Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Sosiologi Kependudukan
Dosen Pengampu.
Dr. Muhmad Zuldin, Drs., M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 12

Lusi Agustianti (1168030111)


Mahardika Rachmawan S (1168030114)
Moch. Reva Rahmat S (1168030121)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wata’ala yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Sosiologi Kependudukan dengan judul
“Pembangunan Berwawasan Kependudukan”. Tak lupa serta sholawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam
beserta keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak dan
berbagai sumber bacaan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan para
pembaca dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu sangat diperlukan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR··································································· i
DAFTAR ISI·············································································· ii

BAB I PENDAHULUAN······························································· 1
A. Latar Belakang Masalah······························································1
B. Rumusan Masalah····································································· 2
C. Tujuan Penulisan······································································ 2

BAB II PEMBAHASAN································································ 3
A. Pembangunan·········································································· 3
B. Pembangunan Berwawasan Kependudukan·······································4
C. Pembangunan Berwawasan Kependudukan di Indonesia······················· 8

BAB III PENUTUP······································································ 11


A. Kesimpulan·············································································11
B. Saran···················································································· 11

DAFTAR PUSTAKA····································································12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara didunia, baik negara maju ataupun negara berkembang pasti
memiliki serangkaian perencanaan pembangunan. Pembangunan adalah hal yang
penting bagi setiap negara, karena dengan pembangunan lah suatu negara dapat
bertahan dari krisis apapun. Bagaimanapun kondisi suatu negara, makna
pembangunan pada dasarnya adalah sama, yaitu serangkaian upaya untuk
memajukan kondisi masyarakat. Namun, setiap negara memiliki orientasi dan
strategi pembangunan yang berbeda-beda.
Sampai dengan saat ini, pembangunan dibanyak negara lebih memfokuskan
pada pembangunan berbasis pertumbuhan ekonomi atau sektor material. Padahal,
terdapat salah satu strategi pembangunan yang tidak kalah menjanjikan dari
pembangunan ekonomi, yaitu pembangunan berwawasan masyarakat atau
kependudukan. Jika pembangunan ekonomi lebih mentargetkan pada percepatan
ekonomi berupa tabungan, investasi, teknologi, produktivitas, perdagangan,
industri dan lain sebagainya, maka pembangunan berwawasan kependudukan
lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Jika dibandingkan, pembangunan berbasis kependudukan nyatanya masih
belum optimal, dikarenakan prosesnya yang memakan waktu lama dan
keberhasilannya pun sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia.
Meskipun demikian, pembangunan berwawasan kependudukan ternyata dianggap
lebih stabil jika dibandingkan dengan pembangunan ekonomi yang cenderung
bisa mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuatuf). Berangkat dari
penjelasan diatas, maka penting bagi kita untuk mengenal lebih dalam apa itu
pembangunan berwawasan kependudukan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan?
2. Apa yang dimaksud dengan pembangunan berwawasan kependudukan?
3. Bagaimana gambaran pembangunan berwawasan kependudukan di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi pembangunan.
2. Untuk mengetahui definisi pembangunan berwawasan kependudukan.
3. Untuk mengetahui gambaran pembangunan berwawasan kependudukan di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pembangunan
Secara termonologis, di Indonesia konsep pembangunan sering diidentikan
dengan istilah development, modernization, westernization, empowering,
industrialization, economic growth, europanization, bahkan disejajarkan dengan
istilah political change. Adanya berbagai istilah yang digunakan untuk
mengartikan pembangunan ini disebabkan oleh adanya makna yang
multi-interpretable, sehingga istilah tersebut sering disamakan dengan istilah
lainnya yang berlainan arti. Namun makna dasar dari pembangunan sendiri adalah
development, yaitu serangkaian upaya memajukan kondisi masyarakat sebuah
kawasan atau negara dengan konsep pembangunan tertentu.1
Di Indonesia, pembangunan sering diidentikan sebagai upaya untuk
memajukan rakyatnya, namun sering kali kemajuan yang dimaksud adalah dalam
hal terkait material atau berkaitan dengan ekonomi. Padahal pada dasarnya,
pembangunan sendiri memiliki dua unsur pokok, yaitu material dan masalah
manusia. Pembangunan material berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan
produksi dan distribusi barang-barang material. Sedangkan pembangunan manusia
meliputi usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara,
berupa pembangunan SDA kreatif.2
Pembangunan pada hakikatnya adalam suatu proses transformasi masyarakat
dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang semakin mendekati tata
masyarakat yang dicita-citakan; dalam proses transformasi tersebut ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change),
tarikan diantara keduanya menimbulkan dinamika dalam perkembangan
masyarakat.3

1
Rauf A. Hatu, Sosiologi Pembangunan, (Yogyakarta: Interpena, 2013), h. 5.
2
Ibid., h. 6.
3
Ibid.

3
Dalam pembangunan, terdapat dua pelaku yang perlu terlibat. Menurut Rahim,
dalam setiap proses pembangunan pada dasarnya terdapat dua kelompok atau
sub-sistem pelaku-pelaku pembangunan yang terdiri atas:4
1. Sekelompok kecil warga masyarakat yang merumuskan perencanaan dan
berkewajiban untuk mengorganisasi dan menggerakan warga masyarakat lain
untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Mereka bertugas untuk
merumuskan sejumlah ide-ide atau aspirasi yang dikehendaki oleh seluruh
warga masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah disepakati.
2. Masyarakat luas yang berpartisipasi dalam proses pembangunan; baik dalam
bentuk pemberian input (ide, biaya, tenaga), pelaksanaan kegiatan,
pemantauan dan pengawasan serta pemanfaatan hasil pembangunan. Dalam
prakteknya, kelompok masyarakat luas inilah yang paling berperan besar
terhadap berhasil atau tidaknya pembangunan, sedangkan “kelompok elite”
hanya berfungsi sebagai penerjemah “kebijakan dan perencanaan
pembangunan” sekaligus mengorganisir dan menggerakan partisipasi
masyarakat.

B. Pembangunan Berwawasan Kependudukan

Pembangunan berwawasan kependudukan merupakan pembangunan yang


menjadikan penduduk sebagai pusatnya atau People Centered Development,
dimana pembangunan dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan dinamika
penduduk. Semua perencanaan pembangunan harus memperhatikan dan
mempertimbangkan data dan informasi kependudukan secara lengkap, mulai dari
jumlah penduduk, persebaran serta kualitas penduduk atau biasa disebut sebagai
population responsive. Dalam perencanaan ini, data kependudukan memiliki
peranan yang sangat penting. Semakin lengkap dan akurat suatu data, semakin
mudah terealisasinya pembangunan.5

4
Aprilia Theresa dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat Acuan Bagi Praktisi, Akademisi, dan
Pemerhati Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 8-9.
5
Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Pembangunan, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.
171-173.

4
Penting bagi masyarakat sekaligus pemerintah untuk memberi perhatian
terhadap kependudukan dan pembangunan. Penduduk adalah aset pembangunan
atau sering disebut sebagai sumber daya manusia (SDM). Secara kuantitatif,
makna penduduk hanyalah berupa jumlah manusia sedangkan secara kualitatif,
penduduk berarti menyangkut jumlah manusia dengan pendidikan, keterampilan
serta moralnya. Lebih dari itu, variabel-variabel dalam problema kependudukan
sangatlah kompleks meliputi penduduk itu sendiri, kemiskinan, kesempatan kerja,
pemukiman, kesehatan, gizi, pendidikan, kejahatan, pencemaran lingkungan,
krisis ekonomi, kelaparan, sandang, air bersih, kebodohan, keterbelakangan,
fasilitas umum dan fasilitas sosial.6
Terdapat beberapa alasan yang melandasi pembangunan berwawasan
kependudukan yaitu sebagai berikut.7
1. Penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program
pembangunan yang dilakukan. Oleh karena itu, pembangunan hanya dapat
dikatakan berhasil apabila mempu meningkatkan kesejahteraan penduduk
dalam arti luas, yaitu kualitas fisik dan non-fisik yang melekat pada diri
penduduk itu sendiri.
2. Keadaan penduduk yang ada sangat memengaruhi dinamika pembangunan
yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar, jika
diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai, merupakan pendorong bagi
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti
dengan tingkat kualitas rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai
beban bagi pembangunan.

6
Sofyan Anwar Mufid, Ekologi Manusia, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 195-196.
7
Adon Nasrullah Jamaludin, Op. Cit., h. 185.

5
Hubungan Antara Dinamika Kependudukan
Dengan Pembangunan Berkelanjutan

Inti dari pembangunan kependudukan adalah pembangunan sumber daya


manusia dan bukan pada pembangunan ekonomi. Untuk jangka pendek,
pembangunan berwawasan kependudukan sering kali dianggap sebagai upaya
yang sia-sia, namun untuk jangka waktu yang panjang, pembangunan dengan
mempertimbangkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan justru akan
mendorong kualitas sumber daya manusia bahkan ekonomi dari waktu ke waktu.
Pembangunan berwawasan kependudukan bisa dikatakan sebagai suatu
alternatif terhadap pembangunan berorientasi pertumbuhan ekonomi. Pemikiran
tentang pembangunan berwawasan pertumbuhan ekonomi (mainstream economics)
mendominasi didekade 50-an dan 60-an dengan ciri utamanya yaitu mengejar
pertumbuhan ekonomi agregat. Pemikiran tersebut nyatanya masih banyak diikuti
dan didukung oleh berbagai negara didunia. Berawal dari orientasi ini, timbullah
pemikiran baru untuk mencari alternatif lain terhadap paradigma ekonomi yaitu
dengan melahirkan paradigma pembangunan sosial yang tujuannya adalah untuk
menyelanggarakan pembangunan yang lebih berkeadilan.8 Kedua pembangunan
tersebut jelas memiliki perbedaan, yaitu sebagai berikut.

8
Aprilia Theresa dkk, Op. Cit., h. 18-19.

6
Perbedaan Pembangunan Berwawasan Ekonomi dan Pembangunan
Berwawasan Kependudukan
Pembangunan Berwawasan
Pembangunan Berwawasan Ekonomi9
Kependudukan10
Prakarsa datang dari pusat dalam bentuk Prakarsa dan proses pengambilan
rencana formal keputusan berpusat dari dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, tahap demi tahap
harus diletakan pada masyarakat itu sendiri
Orientasinya adalah bagaimana Fokus utamanya adalah peningkatan
menyelesaikan program/proyek secara kemampuan masyarakat untuk mengelola
cepat, sehingga mampu meghasilkan dan memobilisasi sumber-sumber yang
pertumbuhan dengan menekankan terdapat dikomunitas mereka
mekanistik
Mekanisme kelembagaan bersifat dari atas Mentoleransi variasi lokal, oleh karenanya
kebawah (top down) sifatnya jadi flexible/ menyesuaikan dengan
kondisi lokal dan bekerja secara bottom up
atau dari bawah ke atas
Penyusunan program yang bersifat statis Pendekatan bersifat social learning dan
serta didominasi oleh pendapat pakar dan terdapat interaksi kolaboratif antara
teknokrat birokrasi dan komunitas mulai dari
perencanaan sampai evaluasi proyek
Menekankan pada penggunaan teknologi Menekankan pada proses pembentukan
yang biasanya bersifat scientific dan jejaring (networking) antara birokrasi dan
bersumber dari luar. Organisatornya adalah lembaga swadaya masyarakat atau satuan
para pakar spesialis organisasi tradisional. Sehingga terjadi
simbiosis diantara struktur pembangunan
ditingkal lokal

9
Prijono Tjiptoherijanto, Menuju Pembangunan Berwawasan Kependudukan. Jurnal
Kependudukan dan Kebijakan (Online), Volume 11, No. 1, 2000 (https://jurnal.ugm.ac.id/populas
i/article/view/12325/8985, diakses 03 Mei 2019), h. 10.
10
Aprilia Theresa dkk, Op. Cit., h. 22-23.

7
Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan strategi pembangunan
yang bersifat bottom up planing. Melalui pendeketan ini, tujuan utama seluruh
proses pembangunan adalah lebih memeratakan kesejahteraan penduduk daripada
mementingkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan bottom
up berupaya untuk mengoptimalkan penyebaran sumber daya yang dimiliki dan
potensial keseluruh wilayah dan pembangunan sesuai potensi dan masalah khusus
yang dihadapi oleh daerah masing-masing. Oleh karena itu, otonomi yang
seluas-luasnya perlu diberikan kepada setiap daerah agar mempu mengatur dan
menjalankan berbagai kebijakan yang dirumuskan sendiri guna peningkatan
kesejahteraan masyarakat didaerah atau kawasan yang bersangkutan.11
Pembangunan berwawasan kependudukan sebenarnya sudah lama
direncanakan oleh berbagai negara, khususnya negara berkembang. Namun
implementasi dari pembangunan ini dinilai masih belum bisa terlaksana secara
baik. Kurang maksimalnya pembangunan berwawasan kependudukan terjadi
karena banyak dari negara yang masih memfokuskan pembangunannya pada
pembangunan ekonomi sebagai ukuran keberhasilan.

C. Pembangunan Berwawasan Kependudukan di Indonesia

Dalam sejarahnya, pembangunan di Indonesia cenderung memfokuskan pada


pembangunan ekonomi dan juga politik, bukan pada pembangunan berbasis
kependudukan atau masyarakat. Pemerintahan awal Republik Indonesia, baik
yang dipimpin oleh Soekarno ataupun Soeharto, mempunyai kultur yang hampir
sama. Mereka lebih mengutamakan pembangunan politik daripada pembangunan
masyarakat. Pemerintah lebih mengutamakan cita-cita persatuan Indonesia,
sebaliknya mereka kurang memperhatikan dan mempertimbangkan kenyataan
tentang keanekaragaman kualitas masyarakat Indonesia.12 Artinya, pembangunan
berwawasan kependudukan sendiri kurang dilirik oleh pemerintah. Selain itu,
pemerintah juga memiliki keinginan tinggi untuk mempertahankan laju

11
Prijono Tjiptoherijanto., Loc. Cit.
12
Amri Marzali, Antropologi dan Pembangunan Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h.
227.

8
pertumbuhan ekonomi yang harus senantiasa tinggi. Meskipun demikian,
perhatian pemerintah akan pembangunan kependudukan sudah ada sejak
pemerintah Orde Baru.
Konsep pembangunan manusia seutuhnya, yang tidak lain adalah konsep
pembangunan kependudukan mulai diterapkan pada perencanaan pembangunan
Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita I pada tahun 1969. Dalam hal
kebijakan, meski pembangunan berwawasan kependudukan telah coba diterapkan
dengan sungguh-sungguh, pemerintah tampaknya belum secara optimal
mengintegrasikan kebijakan tersebut dalam berbagai sektoral.
Pembangunan ekonomi yang selama ini dibanggakan nyatanya tidak memberi
dampak yang signifikan terhadap pembangunan nasional. Diketahui bahwa
tingkat pertumbuhan Indonesia rata-rata hanya sebesar 7% dan hanya berasal dari
sektor pemanfaatan sumber daya alam (hutan dan hasil tambang) dan arus modal
asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Artinya selama ini, Indonesia
hanya mengandalakan pembangunan sumber daya alam dan bukan pada
manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi.13
Di Indonesia, perencanaan pembangunan dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Pembanguan Nasional (PPN/Bappenas). Bappenas memiliki banyak
perencanaan pembangunan diberbagai bidang, mulai dari ekonomi,
pengembangan regional, kemaritiman, sumber daya manusia, kependudukan dan
ketenagakerjaan, pembangunan manusia, masyarakat dan kebudayaan, sarana
prasarana, politik, hukum, pertahanan, keamanan dan lainnya.
Pembangunan berwawasan kependudukan di Indonesia juga dikelola oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN). Pada awalnya,
BKKN hanya berfokus pada pengendalian kuantitas atau jumlah penduduk yang
terus mengalami peningkatan. Namun tidak hanya sebatas pada pengendalian
jumlah penduduk, BKKN juga ikut serta dalam peningkatan kualitas penduduk di
Indonesia. Hal ini tercermin pada salah satu misinya yaitu mewujudkan
pembangunan berwawasan kependudukan dalam rangka mendongkrak Indeks

13
Mahara Sintong, Kebijakan Berwawasan Kependudukan dan Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia. Jurnal Pendidikan Geografi (Online), Volume 5, No. 1, 2013 (https://jurnal.
Unimed.ac.id/2012/index.php/geo/article/view/8081/6760, diakses 03 Mei 2019), h. 18-19.

9
Pembangunan Manusia (IPM) dan tercapainya Millenium Development Goals
(MDGs) yang ternyata sampai saat ini masih belum memberi hasil yang
memuaskan.14
Jika dibandingkan dengan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi,
pembangunan berwawasan kependudukan memang dianggap tidak terlalu
menjamin pembangunan nasional secara cepat. Namun pembangunan ini dinilai
jauh lebih baik karena karakteristiknya yang berkesinambungan, berdayaguna,
memberi manfaat dan mensejahterakan masyarakat untuk jangka waktu yang
lama.

14
Mardiya, KB dan Pembangunan Berwawasan Kependudukan. BPMPDP dan KB Kabupaten
Kulonprogo (Online). (http://www.kulonprogokab.go.id/v21/files/ARTIKEL-KB-DAN-PEMB
ANGUNAN-BERWAWASAN-KEPENDUDUKAN.pdf, diakses 03 Mei 2019), h. 2.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Makna dasar dari pembangunan adalah development, yaitu serangkaian
upaya memajukan kondisi masyarakat sebuah kawasan atau negara
dengan konsep pembangunan tertentu.
2. Pembangunan berwawasan kependudukan merupakan pembangunan
yang menjadikan penduduk sebagai pusatnya atau People Centered
Development, dimana pembangunan dilakukan dengan memperhatikan
kondisi dan dinamika penduduk. Pembangunan berwawasan
kependudukan menekankan strategi pembangunan yang bersifat bottom
up planing. Melalui pendeketan ini, pembangunan disesuaikan dengan
potensi dan masalah khusus yang dihadapi oleh daerah masing-masing.
3. Pembangunan di Indonesia cenderung memfokuskan pada pembangunan
ekonomi dan juga politik, bukan pada pembangunan berbasis
kependudukan atau masyarakat. Hal ini sudah dimulai sejak masa
kepemimpinan Soekarno maupun Soeharto dan masih bercorak demikian
sampai saat ini. Pembangunan di Indonesia direncanakan oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). selain itu dikelola
oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKN).

B. Saran
Pembangunan pada dasarnya dilakukan demi kepentingan masyarakat.
Pembangunan hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan dan
melibatkan berbagai elemen bangsa. Pembangunan yang baik tidak hanya
ditentukan oleh pemerintah, melainkan harus berpusat pada kualitas sumber daya
manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hatu, Rauf A. 2013. Sosiologi Pembangunan. Yogyakarta: Interpena.

Jamaludin, Adon Nasrullah. 2016. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Pustaka


Setia.

Mufid, Sofyan Anwar. 2014. Ekologi Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marzali, Amri. 2016. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta:


Prenamedia Group.

Theresa, Aprilia dkk. 2015. Pembangunan Berbasis Masyarakat Acuan Bagi


Praktisi, Akademisi, dan Pemerhati Pengembangan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta.

Tjiptoherijanto, Prijono. 2000. Menuju Pembangunan Berwawasan


Kependudukan. Jurnal Kependudukan dan Kebijakan (Online), Volume
11, No. 1 (https://jurnal.ugm.ac.id/populas i/article/view/12325/8985,
diakses 03 Mei 2019).

Sintong, Mahara. 2013. Kebijakan Berwawasan Kependudukan dan Peningkatan


Kualitas Sumber Daya Manusia. Jurnal Pendidikan Geografi (Online),
Volume 5, No. 1 (https://jurnal.Unimed.ac.id/2012/index.php/geo/article/
view/8081/6760, diakses 03 Mei 2019).

Mardiya. 2019. KB dan Pembangunan Berwawasan Kependudukan. BPMPDP


dan KB Kabupaten Kulonprogo (Online). (http://www.kulonprogokab.
go.id/v21/files/ARTIKEL-KB-DAN-PEMBANGUNAN-BERWAWASA
N-KEPENDUDUKAN.pdf, diakses 03 Mei 2019).

12

Anda mungkin juga menyukai