Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

            Penulis Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tugas “Analisa tanaman
padi” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah salah satu tugas dari
keperawatan komunitas.
            Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang
mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan
maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun sehingga dalam pembuatan tugas berikutnya dapat diperbaiki serta
ditingkatkan kualitasnya.
            Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lampoh Keude ,25 Juni 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
A. Padi................................................................................................................3
a) Penyiapan lahan...................................................................................5
b) Pemilihan benih...................................................................................5
c) Penyemaian..........................................................................................5
d) Cara Tanam..........................................................................................5
e) Pemupukan..........................................................................................5
f) Pengendalian hama dan Penyakit........................................................6
g) Pemanenan...........................................................................................6
BAB III METODE PRAKTIKUM........................................................................7
1. Waktu dan Tempat........................................................................................7
2. Alat dan Bahan..............................................................................................7
3. Cara Kerja.....................................................................................................7
4. Pembahasan...................................................................................................8
BAB IV PENUTUP................................................................................................12
Kesimpulan .................................................................................................12
Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar
dari pemerintah Indonesia karena peranannya yang sangat penting dalam rangka
pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi
bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan
kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian
besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
tinggi dan memberikan devisa bagi negara. Sektor ini memegang peranan penting
dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia khususnya pada tanaman
pangan yaitu padi.
Padi bukan hanya sekedar komoditas pangan, tetapi juga merupakan
komoditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan
sosial yang tinggi di Indonesia. Besarnya kebutuhan masyarakat akan beras
membuat tanaman padi sebagai penghasil beras menjadi komoditas yang terus
diusahakan dan dikembangkan guna mencukupi kebutuhan pangan. Demikian
tergantungnya penduduk Indonesia pada beras. Sedikit saja terjadi gangguan
produksi beras maka pasokan menjadi terganggu dan harga jual meningkat.
Indonesia menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk
sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar. Oleh karena itu, kebijakan
ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian.
Sebagai sumber makanan pokok penduduk Indonesia bahkan Asia, padi
merupakan komoditas paling penting. Komoditas ini memiliki pengaruh jamak.
Tidak hanya secara teknis menjadi perhatian dari kementerian pertanian, tetapi
padi juga menjadi konsennya banyak pihak lain. Komoditas ini dapat meng-
guncangkan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan pemerintahan bila tidak cukup
tersedia atau harga tidak terjangkau. Oleh karenanya, pemerintah sangat
berkepentingan menjaga kecukupan bahan pangan yang satu ini.
Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air.
Konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian terutama di Jawa

1
menyebabkan produksi pertanian semakin sempit. Tantangan lain dalam budidaya
padi sawah adalah perubahan cuaca di Indonesia mengalami perubahan yang
cukup dinamis. Salah satu kondisi yang dirasakan adalah semakin meningkatnya
suhu udara dan tidak seimbangnya jumlah air di musim kemarau dan musim
hujan. Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran
di musim hujan. Suhu yang makin tinggi berpengaruh pada peningkatan evaporasi
dan evapotranspirasi pada akhirnya menipisnya ketersediaan air. Sementara itu,
petani tidak cukup mampu beradaptasi terhadap perubahan cuaca yang ditandai
dengan tidak berubahnya pola penggunaan air pada padi sawah yang makin
terbatas jumlahnya.
Sektor pertanian dalam menghadapi tantangan tersebut dapat dilakukan
dengan meningkatan efisiensi pertanaman melalui melakukan budidaya tanaman
padi yang tepat dan benar. Budidaya tanaman padi mulai dari penyiapan benih,
penyemaian, pemindahan bahan tanam, penanaman, perawatan, hingga
pemanenan. Budidaya antara padi sawah dan padi gogo berbeda. Kedua jenis padi
tersebut mengharuskan kondisi lahan yang berbeda dimana tanaman padi sawah
membutuhkan banyak air pada saat pertumbuhannya. Sebaliknya, tanaman padi
gogo tumbuh pada lahan yang tidak banyak airnya atau lahan kering.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan pengetahuan dalam hal
penanamanbudidaya tanaman padi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan produksi padi sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih
optimal. Pengetahuan tentang syarat tumbuh juga dibutuhkan karena tanpa
memenuhi syarat-syarat pertumbuhan tersebut, tanaman padi tidak akan dapat
tumbuh dengan baik.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman padi.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen
budidaya yang baik bagi tanaman padi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Padi
Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah
Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah
tertentu (Marlina, et al., 2012). Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia (Jamilah dan Safridar,
2012). Padi merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang sangat
memegang peran penting di dalam kehidupan perekonomian di Indonesia
(Suardana, et al., 2013). Menurut Kaihatu dan Marietje (2011), padi merupakan
tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, berperan penting
terhadap pencapaian ketahanan pangan, dan memberikan kontribusi besar
terhadap produk domestik bruto nasional.
Upaya yang dapat digunakan dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman padi sawah adalah dengan menciptakan lingkungan tumbuh
yang optimal bagi pertumbuhan. Teknologi yang diterapkan tidak hanya
berorientasi pada peningkatan hasil, tetapi juga menekankan efisiensi penggunaan
sarana produksi. Komponen paket teknologi produksi padi yang diharapkan dapat
meningkatkan produksi dan efisiensi usaha tani adalah sistem tanam benih
langsung atau tabela. Penerapan tabela dilahan sawah dapat meningkatkan
produksi karena penanaman dapat dilakukan tiga kali dalam setahun (Lita dkk.,
2013).
Teknologi budidaya tanaman padi yang dapat diterapkan adalah sistem
tanaman SRI. SRI (System of rice intensification) merupakan suatu metode
budidaya yang dapat tahan dibawah tekanan kekeringan dan penanaman bibit padi
pada usia 10-15 hari dengan jarak 25 x 25 cm. Padi tidak tumbuh pada lahan yang
digenangi namun pada kondisi yang lembab dengan irigasi berselang (Tann et al.,
2012). SRI (System of rice intensification) dapat diaplikasikan tanpa masalah
dalam usaha tani tadah hujan dalam dua situasi. Situasi yang pertama
membutuhkan curah hujan yang teratur dan cukup untuk setengah bulan sampai
akar tanaman yang tumbuh cukup untuk menahan kekeringan. Situasi yang kedua
perluasan sistem irigasi yang mampu menggunakan curah hujan dalam periode

3
yang cukup (Laulane, 2011). Metode SRI memiliki keunggulan dalam
menghemat air. SRI mengusulkan penggunaan bibit muda tunggal dan hidup pada
kondisi aerobik. SRI telah dipromosikan sebagai praktek manajemen ekonomi
untuk budidaya padi yang meningkatkan hasil dan mengurangi penggunaan air
(Kumar et al., 2013).
Teknologi budidaya tanaman padi lainnya yaitu dapat menerapkan sistem
tanam jajar legowo. Jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam
padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di
masyarakat. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada
setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir.
Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman
yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat
dikurangi (Anggraini dkk., 2013).
Sistem budidaya tanaman padi di Indonesia secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua yaitu padi sawah dan padi gogo. Pada sistem sawah,
tanaman padi sepanjang hidupnya slalu tergenang oleh air. Sebaliknya, pada
sistem gogo, tanaman padi ditumbuhkan tidak dalam kondisi tergenang.
Kombinasi kedua sistem ini dikenal sebagai gogo rancah, yaitu padi ditanam saat
awal musim hujan pada petakan sawah, kemudian secara perlahan digenangi
dengan air hujan seiring dengan makin bertambahnya curah hujan (Prasetio,
2002). Tanaman padi dapat dikembangkan secara langsung baik dengan benih
maupun dengan benih yang disemai menjadi bibit. Benih yang digunakan terlebih
dahulu disemai selama 21 -28 hari, kemudian dicabut dan ditanam diareal yang
telah disiapkan. Sementara padi gogo menggunakan benih yang ditanam langsung
tanpa disemai. Upaya untuk mempercepat perkecambahan yaitu dengan terlebih
dahulu benih direndam dalam air selama 2 x 24 jam (Purwono dan Purnamawati,
2007).
Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), teknologi padi sawah di
Indonesia relatif lebih maju dibandingkan padi gogo. Produktivitas padi sawah
kini berkisar 4,5-6 ton/ha, sedangkan padi gogo hanya 1-2 ton/ha. Ciri khusus
budidaya tanaman padi sawah adalah penggenangan selama pertumbuhan

4
tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur.
Teknik budidaya tanaman padi diantaranya yaitu :

a. Penyiapan lahan
Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum
penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, penggaruan, dan
perataan. Tujuan dari pengolahan tanah yaitu untuk memberikan media
pertumbuhan padi yang optimal dan gulma dapat dibenamkan dengan
sempurna.
b. Pemilihan benih
Benih yang disarankan adalah yang bersertifikat, bebas dari hama dan
penyakit, tidak kopong, dan warnanya murni. Kebutuhan benih berkisar 20-25
kg/ha.
c. Penyemaian
Lokasi persemaian diusahakan pada tanah subur dengan intensitas cahaya
matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi
20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk
menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi
pagar plastik. Berikan pupuk NPK sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih
padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar. Bibit padi siap pindah
tanam saat berumur 18 hari.
d. Cara Tanam
Saat penanaman kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-
macak. Jarak tanam yang dianjurkan 25 x 25 cm atau 30 x 15 cm. Bibit yang
ditanam berkisar 3 batang per lubang.
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan hasil panen padi yang
maksimal. Pemupukan dimuali saat padi berumur tujuh hari setelah tanam
dengan 150 kg/ha NPK 15-15-15 dan 50 kg/ha urea. Saat padi berusia 20 hari
setelah tanam, pemupukan dilakukan dengan jenis dan jumlah yang sama.
Ketika padi berumur 35 hari setelah tanam, pemupukan hanya dilakukan
dengan memberi 250 kg/ha pupuk NPK 15-15-15.

5
f. Pengendalian hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi sangat mempengaruhi
sebagian besar berhasil tidaknya dalam budidaya padi. Pengendalian tersebut
diharapkan dapat mengurangi resiko gagalnya pbudidaya tanaman padi dan
diharapkan pertumbuhan tanaman padi tetap optimal.
g. Pemanenan.
Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk.
Sementara untuk mendapat hasil padi yang berkualitas tinggi perlu disukung
dengan waktu panen yang tepat, cara panen yang benar serta penanganan
pascapanen. Panen yang terlalu cepat maupun terlalu lambat dipanen dapat
menyebabkan penurunan kualitas gabah karena banyaknya butir hijau dan
kapur. Gabah yang memiliki terlalu banyak butir kapur memiliki rendemen
yang rendah dan menghasilkan dedak yang banyak. Gabah yang terlambat
dipanen menyebabkan gabah rontok karena terlalu masak (Prasetio, 2002).
Pandey and Tiwari (2012) menjelaskan bahwa panen dengan tepat waktu dapat
mencegah terjadinya kerugian dalam hasil karena penumpahan butir. Panen
dapat dilakukan sejak 30-35 hari setelah berbunga ketika batang masih dalam
keadaan hijau untuk menghindari kehilangan butir. Kadar air padi harus 20-
24% pada saat panen. Pengeringan secara bertahap dibawah teduh sampai
kadar air antara 12-14% yang menjamin kualitas yang lebih baik pada saat
pengilingan dan penyimpanan. Varietas hibrida dapat menghasilkan 1,0-1,5 ton
per hektare.

Urea merupakan unsur utama yang banyak diperlukan untuk padi


terutama varietas unggul dengan teknik bercocok tanam intensif. Pupuk N mudah
mengalami pencucian sehingga aplikasinya dilapang efesiensi pupuk N hanya
sekitar 30-40 % dari jumlah pupuk yang diberikan (Jamilah dan Safridar, 2012).
Pupuk hayati seperti rhizobium, azotobacter dan azospirillum telah lama
dimanfaatkan dan merupakan pupuk organik ramah lingkungan dan lebih
ekonomis dibanding pupuk kimia. Penggunaan pupuk biologis atau hayati
merupakan upaya efisiensi penggunaan pupuk nitrogen pada pertanaman padi
dengan tetap meningkatkan produksi (Syaiful dkk., 2013).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata praktikum Budidaya Tanaman Pangan acara
“Budidaya Tanaman Padi” dilaksanakan pada Sabtu, 03 Oktober 2015 mulai
pukul 10.00-12.00 WIB bertempat di Desa .

2. Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis

3.2.2 Bahan
1. Areal pertanaman padi
2. Kuisioner

3. Cara Kerja
1. Mahasiswa menetukan lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan
sebagai areal observasi lapang budidaya padi.
2. Kegiatan Observasi Lapang Budidaya Padi dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang terdapat di Quisioner
3. Mahasiswa wajib mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.
4. Setelah kegiatan observasi selesai, mahasiswa diharuskan membuat laporan
tertulis.
5. Laporan tertulis yang telah dibuat oleh mahasiswa setelah kegiatan observasi.

7
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa teknik
pra tanaman padi yang telah dilakukan diantaranya yaitu pengolahan tanah,
penyiapan benih padi dan penyemaian benih. Pengolahan tanah dilakukan ketika 4
minggu sebelum penanaman. Teknik pengolahan tanah yang digunakan yaitu
dengan cara dibajak dengan menggunakan traktor dimana tanah dibolak-balik.
Selain dengan menggunakan traktor, petani juga mengolah tanah khususnya di
bagian pinggir lahan dengan menggunkan cangkul. Teknik pra tanaman padi
lainnya yaitu penyiapan benih. Varietas padi yang ditanam yaitu pandan wangi.
Petani menggunakan bahan tanam sendiri maksudnya yaitu petani tidak membeli
bibit di toko pertanian melainkan membuat bibit sendiri. Benih yang digunakan
yaitu berasal dari hasil panen tanaman padi sebelumnya. Penyiapan benih yang
dilakukan oleh petani yaitu diawali dengan memilih benih yang memenuhi
beberapa persyaratan benih bermutu. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan
bedengan tepatnya di dekat lahan yang digunakan sebagai tempat penyemaian
benih. Umur pemindahan bibit yang siap ditanam ke lahan produksi yaitu sekitar
25 hari setelah penyemaian. Adapun ciri-ciri dari bibit yang siap ditanam yaitu
berumur 25-30 hari dan jumlah daunnya 3-4 helai.
Apabila dibandingkan dengan literatur yang ada maka tahapan teknik pra
tanam tanaman padi yang telah dilakukan petani sudah benar atau tepat. Menurut
Purwono dan Purnamawati (2007) menyatakan bahwa teknik budidaya tanaman
padi diawali dengan beberapa tahapan sebelum dilakukan penanaman padi pada
lahan produksi. Tahapan tersebut meliputi pengolahan lahan, penyiapan benih bila
menggunakan benih sendiri dan juga persemaian benih. Namun waktu
pemindahan bibit yang dilakukan oleh petani tidak singkron dengan keterangan
waktu pemindahan bibit yang terdapat pada literatur. Menurut Purwono dan
Purnamawati (2007), waktu pemindahan bibit yang terdapat pada literatur yaitu
saat berumur 18 hari sedangkan menurut Bobihoe (2007), waktu pemindahan bibit
berumur sekitar 15-21 hari (4 helai daun). Adapun petani sendiri memindahkan
bibit ketika berumur 25 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu yang
dilakukan petani dalam memindahkan bibit lebih lama dibandingkan yang
disebutkan dalam literatur. Muyassir (2012) menjelaskan bahwa umur bibit saat

8
pemindahan ke lahan produksi berpengaruh terhadap hasil produktivitas tanaman
padi. Berikut data yang menjelaskan tentang pengaruh umur bibit terhadap hasil
produksi padi, yaitu :
Tabel 1. Pengaruh Umur Pemindahan Bibit Terhadap Jumlah Gabah Per Malai,
Persentase Gabah Hampa, Bobot 1000 Butir dan Hasil Produksi Gabah.

Sumber: Muyassir (2012)


Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa umur pemindahan bibit
sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi khususnya hasil produksi
gabah. Umur bibit 8 hari di persemaian dapat memberikan hasil padi tertinggi
yaitu 8,01 ton per hektar dan berbeda nyata dengan hasil pada pada umur bibit 16
hari yakni 7,66 ton per hektar. Berdasarkan fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa
umur bibit sampai 8 hari lebih baik terhadap produksi padi sawah dibandingkan
umur bibit lebih dari 8 hari di persemaian. Muyassir (2012) menambahkan bahwa
pemindahan bibit ke lapangan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
akar, sehingga pada waktu pemindahan bibit tidak terjadi kerusakan akar, apabila
akar mengalami kerusakan maka untuk pertumbuhan awal bibit memerlukan
waktu penyembuhan padahal anakan maksimum terjadi sampai pada batas umur
49-50 hari setelah semai serta perkembangan akar umumnya akan terhenti pada
umur 42 hari setelah semai. Oleh karena itu, apabila waktu pemindahan bibit ke
lapangan di perpanjang maka kesempatan untuk berkembangnya anakan menjadi
semakin pendek, sehingga anakan yang dihasilkan juga semakin sedikit.
Teknik penanaman yang dilakukan oleh petani yaitu pola tanamnya
monokultur. Petani hanya melakukan pergiliran tanaman padi dengan tanaman
padi dalam satu tahun atau dalam tiga kali musim tanam hanya menanam tanaman
padi saja. Petani tidak menerapkan budidaya tumpang sari atau yang lainnya.
Petani tersebut menjelaskan bahwa beliau hanya ingin menanam tanaman padi
saja karena menurutnya padi atau beras setiap saat dibutuhkan oleh masyarakat
sebagai kebutuhan pangan dibandingkan tanaman lainnya. Penanaman tanaman
padi di lahan produksi ketika bibit padi berumur 25 hari tepatnya pada bulan Juni

9
2015. Sistem budidaya yang diterapkan adalah sistem budidaya konvensional
dimana petani masih menggunakan sistem tanam tegel. Jarak tanam padi yang
digunakan yaitu 20 x 20 cm. Jumlah bibit perlubang tanam sekitar 3-4 bibit.
Petani menanam padi dengan cara manual tanpa menggunakan alat atau mesin
apapun.
Petani dalam memilih benih tidak sembarangan dimana benih yang
dipilih yaitu yang memenuhi beberapa persyaratan. Syarat-syarat benih yang
dipilih diantaranya yaitu benih tidak kopong, warna putih bersih dan daya
berkecambah tinggi. Adapun jarak tanam yang digunakan oleh petani adalah
sistem tanam tegel yaitu 20 x 20 cm. Pemilihan benih tersebut dapat
mempengaruhi produktivitas dari tanaman padi. Benih yang unggul berperanan
penting dalam peningkatan hasil, perbaikan dan diversifikasi mutu, dan penekanan
kehilangan hasil karena gangguan hama, penyakit, maupun cekaman lingkungan
(Hanum, 2008). Selain itu, jarak tanam juga mempengaruhi produktivitas tanaman
padi. Berikut data yang menjelaskan pengaruh jarak tanam terhadap hasil
produksi, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Rata-Rata Persentase Gabah Hampa,
Bobot 1000 Butir dan Produksi Padi.

Sumber: Muyassir (2012)


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pemilihan jarak tanam
sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi terutama hasil produksi
gabah. Hasil produksi gabah per hektar menunjukkan perbedaan yang nyata antara
jarak tanam 20 x20 cm, 25 x 25 cm dan 30 x 30 cm. Penggunaan jarak tanam 20
x20 cm menunjukkan hasil produksi gabah terendah diantara kedua macam jarak
tanam lainnya yaitu sekitar 7,76 ton/ha. Penggunaan jarak tanam 20 x20 cm
menunjukkan hasil produksi gabah tidak terlalu berbeda jauh dengan jarak tanam
20 x20 cm yaitu sekitar 7,68 ton/ha. Adapun penggunaan jarak tanam 30 x 30 cm
menunjukkan hasil produksi gabah yang tertinggi yaitu sekitar 8,12 ton/ha. Hal ini

10
menunjukkan bahwa jarak tanam yang rapat cenderung menekan produksi padi
sawah dan jarak tanam padi sampai 30 x 30 cm dapat menghasilkan gabah
tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam lainnya. Uraian tersebut sesuai dengan
fakta yang ada dilapang dimana petani dengan menggunakan jarak tanam 20 x 20
cm, petani hasil produksinya sekitar 7,5 ton/ha.
Salah satu pemeliharaan tanaman padi yang dilakukan oleh petani yaitu
pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu musim tanam yaitu ketika
7 HST (hari setelah tanam) dan pada waktu pengisian bulir. Jenis pupuk yang
digunakan diantaranya yaitu aurea, ZA, dan Phonska. Adapun dosis yang
digunakan oleh petani yaitu Urea 50 kg/ha, ZA 50 kg/ha, dan Phonska 50 kg/ha.
Adapun standar pemupukan tanaman padi berdasarkan status hara tanah menurut
Kementrian Pertanian diantaranya yaitu :
Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Pada Tanaman Padi Sawah Dengan Pupuk
Majemuk Berdasarkan Status Hara Tanah.

Sumber: Apriyantono (2007)


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dosis pemupukan yang
dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh
pemerintah. Petani hanya menggunakan dosis yang terlalu tinggi dan sama pada
semua jenis pupuk baik Urea, ZA dan Phonska yaitu 50 kg/ha. Padahal kebutuhan
tanaman padi akan pupuk berbeda-beda dari setiap jenis pupuk pada setiap fase
pertumbuhannya. Pemerintah menetapkan beberapa macam dosis pemupukan
yang berbeda berdasarkan status hara pada tanah. Hal ini disebabkan ketersediaan
hara pada tanah mempengaruhi kebutuhan tanaman akan pupuk yang akan
diaplikasikan. Misalnya pada kelas status hara P dan K yang sedang dosis
pemupukan yang digunakan yaitu 25 kg/ha dan SP-36 25 kg/ha.

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teknik pra tanam tanaman padi yang telah dilakukan petani meliputi
pengolahan tanah, pemilihan benih dan penyemaian benih.
2. Teknik penanaman yang dilakukan oleh petani yaitu menggunakan pola tanam
monokultur, sistem budidaya konvensional dan sistem tanam tegel (20 x20
cm).
3. Pemilihan benih dan penggunaan jarak tanam yang telah dilakukan oleh petani
berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi terutama pada hasil produksi
gabah.
4. Dosis pemupukan yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan standart
yang ditetapkan oleh pemerintah.

B. Saran
Praktikum telah berjalan dengan lancar, namun sebaiknya daerah
praktikum jangan terlalu jauh-jauh sehingga proses wawancara dapat lebih
maksimal karena kendala waktu praktikum berbenturan dengan jadwal kuliah.
Praktikan kesulitan dalam membagi waktu untuk melakukan wawancara karena
setiap praktikan memiliki jadwal kuliah yang berbeda-beda.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi
Tanaman, 1 (2): 52-60.

Apriantono, A. 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, Dan K Pada Padi Sawah


Spesifik Lokasi. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Bobihoe, J. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Jambi:


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Jamilah dan N. Safridar. 2012. Pengaruh Dosis Urea, Arang Aktif dan Zeolit
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Agrista,
16 (3): 153-162.

Kaihatu,S.S., Marietje, P. 2011. Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi


Sawah Di Morokai. Agrivigor, 11(2) : 178-179.

Kumar, M., R. Rao, Samosekhar, Surekha, Padmavathi, S. Prasad, R. Bubu, S.


Rao, Latha, Sreedevi, Rachandraman, Muthuraman, Gopalakrishnan, V.
Goud, Viraktamath. 2013. SRI-A Method for Sustainable Intensification
of Rice Production with Enhanced Water Productivity. Agrotechnol,
11(9): 1-6.

Laulanie, H. D. 2011. Intensive Rice Farming in Madagascar. Tropicultura,


29(3): 183-187.

13
Lita, T. N., S. Soekartomo., dan B. Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem
Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)
di Lahan Sawah. Produksi Tanaman, 1(4): 361-368.

Marlina, et al. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran
Pupuk Organik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice
Intensification (SRI) di Lahan Pasang Surut. Lahan Suboptimal, 1(2) :
138-139.

Pandey, P.and D. K. Tiwari. 2012. Modern techniques and agronomic packages


for hybrid rice cultivation in India. Bioflux Society, 49(1): 17-21.

Prasetiyo, Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta :


Kanisius.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.


Jakarta : Penebar Swadaya.

Suardana, et al. 2013. Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Dengan Pola Jajar Legowo Di Desa Laantula Jaya Kecamatan Witaponda
Kabupaten Morowali. Agrotekbis, 1(5) : 477-478.

Syaiful, S. A., N. S. Sennag dan M. Yasin. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi
Hibrida pada Pemberian Pupuk Hayati dan Jumlah Bibit Per Lubang
Tanam. Agrivigor, 11(2): 202-213.

Tann, H., C. Makhonpas, A. Utthajadee, and K. Soytong. 2012. Effect of Good


Agricultural Practice and Organic Methods on Rice Cultivation under the
System of Rice Intensification in Cambodia. Agricultural Technology,
8(1): 289-303.

14

Anda mungkin juga menyukai