Anda di halaman 1dari 18

KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pembangunan)

Dosen Pengampu:

Engkos Koswara, S. Ag., M. Ag

Disusun Oleh:

Ade Rahman : 1198030003

Amelia Kartika : 1198030026

Hanifah Mardhiyah : 1198030095

KELAS PEMBANGUNAN VII/A

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirobbil’alamin, selawat serta salam kami panjatkan kepada


kehadirat Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya dan para pengikutnya, sehingga pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “KEPENDUDUKAN DAN
PEMBANGUNAN ” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi


pembangunan yang diampu oleh Bapak Engkos Koswara, M.Ag. pada Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung.

Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah turut serta membantu dalam


menyusun makalah ini. Makalah ini tentu jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami memohon kepada para pembaca barangkali menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam makalah ini baik dari bahasanya maupun isinya harap maklum.
Selain itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada semua
pembaca agar kami bisa melakukan perbaikan dalam penyusunan makalah di
waktu yang akan datang demi karya kami kedepannya lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung. 13 November 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

2.1 Hubungan Kependudukan dan Pembangunan ................................................ 3

2.2 Masalah Kependudukan .................................................................................. 9

2.3 Pembangunan Berwawasan Kependudukan ................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Masalah kependudukan merupakan masalah yang penting dalam


pembangunan suatu negara. Informasi tentang jumlah penduduk dan komposisi
penduduk menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penting diketahui terutama untuk mengembangkan perencanaan pembangunan
manusia, baik pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan lain-lain
yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia.

Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peranan


penting. Semakin lengkap dan akurat data kependudukan yang tersedia, semakin
mudah dan tepat pembangunan itu dibuat. Masalah kependudukan sudah
merupakan masalah serius yang tidak hanya dihadapi oleh negara-negara karena
banyak menyangkut segi kehidupan. Bahkan, akhir-akhir ini para ahli ekonomi
telah memusatkan perhatiannya pada hubungan antara pembangunan ekonomi dan
pertumbuhan penduduk. Perencanaan pembangunan ini dituangkan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik di daerah perkotaan maupun di daerah
pedesaan, yang kependudukan perlu dipertimbangkan sebagai tolok ukur
pembangunan masyarakat.

Demikian pula, dalam Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan
bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di
Indonesia. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala
bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan
kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan
kebutuhan generasi mendatang sehingga menunjang kehidupan bangsa.

1
Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia secara
berkelanjutan, dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan
kemampuan sumber alam yang menopangnya dalam suatu ruang wilayah daratan,
lautan, dan udara sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan ruang wilayah beserta
potensi sumber daya yang ada bagi tujuan pembangunan manusia atau
masyarakatnya itu sendiri.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud hubungan kependudukan dan pembangunan?
2. Apa saja masalah kependudukan?
3. Apa yang dimaksud pembangunan berwawasan kependudukan?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui hubungan kependudukan dan pembangunan.
2. Mengetahui masalah kependudukan.
3. Mengetahui pembangunan berwawasan kependudukan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Kependudukan dan Pembangunan

Dalam pembangunan, jumlah penduduk memegang peranan penting.


Penduduk adalah sejumlah manusia yang menempati suatu daerah tertentu pada
waktu tertentu. Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan
(income per capita) negara tersebut, yang secara kasar mencerminkan kemajuan
perekonomian negara tersebut.

Dalam Principles of Political Economy, Malthus menganalisis


pertumbuhan penduduk dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi.
Menurutnya, pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya
pembangunan. Bahkan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses
pembangunan (M.L. Jhingan, 2004: 97).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total


dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat
output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-

3
perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan


ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang
mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi salah satu diantaranya
adalah sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan pembangunan
nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar
merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara
kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada. Faktor
ekonomi lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
adalah sumber daya alam yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti
kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut,
sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal
penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang
memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sementara itu,
sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah
kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang
modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan


merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional,
antara lain adalah: Pertama, kependudukan, dalam hal ini adalah penduduk,
merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang
dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek
pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu
menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat
dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa

4
pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan
penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika
pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan
berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.

Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat


mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah
penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan
merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk
yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk
tersebut sebagai beban bagi pembangunan.

Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa


dalam jangka yang panjang. Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu
yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan
terabaikan. Sebagai contoh,beberpa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis
ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan
seseorang selama 25 tahun kedepan atau satu genarasi. Dengan demikian, dapat
dibayangkan bagaimana kondisi sumberdaya manusia Indonesia pada generasi
mendatang. Demikian pula, hasil program keluarga berencana yang
dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru dapat dinikmati dalam beberapa
tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan
dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan “menyengsarakan”
generasi berikutnya.

1. Tinjauan Aspek Kependudukan

Dalam analisis demografi hubungan kependudukan dipetakan dalam tiga


kelompok. Interaksi ketiga kelompok tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Kelompok pertama adalah kelompok perubahan-perubahan parameter dinamika
kependudukan yang mencakup fertilitis, mortalitas, dan mobilitas. Perubahan
dalam kelompok ini mempengaruhi kelompok kedua yaitu jumlah komposisi dan
pertumbuhan penduduk, perubahan kelompok kedua ini kemudian akan

5
mempengaruhi kondisi berbagai aspek: sosial,ekonomi,budaya dan lainnya.
Pada kelompok ketiga berbagai hal dari kelompok ketiga akan mempengaruhi
kembali perubahan-perubahan parameter dinamika kependudukan pada kelompok
satu, kelompok kedua, dan kelompok ketiga itu sendiri.

Pengkondisian ketiga aspek tersebut dalam suatu rekayasa demografi


akan menciptakan suatu keadaan terjadinya transisi demografi yang dalam
jangka panjang akan merubah komposisi struktur umur dari proporsi umur
penduduk muda ke proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan usia harapan
hidup serta menurunnya angka ketergantungan hidup.

Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan dalam pengendalian


jumlah kelahiran melalui program KB dapat merubah pandangan masyarakat
khususnya para pasangan usia subur terhadap jumlah anak dari rata-rata ingin
punya anak 5,6 pada 1967 – 1970 menjadi 2,3 tahun 2007, artinya jumlah anak
yang diinginkan pada pasangan usia subur menurun dan perubahan sikap pada
media usia kawain pertama perempuan dari 19,2 tahun menjadi 18,8 tahun.

Dari kondisi tersebut berhasil menurunkan laju pertumbuhan


penduduk dari kondisi 2,3 persen antara tahun 1970 – 1990 menjadi 1,4 persen
antara 1990 – 2000 dan sampai dengan 2005 telah menjadi 1.3 per tahun.
Sehingga dari kurun waktu tahun 1970 sampai dengan tahun 2009 telah mencegah
100 juta kelahiran. Jika tidak ada upaya perubahan kondisi
kependudukan melalui pengendalian atau pengaturan jumlah kelahiran dapat
dibayangkan dampak sosial ekonomi dan efek lanjutan terhadap kulitas sumber
daya manusia yang menjadi obyek dan subyek dalam ketahanan nasional.

Pada waktu yang bersamaan terjadi penurunan angka kematian bayi akibat
upaya peningkatan kesehatan, hal tersebut terjadi perubahan kondisi peningkatan
harapan hidup dari 1000 kelahiran bayi 145 diantaranya tidak mencapai usia
tahun pertama pada tahun 1971 menjadi dari 1000 bayi lahir hanya 35 yang
meninggal sebelum usia satu tahun.

6
Keberhasilan tersebut telah mengubah kondisi piramida penduduk
serta peningkatan usia harapan hidup dimana menurunnya angka kelahiran dan
kematian dan disertai angka peningkatan harapan hidup telah mengubah struktur
umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia dibawah 15 tahun
diikuti dengan meningkatnya proporsi usia produktif 15-64 tahun dan
meningkatnya proporsi penduduk usia tua yaitu 65 tahun keatas.Penurunan
proporsi anak dibawah usia 15 tahun tentunya meringankan beban dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan ,sandang, pelayanan kesehatan,
perbaikan gizi dan pendidikan sehingga menjadi peluang investasi upaya
meningkatkan kualitas SDM dari aspek pendidikan dan kesehatan.

Dampak dari penurunan kelahiran dan penurunan kematian


mengakibatkan transisi demografi yakni penurunan fertilitas yang panjang
bersamaan dengan penurunan angka kematian dirasakan dalam jangka
panjang akibat terjadi perubahan struktur umur penduduk dari penduduk muda
menjadi umur peduduk dewasa, perubahan struktur umur penduduk
menyebabkan menurunnya angka ketergantungan (dependensi ratio) dari 86 per
100 pada tahun 1971 menjadi 54 pada tahun 2000 artinya pada setiap 100
penduduk kerja akan mempunyai tanggungan 54 penduduk non produktif pada
kondisi tersebut terjadi peluang untuk melakukan investasi dalam meningkatkan
kulitas sumber daya manusia pada sektor pendidikan dan kesehatan.

Penurunan fertilitas yang diikuti dengan penurunan jumlah kematian bayi


akan menyebabkan proporsi penduduk usia kerja akan semakin besar
dibandingkan dengan penduduk muda. Usia prima produktifitas
seseorang berdasarkan hasil penelitian berada pada antara usia 20 – 54 tahun.
Pada Kondisi usia tersebut juga medorong pengkondisian SDM generasi lanjutan
menjadi lebih berkualitas seiring dengan peningkatan penghasilan.

Penurunan fertilitas dan besarnya keluarga ideal memungkinkan


perempuan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain yang
bukan melahirkan dan merawat anak karena masa melahirkan dan merawat anak

7
menjadi pendek. Pada kondisi ini menjadi peluang meningkatkan pendidikan
dan ketrampilan sehingga menjadi berkualitas dan siap untuk memasuki
pasar tenaga kerja. Jika kondisi ini berlanjut akan menciptakan poduktifitas
nasional dan tentunya akan memperkuat kondisi ketahanan nasional.

Teori tentang perubahan prilaku melahirkan yang menyebabkan


menurunnya tingkat fertilitas dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu; (1) Teori
atau hipotesa tentang yang berkaitan dngan faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi atau tujuan tentang jumlah anak ideal; (2) Teori yang menerangkan
penurunan fertilitas karena adanya pengendalian kelahiran atau karena adanya alat
kontrasepsi yang memungkinkan tercapainya pengendalian kelahiran.

Teori klasik transisi demografi adalah salah satu dari teori yang
menjelaskan perubahan persepsi tentang jumlah anak ideal yang lebih kecil.
Perubahan presepsi ini terjadi karena adanya perubahan struktural akibat
pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan urbanisasi yang menyebabkan
terjadinya penurunan angka kematian. Pada kondisi tersebut mendorong
pasangan untuk melakukan perhitungan secara ekonomis tentang biaya
membesarkan anak. Jika jumlah anak terlalu banyak, anak akan menjadi beban
dan tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar.

Hubungan antara kependudukan dari aspek kuantitas dan kualitas. dari


sudut jumlah penduduk dapat bersifat negative maupun positif. Penduduk besar
atau banyak berkualitas dapat menjadi modal dalam pembangunan, sebaliknya
penduduk besar atau banyak akan menjadi beban bagi pembangunan jika
kualitasnya rendah. Jumlah penduduk sedikit namun berkualitas meskipun sumber
alam terbatas pertumbuhan ekonomi dapat berkembang atau tumbuh dengan
pesat,sebaliknya jumlah besar atau banyak kualitas sumber daya manusianya
rendah, meskipun sumber daya alam banyak (baca:kaya) akan berdampak kepada
kondisi ketahanan nasional.

8
2. Tinjauan Aspek Ekonomi

Dari berbagai literatur atau tulisan kependudukan dan pembangunan


disebutkan bahwa salah satu modal dasar pembangunan adalah penduduk yang
berkualitas sangat penting dan strategis bagi pembangunan disegala bidang.
Artinya jumlah penduduk berkualitas yang mempunyai kompetensi dapat dibina
dan didayagunakan secara efektif dan akan menjadi stimulus bagi pertumbuhan
ekonomi dan sangat menguntungkan bagi ketahanan nasional.

Dalam Teori Capital; modal adalah uang yang diubah menjadi suatu
barang dagangan untuk diubah kembali dari suatu barang dagangan menjadi lebih
banyak uang dari pada jumlah aslinya. Selanjutnya dikatakan dari barang tersebut
ada unsur atau komponen tenaga kerja (labour) kumpulan upah yang dibayarkan
kepada pekerja dikonsumsi kepada barang-barang sekunder maupun primer akan
menumbuhkan tingkat produksi, produksi meningkat akan menambah jumlah
investasi sedang upah yang tidak dibayarkan oleh produsen (ada selisih antar jam
kerja dengan upah yang diterima. Karl Marx dalam bukunya (Das Capital) nilai
lebih tersebut oleh produsen dijadikan kembali modal dan seterusnya demikian
pada akhirnya menjadi salah satu sumber investasi.

Tumbuhnya investasi akan menyerap tenaga kerja, manusia bekerja akan


memperoleh upah, upah sebagian dikonsumsi dan sebagian ditabung, jumlah
tabungan tersebut oleh Bank disalurkan untuk kredit salah satunya untuk investasi
,proses akumulasi tersebut menumbuhkan perekonomian nasional yang akan
tercermin dalam Produk Domestic Bruto.

2.2 Masalah Kependudukan

Kebijakan kependudukan merupakan gejala yang relatif baru. Berbagai


kebijakan ekonomi ataupun sosial ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk. Kebijakan itu meliputi penyediaan lapangan kerja untuk penduduk,
memberikan kesempatan pendidikan, meningkatkan kesehatan, serta usaha
menambah kesejahteraan penduduk lainnya. Berbagai kebijaksanaan itu
memengaruhi penduduk, baik mengenai besar, komposisi, distribusi,

9
pertumbuhannya serta ciri-ciri penduduk yang lain. Akan tetapi, pengaruh
terhadap penduduk itu bukan tujuan utama, melainkan merupakan akibat
sampingan dari kebijaksanaan itu.

Kebijakan kependudukan berhubungan dengan dinamika kependudukan,


yaitu perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Kebijakan
kependudukan dapat memengaruhi fertilitas, baik untuk menaikkan maupun
menurunkan angka kelahiran. Kebijakan mengenai fertilitas sering hanya
dihubungkan dengan penurunan fertilitas melalui keluarga berencana. Bahkan,
banyak orang menganggap kebijakan kependudukan identik dengan Keluarga
Berencana. Masalah yang dapat memengaruhi fertilitas adalah nuptialitas, yaitu
hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan.

Umur perkawinan pertama, mudah atau sukarnya perceraian serta


perkawinan ulang juga dapat dihubungkan dengan kebijaksanaan kependudukan.
Kebijakan mortalitas Iangsung dihubungkan dengan kesehatan, bahkan sering
dihubungkan dengan klinik, rumah sakit, dan dokter.

Migrasi merupakan mekanisme redistribusi penduduk. Hanya dengan


migrasi, distribusi penduduk dapat dipengaruhi dalam jangka relatif pendek.
Membahas migrasi biasanya mencakup urbanisasi. Urbanisasi sebagai keadaan
dan proses pemusatan penduduk di daerah urban (perkotaan) yang dipengaruhi
oleh migrasi dari desa ke kota. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa urbanisasi
hanya disebabkan oleh tiga faktor, yaitu pertambahan alami, migrasi desa-kota,
dan reklasifikasi daerah pedesaan (rural) menjadi perkotaan (urban).

Kebijakan kependudukan dapat bersifat nasional terpadu atau sektoral.


Kebijakan nasional terpadu mencakup segala segi kehidupan dengan satu tujuan
mengenai kependudukan. Semua komponen yang mempunyai hubungan dengan
penduduk mempunyai orientasi yang sama sehingga merupakan satu sistem. Tiap-
tiap komponen mempunyai kaitan dengan komponen lain yang menuju pada satu
sasaran yang ditentukan, misalnya penurunan fertilitas, penurunan mortalitas atau
peningkatan migrasi penduduk.

10
Kebijakan kependudukan utama di Indonesia adalah kebijakan keluarga
berencana. Kebijakan ini sudah luas diketahui oleh semua petugas KB ataupun
masyarakat luas. Pertama-tama program KB, sesuai dengan Deklarasi PBB
mengenai kependudukan yang Presiden Soeharto ikut menandatangani,
merupakan titik balik yang sangat penting di Indonesia. Program KB telah dapat
mengubah pandangan dalam masyarakat yang pronatalis, yang melihat penduduk
dan sudut kuantitas saja, menjadi pandangan antinatalis, yang menekankan pada
kesejahteraan masing-masing keluarga dengan membatasi kelahiran.

Transmigrasi merupakan kebijakan kependudukan mengenai migrasi.


Kebijakannya adalah redistribusi penduduk melalui migrasi yang diatur oleh
pemerintah. Transmigrasi yang diatur itu hanya meliputi bagian kecil migrasi,
tetapi dilakukan secara sadar dan dengan tujuan yang jelas. Sejak tahun 1972 di
Undang-Undang No. 3 tahun 1972 yang mengatur Pokok-Pokok Penyelenggaraan
Transmigrasi, transmigrasi tidak hanya mempunyai aspek kependudukan tetapi
juga aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan.

2.3 Pembangunan Berwawasan Kependudukan

Wacana mengenai pembangunan berwawasan kependudukan pada


dasarnya sudah lama menjadi wacana yang berkembang di berbagai negara di
dunia. Akan tetapi, implementasinya terutama di negara-negara berkembang
masih belum dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Kurangnya implementasi
strategi pembangunan berwawasan kependudukan disebabkan masih kuatnya
orientasi pemerintah di negara-negara tersebut untuk mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi yang harus senantiasa tinggi dan menjadikan pertumbuhan
ekonomi sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan pembangunan di sebagian
besar negara-negara berkembang.

Pada dasarnya penggunaan strategi pembangunan berwawasan


kependudukan untuk suatu pembangunan ekonomi akan memperlambat tingkat
pertumbuhan ekonomi. Sekalipun demikian, hal tersebut memberikan jaminan
bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai akan lebih berkesinambungan.

11
Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan membawanya pada
peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu
cepat akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi sekaligus juga
meningkatkan jumlah pengangguran dan setengah menganggur.

Secara sederhana, pembangunan berwawasan kependudukan mengandung


dua makna sekaligus.

1. Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang


disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk
dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan serta dijadikan
subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh
penduduk dan untuk penduduk.
2. Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan
sumber daya manusia. Pembangunan lebih menekankan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan
pembangunan infrastruktur semata-mata (Tjiptoherijanto, 2005).

Dalam konteks tersebut, beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa


penduduk merupakan isu yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan
suatu negara adalah sebagai berikut.

1. Penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program


pembangunan yang dilakukan. Penduduk juga merupakan subjek dan
objek pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan dapat dikatakan
berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti
luas, yaitu kualitas fisik ataupun non-fisik yang melekat pada diri
penduduk itu sendiri.
2. Keadaan penduduk yang ada sangat memengaruhi dinamika
pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah
penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang
memadai, merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan tingkat

12
kualitas rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban
bagi pembangunan.
3. Dampak perubahan dinamika kependudukan akan terasa dalam jangka
yang panjang. Oleh karena itu, sering peranan penting penduduk dalam
pembangunan terabaikan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Principles of Political Economy, Malthus menganalisis pertumbuhan


penduduk dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi. Menurutnya,
pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya pembangunan.
Bahkan, pertumbuhan penduduk adalah akibat dari proses pembangunan
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi.

Kebijakan kependudukan berhubungan dengan dinamika kependudukan,


yaitu perubahan terhadap tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Kebijakan
kependudukan dapat memengaruhi fertilitas, baik untuk menaikkan maupun
menurunkan angka kelahiran. Kebijakan mengenai fertilitas sering hanya
dihubungkan dengan penurunan fertilitas melalui keluarga berencana. Bahkan,
banyak orang menganggap kebijakan kependudukan identik dengan Keluarga
Berencana.

Pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang


disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk dijadikan
titik sentral dalam proses pembangunan serta dijadikan subjek dan objek dalam
pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2016. Sosiologi Pembangunan. (Bandung: CV


Pustaka Setia Bandung).

BKKBN, Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013.


Jakarta: 2013.

Tambunan, Tulus T.H , Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia: 2009

Todaro Michael P. dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi: Edisi


Kesebelas Jilid I. Jakarta: Erlangga. 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai