Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PEMBANGUNAN NEGARA BERKEMBANG”


Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan
Dosen Pengampu Naily Rizqi Amaliyah, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. ABU DZAR AL GHIFARI ( 222004303 )


2. NUR FIFI YATUL HIDAYAH ( 222004235 )
3. PUPUT DWI PUTRI ( 222004242 )
4. RANI AINIS SALMA ( 222004246 )
5. ANTONI KHOLIL ADIPUTRA ( 222004183 )

KELAS 2022 A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
STKIP PGRI LUMAJANG
Jalan Pisang Gajih No. 2, Lumajang Jawa Timur, Tlp. (0334) 882367
2023/2024
_

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Ekonomi Pembangunan yang berjudul “Pembangunan
Negara Berkembang”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Lumajang, 2 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................2


2.1 Masalah Penduduk Di Negara Berkembang ..............................................................................2
2.2 Faktor Yang Menimbulkan Tingkat Perkembangan Penduduk Yang Cepat ...............................5
2.3 Masalah Pengangguran Dan Penyebabnya ................................................................................6
2.4 Efek Tidak Langsung Masalah Pengangguran Terhadap Pembangunan ....................................8
2.5 Efek Dualisme Ekonomi Terhadap Pembangunan .....................................................................9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................10


3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................................10
3.2 SARAN ...................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara inginmeningkatkan


taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan kata lain,pembangunan ekonomi merupakan
upaya sadar dan terarah dari suatu bangsa untukmeningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui
pemanfaatan sumber daya yang tersedia Pembangunan bukan merupakan tujuan melainkan
hanya alat sebagai proses
untuk menurunkan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan distribusi. Jadi berkurangnya
ketidakmerataan distribusi pendapatan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
merupakan inti dari pembangunan. Selama pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil dari
pembangunan dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh masyarakat, maka masalah
ketidakmerataan distribusi pendapatan tidak akan muncul. Dengan demikian kinerja ekonomi
yang lebih baik atau mengalami kemajuan dapat ditunjukkan dalam bentuk naiknya tingkat
pendapatan secara merata.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Masalah Penduduk Di Negara Berkembang?
2. Apa Faktor Yang Menimbulkan Tingkat Perkembangan Penduduk Yang Cepat?
3. Apa Masalah Pengangguran Dan Penyebabnya?
4. Apa Efek Tidak Langsung Masalah Pengangguran Terhadap Pembangunan?
5. Apa Efek Dualisme Ekonomi Terhadap Pembangunan?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Masalah Penduduk Di Negara Berkembang
2. Untuk Mengetahui Faktor Yang Menimbulkan Tingkat Perkembangan Penduduk Yang
Cepat
3. Untuk Mengetahui Masalah Pengangguran Dan Penyebabnya
4. Untuk Mengetahui Efek Tidak Langsung Masalah Pengangguran Terhadap Pembangunan
5. Untuk Mengetahui Efek Dualisme Ekonomi Terhadap Pembangunan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah Penduduk Di Negara Berkembang

Negara Indonesia dikategorikan sebagai negara berkembang oleh The World Bank. Hal
tersebut dikarenakan Indonesia memiliki berbagai masalah yang lebih banyak ketimbang
negara-negara maju, salah satunya adalah masalah kependudukan. Di dalamnya terdapat enam
masalah kompleks antara lain:
1. Laju pertumbuhan dan jumlah penduduk relatif tinggi
2. Persebaran penduduk tidak merata
3. Tingginya angka beban tanggungan
4. Kualitas penduduk relatif rendah
5. Angka kemiskinan dan pengangguran relatif tinggi, serta
6. Rendahnya pendapatan per kapita

Permasalahan kependudukan yang akan kita bahas adalah mengenai laju pertumbuhan
penduduk serta jumlah penduduk. Di Indonesia, pertambahan jumlah penduduk selama 25 (dua
puluh lima) tahun mendatang terus meningkat. Menurut hasil proyeksi yang dilakukan oleh
Data Statistik Indonesia (kerja sama antara Badan Pusat Statistik (BPS), The Australian
National University (ANU), dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI), yang
didukung oleh Australian Overseas Aid Program (AusAID) menyatakan bahwa, pada tahun
2025 jumlah penduduk meningkat menjadi 273,2 juta jiwa yang sebelumnya pada tahun 2000
berjumlah 205,1 juta jiwa. Dari data angka di atas dapat kita lihat bahwa pertambahan jumlah
penduduk tidak bisa kita kelola dan direncanakan dengan baik. Data lain juga menunjukkan
bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 2.5 juta jiwa lebih banyak dari
perkiraan para ahli. Selain itu, tingkat angka kelahiran tidak ada tanda-tanda penurunan yang
signifikan.
Dengan persoalan peningkatan jumlah penduduk ini Pemerintah Indonesia sejak tahun
1970-an membuat program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk membuat keluarga
yang harmonis dengan membatasi jumlah anak. Dengan adanya pembatasan jumlah anak ini,
pemerintah berharap ke depannya jumlah penduduk di Indonesia dapat berkurang. Namun
harapan itu sulit tercapai. Pasalnya jumlah penduduk sebelum tahun 1970 sudah terlampau
banyak. Dengan adanya pembatasan yang diberlakukan beberapa tahun sebelumnya, hal itu
sama saja dengan menstabilkan jumlah penduduk, bukan mengurangi. Ditambah lagi, jumlah
kematian per tahunnya juga mengalami penurunan. Keputusan waktu diberlakukannya
program KB sendiri dinilai terlambat mengingat jumlah penduduk yang sudah ada, seperti
pernyataan di paragraf sebelumnya. Namun, program tersebut juga dinilai berhasil dalam
mengurangi jumlah penduduk. Dengan dibatasinya jumlah anak yang diawali pada tahun 1980,
maka jumlah penduduk beberapa dekade ke depan juga ikut menurun, meskipun persentase
penurunan tidaklah lebih dari angka satu persen.
2
Peningkatan jumlah penduduk tersebut merupakan kesalahan masyarakat Indonesia
sendiri. Pepatah Jawa mengatakatan, “banyak anak, banyak rezeki”. Hal itulah yang
menyebabkan masyarakat Indonesia meningkatkan jumlah kelahirannya. Selain itu, penyebab
lain adalah mengenai pengertian masyarakat terhadap keluarga harmonis yang minim
dipahami. Bisa dilihat masyarakat di pedesaan memiliki jumlah anak lebih dari tiga (jumlah
maksimum keluarga harmonis), sedangkan masyarakat di perkotaan memiliki anak berjumlah
dua, bahkan hanya satu. Jika memang program KB merupakan jalan keluar dalam pembatasan
kelahiran, maka seharusnya pemerintah harus serius dalam hal pelaksanaan. Banyak
penyelewengan-penyelewengan terjadi hampir di setiap daerah. Sebut saja di Kabupaten
Lamongan yang melaporkan bahwa jumlah pil KB yang dimiliki selalu kurang. Setelah
diselidiki, ternyata pil-pil tersebut digunakan oleh petani-petani tambak sebagai pakan ikan
lele. Selain itu, tidak jelasan program KB di desa membuat masyarakat desa enggan untuk
melakukan program tersebut.
Jumlah penduduk yang tinggi juga memiliki problem yang lain, yakni masalah kehidupan
yang layak. Dengan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luas daerah layak huni
menyebabkan syarat memiliki rumah yang ideal sulit tercapai. Ukuran luas rumah yang ideal
adalah minimal berukuran luas lantai 36 meter persegi (UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 22 Ayat 3). Sedangkan kenyataannya saat ini, ada
satu keluarga yang hanya memiliki luas rumah 3 meter x 5 meter. Bahkan letak rumah satu
dengan yang lain saling berhimpitan yang membuat sirkulasi udara menjadi tidak teratur.
Sanitasi tiap rumahpun bisa dikatakan tidak layak. Rumah yang saling berhimpitan satu sama
lain disebabkan karena masyarakat yang tinggal di area tersebut merupakan masyarakat
pendatang yang ingin bekerja di daerah yang mereka tempati sekarang. Dengan kata lain,
urbanisasi. Tingkat kejadian urbanisasi di Pulau Jawa lebih tinggi ketimbang di pulau-pulau
lain di Indonesia. Bahkan ada daerah yang sangat minim tetangga. Jika persebaran masyarakat
tidak diawasi dan dikendalikan, maka pulau lain atau daerah lain, akan kekurangan manusia
untuk tinggal di sana. Roda kegiatan ekonomi di daerah-daerah yang sepi juga akan
mempengaruhi stabilitas ekonomi negara. Bisa-bisa harga suatu barang di Pulau Jawa lebih
murah ketimbang di Pulau Kalimantan.
Ketimpangan keseimbangan harga bisa kita lihat saat ini. Kita ambil contoh berupa harga
Koran. Harga Koran di Pulau Jawa lebih murah Rp 500,00 sampai Rp 1.000,00 ketimbang di
luar Pulau Jawa. Padahal bila produsen koran bisa membuat pabrik percetakan di luar Pulau
Jawa, harga yang diberikan juga tidak akan terlampau jauh dari Pulau Jawa. Namun bila hanya
percetakan saja yang dikembangkan sedangkan sektor basis tidak, maka sama saja produsen
koran membuang uang. Setidaknya pemerintah bisa mengatasi, bahkan menyelesaikan
masalah keseimbangan pengelolaan dan pengolahan sumber daya yang ada di seluruh sisi
Indonesia. Jumlah penduduk yang juga tidak selalu memberikan dampak negatif. Jumlah
penduduk yang banyak bisa dikatakan sebagai sumber tenaga kerja juga ikut banyak. Inilah
yang membuat investor-investor dari negara lain banyak menanamkan modal dan

3
membuat industri di Indonesia karena ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dengan harga
yang dibilang cukup murah ketimbang mendirikan industri di negara-negara yang jauh lebih
maju dari Indonesia. Dengan semakin banyaknya industri di Indonesia maka peluang
mendapatkan kerja juga semakin tinggi, sehingga tingkat pengangguran bisa menurun. Efek
buruk dari banyaknya industri juga lumayan banyak. Persaingan antar perusahaan semakin
lama semakin tidak sehat. Promosi hasil produksi berbeda dengan produksi aslinya.
Hal inilah yang membuat perusahaan tersebut semakin kaya, namun kesehatan masyarakat
tidak diperhatikan. Mereka lebih memilih keuntungan ketimbang kualitas. Selain itu,
kesewenang-wenangan pihak manajemen terhadap pekerja juga tidak kalah hebohnya. Mereka
tidak mau meningkatkan upah pekerja karena bisa menurunkan laba perusahaan, padahal harga
produk mereka sudah mereka naikkan. Kesejahteraan pekerja juga ada yang diabaikan karena
jumlah pekerja yang cukup banyak. Memang tidak selamanya perusahaan asing memberikan
kenyamanan dalam memberikan sesuatu kepada pekerjanya. Mereka hanya memandang
tenaga kerja Indonesia sebagai mesin pekerja yang murah yang bisa digantikan kapan pun
tanpa harus kehilangan modal, alias PHK. Untuk mencegah PHK secara besar-besar yang
mungkin akan terjadi saat ini mengingat nilai tukar rupiah yang semakin naik, sebaiknya
pemerintah memberikan kepastian hukum mengenai pengangkatan pekerja oleh sebuah
perusahaan.
Pemerintah harus lebih tegas kepada pemilik-pemilik modal dalam mengambil tindakan
yang menguntungkan masyarakat Indonesia. Kembali ke persoalan awal, setidaknya
pemerintah memilih jalan keluar lain dalam pengendalian peningkatan jumlah penduduk.
Seandainya saja program KB sudah tidak sesuai lagi untuk diterapkan di masa yang akan
datang, pemerintah sudah memiliki program pengganti atau back-up plan yang lebih fleksibel
dan mudah diterapkan di setiap daerah. Lebih baik pemerintah berpikir kembali mengenai
perkembangan program KB tersebut. Penentuan program pengganti juga harus dipikirkan
sekarang mengingat perkembangan dunia tidak bisa kita proyeksikan. Seperti pepatah “sedia
payung sebelum hujan”, lebih baik kita menyiapkan rencana-rencana baru sebagai pengganti
program lama, meskipun nantinya kita tidak menggunakan rencana tersebut, daripada kita
merasakan masalahnya terlebih dahulu, baru kita membuat rencana pemecahan masalah.
Selain pemerintah, sebaiknya juga masyarakat Indonesia melaksanakan peraturan dan program
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa masyarakat Indonesia selalu melakukan
kegiatannya tanpa melihat keadaan sekitarnya. Sebagai contoh simpelnya adalah ketika berada
di jalan raya. Jika kita melaksanakan aturan dan program pemerintah dengan baik, maka
kondisi kita kedepannya akan berubah menjadi semakin baik. Semoga kedepannya pemerintah
dapat memperbaiki sistem perencanaan kependudukan menjadi lebih baik dan masyarakat
Indonesia dapat melaksanakannya tanpa berat hati.

4
2.2 Faktor Yang Menimbulkan Tingkat Perkembangan Penduduk Yang Cepat
Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk, baik pertambahan
maupun penurunannya. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (birth),
kematian (death), migrasi masuk (in migration), dan migrasi keluar (out migration). Penduduk
akan bertambah jumlahnya apabila terdapat bayi yang lahir dan penduduk yang datang.
Penduduk akan berkurang jumlahnya apabila terdapat penduduk yang mati dan penduduk yang
keluar wilayah tersebut, seperti dikutip dari buku Teori Kependudukan oleh Agustina Bidarti.
Pertumbuhan penduduk di beberapa kota besar di Indonesia disebabkan oleh faktor
pertumbuhan alami, dan faktor migrasi masuk ke wilayah kota dari pedesaan, seperti dikutip
dari penelitian "Fenomena Urbanisasi dan Kebijakan Penyediaan Perumahan dan Pemukiman
di Perkotaan di Indonesia" oleh Mita Noveria dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
Pertumbuhan alami dihitung dari selisih kelahiran dan kematian. Penelitian tersebut
mendapati, di tingkat dunia, sepanjang kurun waktu 2005-2010, faktor meningkatnya
pertumbuhan penduduk kota adalah pertumbuhan penduduk alami. Pertumbuhan ini terlihat
dari laju pertumbuhan penduduk kota dunia, yaitu sebesar 2 persen per tahun. Kecenderungan
yang sama ditemu di negara maju dengan laju pertumbuhan penduduk kota sebesar 0,5 persen
per tahun. Sementara itu, di negara berkembang dan negara paling kurang berkembang,
penyebab utama pertumbuhan penduduk kota adalah faktor migrasi masuk wilayah perkotaan,
termasuk perpindahan dari desa ke kota. Laju pertumbuhan penduduk di kota-kota di negara
berkembang secara keseluruhan adalah 2,5 persen, sementara pertumbuhan penduduk di
negara paling kurang berkembang sebesar 4 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk di kota-
kota besar di Indonesia juga disebabkan oleh faktor migrasi ke kota besar dari daerah perkotaan
yang lain.
Contohnya, migran yang tinggal di Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya berasal dari
kota-kota lebih kecil yang berlokasi di sekitarnya. Selain di keempat kota tersebut, perpindahan
penduduk dari desa ke kota masih menjadi penyebab dominan pertumbuhan penduduk di kota-
kota di Indonesia. Perpindahan penduduk ke kota besar dipengaruhi faktor ekonomi. Perbedaan
tingkat pendapatan di wilayah kota besar dengan daerah lainnya menyebabkan penduduk
pindah ke kota besar. Pekerjaan kasar pun dianggap dapat memberikan penghasilan yang lebih
baik dibandingkan dengan penghasilan di desa. Kesempatan kerja terutama di sektor informal
yang terbuka luas menjadi penyebab arus migrasi dari desa ke kota.Di samping faktor ekonomi,
faktor perpindahan penduduk yang memengaruhi pertumbuhan penduduk di kota besar yaitu
faktor sarana dan fasilitas sosial yang lebih berkualitas. Sarana dan fasilitas sosial ini termasuk
pendukung pendidikan, seperti instansi pendidikan, akses internet, perpustakaan, hunian
penunjang pendidikan, dan lain-lain. Karena itu, penduduk usia muda yang pindah ke kota
untuk menempuh pendidikan lebih tinggi menjadi salah satu kelompok penyumbang
pertumbuhan penduduk di kota besar di Indonesia.

5
2.3 Masalah Pengangguran Dan Penyebabnya
Pengangguran atau istilah yang diberikan kepada orang yang tidak bekerja sama sekali atau
orang yang sedang mencari pekerjaan. Pengangguran bisa diartikan sebagai situasi Ketika
seseorang tidak memiliki pekerjaan. Pengangguran merupakan golongan dari Angkatan kerja
yang belum melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan uang. Pengangguran ini tidak terbatas
pada orang yang belum bekerja. Tetapi bisa termasuk juga orang-orang yang sedang mencari
pekerjaan dan juga orang yang memiliki pekerjaan tetapi tidak produktif, sehingga bisa
dikatakan sebagai pengangguran. Pengangguran menjadi masalah perekonomian di berbagai
negara dan tidak hanya di Indonesia saja. Karena, adanya pengangguran maka tingkat
produktivitas serta pendapatan masyarakat berkurang. Sehingga terjadilah kemiskinan serta
masalah-masalah sosial.
Pengangguran dapat berdampak negatif pada orang itu sendiri serta kepada masyarakat
atau lingkungan sekitar. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya kesempatan kerja yang dapat
disebabkan kelesuan ekonomi, turunnya potensi diri, menghilangnya keterampilan kerja,
menurunnya pajak penghasilan serta tingkat kesejahteraan masyarakat yang menurun. Secara
umum ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pengangguran, beberapa penyebabnya di
antaranya adalah:
1. Besarnya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja.
Penyebab yang pertama ini dapat dikatakan pula ketika jumlah tenaga kerja dengan jumlah
lapangan kerja yang tidak seimbang. Banyak masyarakat yang telah lulus dan menjadi
seorang sarjana dan warga lulusan SMA/ SMK maupun SMP yang telah siap kerja
memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan suatu pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya. Namun, banyaknya warga yang siap kerja tersebut harus bersaing ketat,
karena lapangan kerja yang tersedia di negara tersebut tidak banyak. Sehingga
menyebabkan terjadinya pengangguran.

2. Masyarakat atau warga negara tidak memiliki keterampilan tinggi serta tingkat pendidikan
yang rendah.
Ketika melamar sebuah pekerjaan untuk posisi tertentu, tentu perusahaan akan
menyertakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelamar pekerjaan. Contohnya seperti
pelamar harus lulusan minimal SMA dan melampirkan bukti berupa ijazah atau memiliki
keterampilan khusus. Oleh karena itu, apabila pelamar kerja tidak memiliki keterampilan
khusus maupun tidak memenuhi persyaratan yang diajukan oleh perusahaan maka pelamar
tersebut tentu akan tereliminasi dari posisi tersebut. Sehingga masyarakat yang ingin
mencari kerja harus memenuhi persyaratan keterampilan maupun tingkat pendidikan yang
diajukan oleh perusahaan. Salah satu keterampilan yang banyak dicari perusahaan adalah
interpersonal skill dimana sangat diperlukan dalam membangun hubungan antarindividu,
masyarakat, organisasi, dan juga bisnis yang dapat kamu asah melalui buku keterampilan.

6
3. Harapan terlalu tinggi untuk tenaga kerja.
Selain tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah, perusahaan
terkadang mematok persyaratan yang terlalu sulit dan mengharapkan tenaga kerja untuk
memiliki keterampilan yang tinggi. Tinggi harapan perusahaan kepada tenaga kerja
tersebut membuat pengangguran meningkat dan menyebabkan terjadinya pengangguran.

4. PHK
Penyebab selanjutnya dari terjadinya pengangguran adalah PHK. Pemutusan Hubungan
Kerja atau PHK umumnya diberlakukan oleh suatu perusahaan untuk menstabilkan kondisi
perusahaan yang saat itu dinilai sedang goyah atau terancam bangkrut. PHK biasanya
dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan pemecatan kepada karyawan dalam jumlah
yang besar dan menyebabkan terjadinya pengangguran. Seperti yang dapat kita lihat di
masa pandemi ini banyak kejadian tersebut.

5. Kemajuan Teknologi
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang selanjutnya adalah kemajuan
teknologi. Memang kemajuan teknologi merupakan suatu kebanggaan karena kinerja
manusia pastinya akan lebih cepat dan mudah. Namun hal tersebut juga harus diwaspadai
karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pekerja yang telah digantikan
posisinya oleh robot. Biasanya alasan utamanya adalah karena biayanya jauh lebih murah
dengan kerja cepat dan akurat.

7
2.4 Efek tidak langsung masalah pengangguran terhadap pembangunan
Pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan banyak pengangguran karena
meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan
kerja. Ketidakberhasilan sektor industri karena pola investasi yang ada cenderung padat modal.
Hal itu menyebabkan semakin kecil terjadinya penyerapan tenaga kerja Angkatan kerja tidak
dapat memenuhi kualifikasi persyaratan yang diminta oleh dunia kerja. Ketidakstabilan
perekonomian, politik, dan keamanan negara. Pajak penghasilan(PPn) yang tinggi (progresif)
akan membuat orang cenderung mengurangi jam kerja.
Perkembangan teknologi tinggi yang tidak diimbangi oleh keterampilan dan pendidikan dari
para pencari kerja. Tidak ada kecocokkan upah, karena tidak semua perusahaan mampu dan
bersedia mempekerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah yang diminta pelamar. Tidak
memiliki kemauan wirausaha. Orang yang tidak punya kemauan kerja tidak akan berusaha
menciptakan lapangan kerja sehingga ia harus menunggu uluran tangan dari orang lain.
Adanya diskriminasi ras, gender, orang cacat jadi penyebab pengangguran.
Ada beberapa dampak pengangguran adalah sebagai berikut:
1. Dampak Ekonomi
Adanya tingkat pengangguran yang tinggi berarti banyak SDM yang terbuang sia-sia dan akan
menjadi beban bagi orang yang bekerja. Dengan demikian kesejahteraan dari orang yang
bekerja akan berkurang.
Sebaliknya jika tingkat fenomena ini rendah maka berarti akan menghasilkan tingkat output
(barang dan jasa) yang lebih tinggi, sehingga tingkat kesejahteraannya lebih baik. Di samping
itu dampak pengangguran juga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi, standar
kehidupan menurun, dan penghasilan pajak negara menurun.
2. Dampak Sosial
Pengangguran yang identik dengan rendahnya pendapatan dan kesejahteraan akan
menimbulkan berbagai masalah sosial.
Hal itu akan memberikan dampak pada meningkatnya tindak kriminalitas yang meresahkan
masyarakat, misalnya perampokan, penjambretan, kecanduan alkohol, dan kerawanan sosial
lainnya.

8
2.5 Efek dualisme ekonomi terhadap pembangunan
Dualisme terkait sekali dengan adanya dua kekuatan berbeda yang hidup berdampingan
dalam waktu yang sama. Dalam uraian diatas telah dijelaskan mengenai beberapa jenis dualisme
yang berkembang dalam NSB. Mulai dari sistem sosial, ekologis, teknologi, finansial sampai
regional, semuanya di pengaruhi oleh sistem dualisme ini. Akibat adanya dua unsur yang berbeda,
tidak dapat dipungkiri bahwa dualisme ini memberikan efek yang negatif dalam perekonomian
yang perkembangannya masih belum begitu tinggi. Seperti halnya pada negara yang sedang
berkembang. Sebagian besar kegiatan-kegiatan ekonomi pada negara berkembang masih
dilaksanakan dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana dan tradisional. Konsep
tradisional ini tentunya akan membawa dua dampak yang mendasar dalam sistem perekonomian
serta sistem sosial yang ada pada masyarakat. Pertama, dengan sistem yang masih tradisional
produktivitas yang dihasilkan akan rendah. Kedua, terbatasnya usaha yang menuju ke arah
pembaharuan atau perubahan. Adanya sikap takut akan pembaharuan, akan mengakibatkan
produktivitas yang rendah tidak akan mengalami perubahan dari masa ke masa. Hal ini akan
membawa dampak yang kurang baik terhadap mekanisme pasar, atau yang biasa kita sebut dengan
ketidak sempurnaan pasar. Dalam pasar yang sempurna, faktor-faktor produksi memiliki mobilitas
yang tinggi dan dapat saling menggantikan satu sama lain. Hal ini tidak terjadi di negara yang
memiliki ketidaksempurnaan pasar. Adanya sektor tradisional dan sektor modern menyebabkan
adanya perbedaan tingkat upah yang diterima oleh setiap individu. Penguasaan teknologi menjadi
dasar dalam menghitung upah setiap orang dan pendidikan serta keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang dalam bekerja akan menjadi penentu upah bagi masing-masing individu. Selain itu,
ketidaksempurnaan pasar sering kali disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai keadaan pasar. Para pekerja tidak menyadari tentang adanya kesempatan kerja yang
lebih baik di sektor atau di daerah lain.
Negara miskin, selain kemampuannya dalam memproduksi produk pertanian dan produk industri
yang masih relatif terbatas, juga seringkali tidak mampu mencapai batas produksi yang maksimal.
Salah satu penyebabnya adalah karena adanya ketidaksempurnaan pasar. Di samping adanya
beberapa pengaruh negatif dari adanya dualisme sosial terhadap pembangunan, selanjutnya sering
dinyatakan pula bahwa adanya dualisme dalam tingkat teknologi yang digunakan dapat
menimbulkan dua keadaan yang mungkin mempengaruhi lajunya tingkat pembangunan ekonomi.
a. Pertama, dualisme teknologi terlahir sebagai akibat dari perusahaan modal asing atas sektor
modern, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh dari modal asing akan dibawah ke
luar negeri.
b. Kedua, dualisme teknologi akan membawa tiga dampak negatif, yaitu: membatasi
kemampuan sektor dalam menciptakan kesempatan kerja.

9
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari kesimpulan makalah diatas bahwa dijelaskan bhawa Permasalahan kependudukan


yang akan kita bahas adalah mengenai laju pertumbuhan penduduk serta jumlah penduduk. Di
Indonesia, pertambahan jumlah penduduk selama 25 (dua puluh lima) tahun mendatang terus
meningkat. Menurut hasil proyeksi yang dilakukan oleh Data Statistik Indonesia (kerja sama antara
Badan Pusat Statistik (BPS), The Australian National University (ANU), dan Lembaga Demografi
Universitas Indonesia (LDUI), yang didukung oleh Australian Overseas Aid Program (AusAID)
menyatakan bahwa, pada tahun 2025 jumlah penduduk meningkat menjadi 273,2 juta jiwa yang
sebelumnya pada tahun 2000 berjumlah 205,1 juta jiwa. Dari data angka di atas dapat kita lihat
bahwa pertambahan jumlah penduduk tidak bisa kita kelola dan direncanakan dengan baik. Data
lain juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 2.5 juta
jiwa lebih banyak dari perkiraan para ahli. Selain itu, tingkat angka kelahiran tidak ada tanda-tanda
penurunan yang signifikan.
Dengan persoalan peningkatan jumlah penduduk ini Pemerintah Indonesia sejak tahun 1970-an
membuat program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk membuat keluarga yang
harmonis dengan membatasi jumlah anak. Dengan adanya pembatasan jumlah anak ini,
pemerintah berharap ke depannya jumlah penduduk di Indonesia dapat berkurang. Namun harapan
itu sulit tercapai. Pasalnya jumlah penduduk sebelum tahun 1970 sudah terlampau banyak. Dengan
adanya pembatasan yang diberlakukan beberapa tahun sebelumnya, hal itu sama saja dengan
menstabilkan jumlah penduduk, bukan mengurangi. Ditambah lagi, jumlah kematian per tahunnya
juga mengalami penurunan.

3.2 SARAN
Dengan mejelaskan materi yang da didalam makalah ini kami berharap para audien bisa
memahami dan mengerti atas isi dari materi ini. Apabila ada materi yang kurang, serta beberapa
kalimat terdapat kesalahan kami mohon maaf.

10
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ikopin.ac.id/621/2/BAB%201.pdf
https://www.google.com/search?q=LATAR+BELAKANG+EKONOMI+PEMBANGUNAN&sc
a_esv=568157848&sxsrf=AM9HkKmQdQEDGT4CpAs8T1iFR-
frQ_hcCg%3A1695638733073&ei=zWQRZa2MBI6WseMP1uC04AI&ved=0ahUKEwjtpujCys
WBAxUOS2wGHVYwDSwQ4dUDCBA&uact=5&oq=LATAR+BELAKANG+EKONOMI+PE
MBANGUNAN&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiIkxBVEFSIEJFTEFLQU5HIEVLT05PTUkg
UEVNQkFOR1VOQU4yBRAAGIAEMgYQABgWGB4yBhAAGBYYHjIGEAAYFhgeMgYQ
ABgWGB4yBhAAGBYYHjIGEAAYFhgeMgYQABgWGB4yBhAAGBYYHjIGEAAYFhgeS
M1SUJsOWNFNcAF4AZABAJgBxwGgAbYcqgEFMTQuMjC4AQPIAQD4AQGoAhTCAgcQ
IxjqAhgnwgIWEAAYAxiPARjlAhjqAhi0AhiMA9gBAcICHxAuGAMYjwEY5QIYmgMYmw
MYqAMY6gIYtAIYjAPYAQHCAhQQLhiABBixAxiDARjSAxioAxibA8ICCxAAGIoFGLED
GIMBwgIREC4YgAQYsQMYgwEYqAMYmwPCAgsQABiABBixAxiDAcICERAuGIoFGLE
DGIMBGKgDGJsDwgIjEC4YgAQYsQMYgwEY0gMYqAMYmwMYlwUY3AQY3gQY4ATY
AQLCAgcQABiKBRhDwgIZEC4YigUYsQMYgwEYxwEY0QMYqAMY0gMYQ8ICDRAAGI
oFGLEDGIMBGEPCAgoQABiABBixAxgK4gMEGAAgQYgGAboGBggBEAEYC7oGBggCE
AEYFA&sclient=gws-wiz-serp
https://www.google.com/search?q=efek+dualisme+ekonomi+terhadap+pembangunan&oq=efek+
dualisme+ekonomi+terhadap+pembangunan&aqs=chrome..69i57j33i160l4j33i22i29i30.29703j0
j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8#ip=1

11

Anda mungkin juga menyukai