Anda di halaman 1dari 18

Makalah

KEPIMPINAN

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist ”

Dosen Pengampu :

Dr. Chalis, M. Ag

Oleh :

Nurul Rahimi (220201122)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH TAHUN 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Atas petunjuk dan bimbingan-Nya serta berbagai ikhtiar dan doa
Alhamdulillah tugas makalah mata kuliah Hadist yang membahas tentang kepimpinan
ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah Hadist yaitu Bapak Dr. Chalis, M. Ag. Yang telah
memberikan kami ruang untuk berekspresi serta memberikan kami kesempatan untuk
memperluas wawasan tentang kepimpinan sahabat terdahulu islam.

Kami menyadari, bahwa makalah Hadist ini masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar kami bisa
menjadi lebih baik di masa mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua dan
dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh 10 Oktober 2023

Nurul Rahimi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslim telah
dijanjikan oleh Al–Quran akan menjadi komunitas terbaik dipanggung sejarah bagi
sesama umat manusia lainnya. Akibatnya diterimanya dorongan ajaran seperti ini,
secara tidak langsung telah memberikan produk pandangan bagi mereka sendiri
untuk melakukan permainan budaya sebaik mungkin.
Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun Negara
menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun
sebagai penerusnya. Akibatnya terjadilah perselisihan, masing-masing kelompok
mengajukan wakilnya untuk dijadikan sebagai penerus serta pengganti Nabi
Muhammad untuk memimpin umat. Akhirnya muncullah kholifah rasyidiyah, yang
terdiri dari Abu bakar, Umar, Ustman, dan Ali yang memimpin secara bergantian.
Dinasti Umayyah adalah kekhalifahan Islam kedua yang berkuasa dari
tahun 661 hingga 750. Dinasti ini didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, yang
merupakan gubernur Syam pada masa Khulafaur Rasyidin. Dinasti Umayyah
muncul sebagai akibat dari krisis politik dan sosial yang terjadi pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin, terutama pada masa Utsman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib.
Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan Islam ketiga yang berkuasa dari
tahun 750 hingga 1258. Dinasti ini didirikan oleh keturunan Abbas bin Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad. Dinasti Abbasiyah muncul sebagai hasil dari
revolusi yang menentang kekuasaan Dinasti Umayyah, yang dianggap korup,
sekuler, dan diskriminatif terhadap kaum Muslim non-Arab.Revolusi ini dipimpin
oleh Abdullah as-Saffah, yang mengklaim sebagai pewaris sah Nabi Muhammad
dari garis Bani Hasyim. Ia mendapat dukungan dari kelompok Syiah, Khawarij,
dan Mawali (Muslim non-Arab), terutama di wilayah Persia.
B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang terdapat di dalam materi ini sebagai berikut;

1. Apa itu Khulafaur Rasyidin?


2. Siapa saja Khulafaur Rasyidin?
3. Sejarah Bani Umayyah?
4. Sejarah Bani Abbasiyah?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dari materi tersebut adalah sebagai berikut;
1. Dapat menjelaskan apa itu Khulafaur Rasyidin
2. Dapat menjelaskan siapa saja Khulafaur Rasyidin
3. Dapat menjelaskan Sejarah Bani Umayyah
4. Dapat menjelaskan Sejarah Bani Abbasiyah

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pemimpin Dalam Islam


Kepemimpinan dalam Islam dinamakan Al-Imamah yang berpungsi sebagai
pelaksana tugas kenabian yang sudah tidak ada dengan wafatnya nabi Muhammad
SAW sebagai penjaga agama dan pemimpin dunia demi terciptanya kemaslahatan
untuk setiap manusia dan hukumnya wajib secara ijma’ para ulama.

Pentingnya kepemimpinan dalam islam, saking pentingnya banyak sekali hadits


Nabi yang menyebutkan keutamaan bagi seorang pemimpin yang adil dan amanat
terhadap rakyatnya.Bahkan sebagian ulama mengatakan sebuah Negara yang memiliki
seorang pemimpin bodoh sekalipun lebih baik daripada tidak adanya seorang
pemimpin di negara tersebut, walaupun dipimpin oleh seorang yang bodoh seperti
sama saja dengan tidak adanya pemimpin karena keberadaannya seperti tidak ada.

Karena saking pentngnya keberadaan pemimpin ditengah kehidupan manusia,


Islam sangat mengatur hal-hal yang berkaitan dengan seorang calon pemimpin dan
bagaimanakan karakter pemimpin menurut islam yang ideal.Berikut penulis akan
paparkan secara ringkas apa saja yang mnjadi karakter bagi para calon pemimpin
dalam pandanhan islam.

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW juga mewanti-wanti agar muslim tidak


memilih pemimin yang lemah. Dari Abu Dzar yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

‫َيا َأَبا َذ ٍّر ِإَّنَك َض ِع يٌف َو ِإَّنَها َأَم اَنُة َو ِإَّنَها َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِخ ْز ٌي َو َنَداَم ٌة ِإاَّل َم ْن َأَخ َذ َها ِبَح ِّقَها َو َأَّد ى اَّلِذ ي َع َلْيِه ِفيَها‬

Artinya: “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal
jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan,
kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan benar dan melaksanakan tugas dengan
baik.” (HR Muslim).

B. Karakter Pemimpin Dalam Islam

Didalam literature-literatur karya ulama terdahulu sebenarnya telah banyak


disebutkan karakter bagi para calon pemimpin yang ideal yang dapat diharapkan
keamanatannya serta membawa keadilan bagi seluruh rakyatnya.Sebagaimana yang
disebutkan oleh Imam Al mawardi dalam kitabnya yang berjudul Al ahkam As sulthaniyah
syarat bagi seorang pemimpin dalam Islam sebagai berikut :

1.Adil beserta dengan syarat-syaratnya

2.Ilmu, keilmuan yang berkaitan dengan kepemimpinan secara syari’at tentunya

3.Sehat panca indera seperti pendengaran,penglihatan dan lisan

4. Sehat secara fisik / anggota tubuhnya

5.Memiliki pandangan (Visi) dan kebijaksanaan untuk kemaslahatan rakyat

6.Keberanian untuk melindungi wilayah kenegaraan dan melindungi rakyatnya serta


berjihad memerangi musuh.

7.Nasab (Hendaknya dari golongan orang Qurays jika memungkinkan)

C. Khulafaur Rasyidin

Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang cendekiawan.


Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-orang muslim yang
paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa demikian, karena mereka
menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul
ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.

Adapun yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin


pengganti Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana,
cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat petunjuk dari Allah.
Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rosulullah dalam
mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika tugas Rosulullah terdiri dari dua hal yaitu tugas
kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin bertugas menggantikan
kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan yaitu sebagai kepala negara atau
kepala pemerintahan dan pemimpin agama.

Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat pasca
Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh para sahabat melalui
mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih, maka sahabat yang lain memberikan
baiat (sumpah setia) pada calon yang terpilih tersebut. Ada dua cara dalam pemilihan
khalifah ini, yaitu : pertama, secara musyawarah oleh para sahabat Nabi. Kedua,
berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya.

a.Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H / 632-634 M)

Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamini. Di zaman pra islam bernama
Abdullah Ibnu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah
seorang sahabat yang utama. Julukannya Abu Bakar (bapak Pemagi) karena dari pagi-pagi
betul memeluk agama islam, gelarnya ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi
dalam berbagai peristiwa, terutama Isra’Mi’raj. Jadi nabi Muhammad sering kali
menunjukkannya untuk mendampinginya di saat penting atau jika berhalangan, dan Rasul
tersebut mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas keagamaan.

Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang
akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Abu
Bakar ash-Shiddiq di angkat menjadi khalifah karna dipilih oleh rakyat bukan
mencalonkan dirinya sendiri.

Masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak di guncang oleh pemberontakan


orang-orang murtad yang mengaku-ngaku menjadi Nabi dan enggan membayar zakat,
karena hal inilah khalifah lebih memusatkan perhatiannya memerangi para pemberontak,
maka dikirimlah pasukan untuk memerangi para pemberontak ke yamamah, dalam insiden
itu banyak para khufadhil quran yang mati syahid kemudian karena khawatir hilangnya
Al-Quran sayyidina Umar mengusulkan pada khalifah untuk membukukan al-quran,
kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin Tsabit untuk
mengumpulkan semua tulisan alquran, pola pendidikan khalifah Abu Bakar masih seperti
Nabi.
Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar melaksanakan kekuasaannya sebagaimana
pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif
terpusat di tangan Khalifah. Meskipun demikian, khalifah juga melaksanakan hukum.
Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-
sahabat besarnya bermusyawarah,baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.

b. Khalifah Umar Ibnu al-Khathab (13-23 H / 634-644 M)

Dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab


dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang
menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna
kulitnya coklat kemerah-merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah
satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As Siddiq. Beliau di angkat menjadi khalifah karna pilihan dari Abu Bakar ash-
Shiddiq, dan juga tidak mencalonkan dirinya sendiri.

Pada masa umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan
wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa umar bin
Khattab meliputi semenanjung Arabiah, Palestina, Syria, Irak, Persia dan Mesir. Pada hari
Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang
melakukan Shalat Subuh oleh seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-
Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin
Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam
usia 63 tahun.

Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena tidak
hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada. Khalifah
umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu dengan
menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara. Khalifah Umar terkenal seorang yang
sederhana bahkan ia membiarkan tanah dari negeri jajahan untuk dikelola oleh pemiliknya
bahkan melarang kaum muslimin memilikinya, sedangkan para prajurit menerima
tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak.
c. Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M)

Nama lengkapnya ialah Ustman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari pihak
Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat
dekat Nabi. Melalui persaingan ketat dengan ali, tim formatur yang dibentuk oleh Umar
ibn Khaththab akhirnya member mandate kekhalifahan kepada Ustman ibn Affan. Masa
pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman al-Khulafa’
arRasyidin yaitu 12 tahun. Tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya
menjadi saat yang baik dan sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah membagi masa
pemerintahan Ustman ibn Affan menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan
masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan masa
pemerintahan yang buruk.

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap


kepemimpinan Ustman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan
tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya
yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah.

Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman semakin mencekam dan
timbul pemberontakan pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Ustman. Ustman
akhirnya wafat sebagai syahid pada hari jumat tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/ 655 M. ketika
para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Ustman saat membaca al-
Quran. Persis seperti yang disampaikan Rasulullah perihal kematian Ustman yang syahid
nantinya. Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di Madinah.

d. Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M)


Peristiwa pembunuhan Utsman mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia islam
yang waktu Itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang
waktu itu mnguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali Bin Abi thalib
menjadi khalifah. Waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair Bin Awwam dan Thalhah
bin Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat secara massal. Karena khalifah
sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Ali memerintah hanya enam tahun.
Selama masa pemerintahanyya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa
sedikitpun dalam pemerintahannya yang dikatakan stabil.

Persoalan pertama yang dihadapi Ali adalah pemberontakan yang dilakukan oleh
Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, ali tidak mau menghukum para pembunuh
Ustman dan mereka menuntut bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara
zalim. Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu Ali
dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini
disebut sebagai perang Siffin.

Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua bagian, dan
kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok Khawarij (orang-
orang yang keluar). Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju
masjid Kuffah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang tersebut yang
mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-Rahman
ibn Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang wanita,
temannya, yang terbunuh di Nahrawan.

e. Khilafah Bani Umayyah

Pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dari Kekhalifahan Rasyidin,
terjadilah perang saudara antara Ali dengan Muawiyah I di Shiffin.

Perang Shiffin ini diakhiri dengan tahkim atau penyelesaian perkara, yang ternyata
tidak menyelesaikan masalah bahkan menimbulkan perpecahan menjadi tiga golongan
politik, yaitu Muawiyah, Syiah dan Khawarij.
Setelah Ali terbunuh, kepemimpinan sempat dilanjutkan oleh putranya,
Hasan.Namun, setelah beberapa bulan, Hasan mundur dari posisinya demi
mendamaikan kaum muslim yang kala itu sedang dilanda beragam fitnah.

Dengan demikian, dimulailah kekuasaan Bani Umayyah. Oleh karenanya,


sering disebut bahwa Daulat Bani Umayyah itu didirikan dengan kekerasan dan tipu
daya. Bani Umayah juga mengubah pemerintahan yang awalnya demokratis menjadi
monarki (sistem pemerintahan berbentuk kerajaan).

 Masa keemasan Kekhalifahan Bani Umayyah

Setelah resmi menjadi khalifah Bani Umayyah, Muawiyah memindahkan ibu


kota pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Muawiyah kemudian memfokuskan
diri pada perluasan wilayah, hingga akhirnya berhasil menaklukkan seluruh kerajaan
Persia, sebagian Kerajaan Bizantium di Afrika, Khurasan, dan Afganistan.

Bani Umayyah mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Khalifah Al-
Walid I atau Al-Walid bin Abdul Malik yang memimpin pada tahun 705-715 masehi.
Pada masanya, pembangunan tidak hanya difokuskan pada perluasan wilayah, tetapi
juga membangun jalan raya, pabrik, gedung, masjid, dan panti asuhan.

Ilmu agama dan pengetahuan juga berkembang pesat, dan umat Islam hidup
dengan aman, makmur, serta tentram.Pada masa pemerintahan khalifah
setelahnya,ekspansi wilayah Bani Umayyah terus berlanjut.

Selain memelajari ilmu agama, para ilmuwan muslim dari masa Bani Umayyah
juga belajar ilmu bahasa, kesenian, filsafat, geografi, sejarah, kimia, fisika,
kedokteran, dan astronomi.

 Runtuhnya Bani Umayyah


Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor ini antara lain;

1. Sistem pengantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru
bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas
2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik yang terjadi di masa Ali.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia
Utara dan Arabia Selatan yang sudah terjadi sejak zaman sebelum
Islam,semakin meruncing.
4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap
hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup
memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka menguasai.
5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn Adb
Al-Muthalib.

f. Khilafah Bani Abbasiyah

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana


disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas
paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah
ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

 Masa pemerintahan dan pucak keemasan


Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola
pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan
budaya.Kekuasaan dinasti ini berlangsung selama lima abad, yakni dari tahun 132 H
(750 M) sampai 656 H (1258 M).Para ahli biasanya membagi masa pemerintahan Bani
Abbasiyah menjadi lima periode, sebagai berikut.

1. Periode Pertama (750 M-847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (847 M – 945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (945 M – 1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah, disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (1055 M-1194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam
pemerintahan khilafah Abbasiyah, disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua.
5. Periode Kelima (1194 M-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari
bangsa Mongol.

Sementara pemimpin yang berhasil membawa Kekhalifahan Abbasiyah pada


masa keemasannya adalah sebagai berikut.

Al-Mahdi (775-785 M)

Al-Hadi (775- 786 M)

Harun Ar-Rasyid (786-809 M)

Al-Ma’mun (813-833 M)

Al-Mu’tashim (833-842 M)

Al-Watsiq (842-847 M)

Al-Mutawakkil (847-861 M)
Pada masa kepemimpinan Al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat.
Utamanya peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil
pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Selain itu, para pedagang yang
transit dari Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Pada masa khalifah
Harun Ar-Rasyid dan putranya, Al-Ma’mun, kekayaan negara banyak dimanfaatkan
untuk keperluan sosial, seperti mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter,
dan farmasi.

Selama pemerintahannya, Bani Abbasiyah berhasil mengkonsolidasikan


kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan.Faktor yang
paling utama penyebab tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan pada masa Dinasti
Abbasiyah adalah didirikannya tempat-tempat pendidikan, seperti akademi dan
perpustakaan.

Pada masa itu, perpustakaan berperan layaknya universitas pada zaman


sekarang.Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan berada pada zaman keemasannya.Hal tersebut menjelaskan perkembangan
pada bidang ekonomi, pendidikan dan hukum pada masa Dinasti Abbasiyah.Pada masa
inilah negara Islam menempatkan diri sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.

 Masa Kemunduran Daulah Abbasiyah

Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor yang menyebabkan khilafah


Abbasiyah menjadi mundur diantaranya yaitu :

1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-
orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu
pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah
Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu.
Menurut Stryzewska, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia
daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang arab untuk melupakan
Bani Umayyah. Kedua, orang-orang Arab terpecah belah dengan adanya ‘ashabiyyah
kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ‘ashabiyah
tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka


menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu,
bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah ras
istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.

2. Kemerosotan Ekonomi

Abbasiyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan


kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas
merupakan pemerintahan yang kaya.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun


sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu
disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan
yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti –
dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan,
pengeluaran membengkak disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah dan para pejabat melakukan korupsi.

3. Konflik Keagamaan

Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-


cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Munculnya
gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah.
Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang
sangat sederhana seperti, polemik tentang ajaran sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah di kedua belah pihak.

Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di


balik ajaran Syi’ah sehingga banyak aliran Syi’ah yang dipandang ekstrim dan dianggap
menyimpang oleh penganut Syi’ah sendiri. Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak
terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi
juga antar aliran dalam Islam. Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai
pembuat bid’ah oleh golongan salaf.

4. Ancaman dari Luar

Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan


akhirnya hancur. Pertama, Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode
dan menelan banyak korban. Mongol Kedua, serangan tentara ke wilayah kekuasaan
Islam sebagaimana telah disebutkan orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut
berperang setelah Paus Urbanus II (1088 – 1099 M) mengeluarkan fatwanya.

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan

Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin pengganti Rosulullah dalam mengatur


kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan
benar dan selalu mendapat petunjuk dari Allah. Tugas Khulafaur Rasyidin adalah
menggantikan kepemimpinan Rosulullah dalam mengatur kehidupan kaum muslimin.
Dalam kepemimpinan Abu Bakar, beliau melaksanakan kekuasaannya sebagaimana pada
masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan Legislative, eksekutif, dan yudikatif terpusat
di tangan Khalifah. Meskipun demikian, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun
demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat
besarnya bermusyawarah. Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan
peraturan, karena tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan
yang telah ada. Khalifah umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam
kekuasaan yaitu dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara. Khalifah
Umar terkenal seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah dari negeri jajahan
untuk dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya,
sedangkan para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak.

Daftr pustaka
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban islam. Depok: PT RajaGrafindo Persada,jakarta,2016

Roselani,Nadia.”peradaban Islam masa khalifah arRasyidin”Volume 05, No. 02, Januari-


Febuari 2023.

Man, yovenska L.” Pemerintahan dan Politik Islam “.Vol. 4, No. 2, 2019

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/182951479/kekhalifahan-abbasiyah-
sejarah-masa-keemasan-dan-akhir-kekuasaan

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/20/140841179/kekhalifahan-bani-umayyah-
masa-keemasan-dan-akhir-kekuasaan

Anda mungkin juga menyukai