Disusun Oleh :
1. Aldika (2221508016)
2. Delia Faradila (2221508047)
3. Muhammad Alfian Amini (2221508074)
4. M. Ridho Arief Rausan Fikri (2221508008)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Hj. Ratu Haika, M.Ag yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menamba
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tarikh Tasyri’. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin...........................................................................4
B. Perkembangan Hukum Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin...........................5
C. Tasyri’ pada masa Abu Bakar Ash-Siddiq.........................................................5
D. Tasyri' pada masa Umar bin Khattab..................................................................7
E. Tasyri’ pada masa Utsman bin Affan...............................................................10
F. Tasyri' pada masa Ali bin Abi Thalib...............................................................12
BAB III........................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
3. Menjelaskan peran Khulafa ar-Rasyidin dalam pembentukan dan
pengembangan sistem hukum Islam (Tasyri), untuk memahami dasar-
dasar hukum Islam dan bagaimana hal itu berhubungan dengan
kehidupan masyarakat Muslim saat ini.
4. Memberikan inspirasi dan contoh kepemimpinan yang baik bagi
pembaca, terutama dalam hal keadilan, kebijaksanaan, dan
keteladanan dalam memimpin umat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Khulafaur Rasyidin secara bahasa berasal dari dua kata yaitu ; al-
Khulafa yang berarti pengganti, dan ar-Rasyidin yang berarti petunjuk.
Sehingga khulafaur rasyidin dapat diartikan sebagai orang-orang cendikiawan
yang menggantikan Rasulullah, nama tersebut dicetuskan oleh orang-orang
muslim yang paling dekat dengan Rasulullah setelah beliau wafat. Nama
khulafaur rasyidin ini ditunjukkan kepada empat tokoh yang selalu
mendampingi Rasulullah semasa hidupnya baik dalam memimpin umat Islam
maupun ketika menjalankan tugas. Empat tokoh yang dimaksud ini adalah ;
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib. Ke-empat tokoh inilah yang selanjutnya menggantikan Rasulullah
dalam memimpin umat Islam.
Dalam periodenya masa khulafaur rasyidin berlangsung sekitar 30
tahun, periode ini juga dikenal dengan periode awal pembentukan
pembentukkan fikih Islam, setelah hukum-hukum syariat sempurna pada masa
Rasulullah, kemudian pindah ke masa para sahabat, yang harus memikul
tanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan baru yang
tidak ada nas nya dalam Al-Qur’an maupun Hadist, maka khulafaur rasyidin
memegang tanggung jawabdalam menetapkan hukum (tasyri) setelah
Rasulullah wafat.1
1
Ely Zainudin, “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin,” Jurnal Intelegensia 03, no. 01
(2015): 50–58.
4
B. Perkembangan Hukum Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin
2
Ummu Awaliah and Indo Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin,”
Comparativa: Jurnal Ilmiah Perbandingan Mazhab Dan Hukum 3, no. 1 (2022): 25–49,
https://doi.org/10.24239/comparativa.v3i1.24.
5
kaum murtad, nabi palsu yakni Musailamah al-Kazzab, dan orang-orang yang
enggan membayar zakat, dalam menghadapi masalah tersebut Abu Bakar
diberi pencerahan oleh Umar sehingga Abu Bakar memutuskan untuk
memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat, sehingga terjadilah
perang yang disebut perang yamamah melawan pasukan yang dipimpin oleh
Musailamah al-Kadzab.3
Dalam menghadapi persoalan umat yang berkaitan dengan hukum,
Abu Bakar mula-mula melakukan pengkajian melalui sumber hukum yang
paling utama yakni Al-Qur’an, jika tidak ditemukan maka beralih pada
Hadist-hadist Rasulullah, dan jikalau masih belum menemukan solusinya,
maka Abu Bakar mengajak para sahabat untuk berdiskusi di dalam suatu
majelis untuk berijtihad bersama, hingga menghasilkan kesepakatan bersama
yang disebut ijmak
Selain itu Al-Qur’an untuk pertama kalinya di kodifikasi menjadi
sebuah mushaf, hal ini dilakukan oleh Abu Bakar atas desakan Umar, dengan
mempertimbangkan banyaknya para penghafal Al-Qur’an yang syahid pada
perang yamamah.4
Selanjutnya permasalahan hukum yang dihadapi oleh Abu Bakar
adalah masalah yang berkaitan dengan hak waris. Suatu ketika diceritakan ada
seorang nenek yang meminta ketentuan hukum mengenai hak waris, lalu
kemudian Abu Bakar mengatakan ; “Anda tidak mendapatkan apa-apa,
karena tidak aku dapatkan keterangan baik dalam al-Qur’an dan Hadis”.
Lalu kemudian Mughirah bin Syu’bah berdiri dan memberikan kesaksian
bahwa Rasulullah pernah memberikan bagian sebesar 1/6 bagian kepada
nenek tersebut, kemudian untuk memperkuat kesaksian Mughirah,
Muhammad bin Maslamah tampil sebagai saksi.
3
Yayan Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam,” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 9 (2013): 1689–99.
4
Ummu Awaliah and Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.”
6
Kemudian pada permasalahan lainnya muncul sebagian orang-orang
Islam yang enggan membayar zakat, Abu Bakar selaku khalifah kala itu
memerintahkan untuk membunuh para pemberontak tersebut karena dianggap
telah murtad, namun Umar bin Khattab menolak, sebab menurutnya mereka
masih tergolong muslim karena telah mengucapkan syahadat, akhirnya setelah
dijelaskan oleh Abu Bakar para sahabat yang lain menyetujui kesepakatan
tersebut.
Dari sosok Abu Bakar dapat kita teladani suatu hal yakni selalu
menyelesaikan permasalahan melalui musyawarah khususnya yang berkaitan
dengan masalah hukum, dan hal inilah yang kemudian ditiru oleh para sahabat
yang lain.
5
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”
7
penduduk Arab yang dikenal keras. Umar bukanlah sosok prajurit yang hebat
di medan perang bila dibandingkan dengan Ali dan Hamzah, akan tetapi ia
adalah sosok yang pemberani serta siap menghadapi bahaya dalam mengatasi
kemelut politik.6
Umar adalah khalifah yang menamai dirinya dengan Amirul
Mukminin, ia adalah orang yang menetapkan penanggalan hijriah dimalai dari
hijrahnya Rasulullah, pertama kali mendirikan Baitul Mal, pertama kali
memerintahkan shalat tarawih berjamaah di bulan Ramadhan, pertama kali
mengawasi kondisi umat dimalam hari, pertama kali menyiksa peminum
khamar dengan delapan puluh kali dera, pertama kali melarang kawin kontrak
(mut’ah), pertama kali melarang menjual ummul walad, pertama kali
mengumpulkan umat Islam untuk melaksanakan shalat jenazah sebanyak
empat takbir, pertama kali membuka kota-kota besar dengan kantor-kantor
administrasi di dalamnya.7
Umar juga menjadikan bidang peradilan sebagai garda terdepan dalam
pembangunan, yakni dengan cara melakukan penunjukkan penunjukkan Qadi,
serta, serta melakukan pengajian hakim dan para pegawai, hal ini tentu
menunjukkan bahwa peradilan pada masa Umar lebih tertata.
Dalam menetapkan hukum Umar menjadikan Al-Qur'an, Hadist, Ijmak
sahabat serta ijtihad sebagai landasannya hal ini disebabkan karena adanya
asimilasi dan kulturalisasi di masyarakat, maka dalam ber ijtihad Umar
terkenal sangat inovatif dan aktual, sehingga mampu memberikan solusi
terhadap permasalahan kontemporer yang muncul, Adapun hasil ijtihad Umar
bin Khattab antara lain:
1. Mengenai harta rampasan perang atau ghamimah, pada
pemerintahan Umar yang boleh dibagikan hanyalah harta
6
Namira Putri Amerni, Naura Zida Shabrina, and Nurul Hidayati Inayah, “Hukum Islam Pada Masa
Khulafa’ur Rasyidin,” Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical 44, no. 8 (2011): 1–8,
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201.
7
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’ (Pustaka Al-Kautsar, n.d.).
8
bergerak saja, adapun harta tidak bergerak seperti tanah
sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi yaitu tidak
dibagikan, dan tetap dibiarkan dipegang oleh penduduk
setempat, tetapi dengan mewajibkan pajak, adapun harta
rampasan perang yang bergerak dibagi berdasarkan jerih payah
ketika berjuang.
2. Perkawinan yang dilakukan oleh perempuan yang masih dalam
masa iddah dianggap batal dan tidak sah, sehingga perempuan
itu harus mengulang masa iddahnya dan laki-laki yang
menikahi perempuan tersebut di masa iddah haram menikahi
perempuan itu untuk selamanya.
3. Menetapkan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat secara
berjamaah setelah shalat isya selama bulan Ramadhan, berbeda
dengan Nabi yang dikerjakan sendiri dan sebanyak 11 rakaat.
4. Ketika membahas terkait orang yang terbunuh dan
pembunuhnya dilakukan oleh lebih dari satu orang, maka
munculah sebuah pertanyaan apakah sejumlah orang itu
dijatuhi hukuman karena membunuh satu jiwa?, sementara
firman Allah "bahwa satu jiwa dibalas dengan satu jiwa".
Sehingga Ali bin Abi Thalib menanyakan perkara ini kepada
Umar ; "bagaimana pandanganmu wahai Amirul Mukminin,
seandainya ada sejumlah orang mencuri kambing, apakah
engkau akan memotong tangan mereka?" Umar pun
mengatakan ; "Ya", sehingga Ali pun berpendapat demikian,
sehingga ditetapkan jika segerombolan orang melakukan
pembunuhan maka semuanya akan dibunuh pula.
5. Penetapan tahun baru Islam berdasarkan peredaran bulan
(Qamariyah) yang dilakukan pada tahun 638 M, dengan
9
bantuan ahli hisab pada waktu itu, adapun keputusan lainnya
yaitu pembiasaan shalat tarawih setelah shalat isya di bulan
Ramadhan.
6. Pengucapan talak tiga disuatu tempat sekaligus dianggap
sebagai talak yang tidak mungkin rujuk kembali, kecuali si
bekas istri kawin lebih dahulu dengan orang lain.
7. Meninggalkan pelaksanaan hukum mencuri dengan potong
tangan (sesuai QS. Al-Maidah : 38) pada masyarakat di
Semenanjung Arabia yang sedang dilanda kelaparan, dengan
pertimbangan keadaan yang darurat serta kemaslahatan jiwa
masyarakat.
8. Melakukan inovasi dalam mekanisme pemilihan Khalifah
setelahnya melalui pembentukan dewan Syura.8
8
Ummu Awaliah and Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.”
9
Zainudin, “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin.”
10
2. Fase akhir, yaitu ketika kepemimpinannya mendapat intervensi
dari keluarganya untuk mendominasi pemerintahan, sedangkan
Utsman sendiri lebih berkonsentrasi pada ibadah.
Beberapa pemikiran atau hasil ijtihad di masa kekhalifahan Utsman bin Affan
antara lain :
10
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”
11
Khalifah Umar yang hanya mendapatkan warisan ketika masa iddah
berlangsung saja.11
Adapun hasil dari ijtihad yang ditetapkan pada masa Ali bin Abi
Thalib antara lain:
11
Ummu Awaliah and Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.”
12
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”
13
Zainudin, “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin.”
14
“Prestasi Ali Bin Abi Thalib,” Universitas An Nur Lampung, 2022, https://an-nur.ac.id/prestasi-ali-
bin-abi-thalib/.
12
1. Penetapan masa iddah perempuan yang ditinggal mati
suaminya dalam keadaan hamil yaitu diambil waktu paling
panjang selama 4 bulan 10 atau sampai melahirkan, berbeda
dengan Umar yang menetapkan iddahnya sampai melahirkan.
2. Merancang simbol-simbol pada bacaan Al-Qur'an berupa
simbol titik di bagian atas, di samping, dan dibawah huruf, hal
ini dilakukan atas intruksi gubernur irak Ziyad bin Abihi,
disebabkan karena banyaknya orang 'Ajam yang kesulitan
mempelajari Al-Qur'an.
3. Menetapkan siksaan dera bagi pemabuk sebanyak 80 kali
cambuk (lebih berat dua kali lipat dari yang ditetapkan pada
sebuah hadist yaitu 40 kali cambukan saja), hal ini dilakukan
karena masih banyak umat Islam yang belum juga jera dengan
hukuman 40 kali dera, bahkan cenderung meremehkan
hukuman tersebut.15
15
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Amerni, Namira Putri, Naura Zida Shabrina, and Nurul Hidayati Inayah. “Hukum
Islam Pada Masa Khulafa’ur Rasyidin.” Journal of Physics A: Mathematical and
Theoretical 44, no. 8 (2011): 1–8. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201.
“Prestasi Ali Bin Abi Thalib.” Universitas An Nur Lampung, 2022. https://an-
nur.ac.id/prestasi-ali-bin-abi-thalib/.
Ummu Awaliah, and Indo Santalia. “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur
Rasyidin.” Comparativa: Jurnal Ilmiah Perbandingan Mazhab Dan Hukum 3,
no. 1 (2022): 25–49. https://doi.org/10.24239/comparativa.v3i1.24.
Zainudin, Ely. “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin.” Jurnal Intelegensia
03, no. 01 (2015): 50–58.
16