Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUMBER DAYA PERTANIAN


DI INDONESIA

KELOMPOK 2
 ALFONSUS RODRIQUES ELO
 MARIA GRADIANA TIA
 YOHANA DIANE HAMUNG
 ANJELINA ASNA NABU
 MARIA VENISA DIAS

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN & PETERNAKAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTU PAULUS
RUTENG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang maha kuasa yang telah memberikan berkatnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ SUMBER DAYA
PERTANIAN DI INDONESIA ” pada tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami dan
menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami masih banyak kekurangannya
oleh karen itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
sangat kami harapkan.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun
para pembaca sekalian.

Ruteng, 12 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
1.3. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1. PENGERTIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN ..............................................3
2.2. KONDISI SUMBER DAYA PERTANIAN DI INDONESIA.............................4
2.3. TANTANGAN STRATEGI PEMBANGUNAN
PERTANIAN DI INDONESIA............................................................................5
2.4. KERAGAMAN POTENSI PERTANIAN DAERAH..........................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................13


3.1. KESIMPULAN....................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur dan potensi
penting dalam pembangunan yang berasal dari manusia dengan segala aktivitasnya. Dalam
tinjauan segi ekonomis, sumber daya manusia dimaksudkan sebagai semua kegiatan manusia
yang produktif dalam mengembangkan dan memanfaatkan semua potensinya untuk
memberikan sumbangan yang produktif kepada masyarakat. Menurut Soetomo (2009:221),
pemanfaatan sumber daya manusia dalam proses pembangunan masyarakat pada dasarnya
menyangkut dua hal yaitu (1) peningkatan serta pengembangan kualitas dan (2)
pemanfaatannya melalui berbagai peluang, aktivitas, dan usaha dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Peningkatan dan pengembangan kualitas
dimaksudkan untuk menambah potensi dan kemampuan sumber daya manusia tersebut,
sehingga lebih mampu berperan sebagai subjek dan objek pembangunan. Tersedianya
peluang dalam bentuk berbagai usaha dan aktivitas dimaksudkan untuk mengubah sumber
daya potensial menjadi aktual dan produktif. Dalam pemanfaatan sumber daya manusia juga
membutuhkan adanya peluang dan kesempatan untuk berusaha dan beraktivitas agar potensi
yang dimiliki oleh setiap manusia mampu terlaksana secara nyata.

Indonesia memiliki kekayakaan sumber daya alam hayati tropika yang sangat
melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut berasal dari berbagai sektor, diantaranya;
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan perairan. Indonesia juga
dikenal sebagai negara agraris, dengan fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia
sumber penghasilannya adalah berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian dapat dikatakan
sebagai salah satu pilar utama penunjang perekonomian di Indonesia. Hal itu dikarenakan
letak Negara Indonesia yang strategis, yakni berada pada garis khatulisiwa dan mempunyai
iklim tropis, sehingga Indonesia memiliki potensi pertanian yang terbilang sangat baik. Di
samping itu, Negara Indonesia juga didukung oleh kekayaan sumber daya alam yang sangat
melimpah dan kondisi lingkungan yang cukup baik (Saragih & Tinaprilla, 2017).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaiamana kondisi sumber daya pertanian di Indonesia?


b. Apa saja tantangan dan strategi pembangunan pertanian di Indonesia?
c. Bagaiaman keragaman potensi pertanian daerah?

1.3 TUJUAN

a. Untuk mengetahui kondisi sumber daya pertanian di Indonesia.


b. Untuk mengetahui tantangan dan strategi pembangunan pertanian di Indonesia.
c. Untuk mengetahui keragaman potensi pertanian daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Pembangunan pertanian dapat dimaknai sebagai suatu proses yang memiliki tujuan
untuk menambah hasil produksi pertanian pada setiap pelaku ekonomi (produsen) yakni
petani. Pertambahan hasil pertanian pada akhirnya akan mempengaruhi peningkatan
produktifitas dan pendapatan petani (Mosher, 2002).

Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan


pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan
ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Pemerintah melaksanakan
perannya sebagai stimulator dan fasilitator yang mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi
dan sosial para petani agar memberikan manfaat bagi peningkatan pendapatan dan
kesejahteraannya. Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian. Peranan pertanian antara lain adalah (1) menyediakan kebutuhan pangan yang
diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku
industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri, (4)
sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain,
(5) sumber perolehan devisa (Kuznet, 1964 dalam Harianto, 2007), (6) mengurangi
kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7) menyumbang pembangunan
perdesaan dan pelestarian lingkungan hidup. Walaupun cenderung menurun, sebagai
implikasi normal dari proses transformasi struktural seiring dengan kemajuan pembangunan,
peranan sektor pertanian dalam indikator fundamental ekonomi makro, seperti pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja atau tingkat pengangguran, inflasi
dan neraca perdagangan masih tetap besar. Peranan sektor pertanian tidak saja berupa
kontribusi langsung, tetapi juga melalui kontribusi tidak langsung melalui dampak pengganda
(multiplier) berspektrum luas; keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi.

3
B. KONDISI SUMBER DAYA PERTANIAN DI INDONESIA

Pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam sistem perekonomian Indonesia.
Kondisi iklim dan sumber daya alam yang mendukung juga membuat pertanian di Indonesia
mengalami kemajuan seiring berjalannya waktu. Sejak masih dikerjakan manual
menggunakan tenaga hewan dan manusia, hingga kini menggunakan alat-alat canggih.

Pertanyaan mengenai sudah sejauh mana perkembangan pertanian Indonesia tentu


bisa dijawab dengan bangga. Indonesia bisa tampil percaya diri di hadapan masyarakat dunia
karena memiliki sektor pertanian yang mulai berkembang ke arah lebih baik. Hingga tahun
2021, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sekitar 1,84% dengan kontribusi terhadap
perekonomian nasional hingga sebesar 13,28%. Pada pertengahan tahun 2022, sektor
pertanian juga menunjukan pertumbuhan positif 1,37% dan memiliki kontribusi hingga
12,98% terhadap perekonomian nasional.

Keberhasilan perkembangan sektor pertanian tentunya merupakan hasil kerjasama


antara para petani, pelaku di bidang pertanian, dan pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dari
berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Diantaranya adalah program optimalisasi
pemanfaatan lahan, peningkatan produktivitas, penggunaan bibit unggul, serta peningkatan
kualitas untuk peningkatan nilai tambah komoditas.

Pemerintah juga mulai menggalakkan swasembada bahan pangan. Menurut Kepala


Badan Pangan Nasional (Bapanas), Indonesia masih masuk dalam kategori negara
swasembada beras. Namun, pemerintah masih memiliki rencana untuk mengimpor sebanyak
2 juta ton beras sampai akhir tahun 2023 nanti. Beberapa komoditas yang masuk target
swasembada antara lain cabai, gula, jagung, bawang merah, bawang putih, kedelai, dan
daging sapi. Menurut Food Agriculture Organization (FAO), Indonesia dinilai telah berhasil
mencapai 90% lebih rasio antara produksi dalam negeri dengan total permintaan.

Perkembangan pertanian Indonesia memang sudah mengalami banyak kemajuan


signifikan dari sebelumnya. Dimulai dari mewujudkan Ketahanan Pangan Petani di Desa
bersama Para Generasi Muda, diharapkan Indonesia mampu menjadi lumbung pangan dunia
di tahun 2045 nantinya.

4
C. TANTANGAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA

1. Krisis Generasi Petani Muda

Masalah yang pertama dan paling terlihat saat ini adalah kurangnya minat generasi muda
untuk terjun ke sektor pertanian. Pada praktiknya, Sobat Honda mungkin akan melihat lebih
banyak orang tua yang bekerja mengurus lahan persawahan. Rata-rata petani saat ini
sebanyak 61% berusia lebih dari 45 tahun.

Para petani yang berpengalaman dengan usia yang lebih tua mampu menghasilkan puluhan
ton hasil panen dengan kualitas yang unggul dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
luas.

Bayangkan jika para generasi muda turut andil dalam pengelolaan lahan pertanian dengan
ilmu yang lebih mumpuni, tentu hal ini akan memengaruhi pasokan kebutuhan hasil panen
yang lebih besar dan kualitas yang lebih baik pula. Bagaimana solusinya? Hal yang paling
tepat adalah menyadari pentingnya mewujudkan ketahanan pangan bangsa melalui hasil tani.

Pilihan menjadi petani muda tentu perlu dimulai dari niat dan keinginan dalam hati terlebih
dahulu. Selain itu, adanya program modernisasi pertanian juga menjadi ide cemerlang untuk
mengubah citra pertanian menjadi sebuah bisnis yang menarik bagi seluruh usia.

2. Dipandang Sebelah Mata

Berbicara soal masalah pertanian, Sobat Honda tidak bisa melupakan stigma pertanian di
mata masyarakat luas. Sebagian besar berpikir bahwa sektor ini tidak menghasilkan
keuntungan apa pun, kotor, hingga merasa jijik sebab harus berurusan dengan tanah basah
dan pupuk. Banyak pula yang menganggap bahwa petani hanya bekerja mencangkul dan
mengamati saja.

Pandangan masyarakat terhadap petani tersebut hadir karena melekatnya citra petani sebagai
pekerjaan yang hanya dilakukan oleh kalangan kelas menengah ke bawah. Padahal, tak
sedikit petani yang memiliki tanah luas dengan hasil panen yang besar dan menguntungkan.

3. Sistem Penjualan Terkadang Merugikan Petani

Hal yang menjadi masalah cukup besar bagi petani adalah sistem penjualan yang terkadang
merugikan petani, tetapi menguntungkan para distributor. Padahal hampir sebagian besar
hasil pertanian dirawat dan dipanen oleh petani dengan berbagai risikonya seperti wabah
penyakit tanaman, cuaca, dan masih banyak lagi.

5
Hal ini yang semakin mendorong banyak orang untuk tidak memilih pekerjaan sebagai
petani. Oleh sebab itu, perlu adanya pemotongan rantai sistem penjualan yang menjatuhkan
harga panen. Mulai dengan membelinya dengan harga yang wajar dan menjualnya dengan
total keuntungan yang wajar pula. Jadi tidak ada lagi pihak yang akan dirugikan sebab
seluruhnya memiliki bagian keuntungan yang hampir setara.

4. Sulitnya Modal Usaha

Dalam dunia pertanian, tidak hanya dibutuhkan ketersediaan lahan saja tetapi juga bibit,
pupuk, alat pertanian, dan masih banyak lagi. Tidak semua petani memiliki besaran modal
yang cukup untuk menutupi segala kebutuhan pertaniannya.

Namun, bukannya mudah, justru lebih sulit bagi petani mendapatkan bantuan modal usaha
sebab usaha tani dianggap tidak dapat memberikan kepastian pendapatan dan bergantung
pada kondisi cuaca. Jadi sebagian besar kreditur cenderung menolak memberikan dananya
pada para petani.

5. Kurangnya Ketepatan Teknik Budidaya

Tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini banyak petani di Indonesia yang melakukan
pengolahan lahan pertanian berdasarkan naluri dan pengalamannya saja. Bukan tidak baik,
hanya saja hal ini akan lebih baik jika sektor pertanian dikelola dengan ilmu yang mumpuni
dan bekal pengetahuan yang lebih luas tentang pertanian.

Sebagai contoh, Sobat Honda mungkin perlu mengenal porsi pupuk yang sesuai dengan
takaran angka yang pasti dan perbandingan yang tepat. Hal ini juga berlaku pada pemilihan
benih. Untuk menghasilkan produk tani yang berkualitas, tentu dibutuhkan benih yang
berkualitas juga. Jika memungkinkan, sangat disarankan untuk memilih benih yang
bersertifikat.

Solusi yang tepat mengenai kurang tepatnya teknik budidaya pertanian ini adalah melakukan
program pengenalan dan informasi seputar teknik pertanian agar meningkatkan pengetahuan
petani yang sebelumnya tidak menerima cukup ilmu pada berbagai teknik. Belakangan ini,
program ini diketahui telah berjalan meskipun belum menjangkau seluruh daerah.

6. Alih Fungsi Lahan

Kecilnya pendapatan yang diterima petani tetapi diikuti dengan peningkatan biaya hidup
sehari-hari membuat banyak petani lebih memilih untuk menjual sawahnya. Umumnya lahan

6
sawah yang dijual akan dialih fungsikan menjadi bangunan yang bisa berupa rumah, ruko,
gedung, atau bangunan lainnya.

Memiliki produktivitas yang tidak terlalu besar dengan lahan yang semakin lama menjadi
semakin sempit menyebabkan perekonomian para pelaku usaha tani menjadi semakin
menipis. Hal ini tentunya memengaruhi jumlah panen yang didapatkan sebab jika umumnya
petani dapat menghasilkan produk panennya dalam jumlah besar, menyempitnya lahan
membuat hasil panen menjadi lebih sedikit.

7. Kekeringan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masalah umum yang terjadi pada sektor pertanian
paling besar dipengaruhi oleh cuaca. Sebab tak hanya hasil panen yang berkualitas buruk atau
gagal panen saja, lahan pertanian juga akan berdampak. Ketika musim hujan, banyaknya
pasokan air yang masuk bisa menyebabkan beberapa jenis tanaman menjadi mati dan tidak
layak panen.

Sama halnya ketika kemarau datang dan menyebabkan kekeringan. Berbagai bahan makanan
pokok masyarakat saat ini sebagian besar membutuhkan pasokan air yang cukup agar dapat
dipanen dan dijual kembali. Apabila kekeringan terjadi, maka tandanya besar kemungkinan
hasil panen akan gagal.

Siapa yang akan dirugikan? Ternyata bukan hanya petani saja, tetapi masyarakat umum juga
akan semakin sulit mendapatkan bahan pangan dengan harga yang normal. Saat kekeringan
di lahan persawahan terjadi solusi paling tepat adalah melakukan pompanisasi.

D. STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA

Sektor pertanian menjadi andalan perekonomian Indonesia, bahkan rendahnya inflasi


disokong suplai pangan yang terjaga. Dalam menghadapi tantangan krisis pangan global,
pemerintah telah menyusun rangkaian strategi untuk memperkuat ketahanan pangan. Menurut
Kementerian Pertanian, tantangan ketahanan pangan diawali pandemi covid-19, dampak
perubahan iklim, hingga konflik Rusia-Ukraina. Namun hal ini tidak terjadi di Indonesia
karena kuatnya sektor pertanian di indonesia. Untuk menjawab tantangan global dan prediksi
krisis pangan, maka sejumlah strategi harus disiapkan.

Ada 5 strategi pembangunan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan


peningkatan daya saing berkelanjutan, seperti peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi

7
pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, serta pengembangan pertanian
modern, dan gerakan tiga kali ekspor. Kementerian Pertanian salah satunya akan
mengembangkan Lahan Rawa di Kalimantan Tengah menjadi areal tanam padi, jagung,
bawang merah, dan cabai di tahun 2022 ini. Kementan mendorong diversifikasi pangan lokal
berbasis kearifan lokal, seperti ubi kayu, sagu, pisang, kentang, hinga sorgum. Sementara
untuk menjaga stabilitas pangan, Kementerian Keuangan pun menyiapkan anggaran untuk
menunjang ketahanan pangan Indonesia.

E. KERAGAMAN POTENSI PERTANIAN DAERAH

1. Sumatera sebagai Sentra Perkebunan Indonesia

Kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera relatif stagnan dalam


kurun 2000-2012. Penelaahan lebih dalam memperlihatkan bahwa perkebunan merupakan
subsektor pertanian yang memiliki denyut paling menggairahkan. Kontribusi ekonomi dari
subsektor ini menunjukkan kecenderungan terus meningkat, sementara subsektor-subsektor
lain justru semakin tergerus kontribusinya.

A. Karet dan Kelapa Sawit sebagai Komoditas Unggulan

Sensus Pertanian 2013 mencatat bahwa sebagian besar rumah tangga usaha perkebunan di
Sumatera mengusahakan tanaman tahunan. Terdapat sekitar 4,56 juta rumah tangga yang
mengusahakan tanaman tahunan, sementara yang mengusahakan tanaman semusim hanya sekitar
39,16 ribu rumah tangga. Sebagian besar rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan di
Sumatera mengusahakan tanaman karet. Terdapat sekitar 2,0 juta rumah tangga yang
mengusahakan tanaman karet. Jumlah ini relatif besar, dan merupakan sekitar 43 persen dari
seluruh rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan di Sumatera. Jenis-jenis tanaman
perkebunan tahunan lain yang relatif banyak digeluti di Sumatera adalah kelapa sawit (1,2 juta
rumah tangga), kelapa (895 ribu rumah tangga).

8
B. Tanaman Pangan dan Peternakan,

Subsektor Andalan Lain di Sumatera Seperti halnya jumlah rumah tangga usaha pertanian di
Indonesia yang berkurang sekitar 6 juta rumah tangga dalam kurun 2003-2013, jumlah rumah
tangga usaha pertanian di Sumatera juga berkurang. Pada tahun 2013, jumlah rumah tangga
pertanian di Sumatera sekitar 6,3 juta.

2. Jawa Penghasil komoditas strategi di Indonesia

Potensi sektor pertanian di Pulau Jawa masih sangat besar dibandingkan wilayah lainnya.
Meskipun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertanian menempati urutan
ketiga dengan sumbangan sekitar 10 persen, namun di antara sektor yang ada, sektor ini
menyerap paling banyak tenaga kerja (sekitar 27 persen). Tanaman bahan makanan
(subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura) mendominasi sektor pertanian di
Pulau Jawa, baik dilihat dari PDRB maupun jumlah rumah tangga usaha pertanian.
Kontribusi PDRB untuk tanaman bahan makanan (tanaman pangan dan hortikultura) pada
tahun 2013 mencapai lebih dari 60 persen. Sementara rumah tangga usaha tanaman pangan
dan hortikultura masing-masing berkontribusi sebesar 76,8 persen dan 47,6 persen dari
jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jawa.

Jawa sebagai Lumbung Tanaman Pangan Selain jagung, ubi kayu, dan ubi jalar, beras
merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, yang juga menjadi
makanan pokok di beberapa wilayah Indonesia. Tanaman pangan memiliki peran yang sangat
sentral dalam mendukung ketersediaan pangan bagi penduduk sehari-hari. Sebagian besar
usaha rumah tangga tanaman pangan di Indonesia dilakukan oleh rumah tangga usaha
pertanian di Pulau Jawa. Meskipun pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha tanaman
pangan di Jawa menurun dibandingkan tahun 2003, namun penurunannya paling kecil
dibandingkan subsektor lainnya. Artinya, rumah tangga usaha tanaman pangan lebih mampu
bertahan dibandingkan usaha pertanian lainnya di Jawa. Sentra-sentra produksi tanaman
pangan di Pulau Jawa tercermin dari jumlah rumah tangga usahanya. Jumlah rumah tangga
usaha tanaman pangan di Jawa Timur merupakan yang terbesar dengan persentase sekitar 20
persen, disusul Jawa Tengah sebesar 19 persen, dan Jawa Barat sebesar 14 persen. Padi,
jagung, dan kedelai merupakan tiga komoditas tanaman pangan utama karena merupakan
sumber karbohidrat dan bahan utama dalam industri pangan dan pakan ternak. Ketiga
komoditas tersebut sebagian besar dihasilkan oleh rumah tangga usaha pertanian di Jawa.
Persentase rumah tangga usaha kedelai adalah yang terbesar mencapai lebih dari 80 persen

9
dari jumlah rumah tangga usaha tanaman kedelai nasional. Namun, data ST2013 juga
menunjukkan bahwa rata-rata luas tanam ketiga komoditas tersebut lebih rendah dibanding di
luar Pulau Jawa. Selama ini, produksi padi, jagung, dan kedelai masih belum memenuhi
target pemerintah yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-
2014. Selama periode tersebut, pemerintah menargetkan produksi beras meningkat 3,56
persen per tahun. Namun, produksi dalam negeri hanya tumbuh sebesar 2,6 persen per tahun
(BPS, 2014). Demikian pula halnya dengan capaian produksi jagung dan kedelai yang masih
jauh di bawah target pemerintah. Produksi jagung pada tahun 2014 hanya memenuhi 60
persen target pemerintah. Untuk komoditas kedelai, saat ini Indonesia hanya mampu
memenuhi sepertiga kebutuhan dalam negeri, sehingga target pemerintah untuk swasembada
kedelai kelihatannya masih jauh untuk tercapai. Pulau Jawa sendiri hanya mampu
memproduksi seperempat dari kebutuhan nasional. Dengan demikian, impor komoditas
jagung dan kedelai merupakan keniscayaan.

3. Bali dan Nusa Tenggara penghasil Ternak

Semakin membaiknya taraf hidup masyarakat berimbas pada meningkatnya


kebutuhan pangan berkualitas, dengan salah satu bentuk nyatanya adalah peningkatan
kebutuhan pangan hewani sebagai sumber protein. Oleh karena itu, hasil peternakan telah
menjadi komoditas strategis bernilai ekonomi tinggi. Produk utama komoditi peternakan
untuk bahan pangan manusia adalah daging, susu, dan telur. Peran peternakan terhadap
kesejahteraan masyarakat Bali dan Nusa Tenggara begitu besar. Setelah tanaman pangan,
subsektor tersebut mampu menjadi penggerak utama kegiatan ekonomi setempat. Jika dilihat
dari waktu ke waktu, kegiatan peternakan ini terus meningkatkan perekonomian rakyat.
Tahun 2013 lalu, kontribusi subsektor peternakan terhadap PDRB sektor pertanian mencapai
24 persen, lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2003 yang sebesar 22 persen.

Bali–Nusa Tenggara menjadi salah satu pemasok daging nasional. Produksinya


terbesar ketiga setelah Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2013, daerah ini mampu
memproduksi 214,7,2 ribu ton daging ternak kecil dan besar (Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Kementan). Kondisi ini meningkat 2,6 persen dibanding tahun
sebelumnya. Sebagian besar ternak dikonsumsi secara lokal dan baru sebagian kecil yang
dipasarkan ke provinsi lain. Dengan konsentrasi pembangunan peternakan di wilayah ini, di
masa mendatang Bali-Nusa Tenggara diharapkan akan menjadi salah satu produsen ternak
terbesar di Indonesia.

10
4. Antara Kehutanan Dan Perkebunan di Kalimantan

Kalimantan didominasi oleh hutan hujan tropis yang menyimpan berjuta


keanekaragaman hayati. Menurut Kementerian Kehutanan (2011), dari total wilayah
Kalimantan seluas 54 Juta Hektar, lebih dari 70 persennya merupakan kawasan hutan.
Dengan luasnya kawasan hutan yang dimiliki, Kalimantan menyimpan segudang sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi. Namun di sisi lain, geliat
sektor kehutanan di Kalimantan terkekang oleh beberapa permasalahan seperti isu deforestasi
serta turunnya jumlah pelaku usaha sektor kehutanan.

Area hutan di Kalimantan merupakan yang terluas kedua di Indonesia setelah Papua.
Potensi kawasan hutan produksi di Kalimantan mencapai 25,6 juta hektar namun baru sekitar
45 persen saja yang sudah dimanfaatkan sebagai hutan produksi tetap. Lebih jauh, jumlah
rumah tangga usaha kehutanan di pulau ini relatif kecil dibandingkan total rumah tangga
usaha kehutanan di Indonesia. Dari 6,8 juta rumah tangga usaha kehutanan, hanya 1,9
persennya saja yang berada di Kalimantan.

5. Sulawesi sumber produksi Pangan dan Perkebunan Dari Indonesia Timur

Sulawesi telah menjadi sentra pengembangan tanaman pangan nasional di Kawasan


Indonesia Timur. Padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai, dan kacang tanah merupakan
produk unggulan yang bisa diandalkan untuk mendongkrak perekonomian masyarakat. Peran
tanaman pangan di Sulawesi terlihat dari sumbangan nilai ekonomi tanaman pangan
(termasuk subsektor hortikultura) terhadap sektor pertanian yang mencapai 37 persen.
Sumbangan ini merupakan yang terbesar di antara subsektor lainnya. Apabila ditangani
secara serius, potensi komoditas tanaman pangan tersebut akan memperkuat kemandirian
pangan. Dengan demikian, ketergantungan Indonesia terhadap produk pangan impor akan
berkurang. Tingginya kontribusi tanaman bahan makanan (tanaman pangan dan hortikultura)
dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi tidak lepas dari peran sektor
tanaman pangan. Berdasarkan hasil ST2013.

sebagian besar rumah tangga pertanian di Sulawesi mengusahakan tanaman pangan.


Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman pangan di Sulawesi pada tahun 2013
mencapai 1,33 juta, sedikit menurun sekitar 1,7 persen dibanding tahun 2003. Meskipun

11
demikian, penurunannya tidak sebesar penurunan subsektor lainnya. Hal ini menggambarkan
bahwa subsektor tanaman pangan masih diminati oleh masyarakat di Sulawesi. Padi dan
jagung merupakan komoditas andalan di Sulawesi. Mayoritas rumah tangga pertanian
tanaman pangan di Sulawesi mengusahakan kedua komoditas tersebut. Jumlah rumah tangga
usaha.

6. Maluku sebagai Sumber Komoditas Perikanan

Kepulauan Maluku dikenal sebagai lumbung ikan nasional. Stok ikan yang berlimpah
dihasilkan dari perikanan tangkap maupun budidaya. Subsektor ini mampu menghidupi
puluhan ribu rumah tangga. Tidak salah jika sektor ini menjadi salah satu penopang kegiatan
ekonomi wilayah. Meski masyarakat yang mengandalkan subsektor perikanan menurun
jumlahnya, subsektor ini masih menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat setempat.
Berdasarkan Sensus Pertanian 2013, rumah tangga subsektor perikanan ini turun sebesar 13
persen dibanding satu dekade sebelumnya. Kini, tercatat sekitar 63 ribu rumah tangga
berusaha di subsektor perikanan, sepuluh tahun sebelumnya sempat mencapai 73 ribu rumah
tangga. Subsektor perikanan masih tetap menjadi penyumbang terbesar di sektor pertanian di
Kepulauan Maluku. Subsektor ini mampu menyumbang sekitar 2,36 triliun rupiah (11,3
persen) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pertanian Kepulauan
Maluku tahun 2013. Dari pertumbuhan nilai ekonominya, subsektor ini mengalami
peningkatan yang paling besar bila dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Indonesia memiliki kekayakaan sumber daya alam hayati tropika yang sangat
melimpah. Kekayaan sumber daya alam tersebut berasal dari berbagai sektor, diantaranya;
pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, dan perairan. Indonesia juga
dikenal sebagai negara agraris, dengan fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia
sumber penghasilannya adalah berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian dapat dikatakan
sebagai salah satu pilar utama penunjang perekonomian di Indonesia. Hal itu dikarenakan
letak Negara Indonesia yang strategis, yakni berada pada garis khatulisiwa dan mempunyai
iklim tropis, sehingga Indonesia memiliki potensi pertanian yang terbilang sangat baik

13

Anda mungkin juga menyukai