Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN POLITIK IBNU ABI RABI

Dosen Pengampu:

Muhammad Haikal, S. Pd. M. Pd.

Kelompok 1:

Rika Rizkia (2006101020050)

Rizka Maulida Riani (2006101020072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul
Pemikira Politik Ibnu Abi Rabi dapat kami selesaikan. Shalawat beriringan salam tak lupa kita
sanjungkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarga dan para sahabat.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad
Haikal, S. Pd. M. Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Politik serta kepada berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan . oleh karena itu, saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk kemajuan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Banda Aceh, 5 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULAN..............................................................................................................................4

1. Latar belakang......................................................................................................................4

2. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

3. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

1. Biografi Singkat Ibnu Abi Rabi............................................................................................6

2. Asal-Usul Negara..................................................................................................................7

3. Bentuk Negara Ideal.............................................................................................................7

4. Syarat-Syarat Tegaknya Sebuah Negara..............................................................................8

BAB III..........................................................................................................................................13

PENUTUPAN................................................................................................................................13

1. Kesimpulan.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULAN

1. Latar belakang
Islam sebagai rahmatan lil ‘ alamin selain mengatur hal-hal yang berkaitandengan
masalah agama, mengatur hal-hal tentang hubungan antara manusiadengan Allah, namun
juga mengatur masalah antara manusia dengan sesamanya.Bahkan Islam juga mengatur
masalah kehidupan bernegara. Meskipun tidaksecara langsung dijelaskan pengaturannya
dalam Al-Qur’an, namun Islam secara jelas telah memberikan rambu-rambu bagi umat
manusia ketika merekamengemban amanah untuk memimpin suatu negara. Islam secara
langsung jugatelah menyajikan teladan yang bisa dijadikan pedoman dalam
melaksanakankehidupan bernegara yaitu pada masa kepemimpinan Rasulullah
MuhammadSAW., dan para Khulafaur Rasyidin. Bahkan pada masa awal kejayaannya,
salahsatu karakteristik Islam yang paling menonjol adalah dalam hal kejayaan politiknya.

Pada fase pasca wafatnya Rasulullah SAW., perpolitikan dan tata negara
mengalami berbagai perubahan, seperti yang terjadi pada masa kekhalifahan khulafaur
rasyidin yang menggunakan sistem negara berpolakhilafah, kemudian pada awal
berkuasanya daulah Umayyah sistem ketatanegaraan yang diterapkan berubah menjadi
sistem monarki atau kerajaan. Berangkat dari hal tersebut,kemudian penerapan sistem
monarki dalam sistem ketatanegaraan pada masa itu berlanjut ketika berkuasanya daulah
Abbasiyah yang juga menggunakan sistemmonarki dalam menjalankan pemerintahannya.
Bahkan, sebagian besar negaraIslam saat ini juga menerapkan sistem negara yang berpola
kerajaan/monarkidalam menjalankan pemerintahannya.

Sejalan dengan sejarah Islam yang sudah berlangsung selama 15 abad,


perkembangan pemikiran politik Islam juga bisa dikatakan berbanding lurus dengan
periodisasi sejarah tersebut yang terbagi menjadi 3 periode, yaitu periodeklasik, periode
pertengahan, dan periode modern. Dari masing-masing periode,terdapat perbedaan dalam
hal pemikiran politik Islam pada masa itu. Setiap periode memiliki karakteristiknya
masing-masing yang tidak luput dari pengaruhkondisi sosial-budaya, dan faktor-faktor
lain yang ada pada setiap periode.Adanya keragaman pemikiran politik Islam pada masa
itu juga melahirkan berbagai tokoh pemikir politik Islam, seperti Ibnu Abi Rabi’, al-
Farabi, al-Mawardi, al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, dan lain sebagainya. Dari
berbagai pemikir politik Islam tersebut juga memiliki perbedaan antara yang satudengan
yang lainnya. Pada makalah ini, penulis akan memaparkan hal-hal terkait pemikiran
politik Islam dari salah satu tokoh pemikir politik Islam yang masyhur pada masa
pemerintahan daulah Abbasiyah, yaitu Ibnu Abi Rabi’. Penulis akan menjelaskan segala
hal terkait pemikiran politik Islam Ibnu Abi Rabi’, dimulai dari biografi singkat Ibnu Abi
Rabi’, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan singkat terkait keadaan sosial-budaya
pada masa itu yang menjadi latar belakang lahirnya pemikiran politik Islam Ibnu Abi
Rabi’, dan yang terakhir akan dibahas tentang seperti apa pemikiran politik Islam dari
Ibnu Abi Rabi’ dan bagaimana prakteknya dalam sistem ketatanegaraan Islam pada masa
itu.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi singkat Ibnu Abi Rabi?

2. Bagaimana asal usul negara menurut Ibnu Abi Rabi?

3. Bagaimana bentuk negara ideal menurut Ibnu Abi Rabi?

4. Apa saja syarat tegaknya sebuah negara?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana biografi singkat Ibnu Abi Rabi

2. Untuk mengetahui bagaimana asal usul negara menurut Ibnu Abi Rabi

3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk negara ideal menurut Ibnu Abi Rabi

4.Untuk mengetahui apa saja syarat tegaknya sebuah negara


BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Singkat Ibnu Abi Rabi


Syihab al-Din Ahmad Ibn Muhammad Ibn Abi Rabi’ atau yang lebihdikenal dengan nama
Ibnu Abi Rabi’ adalah salah satu pemikir politik Islam pada masa klasik yakni tepatnya pada
masa kepemimpinan daulah Abbasiyah. Biografi tentang Ibnu Abi Rabi’ tidak banyak tercatat
dalam sejarah, bahkan masa hidup atau tanggal lahir dan wafat Ibnu Abi Rabi’ tidak tertulis
dalam sejarah Islam. Ibnu Abi Rabi’ hidup di Baghdad pada masa pemerintahan Mu’tasim
Billah, Khalifah Daulah Abbasiyah ke delapan dan putra Khalifah Harun al-Rasyid,
yangmenggantikan saudaranya, al-Makmun. Informasi ini diperoleh dari keteranganyang
terdapat pada kitab karangannya yang berjudul Suluk al-Malik Fiy Tadbir al- Mamalik.
Berdasarkan cataan sejarah yang ada disebutkan bahwasannya Ibnu AbiRabi’ menuliskan kitab
ini atas permohonan dari salah satu khalifah pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah, yang
akan dijadikan pedoman dalammenjalankan pemerintahan pada masa itu. Karena terbatasnya
informasi terkait Ibnu Abi Rabi’, terdapat berbagai pendapat terkait kapan tepatnya buku
karangan Ibnu Abi Rabi’ ini ditulis, dan kepada siapa khalifah tepatnya yang menjadi
tujuandituliskannya kitab ini.

Ibnu Abi Rabi’ tidak serta merta menulis kitabnya inihanya karena diminta oleh khalifah
yang berkuasa pada masa itu. Ibnu Abi Rabi’ memiliki beberapa pertimbangan mengapa beliau
akhirnya menulis kitab tersebut.Pertama, di kalangan cerdik pandai dan di kalangan orang-orang
yang berkecimpung dalam ilmu hakikat terdapat keyakinan bahwasannya jiwa lebihmulia
daripada badan sehingga memelihara jiwa serta mensucikan badan denganilmu dan amal akan
meningkatkan kualitas akhlak adalah sesuatu yangdiutamakan; kedua, di kalangan orang-orang
yang karena posisinya memilikikewenangan yang berpengaruh dalam masyarakat diperlukan
adanya studi tentang jiwa manusia, dengan adanya buku yang beliau tulis ini dhirapkan bisa
digunakansebagai sarana untuk mengajak mereka para penguasa untuk senantiasameningkatkan
kualitas akhlaknya meskipun posisi mereka sudah menjadi pemimpin, namun alangkah lebih
baik jika sebagai seorang pemimpin bisasekaligus menjadi teladan bagi rakyat yang
dipimpinnya. Ibnu Abi Rabi’ membagi kitabnya menjadi 4 pasal yaitu pasal pertama menjadi
muqaddimah, pasal kedua membahas masalah akhlak dan pembagiannya, pasal
ketigamembicarakan tentang pelbagai jenis perilaku yang menurut pertimbangan akhlak perlu
diikuti dan dilaksanakan, dan pasal keempat yaitu membahas tentangmacam-macam siyasat
(pengaturan) beserta ketentuan-ketentuannya

2. Asal-Usul Negara
Menurut Ibnu Abi Rabi, asalmula terbentuknya sebuah kota atau negara berasal dari
ketidak berdayaan manusia untuk hidup sendiri dalam mencukupi segala kebutuhan hidupnya,
tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu saling membutuhkan satu sama lain, maka terjadi
interaksi antara sesama manusia untuk membantu mereka saling bantu membantu dan
bermasyarakat, serta menetap di suatu tempat. Kondisi inilah yang menjadi proses terbentuknya
kota-kota.

Dalam andangan Ibnu Abi Rabi’ setidaknya terdapat 3 butir alasan pokok dari lahirnya suatu
negara, diantaranya yaitu:

1) Kecenderungan manusia untuk berkumpul dan bermasyarakatmerupakan sifat alami yang


Allah ciptakan kepada manusia.

2) Allah telah meletakkan peraturan-peraturan tentang hak dan kewajiban bagi masing-
masing anggota masyarakat sebagai suatu dasar yangharus dipatuhi, dimana seluruh
peraturan-peraturan tersebut termaktubdalam Al Qur’an.

3) Allah telah mengangkat penguasa-penguasa yang memiliki tugas untukmemastikan


berlakunya peraturan-peraturan di kalangan masyarakatdan mengelola masyarakat
berdasarkan petunjuk dari Allah.

Dari poin-poin di atas dapat kita pahami bahwasannya lahirnya suatunegara adalah karena
sifat alami manusia yang tidak bisa memenuhikebutuhannya sendiri dan memerlukan bantuan
orang lain, atau bisadikatakan saling membutuhkan satu sama lainnya, sehingga mereka
berinisiatif untuk berkumpul, dan menetap pada satu tempat yang samaagar mereka bisa saling
tolong-menolong untuk memenuhi kebutuhannya
3. Bentuk Negara Ideal
Menurut Ibnu Abi Rabi’, bentuk atau model pemerintahan yang ideal adalah monarkiatau
kerajaan. Monarki adalah sistem pemerintahan yang dipimpin olehseorang raja berdasarkan
warisan alur keturunan. Ibnu Abi Rabi` memberikan argumentasiterkait pemikirannya tentang
bentuk pemerintahan, yaitu bahwa jika sebuah negara dipimpinoleh banyak pemimpin, maka
perpolitikan akan kacau, banyak konflik yang menyebabkannegara tidak stabil. Atas dasar
argumentasi ini, pemerintahan yang dipimpin oleh seorangpemimpin tunggal dianggap sebagai
sesuatu yang diperlukan oleh warga negara.

Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan ideal, Ibnu Abi Rabi’


berpendapatbahwa negara perlu dipimpin oleh seorang raja, karena Allah telah memberikan
keistimewaankepada para raja dengan segala keutamaan dan kelebihan, memposisikan
kedudukan merekasebagai pemimpin umat di atas muka bumi ini dengan kokoh,
mempercayakan hamba-hambaNya kepada mereka, kemudian Allah mewajibkan para
Ulama untuk menghormati,mengagungkan dan mentaati perintah mereka. Menurut Ibnu Abi
Rabi` dasar kekuasaan danotoritas raja adalah mandat dari Allah untuk ditaati demi kesejahteraan
negara.

Argumentasinya adalah: 1) Q.S. al-An’am ayat 165 .

"Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia


meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

2) Q.S. al-Nisa ayat 9

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkandibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
merekamengucapkan perkataan yang benar.”

4. Syarat-Syarat Tegaknya Sebuah Negara


1. Kepala Negara
Ibnu Abi Rabi` memberikan batasan-batasan kepada calon kepala negara denganbeberapa sikap
atau kepribadian yang luhur dan sangat ketat, agar seorang kepalanegara berperilaku baik di
mata rakyatnya, bahkan di mata masyarakat dunia.

Beberapa sikap atau kepribadian tersebut sebagai berikut;

1) Tidak boleh orang yang pemarah -Bukan orang yang mudah bersumpah

2) Tidak boleh orang yang pelit

3) Tidak boleh orang yang pendengki atau pendendam

4) Bukan orang yang suka melakukan tindakan yang tidak berfaidah

5) Tidak boleh orang yang penakut

6) Tidak boleh orang hidup glamour dan hura-hura

Ibnu Abi Rabi` juga menyampaikan beberapa kriteria atau syarat bagi seorang kepala
negara ideal, beberapa kriteria tersebut sebagai berikut;

1) Ahlul bayt al-Malik atau berasal dari anggota keluarga raja

2) Al-himmah alkabirah atau memiliki aspirasi yang luhur

3) Al-ra`ya al-mathin atau memiliki pandangan yang kokoh

4) Al-mutsabarah `ala al-syadaid atau handal dalam menghadapi setiap tantangan

5) Al-mal al-jamma atau memiliki kekayaan besar

6) Al-A`wan al-Shadiqah atau memiliki para wakil atau para pembantu yang setia dan jujur

2. Keadilan

Berkaitan dengan keadilan, secara garis besar Ibnu Abi Rabi’ mengelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu :

1) Keadilan yang berhubungan dengan perbuatan seorang hamba yang berkenaan


dengan hak Allah;
2) Keadilan yang berhubungan dengan perbuatan seseorang yang berkenaan denganhak-hak
terhadap sesamanya; dan

3) Keadilan yang berhubungan dengan perbuatan seseorang terhadapat hak-hak


parapendahulu mereka.

3) Rakyat

Pemikiran Ibnu Abi Rabi` mengenai bagaimana rakyat harus diarahkan dengan arahan yang baik,
sebagai berikut;

1) Seorang kepala negara harus senantiasa berupaya menundukan hati


rakyatnyadengan berbagai langkah dan pendekatan yang efektif, dan terus berupaya
agarketaatan dan loyalitas mereka kepada negara senantiasa dipertahankan
sebagaibukti legitimasi yang diberikan rakyat kepada negara, tetapi semua itu
harusberdasarkan kesadaran dan kecintaan mereka kepada negara, bukan
berdasarkanpaksaan atau rasa takut.

2) Kepala negara harus menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan


untukrakyatnya agar tercipta kehidupan yang nyaman dan sejahtera, sehingga
rakyatmerasa senang dan suka.

3) Kepala negara harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat,sehingga


kepala negara dapat mengambil sikap atau tindakan jika ada masalahyang mengganggu
ketenteraman hidup.

4) Selalu berupaya agar kecintaan rakyat kepada negara berdasarkan


keyakinanagama karena sebagai masyarakat dan rakyat yang beragama Islam,
bukanberdasarkan kepentingan-kepentingan sesaat, atau berdasarkan karena
inginmendapatkan jabatan sebagai akibat dari cara-cara transaksional atau
kepentinganpragmatis.

5) Kepala negara seyogyanya mengetahui perilaku dan akhlak rakyatnya


melaluitrack rekord mereka, agar saat nanti diberikan tanggung jawab atau jabatan
dapatmelaksanakanya dengan baik sesuai dengan keahlian dan kapasitasnya, serta
dapatmenjaga amanah yang diberikan kepadanya.

6) Kepala negara harus selalu mengikuti berita dan perkembangan negara tetangga,agar
dapat mempertahankan kepentingan wilayahnya dari setiap tindakan negaratetangga yang
mengancam stabilitas politik dan keutuhan wilayah, terutama diwilayah perbatasan.

7) Kepala negara harus selalu memperbaharui pemberian hadiah kepada


pasukantentara, agar mereka tidak sampai melakukan protes atau mengajukan
pengaduannegatif dan berbuat ulah.

8) Kepala negara harus selalu mendegarkan apa yang dibicarakan rakyatnya, dan jikaada
orang yang melakukan fitnah atau melancarkan makar, maka kepala negarasegera
melakukan tindakan hukum.

9) Kepala negara seyogyanya memecat para pejabat jika mereka melakukan


upayapencitraan kepadanya, dengan tujuan agar selalu disebut-sebut sebagai
kepalanegara yang baik. Hal ini karena tindakan pejabat berkenaan tidak tulus
danikhlas, tetapi sebenarnya dia penjilat yang berusaha mendapatkan keuntungan diridari
perbuatannya itu.

10) Wajib bagi seorang kepala negara untuk tidak membiarkan


rakyatnyamendapatkan ancaman dan ketakutan, dalam arti Kepala negara harus
berupayamenciptakan kondisi dan situasi yang nyaman, aman dan damai.

11) Pengaturan dan pengelolaan negara targetnya adalah terciptanya kemaslahatanbagi


semua pihak, sehingga rakyat dapat merasakan kebesaran dan keagungankepala
negaranya. Kepala negara tidak boleh menempatkan orangorang baik(orang
saleh) bersama dengan orang-orang yang berperilaku penjahat dalam satutempat kerja,
karena virus keburukannya akan menular kepada orang-orangbaik,jika tidak mampu
memproteksi diri.

12) Kepala negara harus segera memotong mata rantai faktorfaktor yang
menjadipenyebab terjadinya konflik antar sesama warga masyarakat. m. Kekuasaan dan
pengeolaan negara agar dapat menjangkau ke seluruh pelososkwilayah tanah air, dan
kepala negara harus malakukan tindakan hukum kepadaorang-orang yang melakukan
pelanggaran tindak pidana atau kriminal meskisekecil apapun, apalagi yang sudah
besar.

4) Pengelolaan

Pengelolaan negara yang dikonsepsikan Ibnu Abi Rabi` pada


dasarnyamenekankan pada SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Dengan SDM
yang berkualitas ini diharapkan pengelolaan negara dapat berjalan dengan
baik,bahkan secara otomatik dapat berjalan dengan sendirinya sacara sistematik
sesuaidengan aturan dan tata tertib yang diberlakukan tanpa harus dikontrol dan diawasisecara
ketat, sehingga profesionalitas dalam bekerja dapat terwujud.

Dalam mengelola negara, Ibnu ABi Rabi berpendapat harus ada para pembantu (al-A`wan waal-
Atba`) dalam mengelola berbagai permasalahan dan urusan kenegaraan.Diantaranya
yaitu: 1) Menteri (wazir). 2) Sekretaris (Katib). 3) Protokoler (Hajib). 4) Qadhi (Al-Qadhi). 5)
Polisi (Surthah). 6) Tentara (Jundi). 7) Kepala Daerah (Al-Amil). 8) Bendahara Negara
(Khazinal Mal). 9) Hakim (al-Hakim) 10) Ajudan (Jalis). 11) Urusan dapur Istana (Shahib al-
Tha`am wa al-Syarab)
BAB III

PENUTUPAN

1. Kesimpulan
Ibnu Abi Rabi memiliki nama lengkap Syihabuddin Ahmad bin Abi Rabi'. Beliau
disebut-sebutsebagai sarjana muslim pertama yang menuangkan gagasan teori politiknya
kedalam karyanyayang berjudul 'Sulukal-Malik Fiy Tadbir al-Mamalik’. Ibnu Abi Rabi’
menjelaskan bahwa asalmula terbentuknya sebuah negara berasal dari ketidakberdayaan
manusia untuk hidup sendiridalam mencukupi segala kebutuhan hidupnya, tanpa
bantuan orang lain. Ibnu Abi Rabi’menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dengan wataknya yang cenderung berkumpuldan bermasyarakat, dan tidak mungkin
dapat hidup sendiri untuk memenuhi semuakebutuhannya tanpa bantuan orang lain.
Selanjutnya, bagi Ibnu Abi Rabi’, bentuk atau modelpemerintahan yang ideal adalah
monarki atau kerajaan. Negara yang berbentuk kerajaan akan stabil apabila unsur-unsur
pentingnya diperhatikan yang disebut arkan al-daulah. Ada empatunsur penting dalam
arkan al-daulah, diantaranya yaitu; kepala negara, keadilan, rakyat, danpengelolaan
(administrasi negara).
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Sirojuddin. Pemikiran Politik Islam: Sejarah, Praktik, dan Gagasan. Jakarta:Rajagrafindo
Persada, 2017.

Fuad, Mahsun. (2018). Diskursus Pemikiran Politik Islam Pra Modern. Al-Mabsut: Jurnal
StudiIslam dan Sosial, 12, 1-9

Nurrohman. Dimensi Etik Dalam Pemikiran Politik. No. 63/XVI/Desember 1994

Anda mungkin juga menyukai