Anda di halaman 1dari 20

Tugas Final Ekonomi Pembangunan

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN


KEMISKINAN

oleh:
M RIAN SULFIAN
A211 11 126

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam yang telah
memberikan rahmat hidayah dan innayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan judul : Pembangunan Ekonomi dan Kemiskinan sebagai bahan
penilaian final test pada mata kuliah Ekonomi Pembangunan, fakultas ekonomi dan bisnis,
Universitas Hasanuddin.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen pembimbing Bpk. Drs.
Bakhtiar Mustari, M.Si dan Bpk. Dr. Sabir, SE,M.Si atas arahan dan ilmu yang telah di
bagikan kepada saya selama mengikuti perkuliahan.
Meskipun sangat sederhana dan masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya, saya
sangat berharap makalah ini dapat memberi sumbangsi intelektual di dunia pendidikan dan
bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, saya sangat memohon maaf yang sebesarbesarnya atas kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini.
Assalamialaikum wr. Wb.

8 Desember 2015

M Rian Sulfian

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam
kehidupan masyarakat, khususnya

masyarakat di Negara-negara yang sedang

berkembang. Masalah kemiskinan ini meuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah
secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya
pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses
pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.
Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing lagi dalam
kehidupan rakyat Indonesia. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari
segi materi (ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan
ketimpangan pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari pencipta
lapangan kerja yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya penyediaan
barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan tugas dalam kelas
mata kuliah Ekonomi Pembangunan, yang kemudian bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pembangunan dan kemiskinan yang berada di lingkungan sekitar ditinjau dari
pembangunan ekonomi.
C. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pembangunan?
b. Apa saja indicator-indikator pembangunan?
c. Apa saja dampak dari pembangunan?
d. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan?
e. Apa saja indicator-indikator kemiskinan?
f. Apa hubungan antara pembangunan dan kemiskinan?

BAB II
PEMBAHASAN
PEMBANGUNAN DAN KEMISKINAN
A. Pembangunan
1. Pengertian Pembangunan
Pembangunan adalah proses untuk melakukan perubahan atau suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building). Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan tekhnologi, kelembagaan, dan budaya. Dalam pengertian lain,
pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai
aspek kehidupan masyarakat.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran
yanbg mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan
modernisasi dan industrialisasi, bahkan oembangunan dengan westernisasi. Seluruh
pemikiran

tersebut

didasarkan

pada

aspek

perubahan

dimana

pembangunan.

Perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung


unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai latar belakang, azas
dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun
semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan.
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidIupan
masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro
(nasional) dan mikro (community/group). Makna penting dari pembangunan adalah
adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan deversifikasi.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat

yang

menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya
mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ken seluruh aspek
yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan
sebagai proses transformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala
aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Menurut Quraish shihab prinsip-prinsip yang menjadi landasan untuk pembangunan
yaitu sebagai berikut:
a. Tauhid. Prinsip ini tidak hanya diartikan sebagai kepercayaan tentang keesaan
Tuhan, namun mencakup pengertian bahwa segala sesuatu harus dikaitkan dengan
keesaan-Nya sebagai sumber dari segala sumber.

b. Rububiyah. Tuhan memelihara manusia antara lain melalui petunjuk-petunjukNya, rahmat dan rezeki-Nya, sehingga harus disyukuri.
c. Khilafah. Prinsip ini menetapkan kedudukan dan peranan manusia sebagai
makhluk yang telah menerima amanat setelah ditolak oleh makhluk-makhluk
lainnya (QS. 33: 72)
d. Tazkiyah. Prinsip ini menetapkan bahwa hubungan antara manusia dengan Tuhan,
sesamanya dan alam lingkungannya, harus selalu diliputi oleh kesucian serta
pemeliharaan nilai-nilai agama, akal, jiwa, harta dan kehormatan manusia.
2. Indikator Pembangunan
Sejumlah indicator ekoomi yang dapat dihunakan oleh lembaga-lembaga internasional
antara lain pendapatan perkapita, struktur perekonomian, urbanisasi, dan jumlah
tabungan. Berikut merupakan lima indicator pembangunan:
a Pendapatan perkapita
Dalam perspektif makroekonmi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan
manusia yang dapat diukur sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan
kemamuran masyarakat. Tampaknya pendapatan perkapita telah menjadi indikator
makroekonomi yang tidak bisa di abaikan, walaupun memeiliki beberapa
b

kelemahan.
Struktur ekonomi
Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan perkapita, konstribusi
sektor manufaktur/industri dan jasa terhjadap pendapatan nasional akan meningkat
terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan
meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh

perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja.


Urbanisasi
Urbanisasi dapat siartikan sebagai meningkatnya proposi penduduk yang
bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Di negara
industri, sebagian besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di
negara-negara yang sedang berkambang proporsi terbesar tinggal di wilayah
pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu

indikator pembangunan.
Indeks Kualitas Hidup (IKH)
IKH atau Physical Quality of Life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Misalnya, pendapatan nasional
sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata
harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka

melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi
akan menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung berasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan
yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang
memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini
menunjukan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga
e

aka mempengaruhi status pendidikan para anggotanya.


Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
Dalam pemahaman ini pwmbangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang
bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan uang dapat dilakukan oleh manusia.
Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia
akan diikut oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup
manusia secara bebas.

Adapun tolak ukur pembangunan berkelanjutan secara sederhana yang dapat


digunakan baik untuk pemerintah pusat maupun di daerah untuk menilai keberhasilan
seorang kepala pemerintah dalam pelaksanaan proses pembangunan yang
berkelanjutan meliputi:
a. Pro ekonomi kesejahteraan
b. Pro lingkungan berkelanjutan
c. Pro keadilan sosial
3. Dampak-dampak Adanya Pembangunan
Pembangunan melibatkan usaha sadar manusia merancang perubahan dalam hidup
mereka. Tindakan ini sering diungkapkan sebagai sosial engineering (mesin sosial), yang
melibatkan banyak pihak untuk menjalankan perencanaan, pelaksanaan, penerima dan
terpenting sekali pembiayaannya. Dalam konteks sebuah masyarakat, tindakan merancang
pembangunan menjadi tanggung jawab semua lapisan rakyat, masing-masing dengan
bentuk sumbangan yang tertentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan. Ahli politik,
anggota professional, para akademik, pengusaha, pakar teknologi, kaum tani, kelas
pekerja dan berbagai-bagai golongan lain termasuk rakyat terbanyak, semuanya samasama terlibat dalam proses pembangunan ini.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan
hidupnya. Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi
perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem

nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia dalam
masyarakatnya. Walaupun kata pembangunan mempunyai makna yang berbeda-beda,
namun satu makna yang diterima oleh masyarakat umum ialah perubahan.
Pembangunan kadang kala digunakan dalam pengertian yang sempit hanya sebagai
industralisasi atau pemodernan. Bagaimanapun dalam makna yang luas ia bermaksud
meningkatkan derajat manusia dalam sebuah masyarakat tertentu. Pembangunan adalah
upaya untuk meningkatkan nilai kehidupan semua masyarakat dalam segala bidang.
Diakui secara umum bahwa kebudayaan merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan suatu bangsa. Terlebih lagi jika bangsa itu sedang membentuk watak dan
kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya.
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata, materil, dan spiritual berdasarkan pancasila. Bahwa hakikat
pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu
pendekatan dan strategi pembangunan hendaknya menempatkan manusia sebagai pusat
interaksi kegiatan pembangunan spiuritual maupun material.
Pembangunan yang melihat manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagai sumber
daya dalam pembangunan. Hal itu berarti bahwa pembangunan seharusnya mampu
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai
bangsa. Menumbuhkan sikap hidup yang seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki
moralitas serta integritas sosial yang tinggi. Manusia yang takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak
terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah anggota masyarakat
terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang
diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat.
Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat
dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita
sebagai bangsa.
4. Ekonomi Pembangunan

Ekonomi pembangunan dan pembangunan ekonomi memiliki makna yang berbeda,


seperti halnya defenisi pembangunan yang telah di bahas pada point pertama,
pembangunan ekonomi dapat di defenisikan sebagai langkah dari Negara berkembang
dalam upaya meningkatkan dan mambangun kekuatan ekonomi, membangun sarana prasarana, fasilitas demi menciptakan kesejahteraan untuk Negara dan rakyatnya.
Pembangunan Ekonomi juga adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu Negara dan
pemerataan penduduk suatu Negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, begitu
pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang di wujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. (id.wikipedia.org)
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif,
bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti
dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya

pembangunan

ekonomi

diartikan

sebagai

suatu

proses

yang

menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.


Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
1. Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap masyarakat atau bangsa. Sebagai
contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk
menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula,
setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi
yang adil, makmur, dan sejahtera.

2. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita


Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.
Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan
semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita
mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
3. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak
berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikanterus menerus.
Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik,
maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran.
Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara
tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Berbeda dengan ekonomi pembangunan, ekonomi pembangunan sendiri adalah
sebuah mata perkuliahan perguruan tinggi yang membahas tentang pembangunan
ekonomi itu sendiri.

B. Kemiskinan
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, tempat tinggal sebagai tempat
berteduh. Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud sendirin terlepas dari aspek-aspek
lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang
ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut, terutama adalah aspek sosial dan
aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial diantara warga
masyarakat yang bersangkutan seperti perbedaan suku bangsa, ras, gender dan usia yang
bersumber dari corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan
yang dimaksud aspek ekonomi adalah, adanya ketidaksamaan diantara semua warga

masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumbersumber daya ekonomi.
Beberapa faktor kemiskinan diantaranya pendidikan yang rendah dipandang sebagai
penyebab kemiskinan. Dari segi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan mayarakat
menyebabkan terjadinya kemiskinan. Dan dari segi Ekonomi, kepemilikan alat-alat
produktif yang terbatas, penguasaan tekhnologi dan kurangnya keterampilan, dilihat
sebagai alasan mendasarmengapa terjadi kemiskinan. Faktor kultur dan struktural juga
kerap kali dilihat sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat.
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) sebagai berikut:
a

Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan antara pola


kepemilikan sunmber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang,
penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan
kualitasnya rendah.

Krmiskinan muncul akibat adanya oerbedaan kualitas sumber daya manusia yang
rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.

Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah
tangga yang berada di sekitar garis kemiskminan nasiaonal, yang setara dengan PPP
AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin
tetapi rentan terhadap lemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada
pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Keitga,
mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah
merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
a

Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan


nasional sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas gari kemiskinan
nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat.

Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang lebih serius


dibandingkan dengan kemiskinan dari segi pendapatan. Bidang-bidang khusus
yang patut diwaspadai adalah:
1) Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi bahkan meningkat pada tahun-tahun
terakhir
2) Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di
kawasan yang sama, angka kematian ibu di Indonesia adalah 307 (untuk
100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari pada Vietnam dan enam kali
lebih besar dari China dan Malaysia hanya sekitar 72 persen persalinan dibantu
oleh bidan terlatih.
3) Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah
menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di antara
kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55 persen yang lulus
SMP, sedangkan angka untul kuintil terkaya adalah 89 persen untuk kohor yang
sama.
4) Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya diantara penduduk miskin.
Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses air bersih di
daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78 persen.
5) Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan puluh
persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk miskin di
perkotaan tidak memiliki akses pada tangki septik, sementara itu hanya kurang
dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang terlayani oleh saluran
pembuangan kotoran berpipa.

Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Di pedesaan, terdapat


sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak
memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen
pada masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap air bersih,
dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin diperkotaan. Dengan

melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan ditemui perbedaan dalam
kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu sendiri.

2. Indikator Kemiskinan
Adapun indikator keluarga miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ada
sekitar empat belas jenis, yaitu:
a

Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/


tembok tanpa diplester.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

Tidak sanggup membayar biaya pengobatab di puskesmas/poliklinik.

Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0,5 ha,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya
dengan pandapatan di bawah Rp. 600.000 perbulan.

m Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya


SD.

Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,
seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
Faktor kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga unsur,

yaitu:
a

Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang.

Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan itu pada


hakikatnya langsung berkait dengan sistem masyarakat secara menyeluruh dan bukan
hanya ekonomi dan politik, sosial dan budaya.
Pendapat lain menyatakan bahwa usaha memerangi kemiskinan hanya dapat
berhasil kalau dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan
pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan
hanya tingkat prndapatan yang dinaikkan, tetapi harga ndiri sebagai manusia dan
sebagai warga masyarakat dinaikkan, seperti warga masyarakat lainnya. Dengan
lapangan pekerjaan dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan
merangsang berbagai kegiatan di sektor-sektor ekonomi lainnya.
Karena kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, maka terlebih
dahulu perlu memahami inti pokok dari suatu struktur. Inti pokok dari satu struktur
adalah relasi hubungan antara suatu subyek dengan obyek, dan antara subyek-subyek
komponen-komponen yang merupakan bagian dari suatu sistem. Maka permasalahan
struktur yang penting dalam hal ini pola relasi. Ini mencakuo masalah kondisi dan
posisi komponen (subyek-subyek) dari struktur yang bersangkutan dalam keseluruhan
tata susunan atau sistem dan fungsi dari subyek atau komponen tersebut dalam
keseluruhan fungsi dan sistem. (Abu Ahmadi, 1991:342)

Kemiskinan bisa juga terjadi karena tidak adanya semangat tanggung sosail dari
kelompok yang kaya terhadap kelompok yang miskin. Apabila semangat tanggung
jawab sosial ditegakkan dengan memberikan hak-hak yang pantas kepada fakir miskin
maka tentunya angka kemiskinan akan semakin berkurang. Selain itu ada pula
langkah-langkah sinergis dan sistematis dalam penanggulangan kemiskinan. Beberapa
teori yang dapat diterapkan dalam penanggulangan kemiskinan diantaranya yaitu:
a. Kewajiban setiap individu.
Kewajiban terhadap setiap individu tercermin dalam kewajiban bekerja dan
berusaha. Kerja dan usaha langkah pertama yang harus ditanamkan kepada setiap
orang dalam menanggulangi kemiskinan. Manusia secara alami terdorong untuk
memiliki kekayaan melalui bekerja dan berusaha.
b. Kewajiban Masyarakat.
Kewajiban masyarakat tercermin pada jaminan sosial yang dapat dimulai dalam
lingkaran yang terkecil sampai lingkaran sosial yang lebih luas. Lingkaran sosial
terkecil adalah dengan membantu sanak saudara yang dalam kondisi tidak
mampu. Kewajiban masyarakat dalam jaminan sosial dapat berbentuk derma
sosial seperti shodaqoh, zakat, maupun infaq.
c. Kewajiban pemerintah.
Di Indonesia melalui pasal 34 (UUD 1945) disebutkan bahwa: fakir miskin dan
anak terlantar dipelihara oleh negara. Dan Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Untuk mempercepat penanganan kemiskinan, pemerintah Indonesia telah
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Koordinasi

Penanggulangan

kemiskinan

untuk

memperjelas

mekanisme

koorsinasi Penanggulangan Kemiskinan.selanjutnya, pada tanggal 25 Februari


2010 ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan sebagai upaya dalam melakukan percepatan

penanggulangan kemiskinan. Penanggulangan

kemiskinan, dimana hak dasar

masyarakat miskin secara bertahap dapat terpenuhi yang meliputi:


a

Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau.

Terpenuhinya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Tersedianya pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan merata.

Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha.

Terpenuhinya kebutuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan sehat.

Terpenuhinya kebutuhan air bersih dan aman bagi masyarakat miskin.

Terbukanya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan SDA dan terjaganya


kualitas lingkungan hidup.

Terjaminnya rasa aman dari tindak kekerasan.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut


dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang
konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari
pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg
cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk
laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per
hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia
mengkonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi
kurang dari $2/hari.[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam
Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.
[1]

Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup

dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1
juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti
tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran
kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif
masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini
keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini,
negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

3. Beberapa Dimensi Yang Terkait Dengan Kemiskinan


Dalam melihat masalah kemiskinan secara multidimensional, maka kemiskinan dapat
dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
a. Dimensi Makro;
Dimensi Makro: Kesenjangan Pembanguna Desa-Kota.
Kesenjangan pembangunan antara desa dan kota merupakan salah satu factor
penyebab utama terciptanya migrasi desa kota yang tak terkendali, yang sering
juga disebut sebagai urbanisasi. Pemusatan pembangunan pada kota besar
membuat kota besar semakin mennjulang sedangkan daerah pedesaan menjadi
terpinggirkan.
b. Dimensi Mezzo;
Dimensi Mezzo: Melemahnya Social Trust dalam Komunitas dan Organisasi.
Social Trust sebagai unsure pengikat suatu interaksi social yang sehat dan
menjadi bagian utama modal social, memainkan peranan penting dalam suatu
upaya pembangunan. Pembangunan sulit dibayangkan akan berjalan mencapai
hasil yang optimal bila tidak adatrust antar pelaku pembangunan.
c. Dimensi Mikro
Dimensi Mikro: Mentalitas, Materialistik dan Ingin Serba Cepat (Instant)
Dimensi ini menjadi salah satu akar masalah dalam pembangunan deasa ini adalah
berkembangnya mentalitas yang materialistik dan mental ingin serba cepat.
Perkembangan mentalitas ini pada titik tertentu, menjadi sisi negatif yang akhirnya
akan memunculkan mentalitas korup.
4. Hubungan Pembangunan dan Kemiskinan
Di Indonesia pola perkembangan pembangunan juga mengikuti pendapatan
yang dikemukakan Kuznets, artinya golongan miskin kurang terjamah oleh hasil-hasil
pertumbuhan ekonomi. Mengapa mereka tidak terangkat, padahal pemerintah telah
mengambil kebijaksanaan penyebaran proyek-proyek ke daerah-daerah ke desa-desa.
Bila diteliti golongan-golongan miskin yang tidak terjamah oleh hasil-hasil
pembangunan karena:

a. Ketimpangan dalam peningkatan pendidikan. Selama belum ada kewajiban belajar


golongan miskin tidak akan mampu berpartisipasi mengenyam peningkatan
anggaran pendidikan.
b. Ketidakmerataan

kemampuan

untuk

berpartisipasi.

Untuk

berpartisipasi

diperlukan tingkat pendidikan, keterampilan, relasi, dan sebagainya. Golongan


miskin tidak memilikinya .
c. Ketidakmerataan pemilikan alat-alat produksi.Golongan miskin tidak memiliki
alat-alat produksi, penghasilannya untuk makan saja sudah susah, sehingga tidak
mungkin untuk membentuk modal.
d. Ketidakmerataan kesempatan terhadap modal dan kredit ada. Modal dan kredit
pemberiannya menghendaki syarat-syarat tertentu dan golongan miskin tidak
mungkin memenuhi persyaratannya.
e. Ketidakmerataan menduduki jabatan-jabatan. Untuk mendapat pekerjaan yang
memberi makan pada keluarga saja susah, apalagi menduduki jabatan-jabatan
yang sering memerlukan relasi tertentu dan persyaratan tertentu.
f. Ketidakmerataan mempengaruhi pasaran. Karena miskin dan pendidikannya
rendah, maka tidak mungkin golongan miskin dapat mempengaruhi pasaran .
g. Ketidakmerataan

kemampuan

menghindari

musibah

misalnya

penyakit,

kecelakaan dan ketidak beruntungan lainnya. Bagi golongan miskin dibutuhkan


bantuan untuk dapat mengatasi musibah tersebut. Mengharapkan diri mereka
sendiri dapat mengangakat dirinya tanpa pertolongan, sukar dipastikan.
h. Laju pertumbuhan penduduk lebih memberatkan golongan miskin. Dengan jumlah
keluarga besar, mereka sulit untuk data menyekolahkan, memberi makan, dan
membelikan pakaian yang layak dan secukupnya. Hanya keluarga golongan atas
yang berpenghasilan tinggi sajalah yang mampu untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

Dapatlah dipastikan bahwa golongan berpenghasilan rendah, karena kurang


terjamah pendidikan, tidak memiliki sarana-sarana, misalnya kredit, modal, alat-alat
produksi, relasi dan sebagainya, tidak akan mampu berpartisipasi dalam pertumbuhan
ekonomi dan menikmati pembagian hasil-hasilnya tanpa adanya kebijaksanaan khusus
yang ditujuakan untuk mengangkat mereka.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemiskinan sering diidentifikasi dengan kekurangan terutama kekurangan bahan
pokok seperti pangan, kesehatan, sandang, papa, dan sebagainya. Dengan kata lain,
kemiskinan merupakan ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga ia
mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya
(Siswanto, 1998). kemiskinan bagaikan penyakit yang harus diberantas. Namun upaya
memberantas tidak selalu membawa hasil karena masalah memang kompleks.
Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari konteks masalahnya.
Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang setiap faktornya memerlukan penanganan
khusus.
Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan
hidupnya. Serentak dengan laju pembangunan, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi
perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem
nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia dalam
masyarakatnya. Walaupun kata pembangunan memiliki makna yang berbeda-beda, namun
satu makna yang diterima oleh masyarakat umum adalah perubahan.
Penanganan kemiskinan juga sebaiknya tidak dilepaskan dari program pembangunan
secara keseluruhan. Karena yang menjadi akar masalah itu bukanlah kemiskinanan itu
sendiri, tetapi kemiskinan merupakan gejala dari adanya kesenjangan pembangunan di
berbagai bidang yang terjadi antara kota-kota besar dan daerah asal migrant tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Suhada, Idad., Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Insan Mandiri, 2011
http://naonwehlahbebas.wordpress.com
https://www.academia.edu/6107360/kemiskinan
https://agi3l.wordpress.com/2009/12/27/masalah-kemiskinan
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

Anda mungkin juga menyukai