Mengetahu aspek politik, hukum, ekonomi, intelektual, dan seni budaya
pada masa Khulafaur Rasyidin
BAB II
1
Ely Zainudin, “PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN,” Intelegensia : Jurnal Pendidikan Islam
3, no. 1 (2015), https://doi.org/10.34001/intelegensia.v3i1.1337.
5
berkembang dan diimplementasikan secara sempurna. Mereka adalah penguasa ideal
yang membimbing umat di atas jalan yang benar dan telah melaksanakan tugas
dengan penuh keimanan. Karena inilah mereka dikenal sebagai Khulafaur Rasyidin2.
Julukannya Abu Bakar (Bapak Pemagi) karena dari pagi-pagi betul memeluk agama
Islam, gelarnya ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa,
terutama Isra’ Mi’raj. Nabi Muhammad sering kali memilih Abu Bakar untuk mendampingi
di saat urusan penting, atau memilih Abu Bakar untuk menggantikan jika Rasulullah
berhalangan hadir, dan Rasulullah mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani
tugas keagamaan.
2
Taqwatul Uliyah, “POLA PENDIDIKAN DALAM ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN,” JURNAL AN-NUR:
Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Keislaman 7, no. 01 (25 Juni 2021): 216–29.
6
Ali memerintah hanya 6 tahun di masanya. Dalam memerintah Ali banyak
menghadapi berbagai masalah. Seperti pemberontakan oleh Thalhah Zubair, dan Aisyah.
Alasan mereka, ali tidak mau menghukum para pembunuh Ustman dan mereka menuntut bela
terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim. Peristiwa yang terkenal dalam
masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut
terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini disebut perang Siffin3.
Pada masa Abu Bakar r.a, kesatuan politik bangsa-bangsa Arab yang terpecah belah dibawah
beberapa kekuasan politik telah dirancang untuk disatukan dibawah kekuasaan negara Islam.
Kesatuan ini menjadi sistem pemerintahan negara yang oleh bangsa Arab sebelumnya tidak
diperhatikan. Selain itu, Abu Bakar r.a juga telah merintis sistem pengambilan keputusan
dengan keputusan syura. Lain halnya dengan Rasulullah saw. Yang keputusannya adalah
mutlak karena memang beliau menjadi wadah penerima wahyu. Pada pengambilan
keputusan-keputusan genting, Abu Bakar sering memanggil orang-orang yang menurutnya
berkompeten untuk didengar pendapatnya, yakni pada saat itu adalah sahabat-sahabat
Rasulullah saw. Dengan begitu beliau telah mulai merintis pembangunan dasar-dasar
pemerintahan Islam seperti syura. Masa pemerintahan Abu Bakar juga mengambil peranan
penting dalam perkembangan umat Islam saat ini.
7
administrasi ke-tentaraan. e) Baitul Mal sebagai lembaga perbendaharaan negara yang
bertanggung jawab atas pengelolaan kas negara. Beberapa tugasnya adalah memberikan
tunjangan (al-atha) yang merata kepada seluruh rakyat secara merata baik sipil maupaun
militer, tapi tentu saja tunjangan ini tidak sama jumlahnya. f) Menciptakan mata uang resmi
negara. g) Membentuk ahlul halli wal aqdi yang bertugas untuk memilih pengganti khalifah.
Lembaga pemerintahan dalam negeri pada masa Utsman bin Affan terbagi menjadi
berbagai bagian, antara lain:
• Hukum Pentingnya masa khalifah Utsman bin Affan dalam bidang hukum terlihat
dalam dua hal yang mendasar seperti menjaga teks-teks pada masa Nabi Muhammad dalam
bidang hukum.
• Baitul Mal (keuangan) Baitul Mal adalah tempat yang mengatur masalah keuangan.
Tugas Baitul Mal mulai dari membayar gaji para khalifah, gaji para pemimpin daerah
(gubernur), gaji para tentara, dan gaji para pegawai yang bekerja di pusat pemerintahan.
• Majelis Syuro Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin
dalam menyampaikan pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah.Majelis syuro dibagi
menjadi tiga, yaitu; dewan penasehat, dewan penasehat umum, dan dewan penasehat tinggi
dan umum.
8
Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :
b. Menarik Kembali Tanah Milik Negara Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman
Ibnu Affan .Ali mengambil tanah-tanah yang di bagi-bagikan Utsman kepada famili-famili
dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Utsman
kepada siapapun yang tiada beralasan, di ambil Ali kembali.
c. Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal) Setelah Mengganti pejabat Negara yang
kurang Cakap.
9
roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga
Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat senior untuk Bermusyawarah.
Pada masa Umar terdapat banyak peristiwa yang tidak dijumpai pada masa
Rasulullah, hal ini disebabkan semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam hingga ke negeri
Syam, Irak, Mesir, Persia, dan lain-lain. Di beberapa negeri ini, banyak peraturan yang belum
dikenal, mulai dari adat-istiadat, tradisi yang jauh berbeda dengan Jazirah Arab, serta muncul
peristiwa-peristiwa baru yang belum pernah dijumpai di negeri mereka. Semua ini
menghendaki penyelesaian dalam konteks hukum Islam. Para sahabat memiliki peran penting
dan bertanggung jawab dalam berbagai permasalahan yang muncul sedang nash tidak
menjelaskan permasalahan tersebut secara rinci. Dibidang peradilan Umar menjadikan
lembaga peradilan sebagai garda terdepan dalam pembangunan. Pengadilan pada periode itu
sudah teratur dengan adanya penunjukan qadhi dan pengajian hakim dan pegawai. Umar
membuat hukum acara peradilan (Risalah qada Umar ibn Khattab). Para qadhi pada masa itu
juga digaji dengan tetap. Dasar-dasar landasan hukum Umar adalah al-Qur’an, Sunnah, Ijma’
Sahhabat, dan Ijtihad. Dalam hal Ijtihad Umar bin Khattab sangan terkenal dengan ijtihadnya
yang sangat inovatif, aktual dan memberikan solusi terhadap masalah baru yang muncul
karena proses asimilasi kulturasi dalam masyarakat. Di antara ijtihad-ijtihad Umar ibn
Khattab adalah: 1) Jatuhnya talak tiga sekaligus dalam suatu majelis. Umar menetpkan ijtihad
tersebut setelah melihat permasalahan dilapangan yaitu banyak orang menjatuhkan dan
mempermainkan talak. 2) Tentang Ghanimah (Harta rampasan perang) pada masa
pemerintahan Umar hanya dibagikan harta bergerak saja. Harta yang tidak bergerak seperti
tanah tidak dibagi-bagikan seperti yang dipraktekan Nabi, akan tetapi tanah itu tetap
dibiarkan berada ditangan penduduk setempat dengan mewajibkan pajak.3) Perempuan yang
menikah pada waktu Iddah. Perkawinan itu dibatalkan dan dianggap tidak sah. Perempuan itu
harus mengulang masa iddah dan laki yang menikahinya saat masa idah haram menikahi
perempuan tersebut untuk selamanya. 4) Shalat Tarawih.Pada masa nabi, shalat tarawih
dikerjakan sendiri dan dilakukan sebanyak sebeles rakaat. Kemudian pada masa Umar
menjalankan shalat tarawih secara berjamaah, sedangkan jumlah rakaat pada waktu itu adalah
23 rakaat. Pemerintahan Umar berlangsung selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M).
10
Kepemimpinan umat Islam beralih kepada ‘Usman bin ‘Affan. Utsman bin Affan naik
menjadi khalifah menggantikan Umar ibn Khattab lewat prosedur formatur. Kemajuan paling
kentara yang didapatkan pada masa pemerintahan adalah perluasan wilayah. Pada masa
Utsman peradilan sudah memiliki bangun tersendiri terpisah dengan masjid. Pemikiran
Utsman bin Affan sebagai berikut: 1) Azan jumat dua kali. Ini berbeda dengan zaman Nabi
yang paada saat itu hanya satu kali. Alasan utsman menggunakan dua adzan karena wilayah
Islam yang semakin luas, sehingga beliau beranggapan adzan satu kali tidak cukup dan
merata ke seluruh wilayah. 2) Unta yang kabur pada zama nabi, Abu Bakar dan Umar dilepas
begitu saja. Akan tetapi pada masa Utsman dijual, dan apabili pemiliknya datang maka uang
itu diberikan. 3) Istri yang diceraikan saat suaminya sakit keras kemudian meninggal. Istri
tersebut mendapatkan bagian warisan baik masih dalam masa iddah ataupun tidak. Berbeda
dengan zaman Umar yang hanya pada masa iddah saja. Pada masa khalifah ketiga inilah
muncul kebijakan membukukan al-Quran dalam satu mushaf dan menyeragamkan
bacaannya. Namun pada paruh kedua pemerintahannya, timbul konflik di dalam tubuh Islam,
muncul pemberontak yang diduga kecewa dengan pemerintahan ‘Usman bin ‘Affan dan
akhirnya menewaskannya.
Ali bin Abi Thalib menggantikan Utsman bin Affan setelah Utsman meninggal karena
ditikam oleh para pemberontak. Pada masa Ali ini banyak terjadi perseteruan dengan keluarga
Utsman yang dipimpin Muawiyah bin Sufyan. Meskipun pertempuran keduanya diakhiri
dengan abitrase. Adapun hasil ijtihad Ali bin Abi Thalib adalah Iddah perempuan hamil yang
ditinggal suaminya adalah waktu paling panjang antara iddah 4 bulan 10 atau melahirkan.
Sedangkan pada masa Umar iddahnya sampai melahirkan. 2) Pada zaman Ali untuk
mempermudah orang awam mempelajari al-Qur’an maka dirancang simbol baca yang
berbentuk titik atas, disamping dan dibawah huruf4.
Sepeninggal Rasulullah SAW. Khalifah pertama yang diangkat menjadi seorang pemimpin
menggantikan Rasullah SAW. Adalah Abdullah bin Abu Quhafah Al-Tamimi atau yang
4
PADA ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW DAN, KHULAFAUR RASYIDIN, dan MAGISTER DIRASAH ISLAMIYAH,
“PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM,” diakses 27 September 2023,
https://www.academia.edu/download/57870331/PEMBENTUKAN_HUKUM_ISLAM_PADA_NABI_MUHAMMA
D_SAW.pdf.
11
dikenal dengan Khalifah Abu Bakar Ash’Shiddiq. Pada masa kepemimpinan beliau betul-
betul sangat memperhatikan masalah pengelolaan zakat yang dijadikan sebagai salah satu
pendapatan terbesar negara pada masa itu. Sehingga pada saat pendapatan meningkat ataupun
menurun semua kaum muslimin mendapatkan manfaat tanpa dibeda bedakan dan pada masa
ini tidak seorangpun dibiarkan terpuruk dalam kemiskinan. Abu bakar sebagai seorang
sahabat nabi yang berupaya meneladani beliau berusaha semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kesejahteraan umum. Untuk itu ia membentuk lembaga Bait al-Mal, semacam
kas negara atau lembaga keuangan. Fungsi Bait al-Mal ini adalah untuk mengelola
pemasukan dan pengeluaran Negara secara bertanggung jawab guna terpeliharanya
kepentingan umum5.
Pada era kepemipinan Abu Bakar menjadi khalifah, Abu Bakar menjalankan beberapa
kebijakan yang umum didalam perekonomian, diantaranya:
b. Memberikan perlakuan tegas kepada mereka yang melawan dan membangkang dalam
pembayaran zakat.
c. Mengelola dan menghitung zakat dengan teliti dan benar, kemudian hasil dari usaha
mengumpulkan zakat ini, Abu Bakar mengalokasikan zakat untuk pendapatan negara yang
kemudian disimpan di Baitul Maal.
Pemerintahan Umar bin Khatthab dikenal dengan pemerintahan yang bersih ditopang dengan
karakteristik pribadi yang tegas dan berwibawa sehingga ter bentuk kondisi masyarakat yang
damai, makmur dan sejahtera. Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi perekonomian dan
pendapatan masyarakat arab pada masa itu dapat digolongkan pada taraf perekonomian yang
merata. Kekayaan dan kemakmuran tersebut mereka dapatkan dari harta rampasan perang
(ghonimah), pajak tanah (kharaj), pajak perdagangan/bea cukai (usyur), zakat, pajak
tanggungan (jizyah).
Pada masa pemerintahannya Khalifah Umar Bin Khattab membuat beberapa kebijakan salah
satunya mengenai zakat. Kebijakan ini diklasifikasi menjadi 3 bagian yaitu mengenaik
5
Erfinawati Erfinawati, Zuriatin Zuriatin, dan Rosdiana Rosdiana, “Sejarah Pendidikan Islam pada Masa
Khulafaur Rasyidin (11-41 H/632-661 M),” Jurnal Pendidikan IPS 9, no. 1 (2019): 29–40.
12
perluasan dari objek zakat, waktu pembayaran zakat yang didasarkan pada kriteria seorang
muzakki, dan pendistribuasian serta pemberdayaan zakat.
Umar Bin Khattab pada masa kepemimpinannya beliau melakukan inovasi pada
perekonomian. Misalnya di sektor pertanian melakukan berbagai langkah yang dimana beliau
menghadiahkan masyarakat sebuah lahan bagi siapa yang bisa mengarapnya untuk dikelola
jika siapa saja gagal mengelola sebuah lahan pertanian maka kepemilikan atas tanah tersebut
akan di cabut.
Pada masa kepemimpinan beliau pada tahun enam pertama sudah banyak negara berhasil di
taklukkan seperti Balkan, Kabul , Ghazni, Kerman dan Sistan. Setelah negara-negara tersebut
di taklukkan beliau menanda tangani empat kontrak dagang daerah taklukkan untuk
mengembangkan sumber daya alam di daerah tersebut. Misalnya aliran air di gali, jalan
dibangun, pohon dan buah-buahan ditanam dan membentuk badan kepolisian tetap untuk
menjaga jalur perdagangan. Selain itu beliau mengambil kebijakan untuk tidak mengambil
upah negara pada saat jadi khalifah bahkan upah beliau di simpan di bendahara negara.
Kebijakan Usman dalam perekonomian adalah memberikan bantuan dan santunan kepada
masyarakat, membayar zakat sesuai dengan porsi masing-masing hal ini dilakukan untuk
mencegah penyelewangan zakat dari oknum pengelola zakat6.
Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Talib merupakan masa tersulit dimana hal-hal yang
terjadi dimasa lalu menimbulkan polemik dan banyak terjadi pertentangan antara kelompok
satu dengan yang lainnya. Khalifah Ali bin Abi Talib terkenal sebagai salah satu orang yang
sederhana. Beliau mengelurakan dari dari posisi sebagai penerima baitul mal dan beliau
memberikan sumbangsih 5000 dirham dalam setiap tahun. Pada pemerintahannya Khalifah
Ali bin Abi Talib sangat ketat dalam urusan keuangan negara. Kebijakan dalam masa
pemerintahannya, Khalifah Ali bin Abi Talib menetapkan Jizyah (pajak) sebanyak 4000
dirham untuk para pemilik hutang dan memberikan izin kepada Ibnu Abbas dalam hal
pemungutah zakat. Adapun keistimewaan yang dapat diambil pada masa pemerintahan
Khalifah Ali bin Abi Talib adalah strategi beliau dalam menyusun masalah administrasi dan
masalah pemerintahan disusun dengan detail dan sangat rapi7.
6
Ainun Musfira, “Konsep Ekonomi Pada Masa Khulafaur Rasyidin,” 2021, https://osf.io/3um7x/download.
7
Muhammad Iqbal dan Abdi Kurnia Andika, “KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAHAN KHALIFAH ABU BAKAR
DENGAN KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB,” Jurnal Khazanah Ulum Ekonomi Syariah (JKUES) 7, no. 1 (2023): 6–19.
13
Kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam Social Ekonomi :
d) Menarik Kembali tanah yang dibagikan Khalifah Utsman bin Affan kepada
keluarganya (kepemilikan tanah).
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti lembaga pendidikan pada masa
Nabi Muhammad SAW, namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami
perkembangan8.
a) Kutab. Pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan Kutab mencapai tingkat kemajuan
yang berarti. Kemajuan lembaga Kutab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah
menaklukkan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju.
b) Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak tamat belajar pada
kutab. Di masjid ini ada dua tingkatan, yaitu tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang
membedakan antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum
mencapai status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama
yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang
diakui oleh masyarakat.
Berkaitan dengan usaha pendidikan Islam itu, Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk
guru guru untuk tiap daerah yang ditaklukkan, yang bertugas mengajarkan isi Al-Qur‟an dan
ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam karena negara Islam sudah menyebar
luas keluar Jazirah Arabia, maka pusat pendidikan Islam bukan di Madinah saja, tetapi
tersebar juga di kota-kota besar. Dalam hal pendidikan Umar membangun tempat-tempat
pendidikan (sekolah), juga menggaji guru- guru, imam, muazzin dari dana baitul mal.
Khalifah Umar ibnu Khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
8
Abdul Adib, “Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin,” Jurnal Mubtadiin 7, no. 02 (2021): 297–312.
14
pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar
pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas
mengajarkan isi Al-Qur‟an, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru
masuk Islam.
Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Khalifah Usman bin Affan, tidak jauh berbeda
dengan masa-masa sebelumnya. Pendidikan pada masa ini hanya melanjutkan apa yang telah
ada. Hanya sedikit perubahan yang mewarnai pelaksanaan pendidikan Islam dari apa yang
telah ada. Para sahabat besar Rasulullah SAW., yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah SAW., pada masa khalifah Umar tidak diizinkan meninggalkan Madinah, maka
pada masa Khalifah Usman diberikan sedikit kelonggaran untuk keluar Madinah dan menetap
di daerah-daerah yang mereka sukai. Di daerah-daerah yang baru tersebut mereka
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman yang mereka miliki dan dapatkan langsung dari Rasulullah
SAW.
Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti
Umar,28 naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada masa
pemerintahan Abu Bakar. Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia
pembukuan Alquran, yang anggotanya terdiri dari: Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan
Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Tugas yang harus
dilaksanakan adalah mengumpulkan lembaran-lembaran lepas dengan cara menyalin ulang
ayat-ayat Alquran ke dalam sebuah buku yang disebut mushaf. Usman menginstruksikan agar
penyalinan berpedoman kepada bacaan mereka yang menghafal Alquran, seandainya terjadi
perbedaan dalam pembacaan, maka yang ditulis adalah yang berdialek Quraisy (Arab).
Salinan Alquran dengan nama al-Mushaf, oleh panitia diperbanyak menjadi lima buah.
Sebuah tetap berada di Madinah, dan empat lainnya dikirimkan ke Mekah, Suriah, Basrah,
dan Kufah.30 Naskah salinan yang tetap di Madinah disebut mushaf al-Imâm.
15
pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di atas dasar
motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan. Tetapi sebagian besar masih tetap berpegang
kepada prinsip- prinsip pokok dan kemurnian yang diajarkan Rasulullah SAW. Dapat diduga,
bahwa kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami hambatan dengan adanya perang
saudara. Ali sendiri saat itu tidak sempat memikirkan masalah pendidikan, karena ada yang
lebih penting dan mendesak untuk memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan
ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat,
tetapi Ali tidak berhasil. Pada masa khalifah yang keempat ini kegiatan pendidikan banyak
mengalami hambatan dari berbagai pihak yang berbeda-beda kepentingan.
A. Seni Dalam Islam Dan Sejarah Perkembangannya Pada Masa Nabi Muhammad
Saw. Dan Khulafaur Rasyidin.
Islam adalah agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan,
sesama manusia dan alam, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah disamping Ijtihad.
Sepanjang menyangkut kebudayaan dan kesenian aturan dapat berubah-ubah sehingga
kendala pada umumnya dapat diatasi setelah timbul permasalahan. Meskipun
demikian dalam berbagai kegiatan manusia akhirnya antara Islam dan kebudayaan,
atau kesenian, saling berhubungan. Dari hubungan tersebut lahirlah kebudayaan atau
kesenian yang dijiwai dan diwarnai Islam. Kesenian atau seni adalah manifestasi dari
kebudayaan sebagai hasil karya cipta manusia yang meliputi seni tari, seni musik, seni
drama, seni rupa, dan lain-lain. Pada awalnya bentuk kesenian Islam dari perpaduan
beberapa kebudayaan Timur Tengah, tidak begitu jelas namun melalui toleransi umat
Islam lahirlah karya seni berkonsep Islam dari penyempurnaan seni sebelum-nya.
Kesenian Islam sebagai sebagian dari kebudayaan dan tamadun Islam adalah
terjemahan kepada hasil usaha umat Islam untuk memenuhi keperluan mereka sama
dari segi rohani atau jasmani. Pada hakikatnya kesenian adalah sebagian daripada
ramuan yang membentuk kebudayaan dan tamadun Islam. Justru adalah sesuatu yang
tidak bercanggahan sama sekali untuk menyatakan bahwa kesenian adalah sebagian
daripada perkara yang terkandung ajaran-ajaran Islam yang bersifat syumul. Islam itu
sendiri adalah keindahan yang syumul meliputi setiap aspek kehidupan manusia zahir
dan batin atau rohani dan jasmani. Setiap keindahan biasanya akan coba dikaitkan
dengan kesenian dan begitulah sebaliknya. Pujangga Arab mengungkapkan “hati
secara fitrahnya akan senantiasa merindui setiap keindahan”.
16
Oleh karena itu, seni sebagai hasil usaha untuk memenuhi keperluan yang
terus menerus dilakukan hingga menjadi suatu kebudayaan dalam suatu peradaban
Islam sejak masa Nabi Muhammad Saw. Dan Khulafaur Rasyidin teruslah
berkembang. Dan dalam perkembangannya ini yang terlihat paling menonjol adalah
dalam bidang seni kaligrafi, Seni Sastra, Seni Suara, Seni Musik, Seni Tari dan Seni
Arsitektur.9
B. Klasifikasi Seni Yang Berkembang Pada Masa Nabi Muhammad Saw dan
Khulafaur Rasyidin.
1) Seni Kaligrafi
Jauh sebelum Nabi Muhammad Saw. Dilahirkan, bangsa Arab hampir-hampir
tidak mengenal tulisan, bahkan dari satu sisi “anti huruf”. Kehadiran Al-
Qur’an telah mengubah total bangsa Arab, dari suku bangsa yang kurang
mengenal tulisan kepada pionir-pionir yang sanggup menampilkan huruf-
huruf terindah di dunia. Awal kebangkitan minat baca tulis dikalangan kaum
muslimin barulah setelah Nabi dan pengikutnya hijrah ke Madinah,
meninggalkan kota Mekkah yang penuh dengan anarki. Nabi Muhammad
Saw. menaruh perhatian besar terhadap tulis menulis dan kaligrafi. Hal ini
terlihat disamping dari sebuah haditsnya, dalam sejarahpun kita mendapatkan
kenyataan bahwa para tahanan perang Badar yang tidak mampu membayar
tebusan masing-masing oleh Rasulullah diminta agar mengajar sepuluh anak
muda Madinah membaca dan menulis.
Corak kaligrafi Arab pada periode Rasulallah ini masih sangat sederhana dan
belum menemukan bentuk yang sempurna. Nama-nama kaligrafi biasanya
mengambil nama dimana kaligrafi ditulis, misalnya khat Makki(digunakan di
kota Mekkah), Madani (Madinah), Anbari (Anbar), Hijazi (Hijaz), Kufi
(Kuffah) dsb. Pada masa berikutnya, periode Khulafaur Rasyidin bentuk
kaligrafi Arab sedikit mendapatkan kemajuan, seiring semakin banyaknya
kalangan muda yang belajar baca tulis. Satu-satunya jenis tulisan yang paling
banyak digunakan hingga akhir kekuasaan Khalifah terakhir Ali bin Abi
Thalib, adalah Kufi. Lima mushaf Al-Qur’an pertama mula-mula ditulis
dalam tulisan Makki dan Madani, kemudian Kufi dan berbagai tulisan lain.
Selama periode Khulafaur Rasyidin gaya yang dominan dipakai adalah Kufi.
9
Ely Zainudin, “PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN,” t.t.
17
Satu perkembangan berarti yang harus dicatat dalam periode ini adalah usaha
Khalifah Ali dalam memperbarui gramatika bahasa Arab, dengan
memerintahkan Abul Aswad Adduali seorang yang ahli dalam bidang tersebut.
Tulisan Arab yang sebelumnya gundul (tanpa ada syakal sama sekali) olehnya
dibuatlah rumus-rumus tanda baca seperti titik dan harakat untuk
memudahkan kaum muslimin membaca Al-Qur’an atau berkomunikasi lewat
tulisan.
2) Seni Sastra
Tradisi sastra Arab yang telah ada sejak jauh sebelum kedatangan Islam adalah
syair dan pidato. Tradisi lisan dan miskin nya tulis menulis bangsa Arab waktu
itu memang menjadi alasan mengapa seni pidato(sebagai salah satu ungkap
sastra mereka) berkembang dengan baik. Selama periode awal Islam ini,
Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, tidak banyak perkembangan yang berarti
pada dalam bidang sastra. Hal ini disebabkan tradisi lisan belum tergeser oleh
tradisi tulis-menulis secara total. Karenanya, periode ini masih kelanjutan dari
periode sebelumnya. Meskipun demikian, corak muatan sastra berlainan,
karena Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam kemudian menjadi sumber imajinasi
sastra masa ini. Tokoh-tokoh sastra pada periode adalah para sahabat dekat
Rasulullah sendiri. Diantara nya, yang penting di catat, adalah Ali ibn Abi
Thalib dimana syair dan prosanya (terutama dalam bentuk surat atau nasihat)
masih terpelihara baik hingga kini.
18
tertandingi bahkan oleh bangsa Arab yang notabene menghasilkan penyair-
penyair yang tangguh.
"Dan penyair-penyair itu dituruti oleh golongan yang sesat. Tidakkah engkau
melihat mereka merayau-rayau tidak tentu hala dalam tiap-tiap lembah (khayal
dan anganangan kosong)?, dan mereka suka mengatakan apa yang mereka
sendiri tidak melakukannya?, kecuali orang-orang yang beriman, beramal
saleh (dari kalangan penyair itu) dan mereka pula banyak mengingati Allah,
serta mereka membela diri sesudah mereka dianiaya, dan (ingatlah), orang-
orang yang melakukan kezaliman akan mengetahui kelak, ke tempat mana
mereka akan kembali.”
19
Keindahan sastra al-Qur’an terdapat pada tiga dimensi, yaitu karakter
bentuk, karakter isi, dan karakter pengarus. Karakteristik atau manifestasi
bentuk, isi, dan pengaruh al-Qur’an inilah yang kemudian menjadikan al-
Qur’an tampil sebagai kitab suci yang berbeda dengan yang lainnya. al-Qur’an
tampil dengan wibawa kebenaran yang selalu ada tanpa mengada-ada.
Seni suara, musik dan tari pada periode awal Islam ini tampaknya tidak memperlihatkan
perkembangan yang berarti. Seperti halnya dalam sastra, ketigajenis seni ini masih
merupakan kelanjutan dari masa sebelum islam. Alat-alat musik yang di pakai,seperti di
sebutkan dalam hadis-hadis, adalah seruling, gendang, ghubaira (sejenis gitar), rebana,
mazamir (gambus) dan kabarat (jenis seruling). Penyanyi-penyanyi, laki laki dan perempuan
biasanya mendendangkan syair untuk perkawinan atau penyambutan prajurit sepulang
perang. Sedangkan seni pertunjukan (performing art), seperti diketahui pula dari hadis, adalah
drama perang-perangan,yang biasanya di mainkan oleh bani arfadah (yakni orang habsyi
berkulit hitam) di dalam masjid. Kemiskinan dalam ketiga jenis kesenian ini,setidaknya
karena dua sebab,pertama adanya beberapa hadis yang melarang bahkan mengharamkan alat-
alat musik dan nyanyian,sehingga menjadikan sebagian kaum muslimin melarang
memainkanya. Padahal, seandainya kita kaji lebih jauh, Rasulullah melarang permainan
tersebut seandainya di sertai dengan hal hal lain yang di haramkan. Sebab kedua, adalah
10
“MAKALAH_SEJARAH_PERKEMBANGAN_SENI_PADA_M.docx,” t.t.
20
keadaan kaum muslimin saat itu belum mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan-
kebudayaan lain. Meskipun hingga akhir kekuasaan ali wilayah penaklukan islam telah jauh
melebar ke luar jazirah arab, namun sosialisasi atau perbauran dengan kebudayaan-
kebudayaan setempat belum terjadi dengan baik.
4. Seni Arsitektur
Salah satu pencapaian terbesar dalam seni budaya pada masa Khulafaur Rasyidin adalah
pembangunan masjid-masjid yang megah, termasuk Masjidil Nabawi di Madinah dan Masjid
Umayyah (kemudian dikenal sebagai Masjidil Haram) di Mekkah. Arsitektur masjid-masjid
ini memiliki ciri khas kubah dan menara yang menjadi inspirasi bagi arsitektur masjid-masjid
selanjutnya di dunia Islam11.
BAB III
Kesimpulan
11
“MAKALAH-SENI-ISLAM.pdf,” t.t.
21
Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin pengganti Rasulullah dalam mengatur
kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan
benar dan mendapat petunjuk dari Allah SWT. Khulafaur Rasyidin terbentuk dari hasil
musyawarah para sahabat Nabi. Hasil musyawarah memutuskan bahwa sahabat nabi yang
termasuk ke dalam golongan Khulafaur Rasyidin adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Dalam menjalankan tugas tentu terdapat
banyak rintangan yang dihadapi khalifah. Tetapi prestasi dari masa jabatan Khalifah juga
banyak diraih. Dalam masa pimpinan Khulafaur Rasyidin terdapat 4 aspek. Yaitu aspek
politik, hukum, ekonomi, intelektual, dan seni budaya. 4 aspek tersebut dipimpin oleh para
Khalifah dengan gaya khas masing-masing. Sehingga peradaban umat Islam termasuk sistem
ekonomi, sistem pemerintah, pendidikan bahkan budayanya lebih maju daripada masa
sebelumnya.
22
Daftar Pustaka
Adib, Abdul. “Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin.” Jurnal Mubtadiin 7, no.
02 (2021): 297–312.
DAN, PADA ZAMAN NABI MUHAMMAD SAW, KHULAFAUR RASYIDIN, dan
MAGISTER DIRASAH ISLAMIYAH. “PEMBENTUKAN HUKUM ISLAM.”
Diakses 27 September 2023.
https://www.academia.edu/download/57870331/PEMBENTUKAN_HUKUM_ISLA
M_PADA_NABI_MUHAMMAD_SAW.pdf.
Erfinawati, Erfinawati, Zuriatin Zuriatin, dan Rosdiana Rosdiana. “Sejarah Pendidikan Islam
pada Masa Khulafaur Rasyidin (11-41 H/632-661 M).” Jurnal Pendidikan IPS 9, no.
1 (2019): 29–40.
Iqbal, Muhammad, dan Abdi Kurnia Andika. “KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAHAN
KHALIFAH ABU BAKAR DENGAN KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB.” Jurnal
Khazanah Ulum Ekonomi Syariah (JKUES) 7, no. 1 (2023): 6–19.
“MAKALAH_SEJARAH_PERKEMBANGAN_SENI_PADA_M.docx,” t.t.
“MAKALAH-SENI-ISLAM.pdf,” t.t.
Musfira, Ainun. “Konsep Ekonomi Pada Masa Khulafaur Rasyidin,” 2021.
https://osf.io/3um7x/download.
Uliyah, Taqwatul. “POLA PENDIDIKAN DALAM ISLAM PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN.” JURNAL AN-NUR: Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Keislaman 7, no.
01 (25 Juni 2021): 216–29.
Zainudin, Ely. “PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN.”
Intelegensia : Jurnal Pendidikan Islam 3, no. 1 (2015).
https://doi.org/10.34001/intelegensia.v3i1.1337.
———. “PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN,” t.t.
23