Anda di halaman 1dari 100

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“RANGKUMAN MATERI DARI BAB 1 SAMPAI DENGAN BAB 15”

DOSEN PENGAMPU : Dra. Marlia Saridewi, M.M.

Di Susun Oleh :

Dian Eka Purwanti (19612094)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

TANJUNGPINANG

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayat-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah Rangkuman Materi Bab 1 sampai dengan Bab 15

Selain itu tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas individu yang diberikan
oleh Ibu Dosen Dra. Marlia Saridewi, MM selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Ekonomi
Pembangunan.

Kami menyadari benar sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan
terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami berharap
saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................1

BAB I................................................................................Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN.............................................................Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang..................................................Error! Bookmark not defined.

1.2. Tujuan Penulisan...............................................Error! Bookmark not defined.

BAB II...............................................................................Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN...............................................................Error! Bookmark not defined.

2.1 Konsep pembangunan ekonomi………………………………………………………..

2.2 Perkembangan pembangunan ekonomi, dan perhatian terhadap pembangunan ekonomi,…

2.3 Perbandingan komparatif NSB dan negara maju serta pengukuran kinerja pembangunan…

2.4 Teori dasar ekonomi pembangunan …………………………………………………………

2.5 Peran kelembangaan dalam Pembangunan ………………………………………………….

2.6 Problematika kemiskinan dan kebijakan pengentasan kemiskinan …………………………

2.7 Kependudukan: potensi dan permasalahannya………………………………………………

2.8 Pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat …………………………………………

2.9 Pedesaan dan pembangunan………………………………………………………………

2.10 lingkungan dan pembangunan………………………………………………………………….

2.11 Peran perencanaan dalam pembangunan………………………………………………………..

2.12 Perdagangan dan industrialisasi………………………………………………………………..

2.13 Perdagangan internasional……………………………………………………………………

2.14 Kebijakan moneter dan fiskal…………………………………………………………………..


2.15 Pertumbuhan ekonomi, masalah lingkungan, peranan lingkungan dalam perekonomian
industrialisasi dan eksternalitas pembangunan yang berkelanjutan……………………………..

BAB III.............................................................................Error! Bookmark not defined.

PENUTUP.........................................................................Error! Bookmark not defined.

3.1. Kesimpulan........................................................Error! Bookmark not defined.

3.2. Saran..................................................................Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi adalah faktor paling penting dalam setiap usaha untuk memecahkan
permasalahan kependudukan dan masalah-masalah yang terkait dengan yang harus diberi perioritas dalam
setiap usaha nasional maupun internasional untuk melaksanakan program - program kependudukan dan
pembanguna secara terpadu.

Menurut Meier yang ditulis dalam buku Subandi (2012) bahwa, pembangunan ekonomi yaitu
suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang,
dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak meningkat
dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Proses pembangunan ekonomi menghendaki adanya
pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan menurut beberapa pakar, pembangunan ekonomi
dan politik, masyarakat bangsa-bangsa dapat diklasifikasikan secara sosiologis kedalam tiga katagori,
pertama adalah masyarakat yang masih bersifat tradisional, kedua adalah masyarakat yang bersifat
peralihan (transisional), dan ketiga adalah masyarakat yang sudah maju (modern).

Namun demikian klafikasi tersebut memuat berbagai variasi, misalnya ada masyarakat bangsabangsa
tertentu yang telah mempunyai sektor kehidupan maju, tetapi di lain pihak ada wilayah-wilayah
kehidupan dalam masyarakat yang masih bersifat tradisional. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam rangka mencapai kemakmuran, yang ditunjukan peningkatan
pendapataan perkapita dalam jangka panjang. Seperti kita ketahui bersama bahwa tingkat kehidupan
sebagai besar penduduk di Negara Berkembang relatif masih rendah.

Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi pada negara berkembang tentunya tidak semudah
yang diharapkan, karena ada berbagai persoalan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Bangsa Indonesia
dalam melaksanakan pembangunan dari zaman kemerdekaan sampai saat ini (masa reformasi) juga
mengalami hal yang demikian.

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, karena Negara Indonesia belum terlepas
dari masalah-masalah yang dialami oleh Negara berkembang. Diantaranya yaitu, akses pendidikan dan
kesejahteraan yang belum merata, infrastruktur yang belum merata di berbagai daerah, dan tingginya
kesenjangan sosial yang diakibatkan kurangnya pemerataan pendapatan. Selain itu Negara Indonesia
memiliki perbedaan sumber daya alam yang terdapat pada masingmasing wilayah. Pada setiap daerah
biasanya terdapat wilayah maju (developed region) dan wilayah berkembang (underdeveloped region).
Pembangun wilayah dipandang sebagai proses perubahan. Perlunya pemahaman tentang aspek
keseimbangan kebutuhan antarwilayah dan antara dimensi waktu (masa sekarang dan masa depan).
Pembangunan wilayah harus 4 mampu menghadapi berbagai keterbatasan terkait: pengusahan teknologi,
organisasi sosial, dan lingkungan hidup (biosfir). Pembangunan wilayah harus mampu meningkatkan,
pendapatan rill, standar pendidikan, derajat kesehatan masyarakat, serta meningkatkan kualitas kehidupan
secara umum. 3 Walaupun sangat disadari bahwa proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh
aspek ekonomi saja, namun demikian sedemikian jauh pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting
dalam proses pembangunan nasional dan wilayah di Indonesia.

Wilayah yang dimaksudkan di sini dapat berbentuk Provinsi, Kabupaten atau Kota. Tidak dapat
disangkal bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai saat ini masih merupakan target utama
dalam penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah di samping pembangunan fisik dan sosial.
Sedangkan, target pertumbuhan ekonomi tersebut ternyata sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Melalui pertumbuhan ekonomi wilayah yang cukup
tinggi diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat pula ditinggalkan.
BAB I

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PEMBANGUNAN EKONOMI

Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Pada hakekatnya pembangunan merupakan usaha sadar manusia untuk mengubah
keseimbangan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang baik ke keseimbangan baru pada tingkat
kualitas yang diangap lebih tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa tujuan pembangunan adalah
pemerataan dalam mensejahterakan rakyat, di negara berkembang perhatian utama pembangunan terfokus
pada dilema antara pertumbuhan dan pemerataan, dimana pertumbuhan yang paling sering dijadikan
pembicaraan adalah pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang
dilaksanakan khususnya di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dikaji prosesnya
melalui dua pendekatan, yaitu pertumbuhan ekonomi melalui lapangan usaha dan pertumbuhan ekonomi
melalui sumbangan daerah-daerah administrasi dibawahnya. Pendekatan tersebut secara tidak langsung
menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Selain yang digunakan sebagai indikator
keberhasilan pembangunan, juga berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan
datang.

Dalam teori ilmu ekonomi pembangunan dikenal bahwa antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
terjadi trade off. Apabila program pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi, maka
pertumbuhan ekonomi akan tinggi tetapi tidak diikuti oleh pemerataan pendapatan dan distribusi
pendapatan cenderung timpang, sebaliknya jika pembangunan lebih dititikberatkan pada program
pemerataan, maka distribusi pendapatan akan lebih baik, tetapi pertumbuhan ekonomi cenderung rendah.
Negara-negara maju telah melakukan pembangunan menggunakan strategi Redistribution With Growth,
artinya disamping memacu pertumbuhan ekonomi juga sekaligus melakukan 2 redistribusi pendapatan
yaitu dengan menitikberatkan proyek-proyek pembangunan yang berwawasan pemerataan yang menyerap
banyak tenaga kerja. Indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur kesuksesan
pembangunan dalam bidang ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat
dikatakan sebagai ukuran produktivitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas
sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan Negara, tidak ada satu negarapun di dunia
yang tidak melakukan pengukuran PDRB (Rustiadi, 2009).
Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan hasil bekerjanya faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi
secara jalin-menjalin secara sirkuler, terus menerus akan meningkatkan kumulatif dan berdampak
memencar secara sentrifugal dan sentripetal, yang mana faktor-faktor tersebut diwakili oleh pertumbuhan
sektor-sektor ekonomi pembentuk PDRB. Pengalokasian sumberdaya merupakan jembatan yang dapat
menciptakan jalannya roda perekonomian yang lebih mengarah pada tujuan-tujuan yang paling mendasar
dari pembangunan, seperti meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat, dan menurunnya
tingkat ketidakmerataan pendapatan wilayah.

Kebijakan alokasi sumberdaya yang tepat sasaran akan mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik. Samuelson (1955) dalam Sukirman (2008) mengemukakan bahwa setiap wilayah perlu
mengidentifikasi sektor-sektor atau komoditi-komoditi apa saja yang memiliki potensi besar dan dapat
dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor/komoditi tersebut memiliki
keunggulan kompetitif untuk dikembangkan . Sektor dikatakan memiliki potensi besar jika mampu
memberikan nilai tambah yang relatif besar bagi perekonomian suatu wilayah, dapat dikembangkan
dengan cepat maksudnya meskipun sektor tersebut dikembangkan dengan modal yang besarnya sama dan
dalam jangka waktu yang sama pula, akan tetapi memiliki produktivitas yang lebih besar dibandingkan
dengan sektor-sektor yang lain.

Perkembangan pada sektor tersebut akan mendorong sektor lain untuk berkembang sehingga
perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. 3 Suatu wilayah pada orde yang lebih tinggi umumnya
akan lebih cepat berkembang dibanding wilayah dengan orde dibawahnya sehingga sering ditemukan
kesenjangan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, untuk itu dimasukkan perumusan konsep
pewilayahan pembangunan dimana wilayah pembangunan dibagi dalam satuan-satuan kawasan
pengembangan dengan satu wilayah sebagai pusatnya. Dalam Perencanaan Pembangunan, dikenal konsep
Satuan Wilayah Pembangunan (SWP), dimana terdapat wilayah inti atau yang dikenal dengan pusat SWP
dan wilayah pinggiran atau dikenal sebagai pendukung SWP dimana wilayah inti merupakan orde
wilayah paling tinggi yang direncanakan sebagai pusat pembangunan, sedangkan wilayah pinggiran
direncanakan sebagai wilayah yang mendukung pusat pembangunan

2.2 PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI, DAN PERHATIAN TERHADAP


PEMBANGUNAN EKONOMI

1. PEMBANGUNAN, PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI

Pembangunan adalah proses perubahan yang mencakup system social,seperti politik,ekonomi,


infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya (Alexander 1994)
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara secara
berkesinambungan menuju ke pada keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat


kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang
dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan
produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen
penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.

a. Pembangunan Sebagai Suatu Proses


Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh,
manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus
melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani
tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.

b. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita


Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan
demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen
yang terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan.
Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat.

c. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang


Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak
berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus menerus.
Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupun kekacauan politik,
maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Namun,
kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut
kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Tujuan pembangunan ekonomi

 Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya yang meliputi
pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan dari pemerintah.
 Memperluas distribusi berbagai barang kebutuhan pokok.
 Memperluas kesempatan kerja
 Memperbaiki kualitas pendidikan
 Meningkatkan pendapatan masyarakat
 Meningkatkan pemahaman dan tingkah laku masyarakat dalam menjujung nilai nilai luhur
(agama,sosial dan kultural)memperluas pilihan pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu
serta bangsa secara keseluruhan.

Sifat pembangunan ekonomi

 Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses


 Upaya dalam meningkatkan pendapatan perkapita
 kenaikan pendapatan per kapita berlangsung dalam jangka panjang.
 kenaikan pendapatan per kapita diikuti dengan adanya terjadi perubahan teknologi atau
kelembagaan.

Perhatian terhadap perkembangan ekonomi.


Pembangunan ekonomi bukanlah sebuah topik baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang
pembangunan ekonomi telah menarik perhatian para ekonom sejak zaman Merkantilis, Klasik, sampai
Marx dan Keynes. Bapak ilmu ekonomi, Adam Smith misalnya, telah menyinggung berbagai aspek
tentang pembangunan ekonomi dalam karya fenomenalnya yang berjudul The Wealth of Nations (1776).
Oleh karena itu, tidaklah tepat kalau kita menganggap bahwa ekonomi pembangunan merupakan suatu
bidang analisis yang relatif baru dalam ilmu ekonomi. Akan lebih tepat jika kita mengatakan bahwa
analisis-analisis tentang masalah pembangunan yang dilakukan oleh para ekonom sekarang ini merupakan
suatu “kebangkitan kembali” untuk memperhatikan masalah-masalah yang dianalisis oleh para ekonom
terdahulu.

Kini perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi tumbuh dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor: Pertama, berkembangnya cita-cita negara-negara yang baru merdeka untuk dapat
mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang ekonomi dari negara-negara maju. Negara-negara yang
baru merdeka relatif miskin dan juga mengalami masalah kependudukan yang kronis. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi merupakan sesuatu hal yang sangat mendesak untuk segera dilakukan dalam
rangka menanggulangi masalah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua,
berkembangnya perhatian negara-negara maju terhadap usaha pembangunan (khususnya pembangunan
ekonomi) di NSB. Fenomena ini didorong oleh rasa kemanusiaan negara-negara maju untuk membantu
NSB dalam mengakselerasi laju pembangunan ekonomi mereka agar dapat mengejar ketertinggalan
mereka dari negara-negara maju. Selain itu, ada juga pertimbangan lain yaitu untuk mendapat dukungan
dalam perang ideologi antara Blok Barat dengan Blok Timur pada masa itu. Bantuan dari negara-negara
maju tersebut sifatnya bermacam-macam, misalnya hibah (grant), yang berarti NSB yang menerimanya
tidak perlu membayar kembali bantuan tersebut. Bantuan tersebut bentuknya, antara lain dapat berupa
bantuan teknik dan tenaga ahli, bantuan bahan makanan, obat obatan ataupun bantuan untuk melakukan
studi kelayakan suatu proyek. Bantuan lainnya biasanya berupa pinjaman (loan) dengan syarat-syarat
yang jauh lebih mudah dengan tingkat bunga yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan pinjaman
komersial biasa.

PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI

Paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan yang dipergunakan


dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai
metode untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan rakyat.

Evolusi paradigma pembangunan

a. adanya upaya mempercepat pembangunan di negara negara miskin dan NSB oleh komunitas
internasional.
b. Di latar belakangi oleh adanya evolusi paradigma pembangunan ekonomi (termasuk
hakikat,sebab dan pilihan kebijakan) bagi perbaikan tingkat dan kualitas proses pembangunan.

Beberapa dimensi dalam evolusi paradigma pembangunan


a. Tujuan pembangunan
b. Teori pertumbuhan makro ekonomi
c. Akumulasi modal
d. Negara dan pasar
e. Intervensi pemerintah
f. Reformasi kebijakan

2.3 PERBANDINGAN KOMPARATIF NSB & NEGARA MAJU SERTA PENGUKURAN


KINERJA PEMBANGUNAN

Dalam 50 tahun terakhir ini, negara-negara di dunia menaruh perhatian yang besar pada
strategi untuk mempercepat partum buhan ekonomi. Setiap akhir tahun, masingmasing negara
membuat statistik untuk menghitung pertumbuhan ekonominya dan membuat perbaikan bila
strategi yang telah ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan belum memuaskan. Terlepas dari
strategi yang digunakan, secara umum ada faktor-faktor yang sangat berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Empat faktor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
baik di negara industri maju (NIM) maupun negara berkembang (NSB) adalah :
• Sumber daya manusia (tenaga kerja, pendidikan, disiplin, dan motivasi)

• Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, dan cuaca)

• Pembentukan modal (mesin, pabrik, dan jalan)

• Teknologi (ilmu pengetahuan, teknik, manajemen, dan ketrampilan) (Samuelson, 1998).

Sebagai pelengkap dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi, NSB harus memperhatikan
juga kualitas dari sumber daya manusia. Perencanaan pembangunan di NSB memerlukan
program yang spesifik untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program tersebut
diantaranya :

• Meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat serta memerangi penyakit sehingga akan
dapat meningkatkan produktivitas dari pekerja.

• Meningkatkan pendidikan, mengurangi buta huruf, dan mengadakan pelatihan bagi para
pekerja. Secara umum masyarakat yang berpendidikan tinggi akan mempunyai produktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Dengan demikian modal
yang tersedia dapat digunakan dengan lebih efisien. Kualitas tenaga kerja merupakan faktor yang
sangat penting untuk pembangunan ekonomi di NSB. Faktor lainnya seperti barang modal, bahan
baku, dan teknologi dapat dibeli atau dipinjam dari NIM. Tetapi menggunakan teknik produksi
yang maju dari NIM harus disesuaikan dengan kondisi setempat dan memerlukan manajemen
dan pengetahuan yang memadai. Hal ini hanya dapat diperoleh dari tenaga kerja yang
mempunyai ketrampilan yang tinggi. Sumber daya alam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
sumber daya yang produktif. Tanah di NSB sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai lahan
pertanian. Dengan hasil dari lahan pertanian akan bisa meningkatkan produktivitas yang
selanjutkan akan meningkatkan pendapatan nasional.

Perkembangan Teknologi di NSB


Berbeda dengan NIM, di NSB termasuk Indonesia pada umumnya belum mampu untuk
menciptakan teknologi baru, dalam arti memperluas batas-batas pengetahuan teknologi. Namun
demikian, kemajuan teknologi merupakan sumber penting dalam pertumbuhan ekonomi di NSB.
NSB berusaha untuk dapat menguasai teknologi sehingga dapat mempunyai keunggulan
komparatif di bidang tertentu. Kemajuan teknologi di NSB lebih banyak berupa peminjaman
(borrowing) atau pembelian teknologi baru yang telah dikembangkan oleh NIM serta
penyesuaiannya dengan kondisi setempat

NIM berusaha lebih keras lagi untuk memperluas dan memperkuat perlindungan hak
milik intelektual yang mereka peroleh dari kegiatan penelitian dan pengembangan yang
umumnya menelan biaya besar. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau perusahaan
transnasional dari NIM sering enggan atau tidak bersedia mengalihkan teknologi mereka ke
perusahaan di NSB. Banyak juga persetujuan lisensi (licensing agreement) dari NIM kepada
NSB memuat berbagai syarat yang kurang menguntungkan bagi pembeli teknologi (NSB) seperti
misalnya pembayaran royalti yang tinggi. Kelemahan lain bagi NSB dalam pembelian teknologi
adalah masih kurang mampu menggunakan teknologi yang diimport tersebut secara efisien.
Akibat tidak efisien dalam penggunakan teknologi ini maka produktivitas dan kinerjanya kurang
memuaskan yang 8 pada akhirnya membawa biaya sosial yang tinggi.

Pengembangan Teknologi untuk NSB


Salah satu masalah yang dihadapi NSB adalah bagaimana menggunakan sumbersumber
yang tersedia untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Mayoritas NSB mempunyai tenaga
kerja yang berlebihan ttapi kekurangan modal. Kedua faktor tersebut menimbulkan masalah bagi
pemilihan teknologi yaitu antara menggunakan metode tradisional atau modern. Masalah
pemilihan teknologi mengacu pada berbagai jenis kombinasi untuk proyek atau perusahaan
tertentu. Alternatif yang dapat dipilih bagi NSB adalah antara teknologi padat karya dan padat
modal, antara industri ringan dan industri berat, dan antara pertanian dan industri. Teknologi
yang berbeda seringkali menunjukkan strategi pembangunan yang cukup berbeda dengan upaya
yang berbeda pula di dalam perjalanan perekonomiannya. Tujuan akhir adalah memilih teknologi
yang tepat sehingga dapat lebih efisien dibandingkan dengan teknologi lainnya dengan
mengingat keterbatasan yang ada. 10 Teknologi yang efisien adalah teknologi yang
meminimumkan biaya dari suatu output tertentu atau memaksimumkan output dari input tertentu.
Persoalan pengembangan teknologi di NSB yaitu seberapa jauh teknologi harus diperoleh dari
NIM atau harus dikembangkan sendiri. Pada dasarnya kedua unsur ini tidak saling meniadakan
tetapi saling melengkapi. Dengan demikian persoalannya adalah menentukan unsur teknologi
yang diimpor dan unsur teknologi yang dapat dikembangkan di dalam negeri. Dalam hubungan
ini perlu dikemukakan bahwa teknologi bukan suatu produk yang dapat dijual atau dibeli begitu
saja, tetapi suatu cara atau metode untuk melakukan sesuatu sehingga memerlukan tiga hal
penting yaitu : informasi mengenai metode tersebut sarana untuk melaksanakan metode tersebut,
serta pemahaman mengenai metode tersebut.

Pengalaman di NIB yang telah mengalami pertumbuhan teknologi dan industri yang amat
pesat menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada satu resep yang berlaku secara universal untuk
mendorong pertumbuhan teknologi dan industri. Sebagai contoh, di satu pihak campur tangan
pemerintah Hongkong minimal sekali dan pada umumnya terbatas pada campur tangan
fungsional. Di pihak lain campur tangan pemerintah Taiwan dan terutama Korea Selatan jauh
lebih luas dan terperinci yang meliputi bukan saja campur tangan fungsional akan tetapi juga
campur tangan selektif yang luas dalam pasar produk (berupa proteksi yang kuat dan subsidi
yang tinggi bagi industri yang dinilai mempunyai potensi daya saing internasional yang tinggi)
maupun dalam pasar faktor produksi (berupa usaha memperkuat kemampuan lembaga keuangan
untuk mengevaluasi dan membiayai proyek pengembangan teknologi tertentu, antara lain dengan
subsidi, bantuan keuangan bagi upaya teknologi di industri tertentu yang penting bagi
kepentingan nasional).

2.4 TEORI DASAR EKONOMI PEMBANGUNAN

1. TEORI PERTUMBUHAN LINIER

Tahap-tahap Pertumbuhan Rostow


Dalam Economic Jurnal Rostow mengkonsepkan proses pembangunan menjadi lima tahap
utama dan setiap negara-negara di dunia dapat digolongkan kedalam salah satu dari kelima
pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Adapun kelima tahap tersebut adalah: Masyarakat
tradisonal (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the procondition for take off),
lepas landas (the take off), Gerakan kearah kedewasaan (the drive to maturity), dan masa
konsumsi tinggi (The age of high massconsumption).

Dalam membedakan kelima tahap tersebut rostow menggolongkannya berdasarkan pada ciri-
ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi. Menurut rostow pembangunan
ekonomi atau tranformasi suatu masyarakat tradisional menuju masayarakat modern merupakan
suatu proses yang multidimensional. Dimana perubahan ini bukan hanya bertumpu pada
perubahan ekonomi dari agraris ke industri saja, melainkan juga perubahan pada sosial, budaya,
politik, ekonomi bahkan agama.

1. Masyarakat Tradisonal (The Traditional Society)

Tahap tradisional adalah suatu masyarakat yang strukturnya berkembang didalam fungsi
produksi yang terbatas, dalam artian masyarakat masih menggunakan cara-cara produksi yang
relatif masih primitif dan cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dicetuskan oleh pemikir yang tidak rasional, tetapi oleh kebiasaan yang dilakukan scara terus
menerus. Menurut rostow dalam masyarakat tradisional ini produksi perkapita masih sangat
terbatas dan sumber daya produksi utama adalah sektor pertanian, sehingga sangat kecil
kemungkinan untuk mengadakan mobilitas vertikal dikarenakan kedudukan masayarakat tidak
akan jauh berbeda dengan kedudukan ayahnya dan sistem mobilitasnya umumnya berdasarkan
sistem warisan (pemeberian).

Dalam segi politik masyarakat tradisional umunya tuan tanahlah yang memiliki otoritas
tertinggi hal itu tidak lain karena pemilik tanah merupakan stratifikasi tertinggi dalam
masayarakat tradisonal. Kalau dilihat sistem ilmu pengetahuan dalam masyarakat ini cenderung
menyelsaikan persoalan dengan cara-cara yang kurang rasional dan masih menggunakan cara
berpikir budayawi dari tadisi turun temuurun.

2. Prasyarat untuk Lepas Landas (The Procondition for Take Off)

Tahap prasyarat lepas landas ini adalah masa transisi dimana ketika suatu masyarakat telah
mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar untuk mencpai pertumbuhan yang
mempunyai kekuatan untu terus berkembang. Tahap prasyarat lepas landas ini dibagi menjadi
sua tipe oleh Rostow. Yang pertama adalah tahap yang dilakukan dengan mengubah masyarakat
tradisional yang telah ada, sedangkan yang kedua adalah brown free yaitu Amerika, Kanada,
Australia, Selandia baru, dimana mereka tidak perlu merubah sistem tradisional dikarenakan
masyarakat itu terdiri dari imigran-imigran yang diperlukan sebagai tahap masa prasyarat lepas
landas.
a. Pembangunan: Perubahan yang Bersifat Multidimensi

Sebagaimana telah dinyatakan Rostow bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang
kompleks dan saling berhubungan. Misalnya saja argumen yang mengatakan bahwa
tabungan akan mempercepat pembangunan, hal itu tentunya tidak akan terlaksana jika
perubahan tersebut tidak diikuti oleh perubahan lain dalam masayarakat, misalnya saja cara
penggunaan tabungan dengan sebaik baiknya. Karena jika ditelaah secara multidimensi
maka akan terjadi hubungan yang kompleks, misalnya tabungan akan mempercepat
pembangunan melalui investasi dan tentunya akan terciptanya sarana dan prasarana umum,
peningkatan kualitas pendidikan dan penemuan-penemuan baru dalam bidang teknogi dan
sosial.

b. Perombakan Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi ini sangat penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara, sehingga
kemajuan dalam bidang pertanian, pertambangan, dan sebagainya harus diiringi dengan
penananaman modal. Sehingga di negara pra landas ini untuk berkembang maka dibutuhkan
sistem pertanian, pertambangan yang matang dan kemudian seiring perkembangannaya yang
memerlukan pengolahan bahan mentah maka akan didirikan pabrik yang mengolah bahan-
bahan tersebut.

c. Peran Sektor Pertanian

Kemajuan pertanian ini diperlukan untuk menjamin ketersediaan bahan makanan bagi
penduduk yang bertambah; dan agar penduduk kota yang banayak akibatindustrialisasi itu
dapat memperoleh bahan makanan yang cukup. Selain itu sektor pertanian yang surplus akan
diekspor sebagai modal unutk membeli alat-alat produksi yang mendukung industrialisasi.

d. Peran Sektor Prasarana

Rostow berpendapat bahwa pada tahap transisi ini memerlukan banyak modal yang
membangun sarana dan prasaranan (infrastruktur). Parasaranan mempunyai tiga ciri kusus
diantaranaya, masa antara pembangunan dan pemetikan hasil pembangunan sangat panjang,
pembangunan memerlukan biaya yang besar, dan manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh
masayarakat.
e. Ciri Kepemimipinan

Rostow menganalisis bahwa dalam tahap ini pemerintahan dalam masayarakat akan lebih
teratur dan suatu golongan elit harus tercipta guna untuk mencapai masayarakat industri.
Rostow juga menambahkan bahwa masyarakat dunia transisi ini kan berkembang jika
mendapat tekanan dari negara-negara maju, karena sangat sulit sekali berkembang jika hanya
dipengaruhi secara internal saja.

3. Lepas Landas (The Take Off)

Dalam tahap lepas landas merupakan berlangsungnya perubahan yang besar dan drastis
dalam masayarakat misalnya, revolusi politik, revolusi ekonomi ataupun perkembangan
inovasi-inovasi teknologi dan autput produksi. Adapun ciri-ciri tahap lepas landas adalah
sebagai berikut:

1. Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih kurang 5%
menjadi 10% dari produk nasional bruto.
2. Terjadi peningkatan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju
perkembangan yang tinggi.
3. Adanya platform politik, sosial, dan intitusional baru yang akan menjamin
berlangsungnya, segala tuntutan perluasan sektor modern dan potensi ekonomi
ekstern.

a. The Inner Structure of the take off

Selanjutnya Rostow menganalisis the inner structure of the take off, yaitu perubahan-
perubahan lain yang mengikuti kenaikan tingkat penanaman modal, yang terjadi dalam masa
lepas landas. Perubahan yang terpenting dalam penanaman modal adalah kenaikan tingkat
dana yang dipinjamkan, dan kenaikan itu berasal dari dua sumber. Pertama, adanay aliran
pendaoatan termasuk perubahan dalam distribusi pendapatan dan impor modal.Sedankan
sumber kedua adalah penanaman kembali keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari
sektor-sektor yang sudah menagalami perkembangan yang pesat.

Pengusaha (enterpreneurs) merupakan hal yang terpenting dalam masa lepas landas ini,
dimana mereka akan melakukan inovasi dan penanaman modal diberbagai sektor. Karena
pada dasarnya produktivitas pertanian harus ada sebelum masa lepas landas maka akan
muncul berbagai golongan petani yang mengolah pertanian secara modern.

b. Peran Leadeing Sector

Diberbagai perkembangan ekonomi negara umumnya dipicu oleh sektor primer yang
merupakan sektor utama munculnya industrialisasi, hal ini dikarenakan hasil yang
diproduksinya menghasilkan biaya yang besar bagi pembangunan suatu negara. Jenis-jenis
industri primer ini disetiap negara tidaklah sama, misalnya di Inggris yang dipicu oleh kain
katun, di swedia dipicu oleh industri kayu, di denmark peternakan, di jepang industri sutra
dan sebagainya.

4. Gerakan Kearah Kedewasaan (The Drive to Maturity)

Gerakan Kearah kedewasaan ini disebut juga masa sesudah lepas landas, dimasa ini
masayarakat sudah mulai efektif menggunakan teknologi modrn pada sebagian besar faktor
produksi dan kekayaan alamnya. Dalam tahap ini sektor pelopor baru akan menggantikan
pelopor lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor primer dalam tahap ini ditentukan
oleh teknologi, kekayaan alam dan juga kebijakan pemerintah.

Dalam menganalisis ciri-ciri tahapan ini, rostow menekankan penelaahannya pada coran
perubahan sektor pelopor industri di berbagai nega maju dan ia menunjukkan bahwa setiap
negara memiliki perbedaan disetiap jenis sektor pelopornya, misalnya jika Inggris industri
tekstil digantikan oleh industri baja, batu bara, peralatan teknik berat. Sedangkan Dijerma
dan di Amerika jaringan rel kereta api digantika dengan industri baja dan industri peralatan
berat.

5. Masa Konsumsi Tinggi (The Age of High Massconsumption).

Tahap terakhir dari teori pertumbahan ekonomi rostow ini adalah tahap konsumsi tinggi,
yaitu dimana perhatian masyarakat lebih menakankan kepada masalah-masalah konsumsi
dan kesejahteraan, dan bukan lagi pada produksi sehingga coraknya lebih konsumtif. Dalam
tahap ini terdapat tiga tujuan utama masyarakat yang diperebutkan dalam memperoleh
sumberdaya yang tersedia dan dukungan politik, yaitu:
1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara keluar negari dan kecenderungan ini
berwujud penakhlukan negara lain.
2. Menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata bagi penduduk dengan
cara melakukan pemerataan pendapatan.
3. Mempertinggi tingkat konsumsi masayarakat diatas konsumsi keperluan utama yang
sederhana seperti, makanan, pakaian, perumahan menjadi barang tahan lama dan mewah.

2. Model Pertumbuhan Harrod-Domar


Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai
kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap
kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang .
Teori Harrod-Domar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa
tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori ini berusaha
menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang
dengan mantap. Teori Harrod-Domar ini mempunyai beberapa asumsi yaitu :

a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal
yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.
b. Perekonomian yang terdiri dari dua sektor yaitu rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti
pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional,
berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap,
demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan
modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR)

2. TEORI PERTUMBUHAN STRUKTURAL

Bagi sebagian besar teoritisi strukturalis, ketergantungan pada negara luar merupakan
hambatan yang sampai pada tingkat tertentu, bisa diatasi dengan usaha masing-masing tingkat
tertentu, bisa diatasi dengan usaha masing-masing negara melalui penerapan teknologi modern.
Strukturalis cenderung menggunakan pandangan tentang pembangunan yang stagnasionis untuk
menjelaskan keprihatinan mereka mengindentifikasikan hambatan-hambatan struktural yang
menghambat faktor-faktor dinamis atau kekuatan-kekuatan yang mampu mentransformasikan
negara-negara tertentu.

Dibandingkan dengan teori neoklasik, teori strukturalis lebih konsisten pada ekonomi politik
tradisional. Selain menuntut redistribusi pendapatan, dan berharap bahwa strategi ini akan
mengurangi ketidakpuasan dan menyalurkan energi ke usaha-usaha yang lebih produktif, teori
strukturalis masih melihat perubahan dan pembangunan yang terjadi dalam kerangka konseptual
kapitalisme yang longgar. Oleh karena itu, teori strukturalis melihat struktur sosial yng
menghambat pembangunan sebagi konsekuensi cara kerja sistem ekonomi yang cacat dan bukan
merupakan penyimpanan intrinsik dari sistem itu sendiri.Teori strukturalis dan teori neo klasik
sama-sama menyakini prinsip-prinsip usaha bebas dan persaingan bebas. Perbedaan menyolok
dari keduanya adalah, bahawa teori strukturalis memiliki pengertian yang lebih rinci dan secara
empiris lebih mendasar mengenai, mengapa suatu pembangunan berhasil atau gagal.

Teori strukturalis juga menyakini bahwa menjalankan perubahan pasar secara mendasar bisa
dilaksanakan dan memang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mendasar seperti
redistribusi pendapatan dan untuk mempertahankan perekonomian yang padat karya (full
employment). Teoritisi strukturalis menjelaskan ketidakmampuan negara bangsa
mengembangkan industri yang mandiri dalam konteks cara kerja sistem internasional dan
nasional yang cacat. Tindakan tegas pada tingkat nasional lebih banyak tergantung pada faktor-
faktor seperti pembatasan pertumbuhan penduduk, peningkatan tabungan nasional, penerapan
teknologi yang tepat, pengurangan kantong-kantong modal asing yang tidak sejalan dengan
pembangunan nasional tanpa menghentikan modal asing yang dinamis.

Teori Pertumbuhan Struktural menurut Para Ahli :

1. Arthur Lewis

Teori structural sendiri mengacu pada teori pembangunan yang disampaikan oleh Arthur
Lewis, pembahasannya lebih pada proses pembangunan antara daerah kota dan desa, diikuti
proses urbanisasi antara kedua tempat tersebut. Selain itu teori ini juga mengulas model
investasi dan system penetapan upah pada sistem modern yang juga berpengaruh pada arus
urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada
dasarnya terbagi menjadi dua :

a. Perekonomian tradisional

Lewis berasumsi bahwa daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional mengalami


surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama perekonomian
tradisional. Kondisi masyarakat berada pada kondisi subsiten akibat perekonomian yang
subsisten pula yang ditandai nilai produk marginal dari tenaga kerja yang bernilai nol. Kondisi
ini menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja justru akan mengurangi total produksi yang
ada, sebaliknya dengan mengurangi tenaga kerja justru tidak mengurangi total produksi yang
ada. Dengan demikian, nilai upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marginal, dan bukan
produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri.

b. Perekonomian industri

Sektor industri berperan penting dalam sektor ini dan letaknya pula di perkotaan. Pada sektor
ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sangat tinggi termasuk input dan tenaga kerja yang
digunakan. Nilai marginal terutama tenaga kerja, bernilai positif dengan demikian daerah
perkotaan merupakan tempat tujuan bagi para pencari kerja dari daerah pedesaan. Jika ini terjadi
maka penambahan tenaga kerja pada sektor-sektor industri akan diikuti pula oleh peningkatan
output yang diproduksi. Dengan demikian, industri perkotaan masih menyediakan lapangan
pekerjaan bagi penduduk desa. Selain lapangan kerja yang tersedia tidak kalah menarik tingkat
upah di kota yang mencapai 30%, dan ini kemudian menjadi ketertarikan bagi penduduk desa
dalam melakukan urbanisasi.

2. Karl Marx

Teori struktural ini sering dianggap bersumber pada teori yang dilontarkan oleh Karl Marx,
terutama teorinya tentang bangunan bawah atau base, dan bagunan atas atau superstructure.
Dalam salah satu karyanya, “Marx Dab Engels” pernah menyatakan bahwa masa depan dari teori
Negara-negara yang terbelakang dapat dilihat pada Negara-negara yang sudah maju. Bagi Marx,
dunia akan berkembang menuju kapitalisme global. Oleh karena itu tidak dapat dihindari lagi,
seluruh Negara di dunia akan menjadi Negara kapitalis. Masyarakat terdiri atas berbagai
komponen yang memiliki perbedaan-perbedaan kepentingan bahkan cenderung konflik.
Teori pembangunan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang, yang semula lebih
bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur
perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh sektor industri dan jasa.
Kemiskinan yang terdapat di Negara Dunia ketiga yang mengkhususkan pada produksi
pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang eksploitatif sehingga surplus
dari negara tersebut beralih ke Negara Industri maju.

Kebanyakan Negara yang sedang berkembang merupakan bangsa yang baru saja lepas dari
penindasan Negara lain dan berusaha mencoba beralih dari keterbelakangan sebagai
masyarakat agraris yang mengalami kemunduran ekonomi menjadi masyarakat masyarakat
industry-teknokratis yang terus berkembang. Kerjasama internasional, revolusi teknologi,
perdebatan terhadap strategi-strategi pembangunan yang tepat, serta koeksistensi tradisi dan
modernitas akan melahirkan suatu tantangan dan kesempatan untuk mengubah struktur suatu
negara.

3. TEORI DEPENDENSIA
Teori Ketergantungan atau dikenal teori depedensi (Dependency Theory) adalah salah satu
teori yang melihat permasaalahan pembangunan dari sudut Negara Dunia Ketiga. Menurut
Theotonio Dos Santos, Dependensi (ketergantungan) adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi
negara–negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi
negara–negara lain, di mana negara–negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat
saja. Aspek penting dalam kajian sosiologi adalah adanya pola ketergantungan antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam kehidupan berbangsa di dunia. Teori
Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara
pinggiran. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi mewakili "suara negara-negara
pinggiran" untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara
maju.
Teori Ketergantungan Menurut Para Ahli:
1. Paul Baran
Menurut Paul baran adalah seorang pemikir Marxisme yang menolak pandangan Marx
tentang pembangunan dinegara-negara dunia ketiga. Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan
negara-negara kapitalis maju kepada negara-negara pra-kapitalis yang terbelakang akan
membangunkan negara-negara yang terakhir ini untuk berkembang, seperti negara-negara
kapitalis di Eropa. Baran berpendapat lain, baginya, sentuhan ini akan mengakibatkan negara-
negara kapitalis tersebut terhambat kemajuannya dan akan terus hidup dalam keterbelakangan.
Dengan pendapatnya yang berbeda dengan Marx, Baran menyatakan bahwa perkembangan
kapitalisme di negara-negara pinggiran, berbeda dengan perkembangan kapitalisme di negara-
negara pusat. Di negara pinggiran sistem kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme. Orang
yang dihinggapi penyakit ini tetap kerdil dan tidak bisa besar. Menurut baran kapitalisme di
negara-negara pusat bisa berkembang karena adanya tiga prasyarat:
1. Meningkatnya produksi diikuti dengan tercabutnya masarakat petani di pedesaan.
2. Meningkatnya produksi komoditi da terjadinya pembagian kerja mengakibatkan sebagian
orang menjadi buruh yang menjual tenaga kerjanya sehingga sulit menjadi kaya, dan
sebagian lagi menjadi majikan yang bisa mengumpulkan harta.
3. Mengumpulnya harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.

a. Bentuk - Bentuk Teori Ketergantungan


Dos Santos menguraikan ada 2 bentuk ketergantungan:
1) Ketergantungan Kolonial
1. Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran.
2. Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat.
3. Hubungan penjajah – penduduk sekitar bersifat eksploitatif negara pusat.
4. Negara pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerjasama dengan
pengusaha lokal.

2) Ketergantungan Teknologis-Industrial
1. Bentuk ketergantungan baru.
2. Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk
negara pusat.
3. Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan
tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.
b. Teori ketergantungan secara garis besar bisa dibagi menjadi dua macam
1) Teori Depensia Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang menyatakan bahwa kapitalisme global
akan membuat ketergantungan masa lalu dan sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju
dan berkembang harus memutuskan hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang
bisa maju.
2) Teori Depensia Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue Cardoso, teori ini menyatakan bahwa antara
negara yang satu dengan lainnya perlu kerjasama dengan melihat karakteristik histori dari daerah
tersebut.

c. Kelemahan dan Kekuatan Teori Ketergantungan


Menurut Robert A. Packenham, teori ketergantungan itu memiliki kelemahan dan kekuatan.
Packenham menyebutkan ada 6 kelemahan dari teori ketergantungan, antara lain:
1. Menyalahkan hanya kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan.
2. Konsep-konsep inti, termasuk konsep ketergantungan itu sendiri àkurang didefinisikan
secara jelas.
3. Hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi.
4. Sedikit sekali dibicarakan tentang proses yang memungkinkan sebuah negara dapat lepas
dari teori tersebut.
5. Selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
6. Kurang membahas dengan teori lain (otonomi).
7. Packenham juga mengatakan disamping kelemahan terdapat juga kelebihan dari teori
ketergantungan, kelebihannya antara lain:
8. Menekankan aspek internasional
9. Mempersoalkan akibat dari politik luar negeri.
10. Membahas proses internal dari perubahan di negara-negara pinggiran.
11. Menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan
perusahaan-perusahaan multinasional.
12. Membahas hubungan antar klas yang ada di dalam negeri.
13. Mempersoalkan bagaimana kekayaan nasional ini dibagikan antar klas-klas sosial, antar
daerah, dan antar negara.

4. TEORI NEOKLASIK
Aliran neo klasik mempelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang menghubungkan nilai
pada saat ini dan yang akan datang. Pembicaraan mengenai tigkat bunga akhirnya sampai
masalah akumulasi capital. Pada bidang ini kaum neo klasik banyak menyumbangkan
pendapat terhadap teori perkembangan. Pendapat neo klasik mengenai perkembangan
ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Akumulasi capital
Menurut neo klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingkat tingginya
tabungan. Pada tingkat teknik tertentu, tingkat bunga akan menetukan tingginya tingkat
investasi. Mengenai pembentukan capital adalah penting untuk perkembangan ekonomi.
Karena, investasi yang bertambah maka tingkat bunga naik yang selanjutnya akan menaikkan
jumlah tabungan.
b. Perkembangan sebagai proses gradual
Marshall yang merupakan tokoh neo klasik mengatakan bahwa dengan tidak mengurangi
pentingnya penemuan-penemuan, baik investasi maupun penggunaan teknik baru merupakan
proses yang gradual dan terus-menerus.
c. Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan komulatif
Maksudnya proses perkembangan yang meliputi berbagai faktor yang faktor-faktor itu
tumbuh secara bersama-sama, yaitu bila ada teknik produksi yang baru akan menaikkan
produksi total atau menaikkan pendapatan total.
Selanjutnya di butuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga terjadi kenaikan permintaan.
Harmonisnya perkembangan itu karena adanyaa :
 Internal economies
Timbul karena adanya kenaikan skala produksi yang terkandung pada sumber-sumber dan
efisiensi dari pengusaha sendiri yang merupakan hasil dari adanya mesin-mesin yang lebih
baru dan spesialisasi yang lebih jauh dan lebih luas dan managemen yang lebih baik.
 Eksternal economies
Bergantung pada perkembangan industri, pada umumnya menyediakan kebutuhan antara
industri itu sendiri
d. Optimis terhadap perkembangan ekonomi
Neo klasik berpendapat dan yakin dengan kemajuan-kemajuan teknik dan perbaikan-
perbaikan dalam kualitas buruh cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi sehingga
permintaan masyarakat akan meningkat dan seterusnya. Bagi neo klasik hal yang penting untuk
pertumbuhan ekonomi iala kemauan untuk menabung. Kalau tidak ada tabungan maka kemajuan
teknologi yang baru belum dapat dipergunakan.

5. TEORI TEORI BARU


Dikenal pula dengan istilah model pertumbuhan endogen, teori pertumbuhan Ekonomi
Baru dikembangkan oleh Robert Lucas dan Paul Romer. Teori ini memusatkan siklusnya pada
sumber daya manusia yang menjadi modal utama peningkatan produksi dan ekonomi
nasional.Menurut Lucas dan Romer, tenaga kerja yang memiliki wawasan luas, pendidikan
tinggi, dan pelatihan profesional bisa mempercepat perkembangan industri dan teknologi.
Sebagai hasilnya, kegiatan produksi nasional pun dapat ditingkatkan dengan lebih cepat. Teori
Historis Sebagai salah satu teori ekonomi populer, teori historis dikembangkan oleh sejumlah
ahli ekonomi yang memiliki pandangan berbeda-beda, tetapi sama-sama berpusat pada kegiatan
ekonomi masyarakat.
Beberapa ahli yang terkenal sebagai pengembang teori pertumbuhan ekonomi ini adalah
Karl Bucher, Werner Sombart, dan Frederich List. Karl Bucher mencetuskan teorinya bahwa
pertumbuhan ekonomi nasional dipengaruhi oleh hubungan antara produsen dan konsumen
melalui tingkatan rumah tangga tertutup, kota, kemasyarakatan, hingga dunia. Tak jauh berbeda
dari teori Bucher, Werner Sombart juga mengelompokkan peran masyarakat dalam pertumbuhan
ekonomi, dari tahapan perekonomian tertutup, tahapan pertumbuhan industri, hingga tahapan
kapitalis.

2. 5 PERAN KELEMBAGAAN DALAM PEMBANGUNAN

Peran penting kelembagaan dalam ekonomi adalah sebagai sarana untuk menurunkan
ketidak pastian atau mengubahnya menjadi resiko. Turunnya ketidak-pastian membuat biaya
transaksi menjadi lebih rendah, sehingga transaksi pasar atau perdagangan akan meningkat.
Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa perdagangan memberikan keuntungan bagi
pelakunya, karena memungkinkan mereka untuk spesialisasi. Spesialisasi akan meningkatkan
produktivitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan kemakmuran masyarakat dan aktivitas
ekonomi.

Peran lembaga terhadap perekonomian tersebut terkait dengan kondisi pasar yang ada.
Jika kondisi pasar sudah terbuka dan terintegrasi, maka peran kelembagaan dalam mendorong
perekonomian menjadi lebih besar. Jadi perlu diperhatikan mengenai pembangunan lembaga
yang dapat mendukung berkembangnya pasar.

Perubahan dalam kondisi dan lingkungan masyakat yang terus terjadi, mengakibatkan
kelembagaannya yang mengatur interaksi masyarakat juga berubah. Perubahan ini bisa terjadi
secara alami ataupun melalui intervensi pemerintah. Menurut North (2005) perubahan lembaga
terjadi karena interaksi antara organisasi dan lembaga. Individu dan organisasi bersaing untuk
mengambil keuntungan dari kesempatan yang disajikan dalam struktur kelembagaan yang ada.
Jika organisasi menganggap bahwa mereka dapat mempunyai kesempatan yang lebih baik
dalam susunan aturan yang berbeda, maka mereka akan mencurahkan sumber daya untuk
merubah aturan tersebut, jika mereka pikir pilihan tersebut mempunyai peluang untuk berhasil.

Pembangunan lembaga yang efektif adalah hal yang rumit, namun demikian ada empat
hal utama yang dapat dijadikan panduan untuk membangun lembaga yang efektif. Pertama
melengkapi lembaga yang ada, walaupun mengubah secara keseluruhan itu lebih baik, namun
ada kendala-kendala. Misal sosial, budaya dan politik yang tidak memungkin perubahan secara
keseluruhan. Dengan melengkapi lembaga yang ada, menjadi dasar untuk perubahan lembaga
yang lebih besar nantinya. Kedua melakukan inovasi untuk mengidentifikasi mana lembaga
yang bisa digunakan mana yang tidak. Perlu eksperimen untuk melihat lembaga mana yang
paling efektif untuk kondisi masyarakat tertentu. Dua hal pertama tadi adalah faktor yang
terkait dengan penawaran lembaga yang efektif. Sedangkan dua faktor berikut adalah faktor
yang terkait dengan permintaan terhadap permintaan lembaga yang efektif. Pertama,
menghubungkan masyarakat atau komunitas dari pelaku pasar, melalui penyaluran informasi
yang terbuka dan perdagangan terbuka. Dengan adanya informasi yang baik memberikan
kesempatan bagi masyarakat untuk membandingkan kondisi mereka dengan daerah dan negara
lain. Dan jika mereka melihat ada lembaga yang mungkin dapat memberikan perbaikan untuk
mereka, maka mereka akan meminta lembaga tersebut untuk diterapkan di daerahnya.
Perdagangan terbuka demikian juga effeknya, karena perdagangan semakin luas dan komplek
membuat masyarakat atau negara merasa perlu untuk membuat lembaga yang dapat
menghadapi lingkungan yang lebih komplek tersebut. Kedua mendorong persaingan antar
yuridiksi, perusahaan dan individu. Persaingan ini akan membuat kualitas lembaga meningkat.

Pengertian Kelembagaan dan Biaya Transaksi

a. Pengertian Kelembagaan

Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok
masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satudengan yang lain untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam
sebuah kelompok social yang sangat dipengaruh oleh faktor-faktor, sosial, politik, dan ekonomi.

Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota masyarakat atau organisasi
yang melekat, di wadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan ditentukan oleh faktor-
faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik atau aturan formal dan non formal untuk
bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut bulkis, kelembagaan berarti
seperangkat peraturan yang mengatur tingkah laku masyarakat untuk mendapatkan tujuan hidup
mereka.

Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjsama dengan pembagian tugas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan peserta kelompok dapat berbeda, tetapi
dalam organisasi menjadi satu kesatuan. Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the
rules) dan kegiatan kolektif (cillection action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau
bersama. Sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur, fungsi dan
manajemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara organisasi dengan aturan main.
Kelembagaan merupakan suatu unit sosial yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan
menyebabkan lembaga tunduk pada kebutuhan tersebut.

a. Pengertian Biaya Transaksi


Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan. Semakin tinggi biaya transaksi maka semakin tidak efisiensi pula
kelembagaan tersebut. Terdapat hambatan dalam alat analisis ini, yaitu :
1. Secara Toritis masih belum terdapat definisi yang tepat dari biaya transaksi itu
sendiri.
2. Kegiatan (transaksi) ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga berlaku khusus.
3. Definisi dan variabel sudah terukur jelas. Namun, terdapat masalah dalam cara
mengukurnya.

Kelembagaan di Era Otonomi

Ada beberapa prinsip yang harus diingat untuk mengembangkan kelembagaan dalam sistem
birokrasi yang baik, pertama, kelembagaan harus dibentuk mengikuti kewenangan yang ada dan bukan
sebaliknya kewenangan dikembangkan berdasarkan kelembagaan yang tersedia. Kedua, kewenangan
yang ada bukan berarti harus diikuti dengan pembentukan suatu kelembagaan yang utuh, namun perlu
dikaji dengan seksama bentuk kelembagaan yang sesuai untuk melaksanakan kewenangan tersebut.
Ketiga, dalam birokrasi modern berlaku prinsip efisiensi yaitu jumlah lembaga pemerintah diupayakan
“seramping” mungkin. Prinsip efisiensi ini di dasarkan pada pertimbangan bahwa tidak seluruh masalah
harus diurus oleh pemerintah serta pemerintah lebih berperan sebagai “pengarah” daripada ‘pelaksana’.
Oleh karena itu pembahasan kelembagaan kependudukan dalam era otonomi, sebagaimana topik bahasan
pada saat ini, harus berada dalam konteks ketiga prinsip di atas.

Pembahasan akan dibagi dalam beberapa bagian, pertama, peran kependudukan dalam
pembangunan nasional. Pada bagian ini ditelaah seberapa jauh sebenarnya pembangunan berwawasan
kependudukan berpengaruh pada pembangunan nasional, serta apa yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan pembangunan berwawasan kependudukan. Kedua, adalah kilas balik untuk melihat
bagaimana pandangan pemerintah Indonesia selama ini dalam melihat pembangunan kependudukan
dalam konteks dengan pembangunan nasional. Pada bagian ini juga akan dibahas berbagai perubahan
kelembagaan kependudukan di Indonesia dan latar belakangnya. Bagian selanjutnya adalah pembahasan
tentang kemana arah pembangunan nasional kedepan dan bagaimana kaitannya dengan pembangunan
kependudukan. Pada bagian ini juga dibahas bagaimana kiranya bentuk kelembagaan kependudukan pada
masa mendatang dikaitkan dengan arah pembangunan nasional.

b. Pengertian Social Capital


Social capital merupakan konsep yang multisispliner. Berbagai penelitian, baik dalam
kajian sosiologi, kebudayaan, maupun ekonomi, memberikan penekanan secara khusus
tentang konsep social capital.
Social capital merupakan keseluruhan sumber konsep aktual atau potensial, yang
dihubungkan dengan kepemilikan dari suatu jaringan yang tahan lama atau lebih kurang
hubungan timbal balik antar institusi yang dikenalnya. Dari berbagai poin bisnis yang penting,
social capital sama dengan, sumber informasi, gagasan, kesempatan bisnis, modal keuangan,
power, dukungan emosional, goodwill, kepercayaan dan kerjasama yang disediakan oleh
individu dan jaringan kerja bisnis.

Social capital terdiri dari tiga level yaitu membagikan social capital mikro level, meso level
dan makro level Akdere (2005). Social capital pada makro level merupakan langkah dimana
social capital dimanfaatkan pada cakupan yang lebih luas. Pada tingkatan ini penggunaan social
capital meliputi, seperti pemerintah, penegakan kepastian hukum sipil, kebebasan berpolitik,
berdampak pada pencapaian ekonomi suatu negara, penentuan suatu fungsi pemerintah, dan tipe
pengembangan ekonomi sektor publik. Social capital meso level digambarkan sebagai suatu
perspektif struktural dimana jaringan social capital terstruktur dan sumber daya mengalir
sepanjang jaringan kerja. Secara keseluruhan social capital meso level berhubungan dengan
pengembangan dan pertumbuhan organisasi lokal atau dalam organisasi itu sendiri. Selanjutnya,
social capital mikro level berhubungan ego dengan orang lain, pengembangan individu dan
pertumbuhan pribadi.

2.5 PROBLEMATIKA KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PENGENTASAN


KEMISKINAN
A. PENGERTIAN KEMISKINAN

Kemiskinan di definisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar,


yang secara umum diukur dari segi pendapatan atau pengeluaran. Menurur Amartya Sen,
kemiskinan biasanya ditandai dengan kegagalan individu mendapatkan kapabilitas dasar, yang
menyebabkan tidak adanya kesempatan dan pilihan untuk hidup secara bermartabat. Pendekatan
Sen diukur dengan sebuah indeks kemiskinan multidimensi. Adapun pendekatan eksklusi sosial
mengkategorikan seseorang disebut miskin apabila tidak mampu berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat.

Kemiskinan merupakan kondisi taraf hirup seseorang yang dianggap lebih rendah dari
standar kemiskinan. Ada 2 penedakatan dalam menentukan garis kemiskinan yaitu pendekatan
absolut dan pendekatan relatif. Menurut sifatnya, kemiskinan terbagi menjadi dua yaitu
kemiskinan sementara (transient poverty) dan kemiskinan kronis (chronic poverty). Penduduk
yang tergolong miskin sementara adalah mereka yang pengeluaran rumah tangga nya berada
dibawah garis kemiskinan. Mereka menjadi miskin karena perekonomian secara umum
memburuk sehingga pendapatan nya tidak mencukupi kebutuhan minimumnya.

Kemiskinan Absolut dan Kemiskinan Relatif

Kemiskinan Absolut

Konsep kemiskinan absolut berkaitan dengan standar hidup minimumnya yang dianggap
layak di satu daerh pada waktu tertentu. Pada konsep ini, seseorang akan dianggap miskin
apabila hidupnya dianggap lebih rendah daripada tingkat hidup layaknya. Kemiskinan Absolut
merupakan jenis kemiskinan di mana orang-otang miskin mempunyai tingkat pendapatan
dibawah garis rata-rata kemiskinan atau jumlah pendapatan nya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok hidup seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Salah satu kelebihan dari
konsep absolut ini adalah kemampuan nya untuk diperbandingkan antarwaktu dan antar daerah,
dengan catatan definisi kemiskinan yang diyakini tidak mengalami perubahan. Jadi, konsep
absolut ini bergantung pada nilai nominal yang diperlukan untuk memenuhi biaya hidup nya.

Banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan absolut, termasuk konflik, sistem


pendidikan yang lemah, disabilitas, ketidakadilan, perbudakan, perang, penindasan, dan kapasitas
pemerintah yang terbatas. Infrastruktur yang buruk dan pengangguran yang berkepanjangan juga
bertanggung jawab atas kurangnya layanan dasar dan pendapatan warga.

Kalau di kaitkan dengan tabungan, kemiskinan menyebabkan rendahnya tingkat tabungan


nasional. Situasi ini pada akhirnya menghambat investasi dan pembangunan ekonomi. Tabungan
Rumah tangga adalah sumber penting dana pinjaman dalam perekonomian. Perkembangan
ekonomi yang lemah pada akhirnya memperpanjang kemiskinan.

Kemiskinan juga bertanggung jawab atas meningkatnya tingkat kejahatan. Ini juga memaksa
individu untuk berjuang melawan kelaparan, kerawanan pangan kronis, dan kekurangan
gizi. Dikombinasikan dengan kesehatan yang rendah, ini pada akhirnya mengarah pada harapan
hidup yang pendek.
Kemiskinan Relatif

Konsep kemiskinan relatif berbeda dengan absolut. Kalau absolut bergantung pada
nominal yang diperlukan untuk memenuhi biaya hidupnya,sedangkan konsep relatif ini
bergantung pada kesepakatan masyarakat mengenai kelompok masyarakat termiskin. Jika
kesepakatan nya tercapai, maka garis kemiskinan bisa ditetapkan.

Garis kemiskinan relatif ini tidak dapat di pakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan
antardaerah dan antar waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. Untuk
menentukan sasaran program yang ditujukan untuk penduduk miskin, ukuran kemiskinan relatif
bisa digunakan.

Kemiskinan relatif dapat berubah seiring dengan pertumbuhan ekonomi, berbeda dengan


kemiskinan absolut. Ketika ekonomi berekspansi dan meningkatkan pendapatan rumah tangga,
kemiskinan relatif akan cenderung menurun.

Indikator untuk menentukan kemiskinan relatif biasanya mencantumkan dua informasi, yakni
informasi kuantitatif yang mencerminkan distribusi dan informasi distribusi itu sendiri.
Contohnya, 60 persen dari nilai tengah pendapatan masyarakat dan 20 persen atau 40 persen
penduduk dengan tingkat kesejahteraan terbawah.

B. PENGUKURAN KEMISKINAN

Pengukuran kemiskinan biasanya dikaitkan dengan konsep kemiskinan mutlak dan dilihat
dari sisi ekonomi dengan menggunakan indikator kesejahteraan. Ravallion (1998)
mengemukakan tiga tahapan pengukuran kemiskinan,diantara nya :

1. Mendefinisikan indikator kesejahteraan yang digunakan.


2. Membangun standar minimum dari indikator kesejahteraan, dimana standar
minimum ini dikenal sebagai Garis Kemiskinan.
3. Membuat ringkasan statistik.

Terkait dengan pengukuran kemiskinan, World Bank Institute (2005), menyebutkan tiga ukuran


agregat kemiskinan yang bisa dihitung.
a. Headcount index (P0)yang secara sederhana mengukur proporsi penduduk terkategori
miskin. Kelebihan dari ukuran kemiskinan ini adalah kemudahannya dalam penghitungan
dan mudah untuk dipahami. Namun, kelemahan headcount index ialah tidak
memperhitungkan intensitas kemiskinan, tidak menunjukkan seberapa miskin yang
miskin, dan tidak berubah jika penduduk di bawah GK menjadi lebih miskin.

b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1atau Poverty Gap Index) yang mengukur rata-rata


kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap GK. Semakin tinggi
nilai P1 berarti semakin dalam tingkat kemiskinan karena semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk miskin terhadap GK.

c. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity IndexatauSquared Poverty Gap


Index/P2) yang mengukur sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi
nilai P2 berarti semakin parah tingkat kemiskinan karena semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin.

Di Indonesia, pengukuran kemiskinan salah satunya dilakukan


oleh BPS. Konsep kemiskinan yang digunakan BPS adalah kemampuan
seseorang atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Berdasarkan pendekatan ini, BPS merumuskan kemiskinan sebagai ketidakmampuan
seseorang atau rumah tangga dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Pengeluaran per kapita
per bulan dipakai sebagai variabel yang akan dibandingkan dengan besarnya nilai GK
untuk menentukan seseorang dikategorikan miskin atau tidak miskin. Seseorang yang
mempunyai rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK, dikategorikan
sebagai penduduk miskin.

BPS merumuskan GK dengan menjumlahkan Garis Kemiskinan


Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). GKM adalah jumlah
nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk yang
kemudian disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Sementara itu, GKNM
merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-
makanan terpilih, meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Nilai
kebutuhan minimum per komoditi/sub-kelompok non-makanan dihitung dengan
menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total
pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi.
GKM, GKNM dan GK dihitung untuk tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
dengan dipisahkan juga untuk daerah pedesaan/perkotaan, sehingga nilainya tidak akan
sama, tergantung cakupan/tingkatan wilayah dan daerah pedesaan/perkotaan.

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh World Bank maupun BPS lebih


mengacu pada kondisi ekonomi. Kemiskinan sebenarnya bersifat multi dimensi yang
perlu melihat kondisi sosial, budaya, dan demografi. Pengukuran kemiskinan sosial
demografi bisa melengkapi pengukuran kemiskinan dari sisi ekonomi. Sangat penting
memperhatikan dan mempertimbangkan faktor selain ekonomi sebagai komponen dan
variabel yang diperhitungkan dalam pengukuran kemiskinan. Hal ini dilakukan agar
hasil pengukuran kemiskinan tidak bias ekonomi dan lebih mampu menggambarkan
kondisi kemiskinan masyarakat yang sebenarnya.

C. KARAKTERISTIK EKONOMI KELOMPOK MISKIN

Karakteristik Kemiskinan

Masyarakat miskin sesuai karakteristiknya menurut Kartasasmita (1993:4), umumnya


lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan ekonomi,
sehingga semakin tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih
tinggi. Sementara itu Soemardjan (dalam Sumodingrat 1999:81), mendeskripsikan
berabagai cara pengukuran kemiskinan dengan standar yang berbeda-beda, dengan tetap
memperhatikan dua kategori tingkat kemiskinan, sebagai berikut:

 kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang


tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang,
papan, kesehatan dan pedidikan.
 kemiskinan relatif adalah penghitungan kemisikinan berdasarkan
proporsi distribusi pendapatan dalam suatu daerah. Kemiskinan jenis ini dikatakan
relatif kerena berkaitan dengan distribusi pendapatan antar lapisan sosial.

Chamber (1983:109) mengemukakan lima karakteristik sebagai ketidak beruntungan


(disadventages) yang melingkupi orang miskin atau keluarga miskin antara lain:

 poverty
 physical weakness
 isolation
 powerlessness.

Moeljarto (1995:98) mengemukakan tentang Poverty Profile sebagaimana berikut:


Masalah kemiskinan bukan saja masalah welfare akan tetapi mengandung
enam buah alasan antara lain :

a. Masalah kemiskinan adalah masalah kerentanan.
b. Kemiskinan berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena
hubungan produksi dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk
berpartisipasi dalam proses produksi.
c. Masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi, emosional dan sosial dalam menghadapi
elit desa dan para birokrat yang menentukan keputusan menyangkut dirinya tanpa
memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, sehingga membuatnya tidak
berdaya.
d. Kemiskinan juga berarti menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk konsumsi
pangan dalam kualitas dan kuantitas terbatas.
e. Tingginya rasio ketergantungan, karena jumlah keluarga yang besar.
f. Adanya kemiskinan yang diwariskan secara terus menerus.

Selanjutnya Supriatna (1997:82) mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin, antara


lain:

1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri.


2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan
sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umunya rendah.
4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.
5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan
yang memadai.

D. KONSEP DASAR DISTRIBUSI PENDAPATAN

Distribusi pendapatan memiliki pengertian penyebaran pendapatan pada suatu wilayah


geografis. Distribusi ini juga bisa memiliki makna penyaluran pendapatan melalui
penyelesaian pekerjaan dalam pengadaan barang, jasa dan bidang niaga. Adapun yang
mengartikannya sebagai suatu proses pembagian pada faktor produksi yang mengikuti
pendapatan.

Tujuan Distribusi Pendapatan

Adapun beberapa tujuan dari konsep Distribusi Pendapatan, yang dimana tujuannya ini
bukan hanya persoalan memperkecil kesenjangan bersosial saja. Nyatanya konsep ini
memiliki beberapa tujuan, yaitu:

- Memberikan hak dan keadlian bagi tiap warga negara. Setiap orang berhak menikmati
fasilitas yang sama dan setara.
- Meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat dapat membangun
kesejahteraan umum.
- Menumbuhkan rasa solidaritas dan sosial yang tinggi antara golongan masyarakat.
Sebagai contoh ialah, penyaluran zakat kepada yang membutuhkan.
- Menghindari resiko kriminalitas khususnya penipuan, perampokan, maupun pencucian
uang. Setiap orang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga kejahatan dapat
dihindari.

Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pendapatan

Dalam distribusi ini ada beberapa fakyor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut antara lain:
- Pertumbuhan penduduk
- Pemerataan Hubungan
- Nilai tukar mata uang
- Investasi
- Kebijakan pemerintah

E. KURVA LOREZ DAN KOEFISIEN GINI

Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mendeteksi adanya ketimpangan
distribusi pendapatan, antara lain yaitu Kurva Lorez dan Koefisien Gini

- Kurva Lorez

Indikator ini memperhitungkan antara pendapatan aktual dengan presentase jumlah


pendapatan. Indikator ini digambarkan dengan kurva yang mana jumlah penerima
pendapatan adalah sumbu horizontal dan pendapatan aktualnya adalah sumbu vertical. Jika
garis horizontalnya memiliki jarak kurva yang jauh maka semakin tidak rata distribusinya.

- Koefisien Gini

Nilai rasio gini hanya mulai dari 0 hingga 1. Rasio ini mampu menggambarkan dengan
sempurna pemerataan pendistribusian pendapatan. Bila hasilnya semakin kecil maka
ketimpangan yang terjadi juga lebih kecil. Apabila hasilnya lebih besar maka kesenjangan
yang terjadi juga lebih tinggi.

F. KEBIJAKAN UNTUK MENURUNKAN KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

Peran pemerintah didalam menurunkan kemiskinan saat ini sangatlah besar, ada beberapa
yang dapat diberlakukan oleh pemerintah dalam menurunkan kemiskinan yaitu antara lain :

- Peningkatan Sumber Daya Manusia


- Peningkatan fasilitas dalam pelayanan
- Bantuan dana terhadap beberapa masyarakat yang membutuhkan
- Peningkatan pendapatan perkapitanya
Dari peran pemerintah tersebut barulah dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya bukan hanya
pemerintah yang mampu mengatasi kemiskinan ini, namun peran dari tiap individu dan
setiap golongan sangat berperan besar agar menurunya kemiskinan di daerah manapun

2.6 KEPENDUDUKAN : POTENSI DAN PERMASALAHANNYA

Isu Dasar : Pertumbuhan Penduduk dan Kualitas Hidup (Pandangan Optimis dan
pesimis)

Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Jadi, apakah kependudukan itu? Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan,
kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk
mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi
penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan
keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah


dan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Ada beberapa factor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan kematian disebut
factor alami sedangkan migrasi disebut faktor nonalami, kelahiran bersifat menambah,
sedangkan kematian mengurangi jumlah penduduk. Migrasi yang bersifat menambah disebut
migrasi masuk (imigrasi) sedangkan imigrasi yang bersifat mengurangi disebut migrasi keluar
(emigrasi).

Di negara berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi


menghasilkan kualitas penduduk yang rendah karena pemerintah belum bisa menangani
permasalahan kependudukan sepenuhnya. "Jumlah penduduk yang besar apabila berkualitas
akan menjadi potensi sumber daya manusia yang luar biasa, namun kenyataannya kualitas
penduduk Indonesia masih memprihatinkan," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal, di Bantul.

Terdapat dua pandangan terhadap hubungan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, yaitu
pandangan pesimis dan optimis. “Penduduk pesimis” ialah sebuah pandangan yang berpendapat
bahwa penduduk (pertumbuhan penduduk yang pesat) dapat mengantarkan dan mendorong
terjadinya pegurasan sumber daya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan, kehancuran
ekologis yg kemudian dapat memunculkan masalah masalah sosial, seperti kemiskinan,
keterbelakangan dan kelaparan ( Ehrlich, 1981 ).

Sedangkan “penduduk optimis” adalah pandangan yang berpendapat bahwa penduduk adalah
asset yang memungkinkan untuk medorong pengembangan ekonomi dan promosi inovasi
teknologi dan institusional sehingga dapat mendorong perbaikan kondisi sosial. Kedua
pandangan ini merupakan wacana akademis yang muncul pada tahun 1960-an dan 1970-an.

Transisi Demografik , Kontroversi Teori Maltus

Pada dasarnya transisi demografi menjelaskan tentang perubahan dari suatu situasi stasioner


di mana pertumbuhan penduduk nol atau pun sangat rendah sekali karena, baik tingkat fertilitas
maupun mortalitas sama-sama tinggi, menjurus ke keadaan di mana tingkat fertilitas dan
mortalitas sama-sama rendah, sehingga pertumbuhan penduduk kembali nol atau sangat rendah.
Dari stasioner pertama (fertilitas dan mortalitas tinggi ) menuju stasioner kedua ( fertilitas
dan mortalitas rendah ) mengalami dua tahap proses, yakni tahap kedua dan ketiga. Dan tahapan-
tahapan inilah yang disebut dengan transisi demografi.
Transisi demografi muncul dengan terjadinya banyak perubahan di masyarakat, juga diantaranya
adalah perubahan sosio-ekonomi yang berhubungan timbal balik dengan kesehatan. Finlandia
adalah contoh yang telah menyelesaikan transisi demografinya, tingkat kelahiran dan
kematiannya tinggi pada 1785-1790 yang kemudian semua ini menjadi rendah pada 1970-1976.
Finlandia menyelesaikan transisi demografinya dalam waktu lebih dari satu setengah malahan
mendekati dua abad. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia sedang mengalami transisi
demografi, dalam suasana pembangunan nasional yang berlangsung cepat. Data kependudukan
memang tidak lengkap.
Pada gambar tingkat kematian dan kelahiran yang masing-masing diukur dengan Crude Death
Riate (CDR) dan Crude Birth Rate (CBR), sangat tinggi pada sebelum 1930 atau sebelumnya
lagi yaitu sebelum tahun 1920-an.

Dewasa ini angka harapan hidup bangsa Indonesia (LE) cenderung bergerak dari 60 ke 70-an.
Demikian pula dengan tingkat kesuburan, TFR, dari sekitar 3 menuju 2.
Transisi demografi Indonesia telah didahului dengan revolusi penurunan kelahiran. NRR pada
beberapa propinsi sedang mendekati 1, yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Bali.
Konon menyusul Sulawesi Utara. Dengan NRR(Net Reproduction Rate) sama dengan satu, rata-
rata seorang ibu setelah masa hidupnya akan diganti oleh seorang anak perempuannya, dengan
kata lain tidak ada pertumbuhan kelahiran pada penduduk.
Konsekuensi Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi

Pertumbuhan penduduk sebenarnya merupakan keseimbangan dinamis antara dua kekuatan yang
menambah atau yang mengurangi jumlah penduduk. Perkembangan penduduk akan dipengaruhi
oleh jumlah bayi yang lahir tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian
yang dapat terjadi pada semua golongan umur. Dalam konteks spasial moblitas penduduk juga
berpengaruh terhadap perubahan dalam jumlah penduduk, dimana imigrasi akan menambah
jumlah penduduk dan emigrasi akan mengurangi jumlah penduduk dalam suatu wilayah.

Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif karena dengan
jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek pembangunan,
perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Namun disisi lain beberapa
kalangan justru meragukan apakah jumlah penduduk yang besar adalah sebagai asset seperti
yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa penduduk merupakan
beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang semakin lama
semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah penduduk tersebut.

Pandangan pesimis seperti ini di dukung oleh teori Malthus yang menyatakan bahwa
pertumbuhan penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan bahan makanan menurut
deret hitung. Simpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan kesejahteraan yang didapat tapi
justru kemelaratan akan di temui bila mana jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan baik.
Sebenarnya permasalahan yang muncul dididang kependudukan bukan hanya pada jumlah yang
besar semata akan tetapi juga berimbas pada turunan dari kuantitas yang besar tersebut antara
lain adalah persebaran penduduk, kualitas penduduk, kecukupan dari sisi konsumsi, struktur
penduduk yang sebagian besar masih muda, modal dan teknologi yang dimiliki juga masih
rendah dan akibatnya produktivitas kerja makin menurun serta masalah krusial yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan.

Dalam konteks negara berkembang terbelakang, pertumbuhan penduduk yang cepat mengurangi
ketersediaan modal per kepala yang menurunkan produktivitas angkatan kerjanya. Akibatnya,
pendapatan mereka berkurang dan kapasitas mereka untuk menabung juga berkurang yang pada
gilirannya berdampak buruk pada pembentukan modal. Tingkat penduduk yang over-population
membutuhkan lebih banyak investasi untuk memenuhi kebutuhan investasi demografis dan pada
saat yang sama dapat mengurangi kapasitas seseorang untuk menabung. Dengan adanya hal ini,
seluruh investasi diserap habis oleh investasi demografis tanpa ada yang tersisa untuk
pembangunan ekonomi.

Populasi yang besar pun menyebabkan adanya masalah pengangguran, di mana sebagian besar
orang datang ke tenaga kerja atau tempat-tempat yang tidak memungkinkan untuk menyediakan
pekerjaan. Dari adanya masalah pengangguran ini, yang kemudian menciptakan permasalahan
baru, yaitu kurangnya ketersediaan pangan. Meningkatnya populasi berarti lebih banyak mulut
untuk diberi makan, yang pada gilirannya menciptakan tekanan pada stok makanan yang
tersedia. Inilah alasannya, negara-negara terbelakang dengan populasi yang berkembang pesat
pada umumnya dihadapkan pada masalah kekurangan pangan. Terlepas dari semua upaya
mereka untuk meningkatkan produksi pertanian, mereka tidak dapat memberi makan populasi
mereka yang terus bertambah.

Kelangkaan pangan mempengaruhi pembangunan ekonomi dalam dua hal. Pertama, pasokan
pangan yang tidak memadai menyebabkan kekurangan gizi masyarakat yang menurunkan
produktivitas mereka. Hal tersebut semakin mengurangi kapasitas produksi para pekerja. Kedua,
kekurangan pangan memaksa untuk mengimpor biji-bijian pangan yang tidak perlu membebani
sumber daya devisa mereka. Kelangkaan pangan ini yang kemudian membuat harga pangan
meningkat sehingga seringkali hanya dapat dibeli oleh sebagian besar orang yang memiliki uang
dari hasil bekerjanya.

Masalah Pengangguran
Pengangguran merupakan salah satu masalah utama di Indonesia. Masalah pengangguran erat
kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, maka secara langsung
akan menyerap tenaga kerja. Tetapi jika pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya hanya mampu
menyerap tenaga lebih kecil dari jumlah pencari kerja, maka akan menyebabkan adanya sisa
pencari kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran di Indonesia
semakin meningkat, (Ariefta, 2014).

Menurut Todaro (1997) pembangunan ekonomi tidak dapat diukur sematamata dari tingkat
pertumbuhan pendapatan atau pendapatan per kapita, namun harus pula melihat bagaimana
pendapatan tersebut didistribusikan kepada penduduk dan mengetahui siapa yang mendapat
manfaat dari pembangunan tersebut.

Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari beberapa indikator perekonomian. Salah
satu diantaranya adalah tingkat pengangguran. Berdasarkan tingkat pengangguran dapat dilihat
kondisi suatu negara, apakah perekonomiannya berkembang atau lambat dan atau bahkan
mengalami kemunduran. Selain itu dengan tingkat pengangguran, dapat dilihat pula ketimpangan
atau kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat negara tersebut.
Pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang
tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga
kerja yang cenderung kecil persentasenya.

Hal ini disebabkan rendahnya tingkat 2 pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk
menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Pengangguran merupakan masalah yang saat ini
sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan di Indonesia. Jumlah penganggur
mengalami peningkatan. Sementara itu tingkat pengangguran yang tinggi merupakan
pemborosan-pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan
masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong sosial dan kriminal, dan dapat
menghambat pembangunan dalam jangka panjang.

Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat tidak diikuti dengan pertumbuhan jumlah kesempatan
kerja telah memberikan dampak buruk terhadap pembangunan ekonomi. Pertumbuhan angkatan
kerja yang semakin tinggi setiap tahunnya, sedangkan perluasan kesempatan kerja belum
memadai. Akibatnya jumlah penggangguran terus bertambah. Sama seperti yang terjadi di
Indonesia secara keseluruhan.
Berkaitan dengan masalah pengangguran, maka ada beberapa faktor yang berkaitan dan
mempengaruhinya :

1. Tingkat Kesempatan Kerja. Menurut Badan Pusat Statistik kesempatan kerja merupakan
perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan penduduk usia kerja.
2. Faktor selanjutnya adalah tingkat upah. Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh
satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya (Mankiw,
2000), karena secara teoritis pemintaan tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat
upah. Adanya kebijakan pemerintah dalam penetapan upah seperti dalam penetapan Upah
Minimum Provinsi sangat diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan
kepentingan antara pengusaha dan pekerja. Adanya perbaikan upah berarti akan ada
peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat
akan menyebabkan peningkatan permintaan barang dan jasa yang secara makro akan
mendorong perkembangan pada perusahaan.
3. Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran adalah inflasi.
Inflasi adalah suatu proses yang menunjukkan kenaikan harga umum yang berlangsung
terus menerus. Sedangkan tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga barang
dalam periode waktu tertentu (Sukirno, 2000). Dari pengertian tersebut maka apabila
terjadi kenaikan harga 5 hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga tersebut tidak
dapat disebut inflasi.
4. Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah Beban Tanggungan Penduduk (Dependency Ratio). Beban
Tanggungan Penduduk (Dependency Ratio) yaitu angka yang menggambarkan
perbandingan banyaknya orang yang tidak produktif (65 tahun), dengan banyaknya orang
yang termasuk kedalam usia produktif (Agustian, 2004). Pada negara berkembang, salah
satu implikasi tingginya angka kelahiran adalah hampir 40 persen penduduknya terdiri
dari anak-anak berumur kurang dari 15 tahun, sehingga angkatan kerja produktif di
negara-negara berkembang harus menanggung beban yang lebih banyak. Apabila
pendapatan tenaga kerja sebagian besarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
menjadi tanggungan maka pembangunan akan terhambat karena salah satu sumber dana
yang digunakan dalam pembangunan adalah dana dari masyarakat.
Kebijakan untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan penduduk

Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi, Indonesia sedang mengalami
berbagai permasalahan dalam bidang kependudukan baik dari segi kuantitas maupun kualitas
penduduk. Permasalahan- permasalahan yang menyangkut kuantitas tersebut antara lain :(1)
Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, (2) penyebaran dan kepadatan
penduduk tidak merata, serta (3) struktur umur penduduk yang tidak seimbang yaitu
perbandingan jumlah penduduk yang produktif secara ekonomi (15-64 tahun) tidak seimbang
dengan jumlah penduduk nonproduktif (0-14 tahun dan 65 tahun ketas) yang menghasilkan
angka beban ketergantungan.

Sedangkan permasalahan dari segi kualitas penduduk adalah masih rendahnya tingkat
pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan dan rendahnya pendapatan perkapita di Indonesia
(Meilani, 2010). Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya.
Salah satu dari upaya tersebut adalah dengan melakukan kebijaksanaan kependudukan.

Kebijaksanaan kependudukan adalah kebijaksanaan suatu negara yang menyangkut kemakmuran


penduduknya dengan melakukan berbagai usaha yang salah satuny adalah keluarga berencana
yang bertujuan menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk. Pada awal pelaksanaan Program
keluarga berencana di Indonesia (tahun 1950 dan 1960an), program keluarga berencana ini
merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk menjarangkan kelahiran. Jumlah anak
yang dianggap ideal adalah 4 anak yakni 2 anak laki- laki dan 2 anak perempuan.

Namun seiring berjalannya waktu, sejak Pelita V program keluarga berencana berubah menjadi
Gerakan keluarga berencana Nasional. Gerakan keluarga berencana nasional adalah gerakan
masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS). Peserta gerakan keluarga berencana aktif adalah Pasangan Usia Subur yang dapat
dibina memakai alat kontrasepsi secara terus menerus (Bappenas, 2009). Jumlah anak yang
dianggap ideal dalam gerakan ini adalah 2 anak yakni laki-laki dan perempuan sama yang
dituangkan dalam semboyan dua anak lebih baik.

Dalam pelaksanaan gerakan keluarga berencana, keikutsertaan masyarakat ditempuh dengan


sukarela tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain dan tetap mempertimbangkan nilai- nilai sosial
budaya yang berkembang dalam masyarakat. Kesertaanmasyarakat dalam gerakan keluarga
berenca na dipengaruhi oleh pandangan masyarakat itu sendiri terhadap pelaksanaan gerakankel
3 uarga beren cana yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan, pengalaman,
keadaan ekonomi, serta pengaruh sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat. Sasaran
Gerakan keluarga berencana nasioanal adalah (1) Pasangan Usia Subur (PUS) dengan prioritas
PUS muda paritas rendah, (2) generasi muda dan purna PUS, (3) pelaksana dan pengelola KB,
(4) sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi dan wilayah
khusus seperti sentra industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai dan daerah
terpencil (Sulistyawati, 2012).

2.7 PENDIDIKAN , KESEHATAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT

PENGERTIAN

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok


orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan,
atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang
berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi
tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan


sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser
seiring dengan waktu. Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah memungkinkan
setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri mereka sendiri, dan berpartisipasi aktif dalam
gerakan promosi kesehatan. Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan,
seperti perilaku individu, kondisi sosial, genetik dan biologi, perawatan kesehatan, dan
lingkungan fisik. Gerakan promosi kesehatan memungkinkan kesehatan untuk diajarkan,
dipelajari, dan diperkuat. Pemahaman konsep kesehatan sebagai "kemampuan untuk beradaptasi
dan mengatur diri sendiri" dan berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah
membuka pintu bagi setiap orang untuk menilai diri mereka sendiri. Hal ini juga memungkinkan
setiap orang untuk merasa sehat, bahkan ketika mereka memiliki berbagai penyakit kronis atau
berada dalam kondisi kritis.

Pendapatan masyarakat menurut Rosyidi (2006 : 100-101) adalah arus uang yang
mengalir dari pihak dunia usaha kepada masyarakat dalam bentuk upah dan gaji, bunga, sewa
dan laba. Pendapatan masyarakat juga dapat diartikan sebagai jumlah penghasilan yang diterima
oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan,
bulanan ataupun tahunan.

FUNGSI

Fungsi pendidikan diantaranya adalah untuk mengembangkan kemampuan, kemudian


membentuk watak, ataupun kepribadian dari peserta didik agar dirinya tumbuh menjadi pribadi
yang lebih bermartabat. Menurut Horton, Hunt dan David Popenoe fungsi pendidikan terbagi
menjadi beberapa fungsi di bawah ini :

1. Mempersiapkan masyarakat agar dirinya dapat mencari nafkah dengan lebih mandiri.
2. Proses membangun serta mengembangkan minat ataupun bakat dari peserta didik, baik
itu untuk kepuasan pribadi ataupun demi kepentingan masyarakat umum.
3. Sebagai tindakan pelestarian budaya yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri.
4. Proses penanaman keterampilan yang juga dibutuhkan pada keikutsertaannya dalam
kegiatan demokrasi.
5. Sebagai proses transfer/ pemindahan budaya atau adat istiadat dari generasi terdahulu ke
generasi selanjutnya.
6. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
7. Bentuk integrasi sosial yang ada di lingkungan masyarakat.
8. Melalui lembaga pendidikan juga dapat digunakan untuk mengajarkan bentuk dari corak
kepribadian.
9. Menjadikannya sebagai sumber inovasi dalam kehidupan sosial di lingkungan
masyarakat.
10. Mensosialisasikan pada peserta didik mengenai perbedaan atau kultur yang ada di
masyarakat luas, mulai dari perbedaan agama, suku dan juga budaya.
Fungsi kesehatan menurut WHO dan Pan American Health Organization (PAHO), fungsi
kesehatan masyarakat esensial merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah untuk
meningkatkan, mempromosikan, melindungi, dan memulihkan kesehatan manusia melalui
tindakan kolektif. Sepuluh layanan fungsi kesehatan masyarakat esensial (EPHFs/essential
public health services) meliputi :

1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah kesehatan


masyarakat.
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan dan bahaya-bahaya kesehatan di
masyarakat.
3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat tentang masalah-masalah
kesehatan.
4. Memobilisasi kemitraan dan partisipasi masyarakat untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah-masalah kesehatan.
5. Mengembangkan kebijakan dan rencana yang mendukung upaya kesehatan perorangan
dan masyarakat.
6. Menegakkan hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan memastikan
keamanan.
7. Memberikan perawatan untuk masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan
perorangan.
8. Memastikan kompetensi tenaga kesehatan masyarakat dan perorangan.
9. Mengevaluasi efektivitas, aksesibilitas, dan kualitas layanan kesehatan.
10. Penelitian untuk wawasan baru dan solusi-solusi inovatif dalam menghadapi masalah-
masalah kesehatan.

Fungsi pendapatan masyarakat adalah untuk dipergunakan oleh masyarakat itu sendiri demi
kepentingan pribadi maupun orang banyak dan kepentingan umum. Dengan adanya pendapatan
atau penghasilan setiap individu maka setiap individu tersebut dapat memiliki aset, pegangan,
dan modal investasinya.
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN SEBAGAI INVESTASI

Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk
pelayanan sosial yang harus diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Dalam konteks ini
pelayanan pendidikan sebagai bagian dari public service atau jasa layanan umum dari negara
kepada masyarakat yang tidak memberikan dampak langsung bagi perekonomian masyarakat,
dan karenanya tidak perlu memperoleh anggaran yang cukup untuk pembangunan pendidikan. Di
samping itu juga, tidak menarik untuk menjadi tema utama dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.

Opini yang berkembang, justru adanya anggapan bahwa pembangunan sektor pendidikan
hanyalah sektor yang bersifat memakan anggaran tanpa kejelasan akan manfaatnya (terutama
secara ekonomi). Pandangan demikian membawa orang pada kondisi keraguan bahkan
ketidakpercayaan terhadap pembangunan sektor pendidikan sebagai pondasi bagi kemajuan
pembangunan di segala sektor. Ketidakyakinan ini, misalnya terwujud dalam kecilnya komitmen
anggaran untuk sektor pendidikan. Mengalokasikan anggaran untuk sektor pendidikan dianggap
membuang-buang uang yang tidak bermanfaat. Akibatnya, alokasi anggaran sektor pendidikan
pun biasanya merupakan sisa anggaran.

Cara pandangan ini sekarang sudah mulai tergusur sejalan dengan ditemukannya pemikiran dan
bukti ilmiah akan peran dan fungsi vital pendidikan dalam memahami dan memosisikan manusia
sebagai kekuatan utama sekaligus prasyarat bagi kemajuan pembangunan dalam berbagai sektor.
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investment), telah berkembang secara
pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan
merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya. Konsep
tentang investasi sumber daya manusia (human capital investment) yang dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi (economic growth), sebenarnya telah mulai dipikirkan sejak zaman Adam
Smith (1776) yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia.

Sekarang telah diakui oleh banyak negara bahwa pengembangan SDM suatu negara adalah unsur
pokok bagi kemakmuran, pertumbuhan dan untuk penggunaan yang efektif atas sumber daya
modal fisiknya. Investasi dalam bentuk modal manusia adalah suatu komponen integral dari
semua upaya pembangunan. Pendidikan harus meliputi suatu spektrum yang luas dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri.

Kesehatan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia. Status kesehatan yang lebih baik
secara relatif diinginkan oleh setiap individu manusia yang hidup di muka bumi ini. Setiap
individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan melakukan investasi dan atau
mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan.

Dari sudut pandang ekonomi, pentingnya faktor kesehatan bagi manusia akan sangat terkait
sekali dengan kualitas sumber daya manusia. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia
(SDM) akan ditentukan oleh status kesehatan, pendidikan, dan tingkat pendapatan per kapita.

Kemajuan dan penguasaan teknologi mungkin faktor yang dominan mempengaruhi peningkatan
produktivitas SDM bersamaan dengan faktor pendidikan. Namun pendidikan yang tinggi dan
penguasaan teknologi yang canggih belum tentu mampu mengoptimalkan produktivitas tersebut
jika status kesehatan yang ideal untuk beraktivitas dan bekerja tidak tercapai. Dari hal ini terlihat
bahwa faktor kesehatan tidak bisa begitu saja diabaikan dalam penentuan modal manusia
(human capital).

INVESTASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN : PENDEKATAN MODAL


MANUSIA

Teori modal manusia (Theory of Human Capital) telah menjadi pemikiran banyak pihak sejalan
dengan berhasilnya umat manusia mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk. Bila dulu
perhatian dunia diarahkan dan difokuskan pada kuantitas penduduk dalam artian
keseimbangannya dengan daya dukung lingkungan, kini perhatian tersebut meluas ke aspek
kualitas penduduk.

Teori modal manusia (Theory of Human Capital) pada dasarnya membahas tentang proses
merumuskan bentuk-bentuk investasi yang bisa “ditanamkan” kepada manusia. Manusia diakui
sebagai salah satu sumber daya yang diperlukan dalam kegiatan produksi barang dan jasa di
dalam perekonomian. Sebagai faktor produksi, manusia tidak hanya memberikan kontribusi
dalam arti jumlah (supply) tenaga kerja yang berpatisipasi dalam kegiatan produksi. Manusia
secara individu memiliki potensi kecerdasan, pengembangan kemampuan (ability and
capability), dan penyesuaian yang luar biasa.

Kesehatan dan pendidikan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seorang individu.
Keduanya telah menjadi bagian dari menggunakan istilah ekonomi efektivitas dan efisiensi
manusia di segala bidang kegiatannya. Dengan kata lain, kesehatan dan pendidikan sedianya
modal manusia yang cukup. Namun, tentunya ada tingkat keperluan dari modal manusia
tersebut. Maka, manusia sebagai agen produktif dapat dikembangkan lebih lanjut dengan
investasi di sisi pelayanan kesehatan dan pendidikan, dan pada gilirannya dapat mendatangkan
manfaat.

Pendidikan dan kesehatan merupakan investasi terpadu pada seorang individu. Seorang individu
dapat menjadi lebih efektif di suatu komunitas masyarakat, baik sebagai produsen maupun
sebagai konsumen, karena kedua jenis investasi tersebut. Bahkan seringkali manfaat dari
investasi kesehatan dikaitkan ke pendidikan atau sebaliknya. Kedua faktor tersebut, pendidikan
dan kesehatan memiliki satu kesamaan ciri yang mendasar yaitu bahwa keduanya mengandung
sebagai elemen investasi dan sebagian lagi elemen konsumsi.

Dalam elemen konsumsi, sebagai barang konsumsi, kesehatan dan pendidikan tidak begitu saja
dapat dilihat sebagai unsur yang dapat memuaskan keinginan manusia. Keduanya merupakan
unsur-unsur penting yang menyusun dan dapat membangun kesejahteraan manusia. Maka,
tingkat pendidikan dan kesehatan tertentu secara implisit dijadikan komponen penentu bagi
standart hidup.

Sedangkan dalam elemen investasi, harus dilihat dalam hal keterkaitannya satu sama lain
khususnya dalam memadukan manfaat yang seimbang di antara keduanya. Sebagai contoh,
peningkatan produktivitas melalui peningkatan pendidikan akan meningkatkan juga investasi
kesehatan dalam bentuk pemahaman tentang cara hidup sehat dan pencegahan penyakit.
Sebaliknya, kesehatan yang memadai akan membantu individu untuk menerima pendidikan yang
cepat dan baik. Jadi, dari sisi investasi, kesehatan dan pendidikan merupakan bagian dari
individu sendiri dan bagian dari individu lainnya.
SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Pembangunan berasal dari kata bangun yang berarti membuat, mendirikan atau membina. Jadi,
pembangunan adalah usaha yang dilakukan secara terencana dalam melakukan perubahan
dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, kesejahteraan dan
kualitas hidup manusia.  Pembangunan berarti perbaikan untuk menuju ke arah yang lebih maju,
perbaikan dari yang belum ada menjadi ada, perbaikan dari yang jelek menjadi baik. Karena
pembangunan itu membangun dan memperbaiki. Dalam pengertian ini berarti setiap orang pasti
berkeinginan untuk melakukan pembangunan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat
dan negara.

Pendidikan berasal dari bahasa latin “ Educare “ yang berarti keluar , pendidikan adalah proses
membimbing manusia dari kegelapan kebodohan menuju kecerahan pengetahuan atau dari tidak
tahu menjadi tahu. Dalam arti luas pendidikan baik formal atau informal meliputi segala hal yang
memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang diri mereka. Dalam
kehidupan manusia sangat diperlukan apa yang namanya pendidikan, oleh karena itu biasanya
pendidikan itu dilakukan dalam bentuk pembelajaran dalam sebuah sekolah formal maupun
informal, seperti SD, SLTP, SLTA bahkan sampai perguruan tinggi.

Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik
dan selalu harus  dididik. Bayi hanya akan menjadi manusia jika melalui pendidikan. Sedangkan
manusia adalah satu-satunya mahluk yang dikaruniai potensi untuk selalu menyempurnakan diri.
Padahal kesempurnaan itu sendiri adalah suatu kondisi yang tidak akan kunjung dapat dicapai
oleh manusia. Biasa dikatakan , manusia hanya mengejar kesempurnaan agar dekat dengan
kesempurnaan, tetapi tidak pernah akan menyatu dengan kesempurnaan itu sendiri. Adalah logis
jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk mengantarkan dirinya
menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.

Ada yang menggambarkan manusia sebagai mahluk yang selalu meng-ada. Maksudnya manusia
itu adalah mahluk yang selalu mencari yang belum ada karena sasaran yang sudah ada dibosani.
Proses meng-ada itu tidak pernah berhenti sepanjang hayat masih dikandung badan. Ada pula
yang menggambarkan manusia itu sebagai hewan yang sakit. Dilihat dari konstitusi fisiknya
manusia sama dengan hewan. Tetapi karena manusia mampu berpikir dan mengerti serta
menyadari diri dan lingkungnnya, maka dia tidak bisa hanya menyerah dan melekat saja kepada
alam seperti hewan. Sebagai hewan yang selalu gelisah. Kriteria ”kualitas manusia” tentu
berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berkembang. Misalnya soal pendidikan dasar
(basic education) minimal bagi warga negara berubah dari 6 tahun menjadi 9 tahun. Penghargaan
waktu juga berubah, dan seterusnya.

Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas
teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan. Selanjutnya persoalan pendidikan juga
dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan
bangsa. Untuk dapat menyongsong suasana hidup yang diperlukan itu sistem pendidikan harus
berubah. Jika tidak, maka pendidikan sebagai an agent of social change (agen perubahan sosial)
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Strukturnya, kurikulumnya, pengelolahannya, tenaga
kependidikannya mau tidak mau harus disesuaikan dengan tuntutan baru tersebut.

SISTEM KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan telah ditetapkan bahwa Sistem Kesehatan


Nasional adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sampai dewasa ini telah terdapat perkembangan dalam pembangunan kesehatan dan pelaksanaan
SKN, tetapi masih banyak tantangan yang perlu dihadapi untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan seperti yang diharapkan.

Tantangan Sistem Kesehatan Nasional terutama meliputi:

1. Mutu, pemerataan, dan keterjangkauan upaya kesehatan belum optimal;


2. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan masih kurang kuat;
3. Pemerataan dan mutu sumber daya manusia kesehatan belum sepenuhnya menunjang
penyelenggaraan pembangunan kesehatan;
4. Penggalian pembiayaan masih terbatas dan pengalokasian serta pembelanjaan
pembiayaan kesehatan masih kurang memadai; dan
5. Pengembangan pembangunan kesehatan tampak masih kurang dilaksanakan dengan
saksama.

Dengan memperhatikan tantangan dan penilaian pelaksanaan SKN sampai dewasa ini serta
mengantisipasi perkembangannya di masa depan, penguatan SKN perlu meliputi langkah-
langkah sebagai berikut.

Langkah-langkah menyeluruh:
a. Meningkatkan pemahaman tentang pembangunan kesehatan dan SKN serta
menguatkan SKN dan sinergi di antara subsistem SKN; serta
b. Meningkatkan peran SKN sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan
monitoring dan evaluasi.

KEBIJAKAN UNTUK KESEHATAN, PENDIDIKAN, DAN PENGHASILAN

Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai jaringan keputusan (decisions-networking) yang saling
berhubungan untuk membentuk suatu strategi/pendekatan dalam hubungannya dengan isu-isu
praktis mengenai pelayanan kesehatan.

Dalam menganalisis kebijakan kesehatan selalu mempertimbangkan pada aspek :

1. Kemiskinan
Kesepakatan dasar bahwa siapapun masyarakat yang dalam keadaan kesehatan yang
kurang baik dan buruk harus mendapatkan pertolongan. Kemiskinan adalah suatu
kekurangan kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidup (pendidikan, kesehatan,
pangan, sandang, papan) dan kebutuhan bersifat relatif (beda persepsi, beda kriteria).
Pendekatan yang umum digunakan untuk melihat kemiskinan dan mortalitas adalah : a)
pendapatan,
b) Perbedaan status sosial ekonomi,
c) Perawatan kesehatan modern,
d) perubahan budaya dan prilaku,
e) kombinasi dari berbagai aspek di atas.
2. Keadilan
Gagasan tentang keadilan sosial/pemerataan sosial “Equity” dikaitkan dengan “Fairness”,
tetapi berbeda dengan “Equality” (persamaan hak). Pemerataan sosial mencakup :
a) akses pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan,
b) mekanisme pengalokasian sumberdaya kesehatan, apakah dalam terminologi
expenditure, terminologi input ataupun terminologi akses,
c) jaminan bahwa wilayah-wilayah yang berbeda, tetapi tersedia obat-obatan yang sama
baiknya meskipun biaya pelayanan tiap wilayah berbeda.
3. Pembangunan (Development)
Perubahan pada suatu keadaan atau kondisi yang dianggap lebih baik (kesejahteraan).
Dilakukan secara terus menerus dan terencana.
4. Bantuan dan Sektor Kesehatan
Pemerintah bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakatnya, dimana hanya dapat
dilaksanakan dengan menyediakan sistem kesehatan dan sistem sosial yang tepat.
5. Privatisasi dalam Sektor Kesehatan
Pertanyaan mendasar tentang privatisasi yang selalu menjadi perdebatan :
a) Privatisasi sebagai jalan pintas pemerintah untuk meningkatkan posisi finansialnya, b)
Privatisasi merupakan kreasi lingkungan pasar yang menciptakan kompetisi dalam
pelayanan kesehatan akan meningkatkan keadila, efisiensi dan kualitas pelayanan.

Menurut Riant Nugroho (2008:35-36) mengatakan bahwa kebijakan


pendidikan adalah kebijakan publik bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan berkenaan dengan
kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di
dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Kebijakan
pendidikan merupakan suatu keseluruhan mengenai hakikat manusia sebagai makhluk yang
menjadi manusia dalam lingkungan kemanusiaan. Kebijakan pendidikan merupakan penjabaran
dari visi dan misi dari pendidikan dalam masyarakat tertentu. Hal ini berarti
bahwa pendidikan itu merupakan milik masyarakat.

Kebijakan penghasila bermaksud kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal merujuk


pada kebijakan yang di buat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
ekonomi yang berkaitan dengan penerimaan pemerintah. Bentuk penerimaan ini
adalah pajak bersih yang diperoleh dari sektor rumah tangga. Pajak ini digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan
pemerintahan. Kebijakan fiskal merupakan bagian dari kebijakan ekonomi makro yang
digunakan untuk mencapai sasaran pembangunan. Fungsi kebijakan fiskal secara umum terbagi
menjadi tiga, yaitu fungsi penetapan sasaran anggaran, fungsi distribusi pendapatan dan subsidi,
serta fungsi stabilisasi ekonomi. Fungis alokasi anggaran bertujuan untuk tujuan pembangunan
ekonomi. Fungsi distribusi pendapatan dan subsidi dimaksudkan untuk upaya
peningkatan kesejahteraan rakyat. Sedangkan fungsi stabilisasi ekonomi makro dimaksudkan
untuk mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah membuat kebijakan fiskal untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan berbentuk pajak pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol
tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah
pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah
dapat memengaruhi variabel-variabel meliputi permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi,
pola persebaran sumber daya dan distribusi pendapatan.

Pemerintah yang menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha
mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan melalui
kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat
mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan
dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional

2.8 PEDESAAN DAN PEMBANGUNAN


pada dasarnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan merupakan suatu proses terus-
menerus yang dilakukan untuk menuju ke arah yang lebih baik dari sebelumnya yang bertujuan
untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Sedangkan tujuan pembangunan sendiri secara garis besar yaitu memiliki arah pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, pemerataan hasil pembangunan, dan campuran antara pertumbuhan
ekonomi tinggi dan pemerataan. (Hariyono, 2010: 23). Tujuan-tujuan yang hendak dicapai itu
dilakukan secara terus menerus agar didapatkan hasil yang maksimal. Dalam pembangunan,
tidak hanya dibutuhkan peran pemerintah saja namun perlu adanya kerjasama dengan
masyarakat. Sebisa mungkin

masyarakat selalu dilibatkan dalam setiap proses pembangunan.

1. Pedesaan
Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari daerah pedesaan. Terdapat berbagai pengertian
yang merujuk pada istilah pedesaan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Pengertian
pedesaan menurut Balai Pustaka (2003) yang dikutip dalam Asnudin (2009: 293) yaitu wilayah
permukiman yang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kondisi tanah dan air sebagai syarat
penting untuk terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat itu.

Terdapat pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian pedesaan. Salah satunya adalah
Wisadirana (2004: 21) yang menyebutkan pedesaan yaitu daerah masyarakat hukum terbawah
dibawah kecamatan, sumber ekonomi utamanya yaitu pertanian, dan usaha sampingan adalah
memelihara ternak, sedangkan masyarakat ditandai dengan pergaulan yang akrab, dan masih
memegang teguh adat istiadat setempat.

Sedangkan Desa menurut Nurcholis (2011: 2) menyebutkan bahwa Desa adalah wilayah
yang ditempati sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong-royong, memiliki adat
istiadat yang relatif sama, dan mempunyai tata-cara sendiri untuk mengatur kehidupan
kemasyarakatannya.

Pendapat lain oleh R. Bintarto (1968: 95) yang dikutip dalam Nurcholis (2011: 4) bahwa
desa merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh beberapa unsur, yaitu unsur-unsur
fisiografis sosial ekonomis, politis, dan cultural yang terdapat di situ dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah yang lain. Desa sendiri berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu deshi yang berarti tanah kelahiran atau tanah tumpah darah. (Mahardhani, 2015:
40).

Menurut Dirjen Pengembangan Desa, Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia


yang dikutip oleh Mahardhani (2014: 41) menyebutkan ciri-ciri wilayah Desa antara lain :

a. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar (lahan desa lebih luas dari jumlah
penduduknya, kepadatan rendah).

b. Lapangan kerja yang dominan adalah agraris (pertanian).

c. Hubungan antar warga amat akrab.

d. Tradisi lama masih berlaku.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menempatkan Desa sebagai organisasi
campuran (hybrid) antara masyarakat yang berpemerintahan (self governing community) dengan
pemerintahan lokal (local self government). Hal ini membuat desa berbentuk pemerintahan
masyarakat atau pemerintahan yang berbasis pada masyarakat. Desa membentuk kesatuan
hukum karena mengandung pemerintahan sekaligus masyarakat. (Eko et al, 2014: 34).

2. Kewenangan desa
Sebagai daerah otonom, Desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat. Kewenangan yang dimiliki oleh Desa sudah diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Setidaknya terdapat beberapa
kewenangan Desa yang sudah diatur dalam undang-undang tersebut.

Menurut Eko et al (2014: 91-92) kewenangan Desa merupakan hak yang dimiliki Desa
untuk mengatur dan mengurus serta bertanggungjawab terhadap urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat. Berikut yang dimaksud mengatur dan mengurus menurut Eko
et al (2014: 91-92) :

a. Mengeluarkan serta melaksanakan peraturan yang bersifat mengikat pihak


yang berkepentingan.
b. Bertanggungjawab untuk merencanakan, menganggarkan, melaksanakan
pembangunan, dan pelayanan serta menyelesaikan permasalahan yang ada.
c. Memutuskan dan menjalankan pembagian sumberdaya dalam pembangunan
dan pelayanan termasuk untuk penerima kegiatan.
d. Menjalankan, melaksanakan, dan merawat public goods yang sudah diatur.

Kewenangan yang dimiliki Desa pelaksanaannya diurus oleh Desa. Desa yang diharapkan
mampu untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri agar percaya diri untuk menjadi
Desa mandiri. Desa yang mandiri atau kemandirian Desa ini setidaknya mereka tidak terus
bergantung pada pemerintah di atasnya. Selama ini tidak ada definisi baku tentang kemandirian
Desa, sehingga setiap orang bebas untuk menafsirkan. Namun, yang perlu diketahui bahwa
kemandirian berbeda dengan kesendirian dan kedirian. Banyak Desa yang tertinggal salah
satunya dikarenakan Desa terisolasi dalam kesendirian. (Eko et al, 2014: 82-83).

Sebagai Desa mandiri, bukan berarti Desa tersebut lepas dari campur tangan Desa. Akan
tetapi Desa tidak terus menggantungkan rumah tangganya pada pemerintah. Hal ini sesuai
wawancara tim CIFOR (2006) dengan staf BAPEDA Kabupaten Malinau yang dikutip oleh Eko
et al (2014: 83) bahwa “Desa Mandiri adalah Desa yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri
dan tidak semata tergantung bantuan dengan bantuan pemerintah. Kalau ada bantuan dari
pemerintah, sifatnya hanya stimulant atau perangsang.” Apapun definisi terkait dengan
kemandirian Desa, setiap Desa pasti berusaha memaksimalkan potensi yang ada di Desa dan
tidak terus berharap bantuan dari luar.

3. Pembangunan Desa
Pembangunan secara umum diartikan sebagai upaya untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warganya. Pada dasarnya pembangunan perdesaan merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang harus memperhatikan pembangunan yang merata, pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan, dan kestabilan nasional. (Mahardhani, 2014: 62).

Pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang dilakukan di wilayah pedesaan, yang


mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat Desa. Banyaknya masyarakat Indonesia yang
tinggal di pedesaan, membuat pembangunan yang ada di Desa mendapatkan perhatian lebih.
Pembangunan Desa menurut R. Bintoro (2003: 25) yaitu pembangunan yang dilaksanakan di
wilayah pemerintahan terendah, yaitu Desa dan Kelurahan dengan ciri utama pembangunan Desa
yang terpenting yaitu keikutsertaan masyarakat pada pembangunan di Desa atau Kelurahan, baik
dilaksanakan secara langsung dalam bentuk swadaya mandiri maupun gotong royong.

Pembangunan Desa muncul pada pelita I (1959-1974) yang melahirkan Jendral


Pembangunan Desa di Departemen Dalam Negeri sebagai suatu kreasi dan ikon Orde Baru. (Eko
et al, 2014: 36). Pembangunan Desa sebagai suatu proses yang diarahkan untuk kepentingan
masyarakat, diharapkan pelaksanannya bisa berjalan atas inisiatif masyarakat setempat. Dalam
hal ini, partisipasi masyarakat Desa sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan yang
ada di Desa. Pembangunan pedesaan diarahkan secara optimal untuk memanfaatkan potensi
sumber daya alam beserta sumber daya manusianya. Pembangunan perdesaan dikatakan telah
berhasil apabila segala potensi yang tersedia di perdesaan digunakan secara maksimal dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. (Mahardhani, 2014: 63). Hasil dari pembangunan
diharapkan harus bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Desa. Sebisa mungkin pembangunan
Desa dilakukan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada di Desa demi kualitas hidup
masyarakat Desa.

Karakteristik masyarakat Desa berbeda dengan karakteristik masyarakat yang tinggal di


kota. Masyarakat yang tinggal di pedesaan cenderung memegang erat adat istiadat.
Perkembangan pada masyarakat Desa juga berjalan lambat. Beberapa permasalahan juga dialami
di Desa salah satunya tentang kemiskinan. Terkait dengan masalah kemiskinan, ternyata
sebagian besar masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut berada di Desa. Sehingga
sudah sewajarnya untuk mengatasi hal tersebut pembangunan difokuskan di Desa. Selama ini
pembangunan terfokus di daerah kota sehingga banyak masyarakat Desa yang akhirnya
melakukan urbanisasi. Masyarakat Desa mengadu nasib di kota dengan keterbatasan yang
dimiliki dan pada akhirnya menjadi persoalan di kota. (Mahardhani, 2014: 54).
4. Jenis Pembangunan desa
Pembangunan Desa terdiri atas dua hal. Secara umum, menurut Kuncoro (di dalam Ahmad,
2013: 80) pembangunan Desa terbagi atas :

a. Pembangunan Fisik

Pembangunan fisik merupakan pembangunan yang hasilnya tampak secara mata, atau
hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Pembangunan ini merupakan salah satu
penunjang dan sarana masyarakat yang bisa digunakan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Contoh dari pembangunan fisik atau infrastruktur antara lain yaitu berupa bangunan, fasilitas
umum, pembangunan jalan raya, jembatan, pasar, listrik, air bersih, transportasi, dan sebagainya.

b. Pembangunan Non Fisik

Pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang muncul dari adanya dorongan
masyarakat setempat, dan memiliki jangka waktu yang tidak sebentar. Pelaksanaan antara
pembangunan fisik dan non fisik harus dilakukan dengan seimbang. Pembangunan yang bersifat
non fisik kemudian dijadikan dasar dalam pembangunan fisik. Contoh dari pembangunan non
fisik antara lain dalam pemenuhan kebutuhan di bidang ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.

2.9 LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN

Ekonomi Pembangunan adalah cabang dari ilmu ekonomi yang bertujuan untuk menganalisis
masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara
untuk mengatasi masalah-masalah itu supaya negara-negara tersebut dapat membangun ekonominya
dengan lebih cepat lagi.

Tujuan dari analisis ekonomi pembangunan adalah:

a. menelaah faktor-faktor yang menimbulkan kelambatan atau ketiadaan pembangunan di negara-


negara sedang berkembang.
b. mengemukakan cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi negara sedang berkembang.
Beberapa faktor yang menyebabkan ekonomi pembangunan belum mempunyai pola analisis tertentu:

a. Sangat kompleksnya masalah pembangunan.


b. Banyaknya faktor yang berpengaruh dan faktor yang terpengaruh oleh pembangunan ekonomi.
c. Ketiadaan teori-teori pembangunan yang dapat menciptakan suatu kerangka dasar dalam
memberikan gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi.

RUANG LINGKUP DEGRADASI LINGKUNGAN HIDUP

Degradasi atau penurunan kualitas lingkungan hidup merugikan kehidupan manusia. Degradasi
lingkungan hidup disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu alam dan manusia. Faktor alam yang
menyebabkan degradasi lingkungan tidak dapat diprediksi dan dihindarkan oleh manusia sepenuhnya.
Faktor alam ini misalnya gempa bumi, gunung meletus, tsunami, angin topan, wabah penyakit,
kekeringan, dan kebakaran. Sedang faktor manusia yang menyebabkan degradasi lingkungan sepenuhnya
tergantung usaha manusia dalam mengendalikan kegiatannya, termasuk dalam mengelola lingkungan
hidup.

Degradasi lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia mendorong terjadinya
tanah longsor, banjir, pencemaran lingkungan, serta kecelakaan industri dan kimia. Sebagai contoh
dampak degradasi lingkungan di Jakarta dapat dikenali dari empat aspek yaitu aspek lingkungan, aspek
infrastruktur, aspek sosial, dan aspek tata kelola. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum
RI, Djoko Kirmanto saat memberikan sambutan dalam seminar nasional Keberlanjutan Jakarta Sebagai
Ibu Kota Negara dan Kota Pusat Pemerintah, di Pusat Studi Jepang, Kampus UI Depok, Rabu
(24/11/2010). Berbagai indikator degradasi lingkungan ini makin tidak terpisahkan dari Jakarta. Banjir
yang makin rutin dan sering mengunjungi Jakarta, baik akibat berkurangnya daya serap tanah terhadap
curah air hujan ataupun rusaknya daerah aliran sungai (DAS). Juga berbagai indikator lain semisal
kelangkaan sumber air bersih, pencemaran air dan udara, meluasnya daerah kumuh, dan penetrasi air asin
pada sumur penduduk (Tingkat degradasi lingkungan hidup di Jakarta, 2010) Secara umum, degradasi
lingkungan ini mengakibatkan banyak kerugian seperti kerusakan fisik, korban jiwa, timbulnya penyakit,
perubahan iklim, dan kelaparan.

Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas 13

1. Degradasi Lingkungan Hidup Akibat Tanah Longsor Tanah longsor merupakan pergerakan massa
tanah dan bebatuan ke daerah bawah yang disebabkan oleh peningkatan kandungan air dalam
tanah, hilangnya perekat agregat tanah, pertambahan beban tanah, erosi air, daya gravitasi dan
perubahan kemiringan lereng oleh kegiatan manusia. Bencana tanah longsor biasanya terjadi
bersamaan dengan banjir. Hampir setiap tahun bencana tanah longsor terjadi di Indonesia,
terutama di wilayah perbukitan yang memiliki lereng curam dan wilayah yang mengalami
penggundulan lahan. Kerusakan fisik dan korban jiwa terenggut dengan bencana ini. Pengaruh
tidak langsung kerusakan fisik dari tanah longsor adalah penurunan produktivitas lahan, nilai
bangunan, dan infrastruktur. Reruntuhan puing-puing dan massa tanah serta aliran lumpur dapat
menimpa penduduk dan mengakibatkan kematian.
2. Degradasi Lingkungan Hidup Akibat Banjir Fenomena banjir disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi, luapan air sungai, dan pasang naik air laut. Sering kali kejadian banjir dipengaruhi oleh
kegiatan manusia seperti penggundulan hutan, pembangunan permukiman dan gedung, serta
pembuangan sampah di saluran-saluran air. Kerugian akibat banjir dapat berupa kerusakan fisik
bangunan dan infrastruktur, menimbulkan wabah penyakit (yang disebabkan oleh bakteri atau
virus seperti diare, muntaber, malaria, dan infeksi), persediaan air bersih yang terkontaminasi
bakteri. Keadaan banjir dalam waktu lama akan menjadikan persediaan pangan di daerah yang
kebanjiran menipis dan kekurangan pangan.
3. Degradasi Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran Lingkungan Fenomena pencemaran
lingkungan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup sehingga tidak
dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya
zat, energi, organisme, dan komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia.
Beberapa jenis pencemaran dan penyebabnya sebagai berikut:
a. Pencemaran Udara Zat pencemar atau polutan penyebab pencemaran udara antara lain
sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), dan 14 Peran
MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas timbal (Pb) yang berasal dari
industri dan alat transportasi kendaraan bermotor.
b. Pencemaran Laut Pencemaran laut disebabkan oleh zat pencemar antara lain tumpahan
minyak, limbah cair industri, sampah rumah tangga, sampah laut, dan zat radioaktif yang
tercecer di laut.
c. Pencemaran Air Tawar Pencemaran air tawar disebabkan oleh zat pencemar antara lain
limbah manusia dan rumah tangga, limbah cair industri, pestisida, pupuk kimia, serta
sedimen hasil erosi.
d. Pemanasan Global Pemanasan global disebabkan oleh zat pencemar antara lain karbon
dioksida (CO2) dari hasil pembakaran bahan bakar fosil dan kebakaran hutan, serta gas
metana (CH4) dari kotoran ternak.
e. Penipisan Ozon Penipisan lapisan ozon disebabkan oleh zat pencemar antara lain
Klorofluorokarbon/KFK (Chlorofluorocarbon/CFC). Gas ini akan menipiskan lapisan
ozon bila lepas ke atmosfer. Mengakibatkan sinar ultraviolet dari matahari mudah
mengenai permukaan Bumi.
4. Degradasi Lingkungan Hidup Akibat Penggundulan Hutan Fenomena penggundulan hutan
(deforestation) makin marak terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir. Diperkirakan hutan
seluas 1,6 juta hektar hilang atau menjadi gundul setiap tahun di negara kita. Keadaan ini tentu
memengaruhi fungsi hutan hujan tropis sebagai ”payung raksasa” dan daerah resapan air.
Terjadinya penggundulan hutan didorong oleh peningkatan kegiatan pembalakan, perluasan lahan
pertanian, pembukaan lahan baru, dan pengumpulan kayu bakar. Penggundulan hutan telah
mengancam kelestarian lingkungan hutan. Menyebabkan hasil hutan baik primer dan sekunder
hilang seperti tanaman kayu, obat-obatan, dan buahbuahan, serta berbagai jenis hewan.
Penggundulan hutan dapat menyebabkan bencana banjir, erosi tanah, kekeringan, pencemaran
lingkungan dan paling fatal adalah bencana kelaparan dalam jangka panjang.
5. Degradasi Lingkungan Hidup Akibat Penggersangan Lahan (Desertification) Lahan gersang
menyebabkan penurunan produktivitas lahan, jenis hewan, dan jenis tumbuhan yang hidup di
dalamnya. Lahan gersang dapat terjadi karena kondisi iklim yang tidak kondusif, misalnya curah
hujan rendah dan temperatur udara tinggi. Penggersangan lahan (desertification) dapat juga
disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang buruk seperti penanaman yang kontinu sepanjang tahun,
penanaman dengan jarak tanam yang rapat, serta irigasi yang buruk. Kerugian akibat
penggersangan lahan adalah produktivitas yang menurun, kekeringan, dan ancaman kelaparan.
6. Degradasi Lingkungan Hidup Akibat Kecelakaan Industri dan Kimia Fenomena bencana yang
ditimbulkan oleh kecelakaan industri dan kimia dapat berupa ledakan pabrik atau fasilitas
penyimpanan zat kimia, kecelakaan pada saat pengiriman bahan kimia, kontaminasi
makanan/minuman oleh bahan kimia, kecerobohan pengolahan limbah beracun, serta kegagalan
sistem teknologi dan rancangan keamanan pabrik. Bencana yang disebabkan kecelakaan industri
dan kimia pernah terjadi di Chernobyl, Ukraina, Eropa. Bencana ini berupa meledaknya
pembangkit listrik tenaga nuklir dan menjadi kecelakaan nuklir terburuk sepanjang 16 Peran
MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas sejarah umat manusia. Pasokan
pangan ke seluruh Eropa terkontaminasi awan radiasi yang bertiup sampai Eropa Barat, seperti
Inggris. Kecelakaan industri dan kimia dapat mengakibatkan kerugian berupa kerusakan fisik
bangunan dan infrastruktur, luka dan kematian, dan yang paling penting adalah pencemaran
lingkungan. Kecelakaan kimia akibat ledakan nuklir sangat membahayakan karena dampaknya
mencakup daerah yang luas dan berkepanjangan. Daerah yang mengalami kecelakaan nuklir tidak
dapat dihuni manusia untuk beberapa lama. Sistem lingkungan menjadi rusak, bahkan sampai
skala global (Degradasi Lingkungan Hidup di Jakarta, 2015).

PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM LINGKUNGAN HIDUP


Pembangunan perkotaan merupakan sistem perluasan kawasan hunian yang menciptakan sebuah
kota. Kawasan hunian (residential) merupakan fokus utama dalam pembangunan perkotaan. Berdasarkan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 650/989/IV/Bangda, tanggal 5 Juni 2000, tentang pedoman
umum Penyusunan Program Dasar Pembangunan Perkotaan (PDPP) menyebutkan “pengertian
pembangunan perkotaan adalah semua pembangunan yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta
diwilayah kota dan perkotaan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah”. Oleh karena itu hakekat pembangunan perkotaan
adalah upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan warga kota khususnya yang
didukung oleh ketangguhan unsur kelembagaan pemerintah dan kemasyarakatan dalam mewujudkan cita-
cita warga kota.

Dalam kata lain dalam pembangunan perkotaan itu dirancang secara cermat dan diintegrasikan
oleh berbagai disiplin ilmu sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi
kesenjangan dan memantapkan stabilitas nasional. Dalam pembangunan perkotaan harus memperhatikan
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (Sustainable Urban Development), dimana pembangunan
perkotaan yang berkelanjutan berupaya membangun keseimbangan antara kebutuhan manusia dan
pelestarian lingkungan. Pembangunan perkotaan berkelanjutan dalam ekspansi perkotaan berfokus pada
pembatasan produksi polusi di sebuah kota, dan berfokus pada efisiensi penggunaan energi alternatif,
serta menyediakan fasilitas untuk aktifitas dan gaya hidup perkotaan yang sering disebut sebagai  Urban
Life Style. Gaya hidup perkotaan yang lebih dinamis dan cepat kadang membutuhkan fasilitas yang serba
cepat, pintar, simple dan efisien. Dalam sebuah Urban Lifestyle, pengembanan perkotaan harus
memikirkan dan menyediakan sebuah konsep baru dalam urban living dimana mampu memberikan
hunian yang menyenangkan. Dalam arti kata yang sederhana urban life style didalam perkotaan
adalah way of life atau cara hidup yang dinamis, efisien, dan tentunya tujuan akhir adalah menaikan taraf
hidup masyarakat perkotaan. Untuk itu pembangunan sebuah perkotaan tidak hanya memikirkan
pembangunan infrastruktur kotanya tetapi juga merencanakan pengakomodasian gaya hidup perkotaan
dengan cara menciptakan fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan oleh warga kota. Mobilitas yang tinggi yang
tentunya harus ramah lingkungan harus direncanakan dengan menganut konsep Green Mobility dan
penggunaan sistem transportasi pintar guna mendukung pola urban life style juga akan menjadi unggulan
dalam sebuah pembangunan perkotaan. Warga kota juga memerlukan banyak perencanaan- perencanaan
inovatif seperti hunian yang pintar, minimalis serta tempat bekerja yang dekat dengan hunian sehingga
keteribatan perencana atau designer hunian seperti interior designer, product design, komunikasi visual
serta IT juga turut dilibatkan bersinergi dengan perencana kota, arsitek, insinyur sipil dalam
merencanakan pembangunan perkotaan sehingga konsep urban development and urban lifestyle dapat
benar benar terintegrasi dalam menciptakan sebuah kota yang pintar, efisien, dinamis dan maju.
Pertumbuhan kota memerlukan suatu perencanaan pembangunan yang merupakan suatu proses
berkelanjutan yang terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya
yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang (Conyers dan Hills, 1984).
Dalam perencanaan terdapat beberapa alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan di masa datang. Salah satu tujuan dalam
perencanaan pembangunan adalah berkaitan dengan Town and Country Planning (Landuse planning,
physical planning, urban and regional planning) yaitu berhubungan dengan alokasi tanah dari berbagai
fungsi/kegiatan di wilayah.

Menurut Zheng, Wang, Glaeser dan Khan (2009) dalam penelitian mereka mengenai konsumsi
energi rumah tangga kota-kota di Amerika Serikat, rumah tangga menghasilkan sekitar 40% limbah
karbon dari total limbah karbon, sedangkan di Cina Evaluasi atas kebijakan..., Carolina Vivien
Christianti, FE UI, 2010. 23 Universitas Indonesia berdampak kurang dari 20%. Pertumbuhan
pembangunan Cina yang mengalami perubahan dari ekonomi berbasis manufaktur kepada ekonomi jasa,
mengakibatkan dampak karbon rumah tangga meningkat, hal ini disebabkan karena rumah tangga lokal
menjadi semakin kaya sehingga mereka akan menkonsumsi lebih banyak listrik dan meningkatkan
pengggunakan jasa transportasi. Adanya penambahan tingkat pendapatan perkotaan akan meningkatkan
limbah karbon meskipun pendapatan rumah tangga secara individual relatif tetap. Semakin tingga
pendapatan suatu perkotaan mereka akan mengalami pencemaran limbah yang semakin tinggi dari
pemakaian listrik dan alat transportasi (Glaeser dan Khan, 2010).

Berlangsungnya pertumbuhan teknologi dan tingkat pengetahuan masyarakat yang semakin


meningkat tidak hanya menimbulkan kemajuan, disamping itu berpotensi menciptakan pencemaran
lingkungan. Pernyataan ini didasarkan hasil data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Kota Semarang. Di Kota Semarang terdapat 9 pabrik di kawasan industri kelurahan Tambakaji,
kecamatan Ngaliyan. Pabrik yang berada di kota tersebut memiliki potensi besar terhadap pencemaran
kota Semarang. Melihat pencemaran yang kian meningkat dalam setiap tahunnya, BLH berupaya
merangsang jiwa masyarakat supaya memiliki kesadaran tinggi dengan cara melalui kampanye peduli
sampah yang bertujuan agar masyarakat mempunyai tingkat sensitif tinggi terhadap faktor-faktor yang
berpotensi mencemari lingkungan. Proses kampanye itu dikemas dengan pembagian bunga dari sampah
plastik, kepada para pengendara yang melintas di bundaran Tugu Muda. Bunga itu diselipkan pesan-pesan
kepedulian terhadap sampah (Suara Merdeka,19/2/2009).
REFORMASI LINGKUNGAN HIDUP GLOBAL

Pembukaan UUD 1945 mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia didirikan untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum ,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa negara seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan
benteng Hak Asasi Manusia dengan peran-peran Proteksi-Prevensi dan Promosi. Demikian pula di tingkat
internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di mana Indonesia menjadi salah satu anggotanya
didirikan untuk menciptakan dunia yang adil dan damai dengan cara memajukan hak asasi manusia .
Konsekuensi logis dari peran Indonesia sebagai anggota PBB serta amanat UUD 1945 untuk ikut dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dn keadilan sosial
harus segera meratifikasi konvensi internasional di bidang hak asasi manusia, yakni hak sipil politik (hak
asasi manusia generasi pertama) dan konvensi hak ekonomi-sosial-budaya (hak asasi manusia generasi
kedua) Selain itu kini berkembang hak asasi manusia generasi ketiga walaupun belum mencapai tingkat
kematangan untuk dituangkan dalam konvensi PBB tentang hak asasi manusia. Hak generasi kektiga ini
mencakup hak atas pembangunan, hak atas perdamaian dan hak atas lingkungan hidup. Untuk itu
pemerintah Indonesia harus terlibatdalam upaya-upaya di tingkat internasional untuk mendewasakan hak
asasi manusia generasi ketiga ini.

Khusus di bidang lingkungan hidup sejak tahun 1972 telah dilakukan beberapa konferensi PBB
dalam bidang lingkungan hidup. Berbagai deklarasi atau piagam bumi yang telah disepakati, serta
berbagai konvensi internsional di bidang lingkungan hidup haruslah menjadi instrumen hukum normatif
bagi Indonesia pula untuk menegakan hak asasi manusia khususnya hak atas lingkungan hidup. Secara
khusus di dalam UUD 1945 yang menyangkut langsung hak atas lingkungan terdapat di dalam Pasal 28 G
ayat 1: ”setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”Kemudian dalam Pasal 33 ayat
2: ”Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan yang mengusai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara”. Serta pada ayat 3. ” Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara.” Serta ayat 4: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, effesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan ,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional”.

Reformasi lingkungan hidup harus mengacu kepada upaya penguatan ketahanan dan
keberlanjutan fisik dan sosial. Jadi selain berkaitan dengan ketahanan dan keberlanjutan fisik, reformasi
lingkungan hidup mencakup pula upaya-upaya untuk memajukan ketahanan dan keberlanjutan sosial
artinya menyangkut pula pemajuan hak – hak asasi yang menyangkut bidang politik, ekonomi dan
budaya. Sehingga pemajuan terhadap hak-hak atas lingkungan hidup mencakup pula prasyarat
pemenuhan hak-hak politik, ekonomi dan budya. Dengan demikian hak atas lingkungan hidup
menegaskan pentingnya memandang upaya-upaya pemajuan hak asasi manusia sebagai upaya-upaya
yang sistematis, integral dn komprehensif. Jadi hak-hak sipil-politik, hak-hak ekonomi-sosial-budaya,
serta hak-hak generasi ketiga tidak bisa dilihat sebagai hirarki, yang satu lebih penting dari yang lain.

Reformasi perundang-undangan diperlukan karena tidak adanya kesamaan cara pandang terhadap
lingkungan hidup sebagai penyangga kehidupan,, yang berakar pada persoalan pemahaman yang parsial
sehingga menimbulkan pendekatan sektoral dan jangka pendek dalam pengelolaannya. Dari sisi proses
penyusunan perundang-undangan juga tidak memenuhi prasyarat dan prinsip seperti telah disebutkan
diatas. Akhirnya terjadi ketimpangan antara peraturan yang dibuat, implementasi dan proses penegakan
undang-undang yang bersangkutan. Ada kecenderungan eskalasi kerusakan lingkungan akibat lingkungan
tidak dimaknai sebagai satu kesatuan yang utuh. Lingkungan hidup dimaknai sebagai satu obyek statis
yang hampa dari interaksi dengan manusia. Hak rakyat atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat serta
kewajiban negara untuk menjamin hak konstitusional warga negaranya tidak dapat dijabarkan secara baik
keterkaitannya.

Reformasi dalam bidang ini membutuhkan tiga undang-undang ”payung” bagi terlaksananya
reformasi lingkungan hidup, dalam rangka menjamin pemenuhan kewajiban negara terhadap hak
konstitusional warga negaranya. Pertama, kita memerlukan undang-undang untuk melaksanakan reforma
agraria/landreform. Undang-undang ini mutlak diperlukan untuk menghilangkan dan mengatasi
ketimpangan dan ketidakadilan akses, kontrol dan kepemilikan sumberdaya agraria yang bersifat
struktural. Jika reforma pertanahan telah selesai dilaksanakan maka undang-undang ini dapat dicabut.
Yang kedua, adalah undang-undang yang mengatur pengelolaan agraria atau sumberdaya alam dengan
mengacu kepada asas-asas kehati-hatian (precauntionary principle) keadilan antar dan intragenerasi,
kepastian hukum (termasuk kepastian usaha), perlindungan masyarakat adat,, keterbukaan keterpaduan
antarsektor, dan keberlanjutan. Selain itu juga memuat hal-hal yang berkenaan dengan aspek-aspek
demokrasi pengelolaan SDA (sumberdaya alam) yang tercermin dalam pengaturan tentang hak dan peran
serta masyarakat yang lebih hakiki (genuene) dan terinci dengan menyebarkan prinsip akses informasi,
partisipasi publik, dan akses keadilan, kemudian bagaimana pengakuan dan perlindungan secara utuh
hak-hak tradisional, wilayah ulayat hukum adat dan sistem nilai masyarakat aat dalam pengelolaan SDA.
Selain itu pula diatur bagaimana pengawasan dan akuntabilitas publik, serta transparasi dan keterbukaan
manajemen pengelolaan SDA. Ketiga, undang-undang yang memilki wewenang untuk perlindungan
lingkungan dan sumber-sumber kehidupan rakyat. Undang-undang ini mengatur upaya pencegahan
kerusakan, penanganan kerusakan, penegakan hukum/sanksi dan upaya rehabilitasi atau pemulihan
lingkungan.

Adapun pengaturan sektoral tetap diperlukan mengingat karakteristik khusus yang dimiliki oleh
masing-masing sektor. Namun demikian pengaturan tersebut harus mengacu pada ketiga rambu peraturan
perundang-undangan tersebut. Hal ini untuk mencegah tumpang tindih kewenangan seperti yang ada pada
saat ini. Peraturan sektoral hendaknya hanya mengatur urusan teknis pengelolaan sumberdaya yang
bersangkutan.

KEBIKJAKAN BAGI NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

Corak pembangunan di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan negaranegara maju.


Begitu pula dengan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembangunan itu sendiri. Di negara-negara
berkembang, dampak pengangguran terhadap pembangunan ekonomi sangat serius, ditambah lagi dengan
laju pertumbuhan penduduk yang tidak dapat ditanggulangi. Berbagai macam permasalahan yang timbul
membuat percepatan pembangunan di negara-negara berkembang harus segera dilakukan, agar masalah
pengangguran dapat ditanggulangi, pendapatan perkapita dapat segera ditingkatkan, dan masalah
kependudukan dapat segera diatasi. Percepatan pembangunan yang harus segera dilakukan di negara-
negara berkembang terkendala dengan keterbatasan potensi untuk melaksanakan pembangunan itu
sendiri. Hambatan-hambatan yang muncul dengan keterbatasan teknologi, sumber daya manusia yang
tidak berkualitas, dan keterbatasan modal yang tersedia menjadi penghalang utama negara-negara
berkembang untuk mempercepat proses pembangunannya.

Sebaliknya di negara-negara maju memiliki corak yang sangat berbeda dalam pembangunan ekonomi
mereka. Tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah, teknologi yang relatif maju, dan ketersediaan
modal yang cukup memungkinkan negra-negara tersebut untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
tinggi dan kesejahteraan bagi penduduknya. Percepatan pembangunan tidak lagi menjadi keperluan
mendesak bagi negara-negara maju tersebut.

1. Kebijakan Moneter di Negara Berkembang


Kurang sempurnanya analisis makroekonomi dalam menggambarkan corak ekonomi yang
sebenarnya di negara berkembang, menyebabkan teori makro ekonomi tersebut memiliki kemampuan
yang terbatas untuk dijadikan landasan pengambilan kebijakan-kebijakan dalam menyelesaikan
masalah perekonomian di negara berkembang. Salah satu analisis makroekonomi adalah pemahaman
bahwa perekonomian merupakan suatu kegiatan dalam masyarakat yang menjalankan kegiatan tukar
menukar secara efisien. Semuanya dianggap sudah berjalan sebagaimana mestinya bila dilihat dari
kegiatan masyarakat dalam memproduksi barang untuk dijual ke pasar, tukar menukar yang
dilakukan dengan uang atau perantaraan bank, maupun kegiatan pasar uang dan pasar modal. Dalam
keadaan yang demikian tingkat pengeluaran masyarakat dapat diatur dengan mempengaruhi
penawaran uang dalam masyarakat. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mempengaruhi
penawaran uang dalam masyarakat tersebut dikenal dengan kebijakan moneter. Dalam kebijakan
moneter terdapat beberapa macam kebijakan, yaitu :

a. Mengubah tingkat cadangan minimal bank-bank komersil.


b. Mengubah suku bunga dari pinjaman Bank Sentral kepada bank-bank komersil.
c. Mengadakan operasi pasar terbuka.
d. Menentukan prioritas dari jenis-jenis pinjaman yang dapat diberikan oleh bank-bank
komersil kepada para nasabah mereka (selective credit control).
Kebijakan-kebijakan tersebut diambil oleh pemerintah dalam rangka mempengaruhi pengeluaran
dalam masyarakat ke arah yang dikehendaki. Ketika tingkat pengangguran tinggi dan terjadi resesi,
pemerintah harus berusaha menaikkan tingkat pengeluaran masyarakat dengan cara mempertinggi
penawaran uang dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut kebijakan moneter yang dapat
diambil adalah dengan mengurangi tingkat cadangan minimum, menurunkan suku bunga, dan membeli
surat-surat berharga dari masyarakat. Sebaliknya dalam masa inflasi, kebijakan yang diambil adalah
kebalikan dari kebijakan dalam masa deflasi.

Di negara-negara berkembang, kebijakan moneter yang diambil tersebut mempunyai kemampuan yang
sangat terbatas dalam mencapai tujuan

mempengaruhi pengeluaran masyarakat ke arah yang dikehendaki. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya :

1. Bank-bank komersil pada umumnya memiliki cadangan yang berlebihan. Oleh


sebab itu perubahan dalam tingkat cadangan minimum tidak akan mempengaruhi
kegiatan bank tersebut untuk meminjamkan dananya kepada para pengusaha dan
masyarakat.
2. Cadangan yang berlebihan yang dimiliki oleh bank komersil menyebabkan bank-
bank komersil jarang sekali meminjam kepada bank sentral. Dengan demikian,
perubahan suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral tidak akan memiliki
banyak pengaruh terhadap kegiatan-kegiatan bank komersil.
3. Pasar uang dan pasar modal di negara-negara berkembang belum sempurna
keadaannya. Hal ini menyebabkan operasi pasar terbuka tidak dapat berjalan
efektif. Kepemilikan surat-surat berharga di masyarakat masih sangat sedikit
untuk dapat diperjualbelikan.
4. Sistem perbankan di negara-negara berkembang masih jauh dari sempurna,
sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang menggunakan jasa perbankan.
Dengan demikian, kebijakan moneter tidak akan terlalu besar pengaruhnya terhadap kegiatan
perekonomian yang berlangsung. Penawaran uang di negara berkembang biasanya hanya terdiri atas uang
kertas dan logam, sedangkan jumlah uang bank (bank money) sebagai komponen lain dari penawaran
uang masih belum sebanyak seperti di negara-negara maju.Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
perdagangan dan perekonomian masih belum sepenuhnya menggunakan jasa perbankan, hanya dengan
menggunakan sistem barter atau pembayaran tunai. Dengan kondisi seperti ini kebijakan moneter yang
masih tradisional tidak akan terasa pengaruhnya dalam kegiatan perekonomian. Pertambahan jumlah
penduduk yang menyebabkan peningkatan kegiatan perekonomian harus diimbangi dengan penambahan
penawaran uang tunai di masyarakat. Salah satu usaha pemerintah adalah dengan mengurangi
pengeluaran uang tunai di masyarakat dengan mencoba menarik uang tersebut agar disimpan di bank.

Tugas kebijakan moneter di negara berkembang jauh lebih rumit jika dibandingkan dengan
negara maju, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Tugas untuk menstabilkan penawaran uang yang cukup untuk kegiatan pembangunan.
Kebutuhan modal untuk pembangunan sering menyebabkan pemerintah meminjam
secara berlebihan kepada bank sentral karena terbatasnya pendapatan pemerintah. Jika
hal tersebut dilakukan, maka pertambahan uang tunai dapat meningkat cepat yang
akibatnya dapat menimbulkan kenaikan harga barang dan inflasi.
b. Kegiatan ekspor dan impor sangat rentan untuk menimbulkan inflasi di negara-negara
berkembang, karena fluktuasi harga bahan mentah. Naik turunnya pendapatan ekspor
sangat berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian.
Untuk itu bank sentral bertanggung jawab dalam mengawasi perkembangan valuta asing dan
kegiatan ekspor impor. Jadi, kebijakan moneter mengemban tugas untuk mempercepat proses
pembangunan yang sedang dilakukan dengan mengembangkan fungsi badanbadan keuangan
untuk membantu jalannya kegiatan perekonomian. Dalam hal ini kebijakan moneter adalah
menjadi tanggung jawab bank sentral.

2. Kebijakan Fiskal di Negara Berkembang


Kebijakan makroekonomi yang selanjutnya adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatur pengeluaran dan pendapatannya yang bertujuan
mengusahakan tersedianya kesempatan kerja tanpa menimbulkan inflasi. Kebijakan tersebut diambil agar
keseluruhan pengeluaran masyarakat dapat digunakan untuk mencapai tingkat produksi yang paling
maksimum pada kesempatan kerja penuh.

Untuk mewujudkan tujuan pemerintah tersebut, maka kebijakan fiskal yang diambil adalah sebagai
berikut :

a. Menaikkan pajak pendapatan rumah tangga, dengan harapan agar pendapatan yang dibelanjakan
untuk konsumsi masyarakat akan berkurang atau mengurangi tingkat konsumsi masyarakat
dengan membayar pajak.
b. Mengurangi pengeluaran pemerintah sehingga pendapatan dapat lebih besar dari pengeluaran.
Dengan menurunkan tingkat pengeluaran pemerintah, maka akan menurunkan tingkat
pengeluaran keseluruhan dan mengurangi tekanan inflasi. Langkah yang sebaliknya diambil
apabila terjadi deflasi dan banyaknya pengangguran

Teori tersebut pada prakteknya tidak akan sama bila dijalankan di negara maju atau negara
berkembang. Di negara berkembang, masalah pengangguran tidak bisa serta merta diatasi dengan
menaikkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan tingkat pajak. Hal itu disebabkan karena sumber
daya manusia di negara berkembang jumlahnya sangat berlebih dibandingkan dengan faktorfaktor
produksi lainnya seperti modal dan teknologi yang terbatas. Dalam kondisi tersebut, menaikkan
pengeluaran pemerintah tidak dapat meningkatkan kegiatan perekonomina, tetapi justru akan
menimbulkan kenaikan harga dan inflasi. Demikian pula halnya dalam mengatasi masalah inflasi di
negara maju, tidak dapat serta merta dilaksanakan di negara berkembang. Inflasi yang terjadi di negara
maju lebih disebabkan terciptanya kesempatan kerja penuh, sedangkan inflasi di negara berkembang
terjadi pada saat jumlah pengangguran sangat tinggi. Pendapatan pemerintah dari sektor pajak di negara
berkembang jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara maju, yang diperoleh dari pajak tidak
langsung bukan pajak pendapatan. Oleh sebab itu, perubahan dalam struktur perpajakan yang
dilaksanakan di negara-negara berkembang tidak akan terlalu memberikan pengaruh terhadap
pengeluaran masyarakat. Dengan demikian, langkah yang diambil untuk mengatasi inflasi dengan
menurunkan pengeluaran pemerintah dan menaikkan tarif pajak, tidak tepat bila dilaksanakan di negara
berkembang. Hal tersebut justru akan memperburuk masalah pengangguran dan memperlambat proses
pembentukan modal untuk kelangsungan pembangunan. Pada kondisi dimana penerimaan pajak
pemerintah sebagian besar adalah melalui pajak tidak langsung, maka kenaikan tarif pajak justru akan
berakibat pada kenaikan harga-harga barang dan menambah lajunya inflasi.

Keadaan yang berbeda antara negara berkembang dengan negara maju di dalam penerapan kebijakan
fiskal, maka kebijakan yang diambil oleh negara berkembang berbeda dalam hal :

a. Negara-negara berkembang lebih berhati-hati dalam menerapkan kebijakan fiskal dibandingkan


dengan negara maju, yaitu dengan menyeimbangkan pengeluaran pemerintah dan menghindari
pengeluaran yang berlebihan.
b. Kebijakan fiskal digunakan untuk mempengaruhi corak penggunaan sumber daya, yaitu dengan
pemilihan pengeluaran pemerintah pada sektor yang dapat menggalakkan penanaman modal, dan
kenaikan pajak dengan tujuan membatasi usaha di sektor tertentu Kebijakan fiskal yang lainnya
adalah dengan memberikan perangsang fiskal (fiscal incentives) pada bidang usaha tertentu di
daerah-daerah tertentu.
Perangsang fiskal tersebut diberikan kepada perusahaan-perusahaan dengan memberikan pinjaman
modal yang bersyarat ringan, pembebasan pembayaran pajak sementara, mempercepat depresiasi barang-
barang modal, dan membebaskan pajak impor terhadap bahan-bahan mentah yang digunakan. Hal
tersebut bertujuan untuk efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan merangsang pembentukan modal.

2.10 PERAN PERENCANAAN DALAM PEMBANGUNAN

Pengertian Umum Perencanaan Pembangunan

Menurut Davidoff & Rainer (1962),Robinson (1972) Faludi (1973) dari perspektif
paradigma rasional memberikan batasan tentang perencanaan sebagai suatu proses untuk
menentukan masa depan melalui suatu urutan pilihan. Sedangkan menurut Dror (1963)
perencanaan merupakan suatu proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan untuk
melakukan tindakan dimasa depan. Friedman (1987) menyimpulkan bahwa perencanaan
merupakan suatu strategi untuk pengambilan keputusan sebelumnya sebagai suatu aktivitas
tentang keputusan dan implementasi. Dari defenisi tersebut Nampak bahwa perencanaan dapat
dilihat sebagai bentuk strategi yang bisa diterapkan untuk organisasi public maupun privat.
Menurut Arsyad (2002), menyatakan ada 4 (empat) elemen dasar perencanaan yakni:
1) Merencanakan berarti memilih.
2) Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya.
3) Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.
4) Perencanaan untuk masa depan.

Walaupun belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan istilah
perencanaan ekonomi, dapat di ambil inti dari istilah perencanaan ekonomi mengandung arti
pengendalian dan Pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu
dalam jangka waktu tertentu pula.

Perencanaan Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses yang bersinambung yang


mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya
dalam mengendalikan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dalam
jangka waktu agar mencapai tujuan-tujuan pada masa yang akan datang. Pembangunan pada
hakekatnya adalah upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang menjadi cita-cita
bangsa Indonesia. Pembangunan juga dipandang sebagai peningkatan pertumbuhan ekonomi
disertai keadilan sosial secara sadar.

Walaupun belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan istilah
perencanaan ekonomi, dapat di ambil inti dari istilah perencanaan ekonomi mengandung arti
pengendalian dan Pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu
dalam jangka waktu tertentu pula.

Hakikat Perencanaan Pembangunan


Perencanaan Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses yang bersinambung yang
mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya
dalam mengendalikan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dalam
jangka waktu agar mencapai tujuan-tujuan pada masa yang akan datang. Pembangunan pada
hakekatnya adalah upaya mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang menjadi cita-cita
bangsa Indonesia. Pembangunan juga dipandang sebagai peningkatan pertumbuhan ekonomi
disertai keadilan sosial secara sadar.

Pembangunan (development) secara umum menganut tiga paradigma, yaitu pertumbuhan


(growth), perbaikan (improvement), dan perubahan (change). Sebagai suatu proses, maka
pembangunan masyarakat tidak terlepas dari aspek manajemen yang menanganinya. Dalam
suatu proses manajemen yang umum akan meliputi aspek perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Perencanaan (planning) ditinjau dari segi sistem menurut Chadwick (1978) merupakan
suatu proses yang bertingkat yang dapat mengontrol suatu susunan kegiatan dimana urutan
proses pekerjaan harus dilakukan. Roberts et al (1984) dalam bukunya Planning and Ecology,
mendefinisikan planning sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan alokasi atau eksploitasi
yang rasional dari sumber-sumber daya untuk kemaslahatan manusia baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Perencanaan pembangunan juga tidak bisa dilepaskan dari konsep
hubungan antara sistem social (social system) dan lingkungan alam atau sistem ekologi
(ecological systems).

Intinya hakekat perencanaan pembangunan adalah proses yang mencakup,


mendefinisikan sasaran organisasi, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran itu,
dan Menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan pekerjaan organisasi.

Logika Perencanaan Pembangunan

Kegagalan pasar dalam menetapkan harga faktor-faktor produksi secara tepat sebagai
penyebab terciptanya ketimpangan atau disparitas yang besar antara nilai sosial dan nilai
individual atas setiap alternatif proyek investasi.

Mobilisasi dan alokasi sumber daya Perekonomian di negara-negara Dunia. Pada


umumnya tidak memiliki banyak sumber-sumber daya keuangan dan tenaga kerja terampil
sehingga mereka jelas tidak bisa menyia-nyiakannya dalam kegiatan usaha yang tidak produktif.

Dampak perilaku atau psikologis bentuk perencanaan pembangunan yang spesifik dapat
menimbulkan dampak dampak perilaku atau psikologis terhadap penduduk dan negara yang
bersangkutan.
Bantuan luar negeri, adanya suatu perumusan rencana pembangunan secara terperinci
bisa menjadi syarat yang harus dipenuhi pemerintah dan suatu negara-negara di dunia untuk
memperoleh bantuan luar negeri, baik dalam bilateral maupun multilateral.

Krisis Perencanaan : Masalah Pelaksanaan Dan Kegagalan Perencanaan


Masalah Pelaksanaan dan Kegagalan Perencanaan, semakin banyaknya pemerintahan
negara-negara berkembang yang melaksanakan sistem ekonomi yang lebih berorientasi pada
mekanisme pasar bebas.

Pada dasarnya, pasar bebas atau perdagangan bebas adalah suatu keadaan ekonomi yang
lebih fokus dalam mengedepankan produksi serta penjualan produk barang atau jasa tanpa
adanya campur tangan pihak pemerintah. Sistem ini akan lebih menerapkan prinsip ekonomi
berdasarkan adanya hukum permintaan dan penawaran.

Kegagalan Pemerintah
Kegagalan Pemerintah dan Bangkitnya Kembali Mekanisme Pasar Bebas yang
Mengungguli Perencanaan munculnya kembali mekanisme perekonomian pasar bebas sebagai
bagian dan pemikiran pembangunan yang selalu berubah.

Seperti kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di
Negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk di Indonesia adalah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut berarti perlu juga
meningkakan laju pembentukan modal dengan cara meningkatakan tingkat pendapatan, tabungan
dan investasi.

Untuk negara Indonesia peningkatan laju pembentukan modal ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya adalah kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini diakibatkan
karena tingkat tabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah karena tingkat pendapatan juga
rendah. Akibatnya laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan
produktivitas.

Keadaan inilah yang sering disebut dengan “lingkaran setan kemiskinan”. Salah satu cara
untuk memotong lingkaran setan ini adalah diperlukan suatu pembangunan yang terencana.
Ekonomi Pasar Dan Politik
Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi yang di dalamnya menyerahkan
semua kegiatan ekonomi, seperti produksi, distribusi, dan juga konsumsi yang secara
menyeluruh pada mekanisme pasar.

Selain itu, sistem ekonomi pasar akan terjadi berlaku jika suatu sistem ekonomi yang
mana pada harga barang dan jasanya ditentukan oleh pasar terbuka, yang mana hukum
penawaran dan juga permintaan bisa berlaku secara bebas atau tidak ada intervensi dari pihak
apapun.

Politik ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari produksi, perdagangan, dan
hubungannya dengan hukum dan pemerintah. Ini adalah studi tentang bagaimana teori ekonomi
mempengaruhi sistem sosial-ekonomi yang berbeda seperti sosialisme dan komunisme, bersama
dengan pembuatan dan implementasi kebijakan publik.

Berbagai kelompok ekonomi menganut teori mereka sendiri tentang bagaimana ekonomi
harus dikembangkan; oleh karena itu, ekonomi politik adalah bidang kompleks yang mencakup
berbagai kepentingan politik. Secara sederhana, ekonomi politik mengacu pada nasihat yang
diberikan oleh para ekonom kepada pemerintah baik tentang kebijakan ekonomi umum atau
proposal khusus tertentu yang dibuat oleh politisi.

Perencanaan sering disamakan dengan sistem politik suatu negara seperti kapitalis,
sosialis dan campuran. Setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi
diartikan juga sebagai perencanaan. Oleh sebab itu perencanaan dapat dikatakan sebagai teknik
atau cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta
telah dirumuskan oleh Badan Perencana Pusat.

2.11 PERDAGANGAN DAN INDUSTRALISASI

Kebijakan Industrialisasi Melalui Substitusi Impor dan Promosi Ekspor


A. Industrialisasi Substitusi Impor (ISI)
Pada pelaksanaannya industrialisasi substitusi impor ini diadakan karena adanya dasar
spekulasi seperti berikut ini:
1. Para usahawan yang ada di dalam negeri dapat melaksanakan kegiatan pasar
yang dapat dicirikan dengan adanya volume impor barang-barang yang tersedia
belum dilakukan dengan pada industrialisasi substitusi impor ini. Hal ini
dikarenakan pengembangan industrialisasi subtitusi impor ini dapat
menghasilkan atau dapat membuahkan hasil yang cepat.
2. Industrialisasi substitusi impor ini juga dapat mengakibatkan hematnya devisa
dan pada saat itu juga dapat menjadikan nilai tambah menjadi lebih besar di
dalam negeri

Secara umum kebijakan industrialisasi substitusi impor dalam hal memproduksi itu
barang di dalam negeri terdapat barang-barang yang tadinya diimpor. Kebijakan ini sering
dijalankan pada saat awal terjadinya bangunan ekonomi biasanya dalam kasus pembangunan
industry. Sehingga kebijakan impor ini berkaitan erat dengan adanya industrialisasi. Adapun
kebijakan-kebijakan tersebut meliputi:
a. Tarif perdagangan
Hal yang paling kuno dalam konsep perdagangan sendiri dalam hal transaksi
dagang yaitu adanya perpajakan. Biasanya pajak ini berupa tarif perdagangan
yang yang dimaksudkan bagai Sumber penghasilan suatu negara dalam
pelaksanaan perlindungan dan memperbaiki neraca pembayaran. Adapun
barang-barang yang dikenakan pajak ini merupakan jenis barang tertentu dengan
ketentuan pajak impor maupun ekspor atau juga bisa berupa pajak transit yaitu
pajak yang yang diberlakukan ketika barang tersebut melewati suatu negara
yang sebenarnya tujuannya itu adalah negara lain. Biasanya suatu negara itu
hendak memberlakukan tarif ini sebagai suatu alat atau kebijakan perdagangan
dalam rangka menghadapi permasalahan yang memang harus diselesaikan yaitu
perhitungan beban tarif dari barang-barang tersebut.
b. Kuota Impor
Adapun cara lain yang lebih efektif dibandingkan dengan dan yang
seperti sudah dijelaskan di atas antara lain yaitu kuota impor. Tarif kuota ini
merupakan salah satu macam kuota impor yang dapat menghendaki pelaksanaan
impor dalam jumlah yang telah ditentukan.
c. Non Tarif
Suatu kebijakan yang dilaksnakan dalam rangka proteksi melindungi industri
domestik dengan cara pemberian rintangan pada barang luar negeri yang
bentuknya selain tarif. Seperti pelarangna imor, syarat kesterilan dan kesehatan,
dll.

B. Industrialisasi Promosi Ekspor (IPE)


Dalam pelaksanaannya, kebijakan industrialisasi promosi ekspor ini sudaah
diatur sedemikian rupa pasca penimbangan barang-barang, dapat terjadi nilai tukar
efektif untuk ekspor dan juga tidak begitu terjadi perbedaan dari nilai tukar efektif
untuk impor oleh karena itu nilai tukar efektif untuk ekspor itu secara kasar akan
bernilai sama dengan nilai tukar efektif sehingga akan menunjukkan perspektif yang
dapat merugikan ekspor.
Adapun industrialisasi promosi ekspor ini memiliki ciri kebijakan yang dapat
memberi intensif yang secara keseluruhan sama dan dan bermakna positif baik dalam
ekspor maupun substitusi impor dalam hal ini strategi industrialisasi promosi ekspor ini
tidak akan berdampak terhadap penjualan yang ada di pasar luar negeri maupun yang
ada di dalam negeri.
Promosi ekspor ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi terjadinya cepat jenuhnya suatu pasar karena pasar luar negeri ini ini
terlihat seperti lebih besar dibandingkan dengan pasar domestic. Oleh karena itu
kebijakan promosi ekspor ini yang mampu mendorong terjadinya perkembangan
ekonomi yang makin pesat yaitu:
1. Keterkaitan antara bidang pertanian dan bidang industry, dalam hal ini
agroindustri melalui perkembangan dikarenakan berorientasi kepada suatu
bahan baku pertanian. Oleh karena itu itu permintaan sektor industri
terhadap bidang pertanian tetap dapat dilanjutkan;
2. Skala ekonomi dapat tercapai karena adanya permintaan ekspor yang
memang sangat besar sehingga terjadi produksi dengan cara manufaktur
massal;
3. Terjadinya persaingan yang semakin ketat karena prestasi siswa bisnis atau
perusahaan yang mengakibatkan persaingan entar kasar di dunia ini semakin
kuat;
4. Konsekuensi kekurangan devisa karena adanya pertumbuhan ekonomi yang
dapat diatasi.

Konsep Perdagangan Internasional Sebagai Pendorong Pembangunan


Dalam implementasinya, pelaksanaan perdagangan yang ada di dalam negeri ini tidak
terlalu rumit sedangkan perdagangan internasional ini merupakan suatu hal yang
pelaksanaan perdagangan yaitu sangat rumit dan kompleks. Kekompleksan tersebut
diakibatkan karena terdapat batasan-batasan politik dan kenegaraan yang bisa saja
menghalangi terjadinya transaksi perdagangan, contohnya karena adanya kuota impor, bea
dan tarif.
Perdagangan internasional ini dikatakan sebagai suatu perdagangan dengan yang
dilaksanakan kan orang setempat atau penduduk yang ada dalam negara dan juga penduduk
negara lain yang sudah disepakati secara bersama dan diizinkan melakukan perdagangan
dalam suatu negara. Penduduk itu dapat berupa perorangan atau individu, bisa juga antara
individu dengan pemerintah, dan dapat juga antara pemerintah dengan pemerintah negara
lain. Dalam kasusnya banyak negara melakukan perdagangan internasional ini ini menjadi
suatu hal yang dapat memperbesar atau meningkatkan perekonomian jadi dampaknya itu
terhadap kepentingan ekonomi sosial dan politik. Oleh karena itu perdagangan internasional
dikatakan sebagai suatu pendorong pembangunan.

Pendapat Pesimis dan Optimis tentang perdagangan internasional


Dhaoui dan Khraief (2014), mengemukakan bahwa seorang pengusaha memiliki
perilaku yang dipengaruhi karena adanya referensi dan tingkat kepercayaannya. Seorang
pengusaha yang optimis akan berpendapat bahwa suatu peningkatan tingkat yang ini akan
terus diikuti oleh peningkatan hal yang baru. Optimis di sini dapat diartikan Ketika
seseorang yang percaya ya bahwa dirinya itu akan menghasilkan sesuatu yang
diinginkannya meskipun kepercayaan ini didirikan karena adanya alasan yang subjektif dan
dan kuat terjadinya optimis ini karena adanya overconfidence atau ilusi
Sedangkan seorang pengusaha yang pesimis ini akan berpendapat dengan sangat
sensitif pada terjadinya penurunan harga sehingga akan diikuti dengan penurunan harga
yang berkelanjutan.
Konsep Integrasi Ekonomi
Secara umum, integrasi ekonomi ini dapat diartikan sebagai suatu penghilangan segala
hambatan yang diasumsikan dapat menghalangi jalannya transaksi perdagangan dalam
rangka mengintegrasikan ekonomi teknologi sosial budaya dan politik di dalam suatu
wilayah regional dengan ketentuan atau kebijakan yang telah dibuat dengan persetujuan
bersama. Adapun tujuan integrasi ekonomi ini yaitu untuk mencapai masyarakat umur
dengan adanya liberal liberalisasi perdagangan antarnegara anggota.
Integrasi ekonomi ini berdasarkan pada konsep pemberian manfaat ekonomi untuk
negara anggota dan non-anggota. Dalam hal ini tujuan dari penghilangan segala hambatan
transaksi perdagangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang dan jasa agar
bebas keluar masuk arti batas negara pada masing-masing anggota sehingga volume
perdagangan akan menjadi terjadi peningkatan volume perdagangan dapat menjadikan
meningkatnya produksi efisiensi produksi kesempatan kerja menurunkan cost production
yang konsekuensinya terjadi peningkatan daya saing produk sehingga kesejahteraan akan
tercapai dalam masyarakat.
Adapun integrasi ekonomi ini juga dapat mendorong dan memperlancar arus
perusahaan atau investasi dari suatu antar negara bukan anggota integrasi. Konsekuensinya,
akan terjadi peningkatan akumulasi investasi yang dapat mendorong terjadinya peningkatan
output negara dan juga meningkatnya transaksi perdagangan suatu negara dengan negara
yang lain
Integrasi ekonomi ini sudah ada dan dan dijadikan sebagai salah satu teori
makroekonomi dasar yang digunakan untuk memprediksikan efek integrasi ekonomi
memang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Analisis Pengaruh integrasi ekonomi
terhadap pertumbuhan perekonomian ini dapat intropeksi diri pencapaian integrasi ekonomi
kepada tingkat yang lebih tinggi dan pembangunan ekonomi yang sangat kuat sehingga
akan menggunakan efek statis dan efek dinamis. Suatu proses terjadinya pengintegrasian
ekonomi dalam suatu region ini tidak terlepas karena adanya suatu perdagangan
internasional yang dilakukan antar negara satu wilayah tersebut.

Kebijakan dan Reformasi Perdagangan di Indonesia


Terdapat tujuh prioritas kebijakan yang telah disusun di bawah naungan program
pemulihan ekonomi nasional dan rencana pembangunan ekonomi nasional pada tahun 2020
sampai 2023. Adapun ketujuh program tersebut antara lain yaitu program kesehatan,
bantuan social, padat karya, relaksasi peraturan, restrukturisasi UMKM, penempatan dana
dan penjaminan, serta transformasi ekonomi berbasis digital. Adapun kebijakan lain yaitu
kebijakan sektoral ini berkaitan dengan investasi dan transaksi perdagangan seperti konteks
kebijakan dan strategi investasinya.
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 23 tahun 2020 ini sudah sesuai untk
mendorong investasi, pemerintah akan memberikan insentif pajak, insentif kepabeanan dan
cukai, memberi kelonggaran persyaratan kredit/pembiayaan/pendanaan bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM), dan memberikan keringanan pembayaran bagi UMKM
(Badan Kebijakan Fiskal, 2020). Oleh karena itu strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintahan ini bertujuan untuk membantu para perusahaan agar dapat beroperasi
berkelanjutan. Adapun Bank Dunia memberikan saran agar pemerintah ini dapat melakukan
langkah-langkah lain atau membantu perusahaan yang ada dalam memulai ular atau
menyebarluaskan jaringan produksi dalam rangka pendukungan terhadap perusahaan baru
yang memasuki pasar.
Dengan adanya kebijakan perdagangan di Indonesia yang telah dipaparkan di atas,
maka Indonesia paling tidak perlu mengembangkan pembenahan atau melakukan reformasi
perdagangan antara lain sebagai berikut:
1. Kejelasan kedudukan antara sektor industri dan perdagangan dalam hal produk dan
jasa sistem aplikasi dan juga konten atau isinya
2. Menjaga netralisasi jaringan infrastruktur informasi dan komunikasi Agar akses
pasar dapat memanfaatkan lisensi HKI dan tidak terjadi penghambatan dan
munculnya persaingan usaha yang sehat.
3. Penerimaan dan teliti dalam hal kontrak elektronik karena ini tidak hanya
dipersepsikan sebagai jual-beli semata tetapi juga sebagai suatu jenis ikatan lain
seperti lisensi tertutup dan privasi atau tidak bersifat publik.
4. Pemerintah diharuskan memberi suatu peluang terkait steak termasuk dengan juga
lembaga penyelenggaraannya. Hal ini dimaksudkan dalam rangka upaya mendorong
terciptanya pelaksanaan sistem elektronik perdagangan yang dapat dipercaya ya dan
layak dijalankan.
5. Perlunya pendorongan kesadaran bagi penggunaan sistem pengamanan pada suatu
teknologi elektronik agar arti dalam transaksi perdagangan ini bisa lancer. Adapun
sertifikat elektronik yang dapat dipercaya salah satunya yaitu Otoritas Sertifikat
Elektronik pemerintah atau Otoritas Sertifikasi Non-Pemerintah yang terakreditasi
atau tersertifikasi oleh sistem pemerintah.

Pentingnya Perumusan Ekonomi Internasional Baru dalam Menghadapi Proses


Globalisasi
Kontribusi terhadap perdagangan internasional pada dasarnya tidak diharuskan ikut
serta namun keikutsertaan suatu negara tersebut dilakukan secara sukarela jadi ini bersifat
bebas. Suatu negara melakukan transaksi perdagangan internasional itu merupakan suatu
pilihan yang sudah didiskusikan dengan baik sehingga akan memberikan suatu manfaat
bagi kedua belah pihak yaitu berupa keuntungan. Adapun hal ini itu didasarkan pada suatu
pendapat bahwasanya perdagangan itu dapat memberikan suatu manfaat pada negara pelaku
dan juga akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kesejahteraan yang lebih asap dan
atau lebih besar dibandingkan apabila tidak terjadi perdagangan dalam suatu negara dengan
makna lain perdagangan ini dapat mengakibatkan peningkatan efisiensi ekonomi dan juga
dapat menguntungkan suatu negara karena adanya perbedaan harga relatif dan spesialisasi
dalam berproduksi.
Dalam era globalisasi ini, perkembangan teknologi juga semakin pesat sehingga dapat
memungkinkan adanya reformasi dan atau perubahan lingkungan strategi yang
konsekuensinya akan mengakibatkan luas terhadap eksistensi dan keberlangsungan hidup
suatu bangsa dan negara. Globalisasi ini sangat berdampak ada perubahan sosial secara
besar-besaran yang cara konsepnya perubahan suhu tidak atau belum tentu kongruen
dengan kemajuan social.
Adanya globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa Indonesia titik
oleh karena itu perlu buatkan perumusan ekonomi internasional baru dalam rangka
menghadapi proses globalisasi, seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan dan lainlain. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor
pendukung utama dalam globalisasi.

2.12 PERDAGANGAN INTERNASIONAL


Pengertian
Perdagangan internasional diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang harus mempunyai kebebasan menentukan
apakah dia mau melakukan perdagangan atau tidak. Perdagangan hanya akan terjadi jika tidak
ada satu pihak yang memperoleh keuntungan dan tidak ada pihak lain yang dirugikan. Manfaat
yang diperoleh dari perdagangan internasional tersebut disebut manfaat perdagangan atau gains
from trade.
Pada dasarnya perdagangan internasional merupakan kegiatan yang menyangkut
penawaran (ekspor) dan permintaan (impor) antar Negara. Pada saat melakukan ekspor, Negara
menerima devisa untuk pembayaran. Devisa inilah yang nantinya digunakan untuk membiayai
impor. Ekspor suatu Negara merupakan impor bagi Negara lain, begitu juga sebaliknya
(Budiono, 1999).

Dengan berbagai pengecualian, perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat


dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan
penawaran (supply) akan tampak dalam bentuknya yang sudah dikenal serta merupakan suatu
interaksi dari kemungkinan produksi dan preferensi konsumen.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong semua Negara di dunia untuk
melakukan perdagangan luar negeri. Dari faktor-faktor tersebut empat yang terpenting
dinyatakan di bawah ini:

a. Memperoleh barang yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri


b. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain
c. Memperluas pasar produk-produk dalam negeri
d. Memperoleh keuntungan dari spesialisai (Sukirno, 2004)

Teori Perdagangan Internasional


Konsep-konsep mengenai perdagangan internasional sudah muncul sejak abad ke tujuh belas
dan delapan belas yang bermunculan di Eropa.Selama abad ke tujuh belas dan delapan belas,
sekelompok pria (para pedagang, banker, pegawai pemerintah, bahkan para filsuf) telah menulis
esai dan pamflet mengenai perdagangan internasional yang memunculkan filosofi ekonomi yang
disebut merkantilisme. Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi
sebuah Negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin
ekspor dan sedikit impor (Salvator, 1997).

1. Neraca Pembayaran Internasional


Neraca pembayaran internasional merupakan suatu catatan sistematis mengenai transaksi
ekonomi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lainnya dalam suatu periode
tertentu. Dalam transaksi internasional harga menjadi bahan pertimbangan. Namun,  Seperti yang
kita ketahui bahwa tiap – tiap negara di dunia memiliki mata uang yang berbeda – beda. Oleh
karena itu maka ditetapkannya suatu kurs. Suatu negara menggunakan kurs untuk
menerjemahkan harga – harga luar negeri ke dalam satuan mata uang domestik. Apabila harga
barang domestik dan impor telah ternyatakan dalam mata uang yang sama, suatu negara dapat
meperhitungkan harga – harga relatif yang besar pengaruhnya terhadap arus perdagangan
internasional. Ketika kurs dua mata uang dan dua negara diketahui, maka harga ekspor salah satu
negara dalam uang negara lain dapat dihitung.
Transaksi internasional tentunya akan dapat meningkatkan devisa suatu negara.
Kebijaksanaan kurs devisa diarahkan untuk mendorong ekspor nonmigas dan mendukung
kebijaksanaan moneter dalam negeri. Kebijaksanaan neraca pembayaran yang serasi dan terpadu
dengan kebijaksanaan pembangunan lainnya merupakan faktor penting dalam pencapaian
sasaran pembangunan. Kondisi neraca pembayaran yang mantap mendorong arus perdagangan
luar negeri, meningkatkan lalu lintas modal luar negeri untuk kepentingan pembangunan
nasional, serta mendukung pertumbuhan yang berlanjut dari perekonomian nasional. Sistem
devisa bebas yang merupakan kebijaksanaan mendasar di bidang neraca pembayaran merupakan
prasyarat dan perangkat ekonomi pokok bagi terciptanya efisiensi perekonomian nasional dalam
berinteraksi dengan perekonomian internasional.

Kegunaan Neraca Pemabayaran Internasional


Secara umum sebagai suatu neraca, Neraca pembayaran internasional berguna sebagai berikut:
a. Untuk membukukan seluruh transaksi ekonomi internasional yang terjadi antara penduduk
dalam negeri dan penduduk luar negeri.
b. Untuk mengetahui struktur dan komposisi transaksi ekonomi internsional suatu negara.
c. Untuk mengetahui mitra utama suatu negara dalam hubungan ekonomi internasional.
d. Mengetahui posisi keuangan internasional suatu negara.
e. Mengatahui salah satu indikator yang akan dipertimbangkan oleh IMF atau negara donor
untuk memberikan bantuan keuangan, terutama negara yang mengalami kesulitan neraca
pembayaran internasional.
f. Sebagai salah satu indikator fondamental ekonomi suatu negara selain tingkat inflasi,
pertumbuhan GDP.

2. Pembiayaan Defisit
Anggaran defisit berpengaruh terhadap kebutuhan pemerintah dalam menyiapkan dana
untuk membiayai selisih pendapatan dan belanja negara. Pemerintah telah melakukan berbagai
cara untuk membiayai defisit anggaran. Mulai dari percetakan uang, pinjaman langsung, hingga
Surat Berharga Negara (SBN). Saat orde lama, pembiayaan defisit ditempuh dengan percetakan
uang, hingga berdampak buruk perekonomian. Peningkatan inflasi yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah uang yang beredar tidak berimbang dengan penambahan supply barang
dan jasa. (Hariyanto Eri 2017:15).
Menurut (Mankiw 2006 dalam Suryani 2017:281) Defisit anggaran merupakan keadaan
dimana total pengeluaran pemerintah atau belanja pemerintah lebih besar dari total penerimaan
pemerintah. Defisit anggaran negara setiap tahun mengalami peningkatan.

Menurut (Barro 1989 dalam Anwar 2014:595) ada beberapa hal sebab terjadinya defisit
anggaran salah satunya, yaitu pengeluaran karena inflasi. Penyusunan anggaran negara pada
awal tahun didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri
dalam perjalanan tahun anggaran tidak dapat dijamin ketetapannya. Dengan kata lain, selama
perjalanan tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun.
Apabila terjadi inflasi, dengan kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program
juga akan meningkat, sedangkan anggaran tetap sama. Semua ini akan berakibat pada
menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi. Akibatnya
negara terpaksa mengeluarkan dana dalam menambah standar harga.

3. Perkembangan Utang Luar Negeri


Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para
kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan
atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah
negara lain atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia (Ulfa, 2017).
Dari aspek materiil, utang luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar ke dalam
negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam negeri. Aspek formal mengartikan utang
luar negeri sebagai penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan
investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Sehingga berdasarkan aspek fungsinya,
pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam
pembangunan (Astanti, 2015).
Negara berkembang seperti Indonesia yang sedang melakukan pembangunan di segala
bidang terhambat pada faktor pendanaan. Untuk mempercepat gerak pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan nasional, maka sumber pendanaan yang digunakan oleh Indonesia
adalah salah satunya bersumber dari utang. Penggunaan utang sebagai salah satu sumber
pendanaan dalam mempercepat pembangunan nasional digunakan karena sumber pendanaan dari
tabungan dalam negeri jumlahnya sangat terbatas, sehingga sebagai sumber pendanaan, utang
khususnya utang dari luar negeri sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembiayaan
dalam pembangunan. Sumber pendanaan yang berasal dari utang menjadi salah satu alternatif
biaya pembangunan bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Ramadhani,
2014).
Berikut jenis-jenis utang luar negeri dari berbagai aspek yaitu berdasarkan bentuk
pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu peminjaman, status penerimaan
pinjaman dan persyaratan pinjaman (Tribroto dalam Ayu, 2016). Berdasarkan bentuk pinjaman
yang diterima, pinjaman dibagi atas :
a. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek
pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa.
b. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil atau ahli.
c. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk 15 dana bagi tujuan-tujuan
yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas memilih penggunaannya sesuai
pilihan.

4. Kontroversi Utang Luar Negeri


Masalah utang luar negeri di Indonesia selama ini tidak lepas dari strategi pembangunan
yang dilakukan. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang fokus terhadap
pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan ekonomi di suatu negara membutuhkan dana
yang relatif besar. Alternatif pengerahan dana dari luar negeri merupakan salah satu pilihan yang
harus dilakukan oleh pemerintah guna pembangunan ekonomi tersebut. Menurut Todaro (1998)
utang luar negeri merupakan total dari seluruh pinjaman secara resmi dalam bentuk uang tunai
maupun bentuk aktiva lainnya.
Menurut aliran Neoklasik utang luar negeri merupakan suatu hal yang sangat positif. Hal
ini disebabkan dana pinjaman luar negeri dapat menambah cadangan devisa, mengisi kekurangan
tabungan sebagai modal tabungan yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Namun utang luar negeri akan menjadi masalah ketika utang tersebut tidak dikelola dengan baik
dan benar. Menurut masyarakat selama ini utang luar negeri dianggap tidak digunakan dengan
produktif, penggunaannya tanpa pengawasan.

5. Foreign Direct Invesment


Foreign Direct Investment (FDI) merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling
potensial dibandingkan dengan sumber lain, karena sumber arus modal (capital inflow) asing ini
sebagian besar di negara berkembang akibat kesenjangan modal (Claessens et al. 2001).
Kesenjangan modal tersebut terjadi karena perkembangan teknologi, pengurangan atau
pembatasan bagi investasi asing dan akuisisi, serta deregulasi dan privatisasi di berbagai industri.
Pandangan Claessens ini sesuai dengan pendapat Hausman dan Arias (2000) yang mengatakan
bahwa foreign direct investment adalah subsider bagi pengembangan pasar modal, karena
dengan masuknya foreign direct investment dapat mengatasi kesulitan investasi melalui pasar
modal. Selain sifatnya yang jangka panjang, foreign direct investment memberi andil dalam
pertumbuhan teknologi dan membuka lapangan kerja baru.
Pandangan lain (Fritz et al. 2005) mengatakan foreign direct investment masuk ke
negara-negara yang memiliki fundamental yang baik dapat membantu mengembangkan sistem
keuangan domestik. Terjadinya foreign direct investment di suatu negara akan diikuti transfer of
technology, know how, management skill, resiko usaha relatif lebih kecil dan lebih protitable.
Adanya Foreign Direct Investment ke suatu negara memberikan suatu multiplier efek
terhadap suatu negara. Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia menarik untuk diteliti
mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang fluktuatif dan Indonesia juga masuk sebagai salah
satu negara emerging market di Asia yaitu merupakan salah satu negara tujuan investor asing.

6. Peran Sistem Keuangan


Menurut Soemitra (2009: 17) Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam
suatu negara yang berperan dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang
diselenggarakan oleh lembaga keuangan. Tugas utama sistem keuangan adalah mengalihkan
dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli
barang dan jasa-jasa disamping untuk investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan
meningkatkan standar kehidupan. Oleh karena itu, sistem keuangan memiliki peran yang sangat
prinsipil dalam perekonomian dan kehidupan.
Berbagai studi menunjukkan bahwa sistem keuangan memainkan peran vital dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Perkembangan sistem keuangan mempengaruhi tingkat
tabungan, investasi, inovasi tekhnologi, dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang disuatu
negara, bahkan perkembangan sistem keuangan mampu memprediksi perkembangan ekonomi
kedepan. Umumnya negara-negara yang berhasil menjadi pemimpin perekonomian dunia adalah
negara-negara yang berhasil mengembangkan sistem keuangan yang relatif lebih maju dan
berfungsi dengan baik (Soemitra, 2009: 17).
Sistem keuangan mempengaruhi tingkat tabungan dan dengan merealokasikan tabungan
kedalam berbagai alternatif investasi, baik investasi modal fisik, investasi sumber daya manusia,
maupun investasi tekhnologi.

A. KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL


Inflasi sebagat masalah utama, tidak hanya bisa dikendalikan hanya oleh pemerintah atau
bank sentral, namun keduanya harus saling berkoordinasi Kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh bank sentral dan kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah harus saling berkaitan
agar lebih optimal dalam mengatasi masalah inflasi.
Kebijakan moneter yang ditetapkan bank sentral akan mempengaruhi pasar uang, dan
pasar uang tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan
mempengaruhi tingkat agregat Kebijakan fiskal yang ditetapkan permerintah akan berpengaruh
terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada gilirannya permintaan dan penawaran
agregat itu akan menentukan keadaan di paser barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa
ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan
dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai umpan
balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.

1. Upaya Mencapai Stabilitas Makro Ekonomi


Stabilitas ekonomi makro merupakan faktor fundamental untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic growth). Upaya untuk menjaga stabilitas
ekonomi makro tersebut dilakukan melalui langkah-langkah untuk memperkuat daya tahan
perekonomian domestik terhadap berbagai gejolak yang muncul, baik dari dalam maupun dari
luar negeri. Upaya tersebut juga disertai dengan program kegiatan pembangunan yang dalam
pelaksanaannya diharuskan menyertakan langkah-langkah untuk mengendalikan laju inflasi,
stabilitas nilai tukar, serta tingkat bunga yang rendah. Upaya tersebut menghadapi tantangan
yang berat, seperti tingginya harga beberapa bahan makanan dan harga minyak internasional.
Stabilitas ekonomi yang membaik didukung oleh langkahlangkah penguatan dalam sektor
keuangan yang mendorong kegiatan ekonomi tumbuh lebih cepat. Untuk meningkatkan kinerja
dan sekaligus kesinambungan sektor keuangan sebagai sumber pendanaan pembangunan,
kebijakan sektor keuangan diarahkan pada upaya menjaga ketahanan industri jasa keuangan,
peningkatan fungsi intermediasi dana masyarakat, serta pengembangan sistem jaring
pengamanan sektor keuangan. Sebagai lembaga keuangan yang mempunyai fungsi intermediasi
keuangan terbesar di Indonesia, perbankan nasional diarahkan untuk dapat lebih berperan dalam
mendorong pembangunan dalam berbagai sektor dengan penyaluran kredit yang lebih merata di
seluruh wilayah tanah air, serta terjangkau oleh seluruh pelaku ekonomi terutama usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM).
Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro serta menunjang efektivitas kebijakan
dan kesinambungan pelaksanaan berbagai program pembangunan, ketersediaan data dan
informasi statistik yang akurat, credible, dan realible, sebagai landasan dalam pengambilan
kebijakan dan berbagai keputusan strategis dalam pengelolaan ekonomi makro perlu terus
ditingkatkan. Berkaitan dengan itu, untuk mewujudkan sistem statistik nasional (SSN) yang
andal, efektif, dan efisien, sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan data, baik dari
pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah, telah, sedang, dan akan diambil langkah-
langkah untuk memperbaiki metode pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan data untuk
memenuhi kebutuhan data dan informasi statistik yang akurat dan tepat waktu yang semakin
beragam

2. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam
bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan. Pada dasarnya tujuan kebijakan moneter adalah
dicapainya keseimbangan interen (internal balance) dan keseimbangan ekstem (external
balance). Keseimbangan interen biasanya diwujudkan oleh terciptanya kesempatan kerja yang
tinggi, dan laju inflasi yang rendah. Sedangkan keseimbangan ekstem ditujukan agar neraca
pembayaran internasional seimbang.
kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan penetapan tujuan akhir kebijakan
moneter dan strategi untuk mencapainya. Permasalahan yang sering terjadi adalah bahwa sasaran
akhir yang ingin dicapai dari suatu kebijakan moneter sangat banyak dan belum tentu semua
dapat dicapai secara bersamaan dan bahkan bisa saling kontradiktif. Misalnya upaya untuk
mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnya
dapat mendorong peningkatan harga sehingga pencapaian stabilitas ekonomi makro tidak
optimal.

3. Kebijakan Fisikal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Atau dapat juga dikatakan kebijakan fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk
menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total.Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehinggga inflasi dapat ditekan.
Pada dasarnya, kebijakan fiskal bertujuan untuk memengaruhi jumlah total pengeluaran
masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan jumlah seluruh produksi masyarakat, banyaknya
kesempatan kerja dan pengangguran, tingkat harga umum dan inflasi, serta menstabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
1) Tujuan dari kebijakan fiskal menurut John F. Due,yaitu: Untuk meningkatkan produksi
nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi atau memperbaiki keadaan ekonomi.
2) Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau mengusahakan
kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan hargaharga
secara umum.
3) Untuk menstabilkan harga-harga barang secara umum, khususnya mengatasi inflasi.
Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada tujuan yang ketiga yaitu untuk menstabilkan
harga-harga barang secara umum, khusunya mengatasi inflasi.

4. Sistem Keuangan dan Pembangunan


Perkembangan sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi, Lee (2005). menjelaskan secara
apriori setidaknya terdapat dua kemungkinan hubungan antara variabel variabel keuangan dan
variabel-variabel ril. Yang pertama adalah bahwa perkembangan sektor keuangan mengikuti
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kenaikan
permintaan terhadap produk-produk keuangan, sehingga menghasilkan kenaikkan aktivitas pasar
keuangan dan kredit. Dengan demikian, perkembangan sektor keuangan merupakan demand-
following Kemungkinan hubungan lainnya adalah bahwa perkembangan sektor keuangan
merupakan determinan bagi perkembangan ekonomi. Hipotesis supply leading ini menunjukkan
kausalitas berasal dari perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan rill, dimana
perkembangan sektor keuangan merupakan necessary condition but not sufficient untuk
menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Graff (1999) membagi hubungan kausalitas antara perkembangan sektor keuangan
dengan pertumbuhan ekonomi menjadi empat, yaitu:
I. Tidak ada keterkaitan antar perkembangan sektor keuangan dengan
pertumbuhan ekonomi;
II. Perkembangan sektor keuangan mengikuti perkembangan perekonomian atau
pertumbuhan ekonomi mendorong terjadinya perubahan institusi dan
perkembangan sektor keuangan;
III. Perkembangan sektor keuangan menjadi penentu pertumbuhan ekonomi
karena sektor keuangan menjadi prasyarat dan secara efektif mendorong
pertumbuhan ekonomi;
IV. perkembangan sektor keuangan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi
karena ketidakmapanan institusi dan krisis sektor keuangan yang sering
terjadi dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Sistem keuangan memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi


cenderung semakin populer. Berbagai studi komparasi lintas negara serta analisis pada level
industri dan perusahaan menyimpulkan bahwa sistem keuangan memainkan peran vital
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.

2.13 KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL

STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap elemen
pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu diperhatikan yaitu
pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang.

Pembangunan yang Menjamin Pemerataan dan Keadilan Sosial


Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi halhal seperti ;
meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan
perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan.
Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep
yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan
adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin
melebar,walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang
perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang
tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan
generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi
kebutuhannya.

Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman


Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya
alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman
hayati juga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem.. Pemeliharaan keanekaragaman
budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan
terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif


Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia
mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan
pengertian tentang konpleknya keterkaitanantara sistem alam dan sistem sosial. Dengan
menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan
konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan
utama dalam kelembagaan.

Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panjang


Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan,.implikasi pembangunan
berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan
mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbedadengan asumsi normal dalam prosedur
discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan.
Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan
ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

PENDEKATAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap
keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup; keberlanjutan
ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan.

Keberlanjutan Ekologis
Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan.
Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin
keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:
a. Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan dibumi tetap
terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara dan
seluruh kehidupan berkelanjutan.
b. Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan lingkungan yaitu
; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan.
ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan
lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi konversi
lahan subur dan kelola dengan buku mutu ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang
tidak melampaui daya asimilatifnya lingkungan.
c. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan
keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian jasa pada manusia
masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek keanekaragaman hayati yaitu
keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan. Untuk mengkonversikan
keanekaragaman hayati tersebut perlu halhal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan
area yang representatif tentang kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan,
memelihara seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman
dankeberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan
pertanian”

Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi dari perspektif pembangunan memiliki dua hal utama keduanya
mempunyai keterkaitan yang erat dengan tujuan aspek keberlanjutan lainya. Keberlanjutan
ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi
ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional.
Tiga elemen utama untuk keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan
ekonomi yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran.
Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro ekonomi mencakup reformasi
fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik, mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai
tukar, reformasi kelembagaan, kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk
pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset.

Keberlanjutan Ekonomi Sektoral


Penyesuaian kebijakan yang meningkatkan keberlanjutan ekonomi makro secara jangka pendek
akan mengakibatkan distorsi sektoral yang selanjutnya mengabaikan keberlanjutan ekologis. Hal
ini harus diperbaiki melalui kebijaksanaan sektoral yang spesifik dan terarah. Oleh karena itu
penting mengindahkan keberlanjutan aktivitas dan ekonomi sektoral.
Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi sektoral, berbagai kasus dilakukan terhadap kegiatan
ekonomi. Pertama, sumberdaya alam yang nilai ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan
sebagai kapital yang tangibble dalam kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip harga
sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi, ditambah biaya lingkungan dan biaya
pemanfaatannya.
Pembangunan berkelanjutan dalam konteks sumberdaya yang tidak dapat dipulihkan berarti:
pemanfaatan secara efisien sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi masa mendatang dan
diupayakan agar dapat dikembangkan substitusi dengan sumberdaya terpulihkan; membatasi
dampak lingkungan pemanfaatannya sekecil mungkin, karena sumberdaya lingkungan adalah
biosfer, secara menyeluruh sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi berpariasi sesuai dengan
kualitasnya.

Keberlanjutan Sosial Budaya


Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam keadilan sosial, harga diri
manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia.
Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:
a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat,
kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita,
meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi
kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi
kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap
keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas
sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang
merata, pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.
c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai sistem
sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan menggunakan
pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.
d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Beberapa
persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus
diberikan pada pengeluaran
sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan
sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan,
kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan
harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif, kesenjangan antar
regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan lokal tentang prioritas dan
alokasi sumber daya.

Keberlanjutan Politik
Keberlanjutan politik diarahkasn pada respek pada human right, kebebasan individu dan sosial
untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu
memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab, kepastian kesedian
pangan, air, dan pemukiman.
Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan.
Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan
baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.

PARADIGMA KEBERLANJUTAN YANG DITAWARKAN


Sebagai konsep sederhana namun mencakup dimensi yang cukup luas, pencarian konsep
keberlanjutan yang memenuhi harapan semua pihak akan terus berjalan. Pengembangan konsep
dan model-model yang telah ada diharapakan akan selalu muncul. Oleh karena itu pada makalah
ini ditawarkan model keberlanjutan melalui multikreteria analisis dampak lingkungan.
Dengan memperhatikan fenomena yang ada maka perubahan paradigm keberlanjutan hendaknya
mempertimbangkan aspek berikut :
1. Perilaku generasi kini tidak dapat sepenuhnya menentukan perilaku generasi mendatang.
2. Generasi mendatang harus dipastikan memperoleh paling tidak tingkat konsumsi
minimum.
3. Pergerakan harga sumberdaya alam dan hak kepemilikan terhadap konsumsi dimasa
mendatang harus ditentukan untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan terhadap
sumber daya alam masa kini.
4. Dalam situasi pasar tidak berfungsi, diperlukan intervensi non pasar.
5. Intervensi yang benar merupakan strategi yang penting untuk menjaga keberlanjutan.
Hal ini sesuai dengan dengan perkembangan lain yang sedang menjadi pemikiran dalam
pengukuran keberlanjutan yaitu mempertimbangkan bentuk capital yang lain, yakni social capital
(Pearrce dan Barbier,2000 Faucheux dan O’ Connor,2001) yang menyatakan bahwa social
kapital berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi karena faktor-faktor berikut :
Arus informasi akan lebih cepat bergerak antar agen ekonomi jika social capital cukup baik.
Kepercayaan (trust) yang menjadi komponen utama social capital akan mengurangi biaya
pencarian informasi sehingga mengurangi biaya transaksi.
Social capital yang baik akan mengurangi kontrol pemerintah sehingga pertukaran ekonomi lebih
efisien.
Disisi lain, social capital juga dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan natural
capital dengan cara:
Mengurangi eksternalitas, karena dengan adanya social capital setiap agen ekonomi harus
berpikir dalam melakukan aktivitas yang dapat memberikan dampak negatif terhadap pihak lain.
Mengurangi tingkat discount rate yang tinggi, karena social capital yang baik akan
memungkinkan pembagian resiko sehingga ketidakamanan individu (individu insecuruty) dapat
dikurangi.
Memecahkan resiko yang yang ditimbulkan oleh sifat common property sumber daya alam
karena social capital yang kuat akan mengurangi runtuhnya system pengelolaan sumber daya
alam.
Selain beberapa pemikiran diatas, konsep operasional keberlanjutan masih akan terus
berkembang. Namun demikian, dengan memahami esensi dasar seperti yang telahdijelaskan
dalam tulisan ini hendaknya kita akan lebih mudah mengikuti perkembangan konsep
keberlanjutan dimasa-masa yang akan datang.

HASIL PEMBANGUNAN NASIONAL


Tidak dapat dipungkiri pembangunan nasional yang berjalan di Indonesia sejak kemerdekaan
sampai masa orde baru, serta sejak masa orde baru sampai saat ini, telah menghasilkan kemajuan
yang amat berarti bangsa Indonesia. Melalui pembangunan nasional yang dijalankan oleh
pemerintah bersama-sama dengan rakyat telah dicapai berbagai keberhasilan.
Secara fisik jalan, jembatan, gedung-gedung, dan bangunan fisik lain yang mulanya belum ada
menjadi ada, atau yang mulainya belum bagus sekarang menjadi bagus. Fisik jalan misalnya,
kalau di awal kemerdekaan kita memiliki jalan beraspal tidak lebih dari 1.000 Km, meningkat
menjadi 8..725 Km di awal tahun 1980-an, dan sekarang sudah bertambah Iagimenjadi lebih dari
25.000 Km. Keadaan ini juga berlaku untuk jembatan, bangunan pasar, bangunan pertokoan,
bangunan perkantoran, dan sebagainya.
Secara nonfisik kemajuan di bidang pendidikan ekonorni dan bidang-bidang pembangunan
lainnya juga telah diraih. Dalam hal ini kita bisa menunjuk pada angkaangka partisipasi
pendidikan, angka melek huruf, angka melanjutkan studi, dsb, yang meningkat secara signifikan
dari waktu ke waktu. Tingkat partisipasi pendidikan di Sekolah Dasar (SD) yang bilangannya
kurang dari 20 persen pada tahun-tahun awal kemerderkaan sekarang sudah meningkat menjadi
di atas 90 persen. Peningkatan yang cukup signifikan seperti ini juga terjadi pada satuan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) , Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) maupun Perguruan Tinggi (PT).
Bahwa bangsa Indonesia telah banyak mencapai kemajuan di berbagai bidang pembangunan
semenjak kemerdekaan sampai sekarang ini tentu tidak terbantahkan; hanya masalahnya adalah
bahwa kemajuan itu tidak selaju bangsa-bangsa lain sehingga secara komparatif kita berada pada
posisi yang lebih rendah.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan
ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur, dan berkeadilan. Agar
tercapai kesejahteraan tersebut, maka harus diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan
pembangunan, dan adanya stabilitas nasional yang mantap dan dinamis atau yang pada masa orde baru
disebut dengan Trilogi Pembangunan. Pembangunan ekonomi diupayakan tidak lepas dari pada trilogi
pembangunan, karena dengan adanya pembangunan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi dengan
kebijakan yang tepat akan memungkinkan terjadinya distribusi yang merata dan tercapai kesejahteraan

Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan
ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur, dan berkeadilan. Agar
tercapai kesejahteraan tersebut, maka harus diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan
pembangunan, dan adanya stabilitas nasional yang mantap dan dinamis atau yang pada masa orde baru
disebut dengan Trilogi Pembangunan. Pembangunan ekonomi diupayakan tidak lepas dari pada trilogi
pembangunan, karena dengan adanya pembangunan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi dengan
kebijakan yang tepat akan memungkinkan terjadinya distribusi yang merata dan tercapai kesejahteraan

Anda mungkin juga menyukai