Anda di halaman 1dari 15

TEORI PEMBANGUNAN TIDAK SEIMBANG

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi


Pembangunan

yang diampu oleh Nana Supriatna Sonjaya, SE., MM.

Oleh

Fionita Zahra Farrasati

(612010121110)

4F

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Allah swt, berka rahmat dan karunia-Nya
yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Teori
Pembangunan Tidak Seimbang”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu


ekonomi pembangunan. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang Teori
Pembangunan Tidak Seimbang.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Nana


Supriatna Sonjaya, SE., MM. Selaku dosen mata kuliah ekonomi
pembangunan yang senantiasa membimbing dalam penyusunan makalah
ini. Penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa ada adanya
bimbingan dari beliau.
Adapun penulisan makalah Teori Pembangunan Tidak Seimbang
telah disusun semaksimal mungkin dengan bantuan referensi dari jurnal-
jurnal sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.

Indramayu, 23 Juni 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Pembangunan...................................................................................3
A. Teori Pembangunan..........................................................................4
B. Teori Pembangunan Tidak Seimbang...............................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata pembangunan mungkin saja sangat akrab di telinga. Secara
umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan kemajuan
hidup berbangsa. Akan tetapi pada sebagian besar masyarakat,
pembangunan selalu diartikan sebagai perwujudan fisik. Bahkan pada
masyarakat kecil, pembangunan mempunyai makna yang khas. Ukuran
fisik itu menjadi ukuran bagaimana anggapan bahwa pembangunan di
Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan di negeri ini, baik
pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Jalan-jalan lebar dan
mulus telah dibangun, berbagai fasilitas publik seperti rumah sakit,
pendidikan, PDAM, dan sebagainya. Tidak ketinggalan juga berbagai
sarana kemudahan yang berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi, khususnya di bidang informasi.
Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki
kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan
adanya pendapatan yang tinggi. Namun, kiranya pendapatan bukanlah
satu-satunya ukuran kesejahteraan. Hal lain yang tidak kalah penting
yang perlu diperjuangkan adalah masalah pendidikan, peningkatan
standar kesehatan, nutrisi, pemberantasan kemiskinan, kondisi
lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan
individual, dan penyegaran kehidupan budaya. Namun, patut dicatat
bahwa apa yang disebut sebagai “kehidupan yang lebih baik” itu sangat
relatif, harus melibatkan nilai-nilai (values) dan pengukuran nilai-nilai
(value judgment). Dengan demikian, dalam terminologi pembangunan
terdapat pengukuran nilai tentang apa yang baik (pembangunan) dan
apa yang buruk (keterbelakangan). Akan tetapi, perlu direnungkan
pemaknaan “pembangunan” itu sendiri tidak sama bagi setiap orang.

1
Pembangunan tidak seimbang adalah suatu program pembagunan
yang lebih sesuai digunakan untuk mempercepat proses pembangunan
di negara berkembang. Pembangunan tidak seimbang dianggap lebih
sesuai untuk dilaksanakan di negara-negara berkembang karna negara
tersebut menghadapi kekurangan sumber daya maka, dengan
melaksanakan program pembangunan tidak seimbang, usaha
pembangunan pada waktu tertentu dapat di pusatkan kepada beberapa
kegiatan yang akan mendorong penanaman modal di berbagai kegiatan
lain pada masa selanjutnya. Dengan demikian, pada setiap tingkat
pembangunan sumber daya yang sangat langkah dapat digunakan
dengan lebih efisien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa itu pembangunan ?
2. Apa saja teori pembangunan ?
3. Bagaimana teori pembangunan tidak seimbang?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini
memiliki tujuan untuk menjelaskan hal- hal sebagai berikut.
1. Pembangunan
2. Teori pembangunan
3. Teori pembangunan tidak seimbang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembangunan
Pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling
tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian
pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari
perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan
Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi
memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial hingga
pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang
menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat
diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan
alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi
(Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).
Secara umum, kita dapat memberikan makna tentang pembangunan
sebagai suatu proses perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh
birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan
sebagai proses peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang
lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat beberapa cara untuk
menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok ukur
pembangunan bukan hanya pendapatan per kapita, namun lebih dari
itu harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan,
berkurangnya kemiskinan, dan mengecilnya tingkat pengangguran.
Beberapa pakar memberikan definisi pembangunan yang berbeda-
beda.

3
Menurut Easton (1985) pembangunan adalah Upaya untuk
meningkatkan taraf hidup serta merealisasikan potensi yang ada secara
sistematis. Proses sistematik paling tidak terdiri dari 3 unsur. Pertama,
adanya input, yaitu bahan masukan konservasi. Kedua, adanya proses
konservasi, yaitu wahana untuk mengolah bahan masukan. Ketiga,
adanya output, yaitu sebagai hasil dari proses konservasi yang
dilaksanakan.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) Pembangunan nasional dapat pula
diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara
sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.
Deddy T. Tikson menambahkan penjelasan tentang transformasi dalam
struktur ekonomi. Peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat
di sektor industri dan jasa mempunyai kontribusi terhadap pendapatan
nasional semakin besar. Sebaliknya, ia mengkritisi kontribusi sektor
pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan
pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Sementara
transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran
melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-
ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas
rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik.
Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan
bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, di samping
adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti
perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran
dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari
kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

A. Teori Pembangunan
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua
paradigma besar: 1) modernisasi dan 2) ketergantungan (Lewwellen
1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma
modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi

4
dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu
yang menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan
mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development)
ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world
system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Adapun
Tikson (2005) membaginya ke dalam tiga klasifikasi teori
pembangunan: 1) modernisasi; 2) keterbelakangan; dan 3)
ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian
muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan.
1. Teori modernisasi
Teori Modernisasi berkembang pasca perang dunia kedua,
yaitu pada saat Amerika terancam kehilangan lawan dagang
sehingga terjadi kejenuhan pasar dalam negeri. Amerika melibatkan
diri membantu negara-negara Eropa yang porak-poranda seusai
perang. Perlahan Eropa mulai bangkit dari keterpurukannya.
Keterlibatan ini ternyata bukan saja mampu ‘menolong’ negara-
negara Eropa, tetapi ternyata justru memberikan banyak keuntungan
yang lebih bagi Amerika. Keberhasilan pembangunan yang
diterapkan pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran
lanjut untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara Dunia
Ketiga sekaligus memberikan bantuan untuk pembangunannya.
Kenyataannya, keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa
ternyata banyak mengalami kegagalan di negara-negara Dunia
Ketiga. Penjelasan tentang kegagalan ini memberikan inspirasi
terhadap sarjanasarjana sosial Amerika, yang kemudian
dikelompokkan dalam satu teori besar, dan dikenal sebagai teori
Modernisasi (Budiman, dalam Frank, 1984: ix). Berikut ini, asumsi
dasar dari teori modernisasi.
a. Berangkat dari dua kutub dikotomis, antara masyarakat modern
dan masyarakat tradisional. Masyarakat modern diidentikkan
dengan masyarakat negara-negara maju dan masyarakat

5
tradisional diidentikkan dengan masyarakat negara-negara
berkembang;
b. Berangkat dari modernisasi tersebut maka negara-negara maju
memberikan peran sangat dominan dan dianggap positif,
menularkan nilai-nilai modern di samping memberikan bantuan
modal dan teknologi. Teori modernisasi menekankan bahwa
tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan oleh faktor-
faktor eksternal melainkan internal (traditional life);
c. Resep pembangunan yang ditawarkan bisa berlaku untuk siapa,
kapan, dan di mana saja.

Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses


perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen
pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan
di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi
modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya
penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang
tradisional.

2. Teori dependensi
Teori Dependensi atau Teori Ketergantungan lebih menitik
beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan
negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori
dependensi mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk
menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual dari
negara maju. Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik
terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang
didominasi oleh teori modernisasi. Teori dependensi lahir karena
teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga
timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori
modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kemajuan bagi
negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa

6
ilmuwan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang
baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan
dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang
dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai
bentuk kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya
negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya. Frank
sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada awalnya
menyerang pendapat Rostow. Frank menganggap Rostow telah
mengabaikan sejarah. Sejarah mencatat bagaimana perkembangan
dunia ketiga yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh
negara dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus
bergulir dan disambut oleh pemikir sosial lainnya, seperti Santos,
Roxborough, Cardoso, dan Galtung.
Keterbelakangan yang dialami oleh negara-negara
berkembang yang telah secara intensif mendapat bantuan dari
negara-negara maju menyebabkan ketidakpuasan terhadap asumsi-
asumsi yang dikemukakan oleh teori modernisasi. Keadaan ini
menimbulkan reaksi keras dari para pemerhati masalah-masalah
sosial yang kemudian mendorong timbulnya teori dependensi. Teori
ini menyatakan bahwa karena sentuhan modernisasi itulah negara-
negara dunia ketiga kemudian mengalami kemunduran
(keterbelakangan), secara ekstrem dikatakan bahwa kemajuan atau
kemakmuran dari negara-negara maju pada kenyataannya
menyebabkan keterbelakangan dari negara-negara lainnya (the
development of underdevelopment); siapa sebenarnya yang
menolong dan siapa yang ditolong ? Andre Gunter Frank (1967)
dianggap sebagai salah seorang tokoh pencetus teori Dependensi ini
mengatakan bahwa keterbelakangan justru merupakan hasil dari
kontak yang diadakan oleh negara-negara berkembang dengan
negara-negara maju (Budiman, dalam Frank, 1984: xii-xiii). Asumsi
dasar dari teori Dependensi mencakup:

7
1) keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang
sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia ketiga;
2) ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh
‘faktor luar’;
3) permasalahan ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah
ekonomi, yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari
negara dunia Ketiga ke negara maju;
4) situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses polarisasi regional ekonomi global; dan
5) keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang
mutlak bertolak belakang dengan pembangunan (Suwarsono-So,
1991: 111).

B. Teori Pembangunan Tidak Seimbang


Teori ini dikemukakan oleh Hirschman 1992 yang pada awalnya
mengkritik teori pembangunan seimbang. Menurutnya bahwa
masyarakat yang masih rendah tingkat pendapatannya tidak dapat
merubah sistem perekonomian yang tradisional menjadi sistem yang
modern. Disamping itu, kapital yang besar tidak dapat disediakan oleh
negara yang masih berkembang. Justru dengan tidak adanya
keseimbangan akan mendorong kemajuan ekonomi yang lebih cepat
dan biaya- biaya ekspansi dapat diminimumkan. Bila satu sektor masih
rendah outputnya maka akan tetap ada permintaan yang banyak di
sektor lain dan akan ada suatu keuntungan super normal pada sektor
yang rendah outputnya itu.
Teori pembangunan tidak seimbang dikemukakan oleh
hirscmhan dan streeten. Menurut mereka, pembangunan tidak
seimbang adalah pola pembangunan yang lebih cocok untuk
mempercepat proses pembangunan dinegara berkembang. Hirscmhan
juga mengamati bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua
periode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan
ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang

8
berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan tidak seimbang.
Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang
perkembangan sektor lain nya. Begitu pula perkembangan di suatu
industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain
yang erat kaitan nya dengan industri yang mengalami perkembangan
tersebut.
Sementara yang kita tahu pembangunan tidak seimbang akan
menciptakan gangguan-gangguan dan ketidakseimbangan-
ketidakseimbangan dalam kegiatan ekonomi. Keadaan tersebut akan
menjadi perangsang untuk melakukan investasi yang lebih banyak
pada masa yang akan datang. Dengan demikian pembangunan tidak
seimbang akan mempercepat pembangunan ekonomi di masa yang
akan datang.
Persoalan pokok yang dianalisis oleh hirscmhan dalam teori
pembangunan tidak seimbang ini adalah bagaimana caranya untuk
menentukan proyek yang harus didahulukan pembangunan nya,
dimana proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya
lain nya melebihi modal dan sumber daya yang tersedia, agar
penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia tersebut bisa
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal. Cara
pengalokasian sumberdaya tersebut dibedakan menjadi dua yaitu cara
pilihan pengganti ( substition choises) dan cara pilihan penundaan
( postponement choises). Dari kedua cara ini ternyata analisis
hirscmhan lebih memusatkan pada cara yang kedua yaitu pilihan
penundaan. Inti dari analisis hirscmhan adalah penentuan prioritas dari
proyek-proyek yang akan dilaksanakan haruslah ditentukan atas dasar
penilaian tentang tingkat kemampuan dari proyek tersebut dalam
mendorong proyek lain nya.
Pandangan Hirchman Hirchman menyebutkan bahwa
kebijaksanaan pembangunan harus bertujuan sebagai berikut:

9
1. Mencegah rangkaian investasi convergent yang mengambil
eksternal lebih banyak daripada yang menciptakannya.
2. Mendorong rangkaian industri divergent yang menciptakan ekonomi
eksternal lebih besar daripada yang diambilnya.

Pembangunan hanya dapat berlangsung dengan cara menimpakan


perekonomian. Cara ini ditempuh dengan cara menanamkan modal
dibidang overhead sosial atau kegiatan produksi langsung. Memang
akan terjadi diekuilibrium, namun pada akhirnya akan terjadi
penyesuaian-penyesuaian secara terus-menerus dan itu semua
merupakan suatu "rantai disekuilibrium" seperti yang dikemukakan
oleh Hirschman. Yang terdahulu menciptakan ekonomi eksternal
sementara yang belakangan menyerap ekonomi eksternal.

Kelemahan Tidak Seimbang


1. Pembangunan tidak seimbang akan manghalagi pembangunan
ekonom karna langkah ini akan menciptakan ganguan-ganguan dan
ketidak seimbangan dalam kegiatan ekonomi.
2. Pambangunan seimbang akan menimbulkan kerugian yang
disebabkan karna program pembangunan tersebut hanya berpusat
pada satu sektor.
3. Agar pengunaan sumber daya yang tersedia dapat menciptakan
tingkat perkembangan ekonomi yang maksimal maka proyek-proyek
yang dilaksanakan memerlukan modal dan sumber daya yang lebih
dari sumber daya yang tersedia.
Sistem pembangunan yang cocok diterapkan di negara berkembang
yaitu adalah pembangunan tidak seimbang, Karena strategi
pertumbuhan tak berimbang lebih menyukai investasi pada sektor
terpilih daripada secara serentak pada semua sektor ekonomi. Investasi
pada sektor terpilih menghasilkan peluang-peluang investasi baru. Ini
hanya dapat dicapai dengan cara membuat ketidakseimbangan
ekonomi dengan sengaja. Tujuannya adalah ketidakseimbangan

10
disekuilibrium. untuk mengabadikan daripada menghapuskan dengan
mememlihara tensi, disproporsi dan disekuilibrium.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
pembangunan yaitu suatu proses perencanaan (social plan) yang
dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat
perubahan sebagai proses peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat. Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke
dalam dua paradigma besar: 1) modernisasi dan 2) ketergantungan
(Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Dan
Sistem pembangunan yang cocok diterapkan di negara berkembang
yaitu adalah pembangunan tidak seimbang, Karena strategi
pertumbuhan tak berimbang lebih menyukai investasi pada sektor
terpilih daripada secara serentak pada semua sektor ekonomi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si. Prof. Dr. Hanif Nurcholis, M.Si. Modul 1.
Kosep dan Teori Pembangunan. Pustaka UT.

Teori Pembangunan Tidak Seimbang. (2023). Diakses pada 24 juni 2023,


dari https://text-id.123dok.com/document/ozl7jl6y4-teori-pembangunan-
tidak-seimbang-unbalanced-growth.html

Shara Sasmita. (2012). Pembangunan Seimbang dan Pembangunan


Tidak Seimbang. Diakses pada 24 juni 2023, dari
https://sharasamitaperempuan.blogspot.com/2012/12/pembangunan-
seimbang-dan-pembangunan.html

12

Anda mungkin juga menyukai