MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone
Oleh :
AMALIA PUTRI
NIM. 742352023039
BONE 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, atas limpahan rahmat
dan karunia-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Sebagai sosok panutan umat islam disegala profesi kehidupan
untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Aamiin ya robbal
‘alamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi para pembaca. Aaamiin..
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1-2
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II........................................................................................................3-12
PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Penetapan Khalifa dan Kelahiran Dinasti........................................................3
B. Kekhalifaan Sebagai Institusi Politik.............................................................12
BAB III..........................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
3
4
2
Khairudin Yujah Sawiy, Perebutah Kekuasaan Khalifah (Mengungkap Dinamika dan
Sejarah Politik Kaum Sunni), cet. ke-2, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2005), hlm.2.
5
3
Haidar Barong, Umar Bin Khattab Dalam Perbincangan (Penafsiran Baru), cet. ke-1,
(Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia, 1994), hlm. 244.
6
untuk memilih antara Ali dan Utsman, dia berkata kepada Ali,
jika dia terpilih sebagai khalifah, maka berlaku Adillah,
dan jika Utsman yang terpilih maka taatlah kepada Utsman.
Peristiwa inilah yang menjadi awal dibai‟atnya Utsman
sebagai khalifah pengganti Umar berdasarkan konsensus para
sahabat. 4
d) Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)
Terdapat perbedaan pendapat antara pemilihan Abu
bakar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Ketika kedua pemilihan
Khalifah terdahulu (Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Ustman
ibn Affan), terdapat beberapa orang yang menentangnya, tetapi
setelah calon terpilih dan diputuskan menjadi Khalifah, semua
orang menerimanya dan ikut berbaiat serta menyatakan
kesetiaannya. Namun lain halnya ketika pemilihannya Ali bin
Abi Thalib, justru sebaliknya. Setelah terbunuhnya Utsman bin
Affan, masyarakat beramai-ramai datang dan membaiat Ali bin
Abi Thalib sebagai Khalifah. Beliau diangkat melalui
pemilihan dan pertemuan terbuka sehingga Ali terpilih secara
aklamasi. Akan tetapi suasana pada saat itu sedang kacau,
karena hanya ada beberapa tokoh senior masyarakat Islam
yang tinggal di Madinah. Pada awalnya Ali tidak ingin menjadi
khalifah pengganti Ustman karena pergolakan sosial politik
yang terjadi pada waktu itu. akan tetapi dengan
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan umat Islam,
akhirnya dia setuju untuk menerima tanggungjawab sebagai
4
Nadirsah Hawari, “Mencermati Isu Nepotisme Kepemimpinan Utsman Bin„Affan,”
dalam Jurnal TAPIs, Prodi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung,
Vol.8 No.1, (Tahun 2012), hlm. 45
7
2. Kelahiran Dinasti
Pasca runtuhnya rezim khulafaurrasyidun terjadi perubahan
mendasar yang pertama kali terjadi ialah dalam pokok undang-undang
yang mengatur tentang cara pengangkatan seorang pemimpin umum.
Kaidah yang diikuti adalah tidak dibenarkannya daya-upaya seseorang
untuk dapat menduduki jabatan khalifah atau meraih kekuasaan
dengan usaha dan rencananya sendiri. Rakyatlah yang meletakkan
kendali pemerintahan, setelah melakukan musyawarah untuk
menentukan orang yang berhak memegang kendali kekuasaan. Oleh
sebab itu maka bai‟at yang diberikan oleh rakyat kepada seseorang
sama sekali bukan merupakan akibat adanya kekuasaan, tetapi bai‟at
justru merupakan pemberian kekuasaan. Sehingga seseorang tidak
akan menjadi penguasa sebelum adanya bai‟at dari rakyat yang
dilakukan secara sukarela dan bebas.
Setelah Umar wafat, khalifah selanjutnya adalah Sayyidina
Usman bin Affan (644-656 M). Di sini gelombang ekspansi pertama
berhenti. Pasalnya, terjadi perbedaan pendapat di antara umat Islam
dalam urusan pemerintahan dan mengakibatkan kekacauan hingga
5
Muhlis, “Islam Masa Khulafaur Rasyidin,” http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-
masa-khulafaur-raosyidin.pdf, ( d i akses 23 Maret 2024).
8
6
Joesoef Sou‟yb, Sejarah Daulat Umayyah I di Damaskus, (Jakarta: Bulan Bintang, ttt), hlm.
52.
10
dinamai politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil
amrimengurusi (yasûsu) rakyatnya, mengaturnya, dan menjaganya. Dengan
demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan (ishlah),
pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan.
7
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Ajaran, Sejarah dan Pemikiran), edisi ke-5
(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993), hlm. 35.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa khulafaur rasyidin, yang terdiri dari Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, dianggap sebagai periode
keemasan dalam sejarah Islam. Mereka dianggap sebagai khalifah yang
paling adil dan dihormati dalam tradisi Islam. Setelah masa khulafaur
rasyidin, terjadi peralihan kekuasaan ke dinasti Umayyah dan kemudian
Abbasiyah. Era kekhalifahan ini ditandai dengan ekspansi wilayah Islam,
perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan kebudayaan Islam, serta
penyebaran agama Islam ke wilayah-wilayah baru.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14