Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

UTANG LUAR NEGERI INDONESIA SEJAK TAHUN 2020-2024


Dosen pengampu :
Dr. Syaiful Anwar S.E.,M.SI

Disusun oleh:
Nama : Melyani
Npm : 2240402116
Local : C3_Ekonomi pembangunan
Mata kuliah : Ekonomi pembangunan

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang ”Utang luar negeri sejak tahun
2020-2024”. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Utang luar
negeri sejak tahun 2020-2024 bagi para pembaca dan juga penyusun.

Sebagaimana penyusun, menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari


penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki
Makalah ini. Penyusun berharap semoga karya Makalah yang penyusun susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tarakan, 22 Oktober 2023


Penyusun

Melyani

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Sumber Utang ......................................................................................................... 3


B. Tujuan Utang .......................................................................................................... 4
C. Pertumbuhan utang ................................................................................................. 5
D. Manajemen Utang ................................................................................................... 11
E. Total jumlah keseluruhan Utang ............................................................................. 13

BAB III .............................................................................................................................. 14

PENUTUP .......................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14

B. Saran ....................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Utang luar negeri adalah salah satu komponen utama dalam struktur keuangan
sebuah negara. Indonesia, sebagai negara berkembang yang memiliki potensi
pertumbuhan ekonomi yang besar, telah menggunakan utang luar negeri sebagai salah
satu sumber pembiayaan dalam menjalankan kebijakan pembangunan ekonominya.
Makalah ini akan membahas secara mendalam mengenai dinamika utang luar negeri
di Indonesia, termasuk sejarah, alasan penggunaan utang, dampaknya, dan strategi
manajemen yang diterapkan pemerintah.

Utang luar negeri Indonesia mencakup utang luar negeri sektor publik
(pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta dalam bentuk antara lain pinjaman
(loan agreement), utang dagang (trade credit), surat utang (debi securities), kas dan
simpanan (currency and deposits), dan kewajiban lainnya. Utang luar negeri sangat
bermanfaat sebagai salah satu sumber pelengkap pembiayaan pembangunan di
berbagai bidang seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.Selain itu,
utang luar negeri juga bermanfaat sebagai sumber pembiayaan proyek strategis di
dalam negeri, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kapasitas dan
pertumbuhan ekonomi.

Untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Indonesia dalam


menghadapi persaingan pasar global, Pemerintah Indonesia mempunyai kebijakan
yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2020-2024, salah satunya yaitu pembangunan infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur bertujuan untuk mencapai kemandirian ekonomi dengan tetap menjaga
pertumbuhan ekonomi di daerah, sehingga sektor ekonomi strategis daerah dapat terus
melaju dan mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur


keberhasilan suatu negara. Tingkat produktivitas suatu negara bisa juga dilihat dari
pertumbuhan ekonominya. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
menentukan seberapa besar peran pemerintah dalam proses pertumbuhan,dan disertai
dengan kebijakan yang dilakukan.Dalam konsep ekonomi, terdapatkebijakan fiskal

1
yang merupakan pengelolaan anggaran pemerintah (budget) yang terdapat dalam
anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dalam rangka mencapai tujuan
pertumbuhan. Keberhasilan pertumbuhan suatu negara juga ditentukan oleh berbagai
faktor yang dimiliki masing-masing negara, salah satunya ketersediaan sumber daya
baik modal dan sumber daya manusia.

B. Rumusan masalah
1. Sumber Utang Luar negeri Indonesia?
2. Tujuan Utang luar negeri Indonesia?
3. Pertumbuhan utang luar negeri Indonesia?
4. Manajemen utang luar negeri Indonesia?
5. Total jumlah keseluruhan utang dari tahun 2020-2024?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber utang luar negeri Indonesia.
2. Untuk mengetahui tujuan utang luar negeri Indonesia.
3. Untuk mengetahui pertumbuhan utang luar negeri Indonesia.
4. Untuk mengetahui manajemen utang luar negeri Indonesia.
5. Untuk mengetahui berapa total keseluruhan utang dari tahun 2020-2024.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber utang luar negeri Indonesia


Sebagai negara berkembang yang memiliki sumber daya alam paling
melimpah bahkan dari negara-negara diseluruh dunia, namun tidak memiliki sumber
daya modal dan sumber daya manusia yang produktif sehingga sumber daya alam yang
melimpah tersebut tidak dapat dieksplorasi secara maksimal agar mampu menyokong
anggaran pendapatan negara (Hamid, 2000). Kekurangan sumber daya modal inilah
yang membuat pemerintah Indonesia kesulitan untuk melakukan usaha-usaha
produktifitas guna pembangunan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
serta kesejahteraan rakyat, sehingga menjadi terhambat.
Pinjaman dana kepada lokal ataupun asing khususnya, merupakan jalan
tercepat bagi pemerintah untuk mendapatkan modal segar. Pinjaman tidak lain adalah
utang yang tentunya harus dikembalikan kepada si peminjam. Utang negara
sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya merupakan utang yang terdiri
dari utang dalam negeri dan utang luar negeri. Dalam pembahasan ini fokus utamanya
ialah mengenai utang luar negeri, sehingga tidak akan ada pembahasan terkait utang
dalam negeri. Sebut saja utang luar negeri adalah cara terakhir dan yang paling mudah
bagi pemerintah Indonesia untuk mendapatkan tambahan modal anggaran pembiayaan
pengeluaran pemerintah atau untuk menutupi defisitataupun untuk melunasi hutang
jatuh tempo. Iming-iming pinjaman dengan proses mudah, bunga tidak terlalu tinggi,
cicilan gampang serta jangka waktu yang lama dari berbagai lembaga internasional,
perseorangan maupun pemerintah asing semakin menambah keyakinan kuat
pemerintah Indonesia untuk menjadikan utang luar negeri sebagai sumber dana paling
mudah didapatkan untuk mengatasi kekurangan modal ataupun defisit APBN.
Utang pada dasarnya merupakan kewajiban suatu pihak dengan pihak lain yang
terikat melalui kesepakatan transaksi. Utang dalam konteks perekonomian negara
merupakan bagian daripada kebijakan fiskal APBN yang tercakup ke dalam kebijakan
ekonomi secara keseluruhan. Utang juga pada dasarnya merupakan bentuk
konsekuensi dari postur APBN yang mengalami defisit, dimana anggaran pendapatan
negara lebih kecil dari anggaran belanja negara.

3
Debitur utang luar negeri Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
pemerintah dan swasta. Debitur pemerintah terdiri dari dua bagian yakni pemerintah
dan bank sentral. Sedangkan debitur swasta terdiri dari 3 bagian yakni bank, lembaga
kauangan non bank dan bukan lembaga keuangan (Data Visual - Utang Luar Negeri -
Pusatdata - Kontan, 2016). Pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia dilakukan
melalui dua instrumen yakni secara bilateral dan multilateral. Untuk mendapatkan
utang luar negeri, pemerintah Indonesia melakukan perjanjian bilateral dengan negara-
negara tertentu atau melalui pengeluaran surat utang negara atau obligasi. Sedangkan
secara multilateral pemerintah Indonesia mendapatkan bantuan luar negerinya melalui
lembaga/organisasi internasional.
Berkaitan dengan sumber utang luar negeri Indonesia, Sumber merupakan asal
atau tempat darimana sesuatu tersebut keluar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) sumber ialah tempat keluar. Artinya, jika dikaitkan dengan konteks
ini (pinjaman/utang luar negeri) maka dapat disimpulkan bahwa sumber utang luar
negeri ialah tempat darimana pemerintah mendapatkan pinjaman utang luar negerinya
untuk pembiayaan ekonomi dan lain-lain. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Departemen Statistik-Bank Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan terkait pengklasifikasian utang
berdasarkan sektor yang dilakukan menurut sektor institusi debitur yakni pemerintah,
bank sentral dan swasta.

B. Tujuan utang luar negeri Indonesia


Adapun beberapa tujuan utang adalah sebagai berikut:
1. Utang sebagai instrumen fiskal, utang sebagai konsekuensi dari kebijakan fiskal
ekspansif. Kebijakan ini dilakukan untuk menstimulasi perekonomian dan
mengakselerasi pencapaian sasaran pembangunan serta menjaga momentum
terutama dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Konsekuensi kebijakan tersebut adalah munculnya defisit anggaran
akibat pendapatan negara yang belum cukup untuk membiayai kebutuhan belanja
prioritas. Utang sebagai instrumen fiskal mendukung kebijakan ekspansif melalui
upayanya memenuhi kebutuhan pembiayaan dengan penerbitan instrumen utang
baik Surat Berharga Negara (SBN) maupun Pinjaman.
2. .Utang sebagai instrumen investasi, utang tidak hanya dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN, tetapi juga sebagai salah satu alternatif
4
instrumen investasi bagi Masyarakat selain saham, deposito, dan reksadana.
Instrumen investasi tersebut berupa Surat Berhara Negara (SBN) baik yang
bersifat konvensional yakni Surat Utang Negara (SUN) maupun syariah utamanya
yang bersifat retail seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Negara Ritel
(Sukuk Ritel), Saving Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Negara Tabungan (Sukuk
Tabungan). Keberadaan instrumen-instrumen ini juga turut mendorong perluasan
basis investor dan menciptakan pasar keuangan domestik yang semakin dalam,
aktif, dan likuid sehingga kemandirian pembiayaan dalam negeri dapat terwujud.
Dengan upaya-upaya tersebut, dalam jangka panjang, pasar keuangan domestik
diharapkan semakin efisien sehingga mendukung pembiayaan utang yang efisien.
3. Sebagai benchmark pasar keuangan, SBN sebagai instrumen Pemerintah
merupakan instrumen bebas risiko, karena pembayarannya dijamin oleh undang-
undang sehingga bagi investor atau kreditor tidak ada risiko gagal bayar dari
instrumen utang Pemerintah. Untuk itu, keberadaan SBN di pasar keuangan baik
domestik maupun global telah menjadi referensi (benchmark) pelaku usaha Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta dalam hal penerbitan instrumen oblgiasi
lain.
4. Instrumen operasi moneter, Instrumen utang tidak hanya menjadi bagian dari
kebijakan fiskal namun mendukung Bank Indonesia dalam menjalankan operasi
dari kebijakan moneternya. Karenanya suplai SBN yang cukup sangat diperlukan
untuk mendukung kesinambungan operasi moneter.

C. Pertumbuhan utang luar negeri Indonesia


1. Tahun 2020
Pada triwulan IV 2020, ULN Pemerintah tercatat sebesar 206,4 miliar dolar
AS atau tumbuh 3,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III
2020 sebesar 1,6% (yoy). Perkembangan ini didukung oleh terjaganya
kepercayaan investor sehingga mendorong masuknya aliran modal asing di pasar
Surat Berharga Negara (SBN), di samping adanya penarikan sebagian komitmen
pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan
program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). ULN Pemerintah tetap dikelola
secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas, yang
diantaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,9% dari total
ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,7%), sektor jasa pendidikan (16,7%), dan
5
sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,9%),
serta sektor jasa keuangan dan asuransi (11,1%).
ULN swasta tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ULN swasta pada akhir triwulan IV 2020 tercatat 3,8% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
6,2% (yoy). Perkembangan ini didorong oleh melambatnya pertumbuhan ULN
perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN
lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam. Pada akhir triwulan IV 2020, ULN
PBLK tumbuh sebesar 6,4% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 8,4% (yoy). Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat sebesar
4,7% (yoy), lebih besar dari kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat
0,9% (yoy). Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,1%
dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor
pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri
pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaannya. Struktur ULN yang sehat tercermin dari rasio ULN
Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan IV 2020
yang tetap terjaga di kisaran 39,4%, meskipun meningkat dibandingkan dengan
rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 38,1%. Struktur ULN Indonesia yang tetap
sehat juga tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai
89,1% dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank
Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau
perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang
pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
2. Tahun 2021
ULN Pemerintah pada triwulan IV 2021 menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya. Posisi ULN Pemerintah pada triwulan IV 2021 sebesar 200,2 miliar
dolar AS, menurun dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 205,5 miliar dolar AS.
Hal ini menyebabkan ULN Pemerintah terkontraksi 3,0% (yoy), setelah tumbuh
4,1% (yoy) pada triwulan III 2021. Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri
Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok
6
pinjaman di triwulan IV 2021. Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global
yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada perpindahan investasi dari SBN ke
instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada
SBN. Sepanjang triwulan IV 2021, ULN Pemerintah tetap diarahkan pada
pembiayaan sektor produktif dan diutamakan untuk mendukung belanja prioritas
Pemerintah, termasuk kelanjutan upaya mengakselerasi program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN). ULN Pemerintah terus dikelola secara hati-hati,
kredibel, dan akuntabel. Hingga akhir 2021, pemanfaatan ULN Pemerintah tercatat
ikut mendukung kinerja Pemerintah pada sektor administrasi pemerintah,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9% dari total ULN Pemerintah), sektor
jasa kesehatan, dan kegiatan sosial (17,2%), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor
konstruksi (15,5%), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (12,1%). Dari sisi risiko
refinancing, posisi ULN Pemerintah triwulan IV 2021 relatif aman dan terkendali
mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa
mencapai 99,9% dari total ULN Pemerintah.
ULN swasta menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi ULN
swasta tercatat sebesar 205,9 miliar dolar AS pada triwulan IV 2021, menurun dari
209,3 miliar dolar AS pada triwulan III 2021. Secara tahunan, ULN swasta
terkontraksi 0,9% (yoy), setelah tumbuh 0,6% (yoy) dari triwulan sebelumnya
sejalan dengan pembayaran neto pinjaman dan utang lainnya selama periode
triwulan IV 2021. Perkembangan tersebut disebabkan oleh semakin dalamnya
kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporations) menjadi 4,2% (yoy),
dari kontraksi triwulan sebelumnya 2,7% (yoy), dan kontraksi ULN korporasi
bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) menjadi sekitar 0,01% (yoy),
setelah tumbuh 1,5% (yoy) pada triwulan III 2021. Berdasarkan sektornya, ULN
swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor
pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor industri pengolahan,
serta sektor pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 76,7% dari
total ULN swasta. ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang
dengan pangsa mencapai 76,4% terhadap total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-
hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada triwulan IV 2021 tetap
terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yang tetap terjaga di kisaran 35,0%, menurun dibandingkan dengan rasio
7
pada triwulan sebelumnya sebesar 37,0%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap
sehat, ditunjukkan oleh ULN jangka panjang yang lebih dominan dengan pangsa
mencapai 88,3% dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap
sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam
pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang
pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan
meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
3. Tahun 2022
ULN Pemerintah melanjutkan tren kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN
Pemerintah pada November 2022 tercatat sebesar 181,6 miliar dolar AS, atau
secara tahunan mengalami kontraksi 10,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 12,3% (yoy).
Perkembangan ULN tersebut disebabkan oleh sentimen positif kepercayaan pelaku
pasar global yang tetap terjaga sehingga mendorong investor asing kembali
menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN)
domestik. Selain itu, terdapat penarikan pinjaman luar negeri yang digunakan
untuk mendukung pembiayaan program dan proyek, antara lain berupa dukungan
penanganan Covid-19, dukungan pembangunan infrastruktur, serta beberapa
pembangunan program dan proyek lainnya. Penarikan ULN pada November 2022
masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah, termasuk upaya
penanganan Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Pemerintah berkomitmen tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban
pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN
secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel. Dukungan ULN Pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan belanja prioritas hingga bulan November 2022 antara lain
mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,5% dari total ULN
Pemerintah), sektor jasa pendidikan (16,5%), sektor administrasi pemerintah,
pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,3%), sektor konstruksi (14,2%), serta
sektor jasa keuangan dan asuransi (11,5%). Posisi ULN Pemerintah relatif aman
dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang
dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN Pemerintah.

8
ULN swasta juga melanjutkan tren kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta
pada November 2022 tercatat sebesar 202,5 miliar dolar AS, atau secara tahunan
mengalami kontraksi sebesar 0,9% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan
sebelumnya yang sebesar 3,0% (yoy). Perkembangan tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan
bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing
mengalami kontraksi sebesar 2,0% (yoy) dan 0,7% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,4% (yoy)
dan 2,8% (yoy). Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari
sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan
udara dingin; sektor industri pengolahan; serta sektor pertambangan dengan
pangsa mencapai 78,1% dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi
oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,8% terhadap total ULN
swasta.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-
hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada November 2022 tetap
terkendali, tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yang tetap terjaga di kisaran 29,7%, sedikit meningkat dibandingkan
dengan rasio pada bulan sebelumnya yang sebesar 29,5%. Selain itu, struktur ULN
Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh
ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,0% dari total ULN. Dalam
rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah
terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung
oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan
terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong
pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat
memengaruhi stabilitas perekonomian.
4. Tahun 2023
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II 2023 turun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan II 2023
tercatat sebesar 396,3 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN
akhir triwulan I 2023 sebesar 403,2 miliar dolar AS. Dengan perkembangan
tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan 1,4%
(yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,9% (yoy).
9
Kontraksi pertumbuhan ULN ini terutama bersumber dari penurunan ULN sektor
swasta.
ULN pemerintah menurun dibandingkan dengan triwulan lalu. Posisi ULN
pemerintah pada akhir triwulan II 2023 tercatat sebesar 192,5 miliar dolar AS,
turun dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya sebesar 194,0 miliar dolar
AS, atau secara tahunan tumbuh 2,8% (yoy). Penurunan posisi ULN pemerintah
secara triwulanan disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan
global bond yang jatuh tempo. Sementara itu, penempatan investasi portofolio di
pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik meningkat seiring dengan sentimen
positif pelaku pasar global yang tetap terjaga. Pemerintah tetap berkomitmen
mengelola ULN secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga
kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat
waktu. Sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN,
pemanfaatan ULN pemerintah terus diarahkan untuk mendukung upaya
Pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas, khususnya
dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid di tengah
ketidakpastian perekonomian global. Dukungan ULN tersebut mencakup antara
lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,1% dari total ULN pemerintah);
administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,0%); jasa
pendidikan (16,8%); konstruksi (14,2%); serta jasa keuangan dan asuransi
(10,1%). Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir
seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8% dari
total ULN pemerintah.
ULN swasta juga menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi
ULN swasta pada akhir triwulan II 2023 tercatat sebesar 194,4 miliar dolar AS,
turun dibandingkan dengan posisi pada triwulan sebelumnya sebesar 199,7 miliar
dolar AS. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan 5,6%
(yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar
3,0% (yoy). Perkembangan tersebut dikontribusikan oleh makin dalamnya
kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan
lembaga keuangan (nonfinancial corporations) masing-masing sebesar 7,4% (yoy)
dan 5,1% (yoy), dibandingkan dengan kontraksi triwulan lalu yang masing-masing
tercatat sebesar 3,0% (yoy). Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar
bersumber dari sektor industri pengolahan; jasa keuangan dan asuransi; pengadaan
10
listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian,
dengan pangsa mencapai 78,2% dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap
didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,4% terhadap
total ULN swasta.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-
hatian dalam pengelolaannya. ULN Indonesia pada triwulan II 2023 tetap
terkendali, tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) yang turun menjadi 29,3% dibandingkan dengan rasio pada triwulan
sebelumnya sebesar 30,1%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat,
ditunjukkan oleh dominasi ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,7%
dari total ULN. Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank
Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan
perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang
pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkelanjutan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi
stabilitas perekonomian.

D. Manajemen utang luar negeri Indonesia


Bank Indonesia (BI) baru-baru ini telah mengingatkan Pemerintah untuk
mencermati utang LN Indonesia, khususnya utang LN Pemerintah, baik jangka pendek
maupun jangka panjang (short and long term). Manajemen utang, khususnya utang LN
sangat berkaitan dengan manajemen anggaran negara (APBN). Semakin besar defisit
APBN, maka semakin besar kebutuhan anggaran untuk menutupi defisit, yang
sebagian besar diperoleh dari utang domestik dan utang LN. Setiap kali Pemerintah
merencanakan anggaran defisit, maka Pemerintah akan segera menerbitkan surat utang
(Surat Perbendaharaan Negara dan Surat Berharga Negara), serta mencairkan
pinjaman LN dari donor setiap tahun kecuali terdapat Sisa Anggaran Lebih (SAL)
yang defisit anggaran. Sementara Menteri Keuangan telah berfikir untuk
menggunakan Pos SAL yang disimpan dalam Tabungan Pemerintah sebesar Rp. 35,5
triliun untuk mengurangi defisit anggaran tersebut, dengan maksud untuk menghidari
pinjaman baru.

11
APBN-P telah disetujui oleh DPR untuk disahkan menjadi UU, dimana
Pendapatan Negara dan Hibah disepakati menjadi sebesar RP. 1.169,9 triliun, terdiri
dari Penerimaan Dalam Negeri sebesar Rp. 1.165,2 triliun dan hibah sebesar Rp. 4,6
triliun. Sementara Belanja Negara ditetapkan menjadi Rp. 1.320,7 triliun dengan
rincian Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp. 908,2 triliun, dan transfer ke daerah
sebesar RP. 412,5 triliun. Dengan demikian, defisit anggaran menjadi 2,1% (Rp. 150,8
triliun) dari PDB.
Perlu dipahami bahwa pembiayaan defisit APBN melalui utang merupakan
bagian dari pengelolaan keuangan negara yang juga dilakukan negara lain. Tetapi yang
menjadi persoalan adalah, bagaimana memperkecil defisit anggaran setiap tahun.
Karena instrumen utama dan terbesar untuk menutupi defisit adalah dari utang (deficit
financing).
Utang Warisan
Kebijakan utang LN telah ada sejak masa Orde Lama. Tetapi pembengkakan utang,
khususnya utang LN terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru berkuasa. Pada saat
itu mungkin tidak terpikirkan bahwa dampak utang LN akan terus membebani dan
mengegerus anggaran negara sampai saat ini. Akibatnya alokasi anggaran untuk
belanja pembangunan semakin minim.
Jumlah utang LN semakin bertambah, saat terjadi krisis moneter pada tahun
1998, dimana negara harus terbebani denganmembengkaknya jumlah utang terutama
disebabkan depresiasi rupiah terhadap kurs dollar, AS. Kondisi ini ikut menyumbang
keterpurukan anggaran negara dengan defisit yang semakin besar. Belum lagi beban
pembayaran bunga utang LN setiap tahun (interest payment).
Utang yang jatuh tempo pada tahun 2009, misalnya, hampir 3 kali lipat lebih
besar dari utang LN yang jatuh tempo tahun 2008 sebesar US$ 2,894 miliar.
Pemerintah harus membayar utang LN jatuh tempo tahun depan US$ 6,514 miliar.
Yang menjadi catatan positif adalah utang LN yang jatuh tempo tahun 2010 turun
menjadi US$ 5,215 miliar.
Total utang pemerintah hingga Juni 2011 mencapai Rp1,894 triliun (USD
118,6 Miliar) atau naik Rp127 triliun dari akhir 2010 yang sebesar Rp1,677
triliun.Nominal utang bertambah karena penerbitan Surat Berharga Negara(SBN).
Sementara penambahan dari utang LN relatif stabil.Sedangkan tahun 2012
penambahan utang LN diperkirakan sebesar US$ 4,516 miliar, tahun 2013 US$ 4,562

12
miliar, tahun 2014 sebesar US$ 4,371 miliar. Pinjaman utang LN ini akan jatuh tempo
tiap tahunnya hingga tahun 2040.
Rasio Utang Terhadap PDB
Rasio utang terhadap PDB merupakan salah satu indikator dari kondisi perekonomian
suatu negara, khususnya kondisi keuangan negara-nya. Rasio utang terhadap PDB saat
ini adalah 28,2%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan masa krisis tahun 1998 yang
mencapai 151,2% dari PDB. Pemerintah telah memprediksi, rasio utang terhadap PDB
sebesar 25% pada pertengahan 2011. Pemerintah memang telah berhasil menurunkan
rasio utang terhadap PDB, namun upaya mengurangi resiko utang LN harus terus
dilakukan, baik Pemerintah maupun swasta. Penurunan rasio merupakan salah satu
faktor penting yang mempengaruhi peringkat utang Indonesia oleh lembaga
pemeringkat dunia.
Presiden menyerukan agar seluruh kementerian menghemat anggaran belanja
dalam APBN 2011 untuk memperkecil defisit anggaran negara, khususnya pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah
harus berfikir bagaimana cara melakukan penghematan anggaran yang telah
dialokasikan pada tahun 2011. Penghematan yang bisa dilakukan misalnya,
mengurangi frekwensi perjalanan dinas, baik dalam perjalanan dinas dalam negeri
maupun luar negeri yang tidak perlu dan tidak mendesak, mengurangi acara seminar,
sosialisasi dan rapat-rapat dinas di luar kota dengan menggunakan hotel mewah dan
sebagainya.

E. Total keseluruhan utang dari tahun 2020-2024


1. Pada tahun 2020 Indonesia berhutang sebanyak 417,5 miliar dolar AS
2. Pada tahun 2021 Indonesia berhutang sebanyak 415,1 miliar dolar AS
3. Pada tahun 2022 Indonesia berhutang sebannyak 396,8 miliar dolar AS
4. Pada tahuun 2023 Indonesia berhutang sebanyak 396,44 miliar dolar AS
5. Pada tahun 2024 Indonesia akan berhutang sebanyak 486, 4 miliar dolar AS

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung mengalami peningkatan dan penurunan.Hal ini tentu saja menimbulkan
berbagai konsekuensi bagi bangsa Indonesia, baik dalam periode jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri harus diakui
telah memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pembiayaan pembangunan
ekonomi nasional sehingga dengan terlaksananya pembangunan ekonomi tersebut,
tingkat pendapatan per kapita masyarakat bertumbuh selama taga dasawarsa sebelum
terjadi krisis ekonomi. Menurut Gibson dan Tsakalator (1992), penyebab timbulnya
krisis utang dapat ditinjau dari tiga hal: pertama, sistem moneter Internasional. Kedua,
sistem perbankan swasta internasional. Ketiga, negara peminjam itu sendiri
Semakin bertambahnya utang luar negeri pemerintah, berarti juga semakin
memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan
beserta dengan bunganya. Ironisnya, semasa krisis ekonomiutang luar negeri itu harus
dibayar dengan menggunakan bantuan dana dari luar negeri, yang artinya sama saja
dengan utang baru, karena pada saat krisis ekonomi penerimaan rutin pemerintah,
terutama dari sector pajak, tidak dapat ditingkatkan sebanding dengan kebutuhan
anggaran belanjanyaDalam jangka panjang akumulasi dari utang luar negeri
pemerintah ini tetap saja harus dibayar melalui APBNartinya menjadi tanggung jawab
para wajib pajak. Dengan demikian, maka dalam jangka panjang pembayaran utang
luar negeri oleh pemerintah Indonesia sama artinya dengan mengurangi tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia masa mendatang.

B. Saran
Pemerintah sebaiknya lebih berfokus pada kemandirian ekonomi dengan
mengurangi penambahan utang baru. Pengelolaan utang luar negeri (foreign debt)
dilaksanakan lebih transparan dan diawasi dalam penggunaan dan pengelolaan utang
sehingga akan lebih efektif dan efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13316/Pengelolaan-Surat-Utang-
Negara-Mendukung-Investasi-Pemerintah-Lebih-Kuat-Terukur-dan-Tepat-
Sasaran.html

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/19904/05.4%20bab%204.pdf?se
quence=8&isAllowed=y#:~:text=Pinjaman%20luar%20negeri%20yang%20dip
eroleh,Hongkong%2C%20Amerika%20Serikat%20dll.%20Dari
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-
release/Pages/sp_233921.aspx#:~:text=Utang%20Luar%20Negeri%20(ULN)
%20Indonesia,208%2C3%20miliar%20dolar%20AS.
http://marzukialie.com/?show=tulisan&id=42
https://kemenkoupedia.kemekeu.go.id/search/konten/11310-tujuan-dan-alasan-uang-
negara

15

Anda mungkin juga menyukai