Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TARIKH TASYRI’ PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tarikh Tasyri’

Dosen Pengampu : Hj. Ratu Haika, M.Ag

Disusun Oleh :

1. Aldika (2221508016)
2. Delia Faradila (2221508047)
3. Muhammad Alfian Amini (2221508074)
4. M. Ridho Arief Rausan Fikri (2221508008)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTANAJI MUHAMMAD
IDRIS SAMARINDA
2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
Ibu Hj. Ratu Haika, M.Ag yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menamba
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tarikh Tasyri’. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.

Samarinda, 27 Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin...........................................................................4
B. Perkembangan Hukum Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin...........................5
C. Tasyri’ pada masa Abu Bakar Ash-Siddiq.........................................................5
D. Tasyri' pada masa Umar bin Khattab..................................................................7
E. Tasyri’ pada masa Utsman bin Affan...............................................................10
F. Tasyri' pada masa Ali bin Abi Thalib...............................................................12
BAB III........................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa dimana wafatnya Rasul suatu kereta pemerintahan mulai di


kendalikan oleh sahabat-sahabatnya. Memang diakui atau tidak fakta sejarah
mengatakan bahwa Rasul tidak pernah menunjuk seorangpun sebagai
pengganti beliau dalam roda kepemimpinan pemerintahan Islam. Akan tetapi,
sumbang kepedulian sahabat pada tatanan Islam yang memang sudah
dibentuk sedemikian rupa oleh Rasulullah, mereka mulai berfikir bagaimana
supaya agar tatanan Islam yang memang sudah dibentuk tidak pudar dan tetap
langgeng. Dari situ, sahabat mulai memilih salah satu sahabat dan Abu
Bakarlah yang pertama terpilih sebagai khalifah pertama disusul kemudian
oleh Umar Bin Khathab, Utsman Bin Affan, dan yang terakhir adalah Ali Bin
Abi Tholib.
Sahabat adalah sebagai generasi Islam pertama, yang meneruskan
ajaran dan misi kerasulan, dimana ia dalam menentukan hokum Islam selalu
berpegang pada fatwa rasul yang telah ada. Akan tetapi dari satu sisi itu pula
sahabat menemukan yang memang dalam fatwa rasul tidak ada, mereka
berupaya untuk berijtihad tetapi masih dalam takaran syariat keislaman yang
di sandarkan pada Al -Quran dan Al-Hadits.
Tasyri’ pada masa sahabat sudah dimulai oleh nuansa politik, dimana
suatu penetapan hokum juga sudah berbau politik. Dimana dulu ketika rasul
masih hidup semua permasalahan langsung di pertanyakan pada Rasul. Dan
mungkin pula ada banyak perbedaan penentuan hokum melihat pada tatanan
social politik kala itu. Mereka sudah mulai berinterpretasi tentang Al-Quran
dan al-Hadits demi maslahatul umat yang di lihat pada tatanan sosialnya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembentukan dan pengembangan sistem hukum


Islam (Tasyri) pada masa kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin, yaitu
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib?
2. Bagaimana peran masing-masing khalifah dalam membangun dan
mengembangkan sistem hukum Islam pada masa pemerintahan
mereka?
3. Bagaimana pendekatan hukum yang diterapkan pada masa Khulafa ar-
Rasyidin dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan sistem
hukum Islam di masa selanjutnya?
4. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
pengembangan sistem hukum Islam pada masa Khulafa ar-Rasyidin,
seperti faktor politik, sosial, dan agama?
5. Bagaimana pengaruh sistem hukum Islam pada kehidupan masyarakat
pada masa Khulafa ar-Rasyidin, baik dalam aspek keadilan,
kesetaraan, maupun perlindungan hak asasi manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Menyajikan sejarah dan riwayat hidup para Khalifah yang menjadi


pemimpin awal umat Islam, untuk memperkenalkan tokoh-tokoh
penting dalam sejarah Islam kepada pembaca.
2. Membahas pembentukan dan pengembangan sistem pemerintahan,
kebijakan politik, dan strategi militer yang diimplementasikan oleh
Khulafa ar-Rasyidin pada masa pemerintahan mereka, dengan tujuan
memahami cara mereka memimpin dan memperluas wilayah
kekuasaan Islam.

2
3. Menjelaskan peran Khulafa ar-Rasyidin dalam pembentukan dan
pengembangan sistem hukum Islam (Tasyri), untuk memahami dasar-
dasar hukum Islam dan bagaimana hal itu berhubungan dengan
kehidupan masyarakat Muslim saat ini.
4. Memberikan inspirasi dan contoh kepemimpinan yang baik bagi
pembaca, terutama dalam hal keadilan, kebijaksanaan, dan
keteladanan dalam memimpin umat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin secara bahasa berasal dari dua kata yaitu ; al-
Khulafa yang berarti pengganti, dan ar-Rasyidin yang berarti petunjuk.
Sehingga khulafaur rasyidin dapat diartikan sebagai orang-orang cendikiawan
yang menggantikan Rasulullah, nama tersebut dicetuskan oleh orang-orang
muslim yang paling dekat dengan Rasulullah setelah beliau wafat. Nama
khulafaur rasyidin ini ditunjukkan kepada empat tokoh yang selalu
mendampingi Rasulullah semasa hidupnya baik dalam memimpin umat Islam
maupun ketika menjalankan tugas. Empat tokoh yang dimaksud ini adalah ;
Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin
Abi Thalib. Ke-empat tokoh inilah yang selanjutnya menggantikan Rasulullah
dalam memimpin umat Islam.
Dalam periodenya masa khulafaur rasyidin berlangsung sekitar 30
tahun, periode ini juga dikenal dengan periode awal pembentukan
pembentukkan fikih Islam, setelah hukum-hukum syariat sempurna pada masa
Rasulullah, kemudian pindah ke masa para sahabat, yang harus memikul
tanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan baru yang
tidak ada nas nya dalam Al-Qur’an maupun Hadist, maka khulafaur rasyidin
memegang tanggung jawabdalam menetapkan hukum (tasyri) setelah
Rasulullah wafat.1

1
Ely Zainudin, “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin,” Jurnal Intelegensia 03, no. 01
(2015): 50–58.

4
B. Perkembangan Hukum Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin

Dalam perkembangannya terdapat tiga hal utama yang mempengaruhi


perkembangan hukum Islam di masa itu antara lain:
1. Ada banyak permasalahan baru yang muncul dan memerlukan
jawaban hukum, tetapi tidak ditemukan pada Al-Qur’an dan
Hadist
2. Muncul permasalahan yang telah diatur ketentuannya baik
dalam Al-Qur’an maupun Hadist secara tekstual, namun sulit
untuk diterapkan dan menghendaki pemahaman yang relevan
dengan persoalan yang terjadi
3. Terdapat penjelasan yang jelas dan terpisah mengenai suatu
kejadian tertentu, namun apabila itu diberlakukan makapara
sahabat kesulitan dalam menerapkan dalil-dalil yang ada.

Maka dalam menjawab permasalahan hukum tersebut seringkali


terjadi perselisihan pendapat antara para sahabat, dan seperti yang telah
terpaparkan oleh pembahasan diatas, terdapat empat khalifah di masa
pemerintahan khulafaur rasyidin yaitu ; Abu bakar, Umar, Utsman, dan Ali.2

C. Tasyri’ pada masa Abu Bakar Ash-Siddiq

Abu Bakar terpilih secara demokratis menggantikan kepemimpinan


Rasulullah selepas beliau wafat, hal ini terjadi setelah adanya perdebatan yang
cukup alot antara kaum muhajirin dan kaum anshar dalam perebutan
kekuasaan di pertemuan bani Sa’idah.
Dalam periode kepemimpinannya Abu Bakar memerintah selama 3
tahun, dalam kurun waktu tersebut Abu Bakar disibukkan dengan menumpas

2
Ummu Awaliah and Indo Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin,”
Comparativa: Jurnal Ilmiah Perbandingan Mazhab Dan Hukum 3, no. 1 (2022): 25–49,
https://doi.org/10.24239/comparativa.v3i1.24.

5
kaum murtad, nabi palsu yakni Musailamah al-Kazzab, dan orang-orang yang
enggan membayar zakat, dalam menghadapi masalah tersebut Abu Bakar
diberi pencerahan oleh Umar sehingga Abu Bakar memutuskan untuk
memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat, sehingga terjadilah
perang yang disebut perang yamamah melawan pasukan yang dipimpin oleh
Musailamah al-Kadzab.3
Dalam menghadapi persoalan umat yang berkaitan dengan hukum,
Abu Bakar mula-mula melakukan pengkajian melalui sumber hukum yang
paling utama yakni Al-Qur’an, jika tidak ditemukan maka beralih pada
Hadist-hadist Rasulullah, dan jikalau masih belum menemukan solusinya,
maka Abu Bakar mengajak para sahabat untuk berdiskusi di dalam suatu
majelis untuk berijtihad bersama, hingga menghasilkan kesepakatan bersama
yang disebut ijmak
Selain itu Al-Qur’an untuk pertama kalinya di kodifikasi menjadi
sebuah mushaf, hal ini dilakukan oleh Abu Bakar atas desakan Umar, dengan
mempertimbangkan banyaknya para penghafal Al-Qur’an yang syahid pada
perang yamamah.4
Selanjutnya permasalahan hukum yang dihadapi oleh Abu Bakar
adalah masalah yang berkaitan dengan hak waris. Suatu ketika diceritakan ada
seorang nenek yang meminta ketentuan hukum mengenai hak waris, lalu
kemudian Abu Bakar mengatakan ; “Anda tidak mendapatkan apa-apa,
karena tidak aku dapatkan keterangan baik dalam al-Qur’an dan Hadis”.
Lalu kemudian Mughirah bin Syu’bah berdiri dan memberikan kesaksian
bahwa Rasulullah pernah memberikan bagian sebesar 1/6 bagian kepada
nenek tersebut, kemudian untuk memperkuat kesaksian Mughirah,
Muhammad bin Maslamah tampil sebagai saksi.

3
Yayan Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam,” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 9 (2013): 1689–99.
4
Ummu Awaliah and Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.”

6
Kemudian pada permasalahan lainnya muncul sebagian orang-orang
Islam yang enggan membayar zakat, Abu Bakar selaku khalifah kala itu
memerintahkan untuk membunuh para pemberontak tersebut karena dianggap
telah murtad, namun Umar bin Khattab menolak, sebab menurutnya mereka
masih tergolong muslim karena telah mengucapkan syahadat, akhirnya setelah
dijelaskan oleh Abu Bakar para sahabat yang lain menyetujui kesepakatan
tersebut.
Dari sosok Abu Bakar dapat kita teladani suatu hal yakni selalu
menyelesaikan permasalahan melalui musyawarah khususnya yang berkaitan
dengan masalah hukum, dan hal inilah yang kemudian ditiru oleh para sahabat
yang lain.

D. Tasyri' pada masa Umar bin Khattab

Umar bin Khattab terpilih menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar


melalui sistem formatur dan penawaran calon oleh Abu Bakar, selama
memerintah 13 tahun terjadi banyak kemajuan pesat terutama makin
menyebar luasnya wilayah Islam yang sudah menembus batas jazirah Arab,
seperti Yaman, Mesir, Syiria ke Persia, Damaskus, Azeirbaizan, dan lain-lain.
Semakin luasnya wilayah Islam maka secara otomatis semakin banyak
pula bangsa lain yang berbondong-bondong memeluk Islam, sehingga makin
banyak problematika yang muncul serta memerlukan jawaban, terkadang
persoalan tersebut tidak muncul pada Al-Qur’an maupun Hadist, atau muncul
namun tidak relevan dengan permasalahan serta situasi kala itu. 5
Umar adalah sosok pemimpin yang memiliki naluri negarawan serta
jiwa nasionalisme yang tinggi, selain itu ia sangat bijaksana dalam
menghadapi lika-liku kekuasaan, dan paham betul cara menghadapi para

5
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”

7
penduduk Arab yang dikenal keras. Umar bukanlah sosok prajurit yang hebat
di medan perang bila dibandingkan dengan Ali dan Hamzah, akan tetapi ia
adalah sosok yang pemberani serta siap menghadapi bahaya dalam mengatasi
kemelut politik.6
Umar adalah khalifah yang menamai dirinya dengan Amirul
Mukminin, ia adalah orang yang menetapkan penanggalan hijriah dimalai dari
hijrahnya Rasulullah, pertama kali mendirikan Baitul Mal, pertama kali
memerintahkan shalat tarawih berjamaah di bulan Ramadhan, pertama kali
mengawasi kondisi umat dimalam hari, pertama kali menyiksa peminum
khamar dengan delapan puluh kali dera, pertama kali melarang kawin kontrak
(mut’ah), pertama kali melarang menjual ummul walad, pertama kali
mengumpulkan umat Islam untuk melaksanakan shalat jenazah sebanyak
empat takbir, pertama kali membuka kota-kota besar dengan kantor-kantor
administrasi di dalamnya.7
Umar juga menjadikan bidang peradilan sebagai garda terdepan dalam
pembangunan, yakni dengan cara melakukan penunjukkan penunjukkan Qadi,
serta, serta melakukan pengajian hakim dan para pegawai, hal ini tentu
menunjukkan bahwa peradilan pada masa Umar lebih tertata.
Dalam menetapkan hukum Umar menjadikan Al-Qur'an, Hadist, Ijmak
sahabat serta ijtihad sebagai landasannya hal ini disebabkan karena adanya
asimilasi dan kulturalisasi di masyarakat, maka dalam ber ijtihad Umar
terkenal sangat inovatif dan aktual, sehingga mampu memberikan solusi
terhadap permasalahan kontemporer yang muncul, Adapun hasil ijtihad Umar
bin Khattab antara lain:
1. Mengenai harta rampasan perang atau ghamimah, pada
pemerintahan Umar yang boleh dibagikan hanyalah harta
6
Namira Putri Amerni, Naura Zida Shabrina, and Nurul Hidayati Inayah, “Hukum Islam Pada Masa
Khulafa’ur Rasyidin,” Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical 44, no. 8 (2011): 1–8,
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201.
7
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’ (Pustaka Al-Kautsar, n.d.).

8
bergerak saja, adapun harta tidak bergerak seperti tanah
sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi yaitu tidak
dibagikan, dan tetap dibiarkan dipegang oleh penduduk
setempat, tetapi dengan mewajibkan pajak, adapun harta
rampasan perang yang bergerak dibagi berdasarkan jerih payah
ketika berjuang.
2. Perkawinan yang dilakukan oleh perempuan yang masih dalam
masa iddah dianggap batal dan tidak sah, sehingga perempuan
itu harus mengulang masa iddahnya dan laki-laki yang
menikahi perempuan tersebut di masa iddah haram menikahi
perempuan itu untuk selamanya.
3. Menetapkan shalat tarawih sebanyak 23 rakaat secara
berjamaah setelah shalat isya selama bulan Ramadhan, berbeda
dengan Nabi yang dikerjakan sendiri dan sebanyak 11 rakaat.
4. Ketika membahas terkait orang yang terbunuh dan
pembunuhnya dilakukan oleh lebih dari satu orang, maka
munculah sebuah pertanyaan apakah sejumlah orang itu
dijatuhi hukuman karena membunuh satu jiwa?, sementara
firman Allah "bahwa satu jiwa dibalas dengan satu jiwa".
Sehingga Ali bin Abi Thalib menanyakan perkara ini kepada
Umar ; "bagaimana pandanganmu wahai Amirul Mukminin,
seandainya ada sejumlah orang mencuri kambing, apakah
engkau akan memotong tangan mereka?" Umar pun
mengatakan ; "Ya", sehingga Ali pun berpendapat demikian,
sehingga ditetapkan jika segerombolan orang melakukan
pembunuhan maka semuanya akan dibunuh pula.
5. Penetapan tahun baru Islam berdasarkan peredaran bulan
(Qamariyah) yang dilakukan pada tahun 638 M, dengan

9
bantuan ahli hisab pada waktu itu, adapun keputusan lainnya
yaitu pembiasaan shalat tarawih setelah shalat isya di bulan
Ramadhan.
6. Pengucapan talak tiga disuatu tempat sekaligus dianggap
sebagai talak yang tidak mungkin rujuk kembali, kecuali si
bekas istri kawin lebih dahulu dengan orang lain.
7. Meninggalkan pelaksanaan hukum mencuri dengan potong
tangan (sesuai QS. Al-Maidah : 38) pada masyarakat di
Semenanjung Arabia yang sedang dilanda kelaparan, dengan
pertimbangan keadaan yang darurat serta kemaslahatan jiwa
masyarakat.
8. Melakukan inovasi dalam mekanisme pemilihan Khalifah
setelahnya melalui pembentukan dewan Syura.8

E. Tasyri’ pada masa Utsman bin Affan

Utsman bin Affan terpilih menjadi Khalifah ke-3 di masa


pemerintahan Khulafaur Rasyidin menggantikan Umar bin Khattab yang
wafat pada saat ditikam oleh seorang majusi bernama Abu Lu'luah pada saat
shalat Shubuh. Utsman memimpin kekhalifahan selama 12 tahun. 9
Selama kepemimpinannya terdapat beberapa kemajuan khususnya di
bidang perluasan wilayah, adapun fase pemerintahan Utsman terbagi menjadi
dua bagian yaitu :
1. Fase awal, yaitu ketika kekhalifahan dipimpin sendiri oleh
Utsman, tanpa ada campur tangan dari keluarganya.

8
Ummu Awaliah and Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.”
9
Zainudin, “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin.”

10
2. Fase akhir, yaitu ketika kepemimpinannya mendapat intervensi
dari keluarganya untuk mendominasi pemerintahan, sedangkan
Utsman sendiri lebih berkonsentrasi pada ibadah.

Beberapa kemajuan yang dicapai selama masa kekhalifahan Utsman bin


Affan di antaranya adalah:

1. Terpisahnya bangunan peradilan dengan Masjid.


2. Penulisan empat mushaf Utsmani atau rosm Utsmani, kodifkasi
mushaf ini dilatarbelakangi karena adanya perbedaan cara pembacaan
Al-Qur'an di setiap daerah, dan dikhawatirkan akan terjadi perbedaan
yang cukup jauh, sehingga dilakukannya kodifkasi mushaf ini untuk
menyeragamkan bacaan tersebut.10

Beberapa pemikiran atau hasil ijtihad di masa kekhalifahan Utsman bin Affan
antara lain :

1. Menetapkan adzan pada shalat Jum'at sebanyak dua kali, berbeda


dengan zaman Nabi yang hanya satu kali, penetapan ini ditinjau dari
wilayah Islam yang semakin luas, sehingga jika hanya satu kali tidak
merata ke seluruh wilayah.
2. Permasalahan terkait unta yang kabur dilepas begitu saja sebagaimana
pada zaman Nabi, Abu Bakar, dan Umar. Pada masa Khalifah Utsman
unta tersebut dijual dan apabila pemiliknya datang maka uang itu
diberikan kepadanya.
3. Istri yang diceraikan oleh seorang suami dalam kondisi sakit keras
kemudian meninggal akan tetap mendapatkan hak warisnya baik
ketika masih masa iddah maupun tidak. Berbeda halnya dan masa

10
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”

11
Khalifah Umar yang hanya mendapatkan warisan ketika masa iddah
berlangsung saja.11

F. Tasyri' pada masa Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah ke empat pada masa


pemerintahan Khulafaur Rasyidin, beliau menggantikan Utsman bin Affan
yang wafat karena ditikam oleh pemberontak.12
Masa pemerintahan Ali sendiri hanyalah enam tahun, selama menjabat
sebagai Khalifah ia menghadapi berbagai macam persoalan, mulai dari
pemberontakan, perang saudara, hingga pertikaian dengan kubu Muawiyah,
tidak ada sedikitpun kestabilan pada masa pemerintahan Ali.13
Namun terlepas dari pergolakan yang beliau hadapi, Ali juga
melakukan perombakan dalam membenahi ketimpangan yang ada,
diantaranya:
1. Mengganti pejabat yang kurang cakap.
2. Membenahi keuangan negara (Baitul Mal).
3. Memajukan bidang ilmu bahasa.
4. Membangun kota Kuffah secara khusus sebagai pusat
pertahanan.14

Adapun hasil dari ijtihad yang ditetapkan pada masa Ali bin Abi
Thalib antara lain:

11
Ummu Awaliah and Santalia, “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin.”
12
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”
13
Zainudin, “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin.”
14
“Prestasi Ali Bin Abi Thalib,” Universitas An Nur Lampung, 2022, https://an-nur.ac.id/prestasi-ali-
bin-abi-thalib/.

12
1. Penetapan masa iddah perempuan yang ditinggal mati
suaminya dalam keadaan hamil yaitu diambil waktu paling
panjang selama 4 bulan 10 atau sampai melahirkan, berbeda
dengan Umar yang menetapkan iddahnya sampai melahirkan.
2. Merancang simbol-simbol pada bacaan Al-Qur'an berupa
simbol titik di bagian atas, di samping, dan dibawah huruf, hal
ini dilakukan atas intruksi gubernur irak Ziyad bin Abihi,
disebabkan karena banyaknya orang 'Ajam yang kesulitan
mempelajari Al-Qur'an.
3. Menetapkan siksaan dera bagi pemabuk sebanyak 80 kali
cambuk (lebih berat dua kali lipat dari yang ditetapkan pada
sebuah hadist yaitu 40 kali cambukan saja), hal ini dilakukan
karena masih banyak umat Islam yang belum juga jera dengan
hukuman 40 kali dera, bahkan cenderung meremehkan
hukuman tersebut.15

15
Sopyan, “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.”

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Khulafaur Rasyidin adalah empat tokoh yang selalu mendampingi


Nabi Muhammad selama kepemimpinannya atas umat Muslim, yaitu Abu
Bakr Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib. Mereka kemudian menggantikan Nabi Muhammad dalam memimpin
umat Muslim dan periode Khulafaur Rasyidin berlangsung selama sekitar 30
tahun.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, banyak masalah baru yang muncul
yang memerlukan jawaban hukum namun tidak ditemukan dalam Qur’an dan
Hadits. Beberapa masalah sudah dibahas dalam Qur’an dan Hadits, namun
sulit untuk diterapkan dan memerlukan pemahaman yang relevan terhadap
masalah yang terjadi. Hal ini menyebabkan terdapat perbedaan pendapat di
antara para sahabat dalam menjawab masalah hukum.
Abu Bakar Ash-Siddiq terpilih secara demokratis untuk menggantikan
Nabi Muhammad setelah kematiannya. Selama masa jabatannya, Abu Bakar
sibuk dengan menindak apostat, nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kazzab,
dan mereka yang menolak membayar zakat. Dalam menghadapi masalah ini,
Abu Bakar diberi pencerahan oleh Umar, dan ia memutuskan untuk
memerangi mereka yang menolak membayar zakat.
Secara keseluruhan, periode Khulafaur Rasyidin sangat penting dalam
sejarah Islam karena merupakan periode awal pembentukan hukum Islam dan
menjawab banyak masalah baru yang muncul setelah wafatnya Nabi
Muhammad.

14
B. Saran

Dengan membaca serta memahami isi makalah ini diharapkan para


pembaca khususnya para mahasiswa untuk dapat meneladani sikap para
Khulafaur Rasyidin dalam mengambil keputusan yang bijaksana serta
musyawarah dalam menetapkan suatu hukum, serta meyakini adanya ijtihad
serta ijmak yang telah disepakati oleh para sahabat sebagai ketetapan dalam
menjalankan syariat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amerni, Namira Putri, Naura Zida Shabrina, and Nurul Hidayati Inayah. “Hukum
Islam Pada Masa Khulafa’ur Rasyidin.” Journal of Physics A: Mathematical and
Theoretical 44, no. 8 (2011): 1–8. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201.

Imam As-Suyuthi. Tarikh Khulafa’. Pustaka Al-Kautsar, n.d.

“Prestasi Ali Bin Abi Thalib.” Universitas An Nur Lampung, 2022. https://an-
nur.ac.id/prestasi-ali-bin-abi-thalib/.

Sopyan, Yayan. “Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam.” Journal of


Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2013): 1689–99.

Ummu Awaliah, and Indo Santalia. “Pemikiran Hukum Islam Pada Masa Khulafaur
Rasyidin.” Comparativa: Jurnal Ilmiah Perbandingan Mazhab Dan Hukum 3,
no. 1 (2022): 25–49. https://doi.org/10.24239/comparativa.v3i1.24.

Zainudin, Ely. “Peradaban Islam Pada Masa Khulafah Rasyidin.” Jurnal Intelegensia
03, no. 01 (2015): 50–58.

16

Anda mungkin juga menyukai