Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA


Disusun guna memenuhi tugas kelompok
Dosen Pengampu : Hj. Mayasyanti Dewi A, S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh:
Adi Nugraha (C1AA21005)
Ijma Ratu Fir’a (C1AA21050)
Salma Zahra Aprilia (C1AA21134)
Silvi Lestari Sukma (C1AA21149)
Wulan Suci Ramadhani (C1AA21173)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada Kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA” dengan
baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Kewarganegaraan. Selain itu, Kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi kami selaku mahasiswa dan para pembaca. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hj. Mayasyanti
Dewi A, S.Kp.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan Dalam
Keperawatan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, 24 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pertumbuhan Perekonomian Di Indonesia.......................................................3
B. Perkembangan Perekonomian Di Indonesia.....................................................4
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Mikro dan
Makro........................................................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ketika pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari tahun


sebelumnya akan membuat pemerintah akan kuatir, negaranya akan menujuk
resesi maupun depresi, sehingga berdampak serius terhadap kondisi sosial
maupun ekonomi masyarakat. Masalah yang muncul dapat seperti
meningkatnya tingkat pengangguran, merosotnya taraf kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Senada dengan yang disampaikan oleh Schumpeter
pertambahan output/pendapatan nasional (alat ukur pertumbuhan ekonomi)
yang berasal dari pertambahan tingkat tabungan masyarakat yang merupakan
sisa dari konsumsi yang dilakukan masyarakat, sehingga kemampuan
menabung masyarakat akan mencerminkan peningkatan kemakmuran ataupun
pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan menurut Harrod-Domar pertumbuhan ekonomi berasal dari


tingkat tabungan dan modal. Modal terdapat dua sumber yaitu dari dalam
negeri dan luar negeri. Salah satu cara untuk menghimpun modal dari dalam
negeri adalah dengan mengurangi tingkat konsumsi atau meningkatkan
pendapatan. Adapun modal yang bersumber dari luar negeri berupa hibah,
penanaman modal asing (PMA) dan pinjaman. Peningkatan laju modal yang
cepat dapat mengurangi kebutuhan terhadap modal asing dan meningkatkan
pendapatan nasional (Putong, 1996). Tingkat kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat dapat terlihat dari pertumbuhan output dan pendapatan nasional,
sekaligus kondisi pasar terjamin akan adanya banyak pilihan bagi masyarakat
untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa ada hambatan, serta tingkat daya beli
masyarakat yang semakin meningkat.

Purwanto dan Mangeswuri (2011), Analisa makro ekonomi tingkat


pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari perkembangan
produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil yang dicapai suatu
negara. BI dalam Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (2007), Adapun
beberapa indikator ekonomi domestik yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi (produk domestik bruto) di Indonesia adalah suku bunga (BI rate),
kurs, inflasi, harga rata-rata ekspor minyak mentah dan produksi minyak
konsumsi BBM.

Pada era globalisasi ekonomi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat
dan mulai dirasakan oleh negara-negara berkembang. Hal ini terlihat adanya
saling ketergantungan satu sama lain di antara setiap negara. Negara maju
membutuhkan sumber daya alam yang masih banyak belum tergali dan sumber
daya manusia masih murah bayarannya untuk tenaga kerja di negara
berkembang, sedangkan negara berkembang membutuhkan arus modal yang
besar dalam bentuk penanaman modal asing, utang luar negeri dan teknologi
yang berasal dari negara maju untuk membangun negaranya. Interaksi ini
sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi dunia, apabila saling menguntungkan
dan perekonomian dalam kondisi stabil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diambil yaitu


mengenai bagaimana pertumuhan dan perkembangan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian Indonesia.

C. Tujuan

Untuk memahami dan mengetahui pertumuhan dan perkembangan serta


faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Perekonomian Di Indonesia

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan


ekonomi Indonesia tetap kuat. Pada triwulan IV 2022, pertumbuhan ekonomi
Indonesia tercatat tetap tinggi yakni 5,01% (yoy), di tengah pertumbuhan
ekonomi global yang dalam tren melambat. Dengan perkembangan tersebut,
pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan tahun 2022 tercatat 5,31% (yoy),
jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,70% (yoy). Ke depan,
pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3%,
didorong oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga
maupun investasi. Prakiraan tersebut sejalan dengan naiknya mobilitas
masyarakat pascapenghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM), membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk
Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek
Strategis Nasional (PSN).

Pertumbuhan ekonomi yang kuat didukung oleh hampir seluruh komponen


PDB dari sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,48%
(yoy) sejalan meningkatnya mobilitas masyarakat, termasuk aktivitas perayaan
Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru, serta
berlanjutnya penyaluran bantuan sosial. Ekspor tetap tumbuh tinggi sebesar
14,93% (yoy), didorong oleh permintaan mitra dagang utama yang masih kuat.
Pertumbuhan investasi nonbangunan juga tetap tinggi sejalan dengan kinerja
ekspor, meskipun pertumbuhan investasi secara keseluruhan sedikit tertahan
pada 3,33% (yoy) akibat investasi bangunan yang masih rendah. Sementara itu,
konsumsi Pemerintah terkontraksi 4,77% (yoy), namun lebih dipengaruhi oleh
penurunan belanja barang untuk Penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (PC-PEN) seiring dengan kondisi pandemi yang terus
membaik.

Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat juga tecermin secara Lapangan


Usaha dan spasial. Secara Lapangan Usaha (LU), seluruh LU pada triwulan IV

3
2022 juga menunjukkan kinerja positif, terutama ditopang oleh Industri
Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Informasi dan Komunikasi.
LU Transportasi dan Pergudangan serta Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum juga mencatat pertumbuhan yang tinggi didorong oleh berlanjutnya
peningkatan mobilitas masyarakat dan naiknya kunjungan wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi
triwulan IV 2022 tercatat tetap kuat di seluruh wilayah Indonesia, meskipun
ada sebagian daerah yang melambat. Pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di
wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Bali-Nusa Tenggara
(Balinusra), Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.

B. Perkembangan Perekonomian Di Indonesia


Secara sederhana perekonomian selalu identik dengan adanya sistem yang
disebut dengan sistem ekonomi yang dapat diartikan sebagai cara suatu warga
negara atau masyarakat mengatur kehidupan ekonominya untuk meraih
kemakmuran. Dalam catatan sejarah Indonesia mengalami beberapa pergantian
sistem ekonomi, perubahan itu selalu disesuaikan dengan kebutuhan negara
seperti orientasi pembangunan serta iklim politik. Tentunya sistem ekonomi
yang berbeda akan menghasilkan kondisi yang berbeda juga. Ada beberapa
catatan sejarah perekonomian Indonesia dari jaman ke jaman sejak Indonesia
merdeka hingga kini.

1. Ekonomi Nasional (1945-1959)

Pasca proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia keadaan


perekonomian Indonesia sangat kacau hal ini disebabkan karena
Indonesia pada saat itu belum memiliki pemerintahan yang kuat,
dimana belum ada pejabat setingkat menteri yang bertugas yang
menangani perekonomian Indonesia. Sebagai negara yang baru
diproklamirkan sebagai negara yang merdeka Indonesia juga belum
memiliki pola dan cara untuk mengatur perekonomian dan system
keuangan yang baik, di lain sisi kondisi keamanan dalam negeri belum
stabil akibat dari seringnya reshuffle kabinet dan Belanda masih tetap
belum mengakui kemerdekaan bahkan terus menerus melakukan

4
pergolakan politik yang berakibat menghambat langkah kebijakan
pemerintah terutama dalam pengelolaan perekonomian.

2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pemerintahan Soekarno menjalankan sistem ekonomi terpimpin


yang merupakan turunan dari sistem politik yaitu sistem politik
terpimpin Indonesia pada masa 1959-1965 menjalani ekonomi dan
keuangan yang sangat sulit padahal pada masa sebelumnya yaitu pada
masa demokrasi liberal pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam
perekonomian. Sistem ini adalah sistem yang mendalilkan bahwa
negara harus punya peran penting untuk memimpin ekonomi nasional
dengan dibentuknya jalur-jalur pengaturan dalam rangka komando
terhadap sektor-sektor ekonomi utama yang semuanya berdasarkan
pada satu rencana nasional yang bersifat komprehensif. Dengan kata
lain ekonomi terpimpin pemerintah memiliki kontrol penuh terhadap
jalannya perekonomian negara "rakyat tidak lagi berekonomi,
melainkan mengerjakan ekonomi menurut perintah dan disiplin" kata
(Mohammad Hatta, 1960).

Krisis yang terjadi pada saat itu memaksa pemerintah melakukan


kebijakan pengetatan moneter untuk mengatasi agar negara tidak
semakin terbenam dalam krisis. Sanering atau pemotongan nilai mata
uang mulai diterapkan sejak 25 Agustus 1959. Uang pecahan 500 dan
1000 rupiah diturunkan nilainya sebesar menjadi 50 dan 100 rupiah
sehingga nilainya dipangkas hingga mencapai 90 persen. Pemerintah
menyebut Sanering sebagai upaya penyehatan uang yang ditempuh
untuk mencegah inflasi semakin tinggi, mengendalikan harga,
meningkatkan nilai mata uang hingga memungut keuntungan yang
tersembunyi dari perdagangan intinya sanering dilakukan juga untuk
mengurangi jumlah persediaan dan peredaran uang dari 34 miliar rupiah
menjadi 21 milyar rupiah (Haryono, 2008).

5
3. Orde Baru (1966-1998)

Berakhimya kepemimpinan Soekarno meninggalkan kondisi


ekonomi yang mencapai keadaan yang sangat buruk, kondisi
perekonomian Indonesia menderita akibat kekacauan ekonomi yang
dipicu akibat Soekarno pada saat itu menyibukkan diri untuk berjuang
di arena politik sehingga masalah-masalah ekonomi tidak menjadi
prioritas utama. Berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi tidak
memberikan dampak positif pada perekonomian Indonesia. Deficit
spending dengan mencetak uang, yang menyebabkan terjadınya
hiperinflasi yang tidak terkendali (Soebagiyo, 2012).

4. Ekonomi di Era Reformasi (1998-2017)

Karena adanya gelombang massa yang menuntut turunnya


pemerintahan orde baru pada tahun 1998 maka jatuhnya rezim orde
baru pengunduran diri Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 Maka
terbentuklah rezim transisi Bacharuddin Jusuf Habibie diangkat sebagai
sebagai presiden yang pada awal pemerintahannya dilakukan reformasi
ekonomi yang didominasi dengan berbagai program dari International
Monetary Fund (IMF) program IME salah satunya yang memberikan
dampak positif terhadap perekonomian Indonesia adalah dengan
diterbitkannya UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU
No 5 Tahun 1999 m tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat dengan terbitnya kedua UU tersebut sistem tata kelola
perekonomian makro Indonesia semakin baik. Terbitnya UU No 5
Tahun 1999 dianggap ampuh mengembalikan nilai tukar rupiah yang
semula mencapai Rp 16.800 per USD menjadi Rp 8.000-per USD
dalam masa satu tahun. Presiden Habibie bahkan melikuidasi beberapa
bank yang dianggap tidak sehat lewat pinjaman dari IMF. Pada Oktober
tahun 1999 kondisi ekonomi mulai membaik saat Abdurrahman Wahid
terpilih sebagai presiden walau belum sepenuhnya membaik. Ada dua
permasalahan utama yang dihadapi Gus Dur pada saat itu yaitu
mengimplementasikan program reformasi walaupun sudah membentuk

6
Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Adanya penundaan revisi Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2001 dan adanya Amandemen UU
No 23 tahun 1999 tentang bank Indonesia serta penerapan otonomi
daerah (Abdul Hakim, 2012).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Mikro dan


Makro
1. Pertumbuhan Ekonomi

Tahap peningkatan pendapatan nasional riil merupakan gambaran dari


proses pertumbuhan ekonomi (Kurniawan 2014). Hal ini menggambarkan
peningkatan taraf kehidupan kesejahteraan masyarakat yang dapat terukur
dengan output rii. Adanya peningkatan ataupun perkembangan yang terjadi
dalam suatu negara terlihat dari ekonomi fiskal, peningkatan fasilitas publik
guna menunjang kebutuhan masyarakat, peningkatan industri dalam hal ini
yaitu jumlah produksinya, peningkatan dan pemerataan kegiatan-kegiatan
perekonomian, infrastruktur, dan lain-lainya merupakan gambaran
pertumbuhan ekonomi negara khususnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah
(Firmansyah 2021).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa


pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dan perkembangan nilai produk
domestik bruto yang terjadi dari waktu ke waktu guna meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat yang ditandai dengan peningkatan fasilitas
kepada masyakarat dan perkembangan produksi barang dan jasa (Jayadi and
Brata 2016).

2. Pengeluaran Pemerintah

Upaya-upaya yang perlu dilaksanakan dan dikerjakan oleh pemerintah


untuk mengelola dan mengendalikan proses di dalam perekonomian dengan
menetapkan sejumlah pendapatan dan pengeluaran sesuai dengan anggaran
pendapatan belanja baik APBN maupun APBD disebut dengan pengerluaran
pemerintah (Sukirno 2016). Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah
merupakan sejumlah biaya yang dipergunakan untuk menentukan arah

7
kebijakan dalam mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan yang meliputi
gaji pegawai negeri, pembelian barang jasa, dan sebagainya. Di sisi lain,
sesuai dengan hukum wagner bahwasannya setiap pertambahan pendapatan
perkapita maka selaras dengan pengeluaran pemerintah yang juga meningkat.
Dampak yang ditimbulkan maka akan berdampak positif pula terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah (MS. 2017).

3. Kemiskian

Keadaan masyarakat dimana pendapatan atau penghasilan yang didapatkan


tidak dapat digunakan dalam pemenuhan kebutuhan primer atau kebutuhan
dasar sehari-hari dan kehidupan yang tidak layak serta tidak mencapai
kesejahteraan disebut dengan kemiskinan (Jayadi and Brata 2016). Kondisi
ini menjadi batasan dalam peningkatan kehidupan sehingga juga akan
memberikan dampak kepada lingkungan. Teori yang dicetuskan oleh Kuznet
menyatakan bahwa kemiskinan dan pertumbuhan atau perkembangan
ekonomi memiliki hubungan linier negatif. Semakin besar angka kemiskinan,
maka akan semakin kecil pertumbuhan ekonomi. Sementara juga berlaku
sebaliknya, ketika semakin kecil angka kemiskinan maka akan semakin besar
pertumbuhan ekonomi yang terjadi (Firmansyah 2021).

4. Tingkat Pengangguran Terbuka.

Tingkat pengangguran terbuka terukur dari sejumlah masyarakat di suatu


daerah yang tidak memiliki pekerjaan atau masyarakat yang sedang mencari
pekerjaan yang mana orang yang tidak memiliki pekerjaan dalam usia kerja
(Putong 2008). Besarnya angka pengangguran terbuka menunjukkan kondisi
bahwa lapangan kerja yang ada terbatas dan juga mengindikasikan kapasitas
yang dimiliki oleh para pencari kerja relatif rendah. Adanya keterkaitan
antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengganguran terbuka juga terdapat
variabel intervening yakni pendapatan nasional. Semakin meningkatnya
pendapatan nasional, maka akan berbanding lurus atau linier positif dengan
semakin tingginya kebutuhan produksi barang dan jasa, yang kemudian
berimbas kepada semakin banyaknya tenaga kerja yang diberdayakan.
Begitupun sebaliknya, sehingga ketika semakin banyak tenaga kerja baru atau

8
angka pengangguran menurun maka akan meningkat pula pertumbuhan
ekonomi (Harjana 2015).

5. Indeks Pembangunan Manusia

Upaya yang dilakukan secara optimal guna meningkatkan kemampuan


atau kapabilitas individu dalam pendidikan dan kesehatan dengan tujuan
untuk membentuk individu yang lebih berkualitas, produktif, dan memiliki
kreatifitas guna mencapai kesejahteraan hidup yang lebih baik disebut dengan
pembangunan manusia (S. R. Arifin and Fadllan 2021). Pendidikan dan
keehatan memiliki peranan inti dalam memajukan kapabilitas dan kualitas
individu manusia, karena peranan pembangunan manusia juga memberikan
dampak kepada pembangunan manusia (Lumbantoruan and Hidayat 2014).
Adanya kesempatan yang diberikan kepada individu/manusia semakin banyak
dan merata di berbagai daerah maka hal ini akan menciptakan pembangunan
manusia yang lebih tepat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik (S. R. Arifin and Fadllan 2021).

6. Pendidikan

Pendidikan merupakan komponen yang utama dalam meningkatkan


pembangunan manusia dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sesuai
dengan tujuan negara Indonesia, bahwa bertujuan untuk membentuk
masyarakat yang cerdas dengan meningkatkan kapasitas yang dimiliki.
Pendidikan berarti jenjang pendidikan yang ada di sekolah yang mana
berupaya untuk membentuk karakter yang unggul dengan intelektualitas yang
baik (SBM 2014). Dengan meningkatnya kemampuan intelektualitas dan
pendidikan yang tinggi maka berdampak kepada peningkatan kondisi
perekonomian yang terukur dalam pertumbuhan ekonomi (Purwanto 2014).

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi yang kuat didukung oleh hampir seluruh
komponen PDB dari sisi pengeluaran. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar
4,48% (yoy) sejalan meningkatnya mobilitas masyarakat, termasuk aktivitas
perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru,
serta berlanjutnya penyaluran bantuan sosial. Ekspor tetap tumbuh tinggi
sebesar 14,93% (yoy), didorong oleh permintaan mitra dagang utama yang
masih kuat.
Secara sederhana perekonomian selalu identik dengan adanya sistem
yang disebut dengan sistem ekonomi yang dapat diartikan sebagai cara suatu
warga negara atau masyarakat mengatur kehidupan ekonominya untuk meraih
kemakmuran. Dalam catatan sejarah Indonesia mengalami beberapa pergantian
sistem ekonomi, perubahan itu selalu disesuaikan dengan kebutuhan negara
seperti orientasi pembangunan serta iklim politik. Tentunya sistem ekonomi
yang berbeda akan menghasilkan kondisi yang berbeda juga.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonommi
mikro dan makro yaitu pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah,
kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, indeks pembangunan manusia dan
Pendidikan.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2023. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2022


https://www.bps.go.id/pressrelease/2023/02/06/1997/ekonomi-indonesia
tahun-2022-tumbuh-5-31-persen.html Di akses pada 25 Februari 2023.

Erdkhadifa, R. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Ekonomi Di Jawa Timur Dengan Pendekatan Spatial
Regression. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 11(2), 122-140

Suleman, A. R., Simarmata, H. M. P., Panjaitan, P. D., Basmar, E., Damanik, D.,
Nainggolan, P., ... & Nainggolan, L. E. (2021). Perekonomian Indonesia.
Yayasan Kita Menulis.

Syahputra, R. (2017). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


ekonomi di Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika, 1(2), 183-191.

11

Anda mungkin juga menyukai