Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
JURUSAN
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan
Indonesia Atas Utang Luar Negeri”. Tanpa pertolongan-Nya, penulis belum tentu
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan kerjasama yang dari semua pihak yang
telah membantu dalam terselesainya makalah ini sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Utang Luar Negeri ......................................................... 5
2.2 Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Utang Luar Negeri.... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
domestik. Namun dalam perkembangannya ULN menjadi sumber dana yang
penting untuk menutup defisit fiskal. Bahkan dalam perkembangannya jumlah
ULN dari tahun ke tahum mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan
meningkatnya defisit fiskal.
Jumlah ULN dari tahun ketahun dengan tren yang semakin meningkat
perlu diwaspadai. Bahkan dalam lima tahun terakhir ULN meningkat dalam
jumlah yang signifikan. Pada tahun 2006, ULN tercatat sebesar USD 132,6 miliar
dan di 2011 telah mencaoai USD 225.4 miliar. Kenaikan ULN Pemerintah terkait
dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan bangunan dan untuk menutup
defisit anggaran. Sementara ULN swasta meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan dana untuk kegiatan investasi dan kebutuhan modal kerja perusahaan-
perusahaan di Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
pemerintahan Soeharto, utang luar negeri dibutuhkan terutama untuk membiayai
defisit investasi dan beberapa komponen dari sisi pengeluaran pemerintah di
dalam APBN (Tulus, 2012).
Hingga tahun 1997, pembangunan di Indonesia selalu dipuji oleh
lembagalembaga keuangan internasional. Bahkan dalam laporan Bank Dunia pada
bulan Juni 1997, Indonesia mendapat predikat keajaiban atau negara yang
pertumbuhannya ajaib.6 Sebelumnya jatuhnya Orde Baru, Bank Dunia selalu
memuji prestasi pembangunan ekonomi Indonesia. Bahkan posisi Indonesia
ditempatkan sebagai salah satu negara berkembang yang sukses pembangunan
ekonominya, tanpa melihat proses pembangunan itu telah merusak dan
menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan melilitkan Indonesia pada utang
luar negeri yang sangat besar (Hamid, 2000).
Jumlah utang luar negeri Indonesia menempati peringkat ke-5 di antara
negara dunia ketiga, setelah Meksiko, Brazil, India dan Argentina (Topatimasang,
1999). Akibat krisis ekonomi yang sangat parah ini, menjadikan Indonesia sebagai
negara dengan rasio stock utang per GDP tertinggi di dunia, mengalahkan negara-
negara yang selama ini terkenal sebagai pengutang terbesar, seperti Meksiko,
Brazil dan Argentina (Pellu, 2019).
Berdasarkan Data BI (Tabel 2.1), ULN Indonesia pada Februari 2015
tercatat sebesar 298,9 miliar dolar AS atau naik 9,4 persen (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. ULN tersebut terdiri dari
ULN sektor publik sebesar 134,8 miliar dolar AS (45,1 persen dari total ULN)
dan ULN sektor swasta sebesar 164,1 miliar dolar AS (54,9 persen dari total
ULN).
Tabel 2.1 Posisi ULN Menurut Kelompok Peminjaman (Juta Dolar AS)
6
Sedangkan apabila dilihat dari sisi kreditor (Tabel 2.2), ULN Indonesia
per Februari 2015 yang berasal dari negara peminjam berjumlah 176,8 miliar
dolar AS (59,2 persen dari total ULN), organisasi internasional berjumlah 26,2
miliar dolar AS (8,8 persen dari total ULN) dan kreditor lainnya (pihak bukan
penduduk yang memiliki surat berharga domestik) sebesar 95,9 miliar dolar AS.
Tabel 2.2 Posisi ULN Menurut Kreditor (Juta Dolar AS)
7
karena adanya pembayaran dalam bentuk uang tadi. Lebih jelasnya, hilangnya
kesejahteraan ekonomi ini dapat diukur dengan besarnya guna (utility) yang
hilang dari negara tersebut sebagai akibat berbagai pembayaran (Sayekti, 2015).
Ketergantungan terhadap ketiga lembaga donor Bank Dunia, IMF, dan
ADB telah memberikan dampak yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia.
Lemahnya posisi tawar dengan lembaga tersebut harus diperbaiki dan
menguntungkan bagi tiap pihak. Pemerintah bisa menaikkan posisi tawar dengan
lembagalembaga peminjam keuangan dan memilih kredit yang biaya bunganya
paling murah serta tingkat intervensi kebijakan politik dan ekonominya paling
minimal.
Sebagai contoh Bank Dunia yang memiliki kebijakan mempengaruhi
kebijakan politik dan ekonomi suatu negara atau Structural Adjustment Program
(SAP). Tugas Bank Dunia di Indonesia, diantaranya yaitu: (1) memimpin Forum
Consultative Group meeting on Indonesia (CGI) untuk “membantu”
pembangunan di Indonesia dengan cara memberikan pinjaman uang serta bantuan
teknik untuk menciptakan aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal; (2)
menyediakan hutang dalam jumlah besar dengan mendorong pemerintah
Indonesia untuk melakukan privatisasi dan kebijakan yang memihak pada
perusahaan-perusahaan besar.
Pengelolaan utang yang tidak prudent (hati-hati) dapat menimbulkan
permasalahan yang berat bagi keuangan negara. Indonesia harus mengambil
pelajaran penting dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Krisis ekonomi
yang terjadi di kedua kawasan tersebut berakar dari penggunaan dan pengelolaan
utang yang tidak hati-hati. Dalam mengatasi krisis, pemerintah AS mengeluarkan
dana USD787 miliar yang disebut sebagai Trouble Asset Relief Program (TARP)
untuk menalangi (bailout) lembaga-lembaga keuangan agar fenomena too big fail
tidak terjadi. Dana stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk bailout
tersebut secara otomatis akan menaikkan utang pemerintah. AS secara agresif
menjual surat utang untuk membiayai stimulus ini (Satya, 2015).
Indonesia sebaiknya tidak terlena menerima tawaran pinjaman dari
lembaga pembiayaan internasional atau negara-negara besar yang berada dibalik
8
lembaga tersebut yang pada akhirnya membuat negeri ini terjebak pada pola gali
lubang tutup lubang untuk menutup defisit anggarannya. Opsi kerja sama
pendanaan secara bilateral dapat menjadi solusi bagi Indonesia. Melalui
pendanaan secara bilateral, Indonesia dapat berada pada posisi tawar yang sama.
Dengan sumber daya alam dan bonus demografi yang dimilikinya, Indonesia
memiliki kekuatan negosiasi yang dapat ditawarkan kepada negara kreditor.
Selain itu, manfaat lain dari pendanaan secara bilateral ini, dapat mengurangi
intervensi asing terhadap kebijakan-kebijakan politik, ekonomi dan sosial yang
diambil oleh Pemerintah Indonesia.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Utang luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang sangat signifikan bagi negara berkembang. Banyak negara sedang
berkembang (NSB) yang kini telah masuk dalam perangkap utang (debt trap), dan
akhirnya hanyut dalam lingkaran ketergantungan utang (debt overhang
hypothesis) (Kaminsky, 1996). Dalam konteks argumentasi ini, patut
dipertanyakan kembali relevansi dan urgensi utang luar negeri dalam pembiayaan
negara-negara berkembang.
Kebijakan ULN bagi Indonesia, telah dilakukan sejak tahun 1970. Pada
dasarnya pembiayaan melalui ULN wajar dilakukan oleh negara yang sedang
berkembang, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah ULN hendaknya
digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan proyek yang
produktif serta bermanfaat. Di samping itu, kebijakan ULN diupayakan tidak
membuka intervensi asing yang akan memberatkan perekonomian nasional dan
mengganggu kedaulatan bangsa.
Pemerintah kiranya perlu mengkaji kembali kebijakan penarikan ULN dan
mengurangi ketergantungan ULN. Indonesia masih menghadapi dan harus
mengatasi berbagai tantangan yang memerlukan dukungan pendanaan dengan
mengandalkan sumbersumber domestik dan dikelola secara mandiri. DPR juga
perlu melakukan pengawasan terhadap realisasi pencairan ULN serta
pengelolaannya, dan bersama pemerintah perlu membahas lebih lanjut terkait
kebijakan ULN.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah yang dibuat masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
memperbaiki makalah tentunya dengan berpedoman pada sumber yang valid.
10
DAFTAR PUSTAKA
11