KELOMPOK 2
ALFONSUS RODRIQUES ELO
MARIA GRADIANA TIA
YOHANA DIANE HAMUNG
ANJELINA ASNA NABU
MARIA VENISA DIAS
Puji syukur kepada Allah yang maha kuasa yang telah memberikan berkatnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ SUMBER DAYA
PERTANIAN DI INDONESIA ” pada tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami dan
menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami masih banyak kekurangannya
oleh karen itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
sangat kami harapkan.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun
para pembaca sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
1.3. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. PENGERTIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN ..............................................3
2.2. KONDISI SUMBER DAYA PERTANIAN DI INDONESIA.............................4
2.3. TANTANGAN STRATEGI PEMBANGUNAN
PERTANIAN DI INDONESIA............................................................................5
2.4. KERAGAMAN POTENSI PERTANIAN DAERAH..........................................6
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur dan potensi
penting dalam pembangunan yang berasal dari manusia dengan segala aktivitasnya. Dalam
tinjauan segi ekonomis, sumber daya manusia dimaksudkan sebagai semua kegiatan manusia
yang produktif dalam mengembangkan dan memanfaatkan semua potensinya untuk
memberikan sumbangan yang produktif kepada masyarakat. Menurut Soetomo (2009:221),
pemanfaatan sumber daya manusia dalam proses pembangunan masyarakat pada dasarnya
menyangkut dua hal yaitu (1) peningkatan serta pengembangan kualitas dan (2)
pemanfaatannya melalui berbagai peluang, aktivitas, dan usaha dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Peningkatan dan pengembangan kualitas
dimaksudkan untuk menambah potensi dan kemampuan sumber daya manusia tersebut,
sehingga lebih mampu berperan sebagai subjek dan objek pembangunan. Tersedianya
peluang dalam bentuk berbagai usaha dan aktivitas dimaksudkan untuk mengubah sumber
daya potensial menjadi aktual dan produktif. Dalam pemanfaatan sumber daya manusia juga
membutuhkan adanya peluang dan kesempatan untuk berusaha dan beraktivitas agar potensi
yang dimiliki oleh setiap manusia mampu terlaksana secara nyata.
Indonesia memiliki kekayakaan sumber daya alam hayati tropika yang sangat
melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut berasal dari berbagai sektor, diantaranya;
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan perairan. Indonesia juga
dikenal sebagai negara agraris, dengan fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia
sumber penghasilannya adalah berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian dapat dikatakan
sebagai salah satu pilar utama penunjang perekonomian di Indonesia. Hal itu dikarenakan
letak Negara Indonesia yang strategis, yakni berada pada garis khatulisiwa dan mempunyai
iklim tropis, sehingga Indonesia memiliki potensi pertanian yang terbilang sangat baik. Di
samping itu, Negara Indonesia juga didukung oleh kekayaan sumber daya alam yang sangat
melimpah dan kondisi lingkungan yang cukup baik (Saragih & Tinaprilla, 2017).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangunan pertanian dapat dimaknai sebagai suatu proses yang memiliki tujuan
untuk menambah hasil produksi pertanian pada setiap pelaku ekonomi (produsen) yakni
petani. Pertambahan hasil pertanian pada akhirnya akan mempengaruhi peningkatan
produktifitas dan pendapatan petani (Mosher, 2002).
3
B. KONDISI SUMBER DAYA PERTANIAN DI INDONESIA
Pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam sistem perekonomian Indonesia.
Kondisi iklim dan sumber daya alam yang mendukung juga membuat pertanian di Indonesia
mengalami kemajuan seiring berjalannya waktu. Sejak masih dikerjakan manual
menggunakan tenaga hewan dan manusia, hingga kini menggunakan alat-alat canggih.
4
C. TANTANGAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA
Masalah yang pertama dan paling terlihat saat ini adalah kurangnya minat generasi muda
untuk terjun ke sektor pertanian. Pada praktiknya, Sobat Honda mungkin akan melihat lebih
banyak orang tua yang bekerja mengurus lahan persawahan. Rata-rata petani saat ini
sebanyak 61% berusia lebih dari 45 tahun.
Para petani yang berpengalaman dengan usia yang lebih tua mampu menghasilkan puluhan
ton hasil panen dengan kualitas yang unggul dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
luas.
Bayangkan jika para generasi muda turut andil dalam pengelolaan lahan pertanian dengan
ilmu yang lebih mumpuni, tentu hal ini akan memengaruhi pasokan kebutuhan hasil panen
yang lebih besar dan kualitas yang lebih baik pula. Bagaimana solusinya? Hal yang paling
tepat adalah menyadari pentingnya mewujudkan ketahanan pangan bangsa melalui hasil tani.
Pilihan menjadi petani muda tentu perlu dimulai dari niat dan keinginan dalam hati terlebih
dahulu. Selain itu, adanya program modernisasi pertanian juga menjadi ide cemerlang untuk
mengubah citra pertanian menjadi sebuah bisnis yang menarik bagi seluruh usia.
Berbicara soal masalah pertanian, Sobat Honda tidak bisa melupakan stigma pertanian di
mata masyarakat luas. Sebagian besar berpikir bahwa sektor ini tidak menghasilkan
keuntungan apa pun, kotor, hingga merasa jijik sebab harus berurusan dengan tanah basah
dan pupuk. Banyak pula yang menganggap bahwa petani hanya bekerja mencangkul dan
mengamati saja.
Pandangan masyarakat terhadap petani tersebut hadir karena melekatnya citra petani sebagai
pekerjaan yang hanya dilakukan oleh kalangan kelas menengah ke bawah. Padahal, tak
sedikit petani yang memiliki tanah luas dengan hasil panen yang besar dan menguntungkan.
Hal yang menjadi masalah cukup besar bagi petani adalah sistem penjualan yang terkadang
merugikan petani, tetapi menguntungkan para distributor. Padahal hampir sebagian besar
hasil pertanian dirawat dan dipanen oleh petani dengan berbagai risikonya seperti wabah
penyakit tanaman, cuaca, dan masih banyak lagi.
5
Hal ini yang semakin mendorong banyak orang untuk tidak memilih pekerjaan sebagai
petani. Oleh sebab itu, perlu adanya pemotongan rantai sistem penjualan yang menjatuhkan
harga panen. Mulai dengan membelinya dengan harga yang wajar dan menjualnya dengan
total keuntungan yang wajar pula. Jadi tidak ada lagi pihak yang akan dirugikan sebab
seluruhnya memiliki bagian keuntungan yang hampir setara.
Dalam dunia pertanian, tidak hanya dibutuhkan ketersediaan lahan saja tetapi juga bibit,
pupuk, alat pertanian, dan masih banyak lagi. Tidak semua petani memiliki besaran modal
yang cukup untuk menutupi segala kebutuhan pertaniannya.
Namun, bukannya mudah, justru lebih sulit bagi petani mendapatkan bantuan modal usaha
sebab usaha tani dianggap tidak dapat memberikan kepastian pendapatan dan bergantung
pada kondisi cuaca. Jadi sebagian besar kreditur cenderung menolak memberikan dananya
pada para petani.
Tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini banyak petani di Indonesia yang melakukan
pengolahan lahan pertanian berdasarkan naluri dan pengalamannya saja. Bukan tidak baik,
hanya saja hal ini akan lebih baik jika sektor pertanian dikelola dengan ilmu yang mumpuni
dan bekal pengetahuan yang lebih luas tentang pertanian.
Sebagai contoh, Sobat Honda mungkin perlu mengenal porsi pupuk yang sesuai dengan
takaran angka yang pasti dan perbandingan yang tepat. Hal ini juga berlaku pada pemilihan
benih. Untuk menghasilkan produk tani yang berkualitas, tentu dibutuhkan benih yang
berkualitas juga. Jika memungkinkan, sangat disarankan untuk memilih benih yang
bersertifikat.
Solusi yang tepat mengenai kurang tepatnya teknik budidaya pertanian ini adalah melakukan
program pengenalan dan informasi seputar teknik pertanian agar meningkatkan pengetahuan
petani yang sebelumnya tidak menerima cukup ilmu pada berbagai teknik. Belakangan ini,
program ini diketahui telah berjalan meskipun belum menjangkau seluruh daerah.
Kecilnya pendapatan yang diterima petani tetapi diikuti dengan peningkatan biaya hidup
sehari-hari membuat banyak petani lebih memilih untuk menjual sawahnya. Umumnya lahan
6
sawah yang dijual akan dialih fungsikan menjadi bangunan yang bisa berupa rumah, ruko,
gedung, atau bangunan lainnya.
Memiliki produktivitas yang tidak terlalu besar dengan lahan yang semakin lama menjadi
semakin sempit menyebabkan perekonomian para pelaku usaha tani menjadi semakin
menipis. Hal ini tentunya memengaruhi jumlah panen yang didapatkan sebab jika umumnya
petani dapat menghasilkan produk panennya dalam jumlah besar, menyempitnya lahan
membuat hasil panen menjadi lebih sedikit.
7. Kekeringan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masalah umum yang terjadi pada sektor pertanian
paling besar dipengaruhi oleh cuaca. Sebab tak hanya hasil panen yang berkualitas buruk atau
gagal panen saja, lahan pertanian juga akan berdampak. Ketika musim hujan, banyaknya
pasokan air yang masuk bisa menyebabkan beberapa jenis tanaman menjadi mati dan tidak
layak panen.
Sama halnya ketika kemarau datang dan menyebabkan kekeringan. Berbagai bahan makanan
pokok masyarakat saat ini sebagian besar membutuhkan pasokan air yang cukup agar dapat
dipanen dan dijual kembali. Apabila kekeringan terjadi, maka tandanya besar kemungkinan
hasil panen akan gagal.
Siapa yang akan dirugikan? Ternyata bukan hanya petani saja, tetapi masyarakat umum juga
akan semakin sulit mendapatkan bahan pangan dengan harga yang normal. Saat kekeringan
di lahan persawahan terjadi solusi paling tepat adalah melakukan pompanisasi.
7
pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian
modern, dan gerakan tiga kali ekspor. Kementerian Pertanian salah satunya akan
mengembangkan Lahan Rawa di Kalimantan Tengah menjadi areal tanam padi, jagung,
bawang merah, dan cabai di tahun 2022 ini. Kementan mendorong diversifikasi pangan lokal
berbasis kearifan lokal, seperti ubi kayu, sagu, pisang, kentang, hinga sorgum. Sementara
untuk menjaga stabilitas pangan, Kementerian Keuangan pun menyiapkan anggaran untuk
menunjang ketahanan pangan Indonesia.
Sensus Pertanian 2013 mencatat bahwa sebagian besar rumah tangga usaha perkebunan di
Sumatera mengusahakan tanaman tahunan. Terdapat sekitar 4,56 juta rumah tangga yang
mengusahakan tanaman tahunan, sementara yang mengusahakan tanaman semusim hanya sekitar
39,16 ribu rumah tangga. Sebagian besar rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan di
Sumatera mengusahakan tanaman karet. Terdapat sekitar 2,0 juta rumah tangga yang
mengusahakan tanaman karet. Jumlah ini relatif besar, dan merupakan sekitar 43 persen dari
seluruh rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan di Sumatera. Jenis-jenis tanaman
perkebunan tahunan lain yang relatif banyak digeluti di Sumatera adalah kelapa sawit (1,2 juta
rumah tangga), kelapa (895 ribu rumah tangga).
8
B. Tanaman Pangan dan Peternakan,
Subsektor Andalan Lain di Sumatera Seperti halnya jumlah rumah tangga usaha pertanian di
Indonesia yang berkurang sekitar 6 juta rumah tangga dalam kurun 2003-2013, jumlah rumah
tangga usaha pertanian di Sumatera juga berkurang. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga
pertanian di Sumatera sekitar 6,3 juta.
Potensi sektor pertanian di Pulau Jawa masih sangat besar dibandingkan wilayah lainnya.
Meskipun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian menempati urutan
ketiga dengan sumbangan sekitar 10 persen, namun di antara sektor yang ada, sektor ini
menyerap paling banyak tenaga kerja (sekitar 27 persen). Tanaman bahan makanan
(subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura) mendominasi sektor pertanian di
Pulau Jawa, baik dilihat dari PDRB maupun jumlah rumah tangga usaha pertanian.
Kontribusi PDRB untuk tanaman bahan makanan (tanaman pangan dan hortikultura) pada
tahun 2013 mencapai lebih dari 60 persen. Sementara rumah tangga usaha tanaman pangan
dan hortikultura masing-masing berkontribusi sebesar 76,8 persen dan 47,6 persen dari
jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa.
Jawa sebagai Lumbung Tanaman Pangan Selain jagung, ubi kayu, dan ubi jalar, beras
merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, yang juga menjadi
makanan pokok di beberapa wilayah Indonesia. Tanaman pangan memiliki peran yang sangat
sentral dalam mendukung ketersediaan pangan bagi penduduk sehari-hari. Sebagian besar
usaha rumah tangga tanaman pangan di Indonesia dilakukan oleh rumah tangga usaha
pertanian di Pulau Jawa. Meskipun pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha tanaman
pangan di Jawa menurun dibandingkan tahun 2003, namun penurunannya paling kecil
dibandingkan subsektor lainnya. Artinya, rumah tangga usaha tanaman pangan lebih mampu
bertahan dibandingkan usaha pertanian lainnya di Jawa. Sentra-sentra produksi tanaman
pangan di Pulau Jawa tercermin dari jumlah rumah tangga usahanya. Jumlah rumah tangga
usaha tanaman pangan di Jawa Timur merupakan yang terbesar dengan persentase sekitar 20
persen, disusul Jawa Tengah sebesar 19 persen, dan Jawa Barat sebesar 14 persen. Padi,
jagung, dan kedelai merupakan tiga komoditas tanaman pangan utama karena merupakan
sumber karbohidrat dan bahan utama dalam industri pangan dan pakan ternak. Ketiga
komoditas tersebut sebagian besar dihasilkan oleh rumah tangga usaha pertanian di Jawa.
Persentase rumah tangga usaha kedelai adalah yang terbesar mencapai lebih dari 80 persen
9
dari jumlah rumah tangga usaha tanaman kedelai nasional. Namun, data ST2013 juga
menunjukkan bahwa rata-rata luas tanam ketiga komoditas tersebut lebih rendah dibanding di
luar Pulau Jawa. Selama ini, produksi padi, jagung, dan kedelai masih belum memenuhi
target pemerintah yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-
2014. Selama periode tersebut, pemerintah menargetkan produksi beras meningkat 3,56
persen per tahun. Namun, produksi dalam negeri hanya tumbuh sebesar 2,6 persen per tahun
(BPS, 2014). Demikian pula halnya dengan capaian produksi jagung dan kedelai yang masih
jauh di bawah target pemerintah. Produksi jagung pada tahun 2014 hanya memenuhi 60
persen target pemerintah. Untuk komoditas kedelai, saat ini Indonesia hanya mampu
memenuhi sepertiga kebutuhan dalam negeri, sehingga target pemerintah untuk swasembada
kedelai kelihatannya masih jauh untuk tercapai. Pulau Jawa sendiri hanya mampu
memproduksi seperempat dari kebutuhan nasional. Dengan demikian, impor komoditas
jagung dan kedelai merupakan keniscayaan.
10
4. Antara Kehutanan Dan Perkebunan di Kalimantan
Area hutan di Kalimantan merupakan yang terluas kedua di Indonesia setelah Papua.
Potensi kawasan hutan produksi di Kalimantan mencapai 25,6 juta hektar namun baru sekitar
45 persen saja yang sudah dimanfaatkan sebagai hutan produksi tetap. Lebih jauh, jumlah
rumah tangga usaha kehutanan di pulau ini relatif kecil dibandingkan total rumah tangga
usaha kehutanan di Indonesia. Dari 6,8 juta rumah tangga usaha kehutanan, hanya 1,9
persennya saja yang berada di Kalimantan.
11
demikian, penurunannya tidak sebesar penurunan subsektor lainnya. Hal ini menggambarkan
bahwa subsektor tanaman pangan masih diminati oleh masyarakat di Sulawesi. Padi dan
jagung merupakan komoditas andalan di Sulawesi. Mayoritas rumah tangga pertanian
tanaman pangan di Sulawesi mengusahakan kedua komoditas tersebut. Jumlah rumah tangga
usaha.
Kepulauan Maluku dikenal sebagai lumbung ikan nasional. Stok ikan yang berlimpah
dihasilkan dari perikanan tangkap maupun budidaya. Subsektor ini mampu menghidupi
puluhan ribu rumah tangga. Tidak salah jika sektor ini menjadi salah satu penopang kegiatan
ekonomi wilayah. Meski masyarakat yang mengandalkan subsektor perikanan menurun
jumlahnya, subsektor ini masih menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat setempat.
Berdasarkan Sensus Pertanian 2013, rumah tangga subsektor perikanan ini turun sebesar 13
persen dibanding satu dekade sebelumnya. Kini, tercatat sekitar 63 ribu rumah tangga
berusaha di subsektor perikanan, sepuluh tahun sebelumnya sempat mencapai 73 ribu rumah
tangga. Subsektor perikanan masih tetap menjadi penyumbang terbesar di sektor pertanian di
Kepulauan Maluku. Subsektor ini mampu menyumbang sekitar 2,36 triliun rupiah (11,3
persen) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pertanian Kepulauan
Maluku tahun 2013. Dari pertumbuhan nilai ekonominya, subsektor ini mengalami
peningkatan yang paling besar bila dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Indonesia memiliki kekayakaan sumber daya alam hayati tropika yang sangat
melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut berasal dari berbagai sektor, diantaranya;
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan perairan. Indonesia juga
dikenal sebagai negara agraris, dengan fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia
sumber penghasilannya adalah berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian dapat dikatakan
sebagai salah satu pilar utama penunjang perekonomian di Indonesia. Hal itu dikarenakan
letak Negara Indonesia yang strategis, yakni berada pada garis khatulisiwa dan mempunyai
iklim tropis, sehingga Indonesia memiliki potensi pertanian yang terbilang sangat baik
13