Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEBIJAKAN INDONESIA ATAS UTANG LUAR NEGERI

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Nama :
NIM :

JURUSAN

FAKULTAS

UNIVERSITAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan
Indonesia Atas Utang Luar Negeri”. Tanpa pertolongan-Nya, penulis belum tentu
sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan kerjasama yang dari semua pihak yang
telah membantu dalam terselesainya makalah ini sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi
penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Terima kasih.

Tempat, Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Utang Luar Negeri ......................................................... 5
2.2 Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Utang Luar Negeri.... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pidato pembukaan peringatan Konferensi Asia-Afrika ke-60, 22
April 2015, Presiden Joko Widodo ingin mengubah pandangan negara-negara
Asia-Afrika khususnya Indonesia pada ketergantungan terhadap Bank Dunia,
International Monetary Fund (IMF), dan Asian Development Bank (ADB).
Tatanan perekonomian global memang sejak lama terdistorsi oleh dominasi
beberapa lembaga keuangan global hingga menimbulkan ketidakadilan ekonomi.
Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang sedang bangkit, sebagai negara
berpenduduk muslim terbesar di muka bumi, sebagai negara demokrasi terbesar
ketiga di dunia, siap memainkan peran global sebagai kekuatan positif bagi
perdamaian dan kesejahteraan.
Pernyataan tersebut mendapat apresiasi dari Ecky Awal Mucharam,
Anggota Komisi XI DPR RI. Menurutnya negara-negara Asia-Afrika memiliki
kutub ekonomi sendiri, bukan hanya berpatron pada lembaga keuangan yang
sudah ada selama ini seperti Bank Dunia, IMF, atau ADB. Namun diharapkan
pemerintah konsisten dengan perkataannya dan mencerminkan hal tersebut dalam
kebijakannya.
Seperti halnya negara berkembang lainnya, Indonesia masih
mengandalkan utang luar negeri (ULN) untuk membiayai pembangunan.
Keterbatasan tabungan domestik untuk membiayai pembangunan menjadi alasan
penggunaan ULN tersebut. Konsep dan terminologi ULN menurut IMF’s External
Debt Statistics: Guide for compilers and Users (2003) dan peraturan perundangan,
didefinisikan sebagai utang penduduk (resident) yang berdomisili di suatu wilayah
teritori ekonomi kepada bukan penduduk (non-resident). ULN Indonesia terdiri
atas ULN pemerintah, bank sentral dan swasta (Sayekti, 2015).
Berdasarkan sejarah, ULN di Indonesia sudah dilakukan sejak orde lama
dan awal penggunaan ULN hanya sebagai dana pendamping untuk menutup
kekurangan dana pembangunan yang belum bisa dipenuhi dari sumber dana

3
domestik. Namun dalam perkembangannya ULN menjadi sumber dana yang
penting untuk menutup defisit fiskal. Bahkan dalam perkembangannya jumlah
ULN dari tahun ke tahum mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan
meningkatnya defisit fiskal.
Jumlah ULN dari tahun ketahun dengan tren yang semakin meningkat
perlu diwaspadai. Bahkan dalam lima tahun terakhir ULN meningkat dalam
jumlah yang signifikan. Pada tahun 2006, ULN tercatat sebesar USD 132,6 miliar
dan di 2011 telah mencaoai USD 225.4 miliar. Kenaikan ULN Pemerintah terkait
dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan bangunan dan untuk menutup
defisit anggaran. Sementara ULN swasta meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan dana untuk kegiatan investasi dan kebutuhan modal kerja perusahaan-
perusahaan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah dari penulisan makalah ini yaitu bagaimana kebijakan pemerintah
Indonesia agar tidak bergantung kepada utang luar negeri?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah
ini yaitu mengetahui kebijakan pemerintah Indonesia agar tidak bergantung
kepada utang luar negeri.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Utang Luar Negeri


Utang luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang sangat signifikan bagi negara berkembang. Namun demikian hasil studi
tentang dampak utang terhadap pembangunan ekonomi menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Beberapa ilmuwan memperoleh kesimpulan bahwa utang luar
negeri justru telah menimbulkan perlambatan pertumbuhan ekonomi bagi negara-
negara pengutang besar, sementara studi lain menyimpulkan sebaliknya-yaitu
utang luar negeri menjadi salah satu faktor yang secara signifikan mendorong
pertumbuhan ekonomi negara-negara pengutang (Kenen, 1990).
Konsep dan terminologi ULN menurut IMF’s External Debt Statistics:
Guide for compilers and Users (2003) dan peraturan perundangan, didefinisikan
sebagai utang penduduk (resident) yang berdomisili di suatu wilayah teritori
ekonomi kepada bukan penduduk (non-resident). ULN Indonesia terdiri atas ULN
pemerintah, bank sentral dan swasta.
ULN pemerintah adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah pusat, terdiri
dari utang bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, komersial, leasing dan
Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan di luar negeri dan dalam negeri
yang dimiliki oleh bukan penduduk. ULN bank sentral adalah utang yang dimiliki
oleh Bank Indonesia (BI), yang diperuntukkan dalam rangka mendukung neraca
pembayaran dan cadangan devisa. ULN swasta adalah utang luar negeri penduduk
kepada bukan penduduk dalam valuta asing dan atau rupiah berdasarkan
perjanjian utang (loan agreement) atau perjanjian lainnya, kas dan simpanan milik
bukan penduduk, dan kewajiban lainnya kepada bukan penduduk.
Sejak pemerintahan Orde Baru hingga saat ini, tingkat ketergantungan
Indonesia pada utang luar negeri tidak pernah menyurut, bahkan mengalami suatu
akselerasi yang pesat sejak krisis ekonomi 1997-1998, karena pada periode
tersebut pemerintah Indonesia terpaksa membuat utang baru dalam jumlah yang
besar dari IMF untuk membiayai pemulihan ekonomi. Pada masa normal selama

5
pemerintahan Soeharto, utang luar negeri dibutuhkan terutama untuk membiayai
defisit investasi dan beberapa komponen dari sisi pengeluaran pemerintah di
dalam APBN (Tulus, 2012).
Hingga tahun 1997, pembangunan di Indonesia selalu dipuji oleh
lembagalembaga keuangan internasional. Bahkan dalam laporan Bank Dunia pada
bulan Juni 1997, Indonesia mendapat predikat keajaiban atau negara yang
pertumbuhannya ajaib.6 Sebelumnya jatuhnya Orde Baru, Bank Dunia selalu
memuji prestasi pembangunan ekonomi Indonesia. Bahkan posisi Indonesia
ditempatkan sebagai salah satu negara berkembang yang sukses pembangunan
ekonominya, tanpa melihat proses pembangunan itu telah merusak dan
menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan melilitkan Indonesia pada utang
luar negeri yang sangat besar (Hamid, 2000).
Jumlah utang luar negeri Indonesia menempati peringkat ke-5 di antara
negara dunia ketiga, setelah Meksiko, Brazil, India dan Argentina (Topatimasang,
1999). Akibat krisis ekonomi yang sangat parah ini, menjadikan Indonesia sebagai
negara dengan rasio stock utang per GDP tertinggi di dunia, mengalahkan negara-
negara yang selama ini terkenal sebagai pengutang terbesar, seperti Meksiko,
Brazil dan Argentina (Pellu, 2019).
Berdasarkan Data BI (Tabel 2.1), ULN Indonesia pada Februari 2015
tercatat sebesar 298,9 miliar dolar AS atau naik 9,4 persen (yoy) jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. ULN tersebut terdiri dari
ULN sektor publik sebesar 134,8 miliar dolar AS (45,1 persen dari total ULN)
dan ULN sektor swasta sebesar 164,1 miliar dolar AS (54,9 persen dari total
ULN).
Tabel 2.1 Posisi ULN Menurut Kelompok Peminjaman (Juta Dolar AS)

Sumber: Bank Indonesia, 2015

6
Sedangkan apabila dilihat dari sisi kreditor (Tabel 2.2), ULN Indonesia
per Februari 2015 yang berasal dari negara peminjam berjumlah 176,8 miliar
dolar AS (59,2 persen dari total ULN), organisasi internasional berjumlah 26,2
miliar dolar AS (8,8 persen dari total ULN) dan kreditor lainnya (pihak bukan
penduduk yang memiliki surat berharga domestik) sebesar 95,9 miliar dolar AS.
Tabel 2.2 Posisi ULN Menurut Kreditor (Juta Dolar AS)

Sumber: Bank Indonesia, 2015

Negara kreditor terbesar Indonesia adalah Singapura sebesar 59,9 miliar


dolar AS atau 33 persen dari total ULN bilateral. Sedangkan organisasi
internasional yang menjadi kontributor terbesar utang Indonesia adalah
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) – World Bank
yaitu 12,2 miliar dolar AS atau 46,6 persen dari total ULN organisasi
internasional. Jumlah utang dari bank dunia tersebut terus meningkat dari tahun ke
tahun dibandingkan jumlah utang yang berasal dari ADB dan IMF yang
cenderung menurun.

2.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Utang Luar Negeri


Kebijakan ULN telah menjadi warisan sejarah kebijakan ekonomi
Indonesia yang terbukti menjadi titik kelemahan paling krusial selama ini. Beban
langsung dari ULN sudah merupakan suatu hal yang jelas. Selama jangka waktu
tertentu, beban utang langsung dapat diukur dengan suatu jumlah pembayaran
tertentu dalam bentuk uang, baik dalam hal pembayaran bunga maupun cicilan
utang terhadap pihak kreditor. Sedangkan beban riil langsung yang diderita negara
peminjam berupa kerugian dalam bentuk kesejahteraan ekonomi yang hilang

7
karena adanya pembayaran dalam bentuk uang tadi. Lebih jelasnya, hilangnya
kesejahteraan ekonomi ini dapat diukur dengan besarnya guna (utility) yang
hilang dari negara tersebut sebagai akibat berbagai pembayaran (Sayekti, 2015).
Ketergantungan terhadap ketiga lembaga donor Bank Dunia, IMF, dan
ADB telah memberikan dampak yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia.
Lemahnya posisi tawar dengan lembaga tersebut harus diperbaiki dan
menguntungkan bagi tiap pihak. Pemerintah bisa menaikkan posisi tawar dengan
lembagalembaga peminjam keuangan dan memilih kredit yang biaya bunganya
paling murah serta tingkat intervensi kebijakan politik dan ekonominya paling
minimal.
Sebagai contoh Bank Dunia yang memiliki kebijakan mempengaruhi
kebijakan politik dan ekonomi suatu negara atau Structural Adjustment Program
(SAP). Tugas Bank Dunia di Indonesia, diantaranya yaitu: (1) memimpin Forum
Consultative Group meeting on Indonesia (CGI) untuk “membantu”
pembangunan di Indonesia dengan cara memberikan pinjaman uang serta bantuan
teknik untuk menciptakan aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal; (2)
menyediakan hutang dalam jumlah besar dengan mendorong pemerintah
Indonesia untuk melakukan privatisasi dan kebijakan yang memihak pada
perusahaan-perusahaan besar.
Pengelolaan utang yang tidak prudent (hati-hati) dapat menimbulkan
permasalahan yang berat bagi keuangan negara. Indonesia harus mengambil
pelajaran penting dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Krisis ekonomi
yang terjadi di kedua kawasan tersebut berakar dari penggunaan dan pengelolaan
utang yang tidak hati-hati. Dalam mengatasi krisis, pemerintah AS mengeluarkan
dana USD787 miliar yang disebut sebagai Trouble Asset Relief Program (TARP)
untuk menalangi (bailout) lembaga-lembaga keuangan agar fenomena too big fail
tidak terjadi. Dana stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk bailout
tersebut secara otomatis akan menaikkan utang pemerintah. AS secara agresif
menjual surat utang untuk membiayai stimulus ini (Satya, 2015).
Indonesia sebaiknya tidak terlena menerima tawaran pinjaman dari
lembaga pembiayaan internasional atau negara-negara besar yang berada dibalik

8
lembaga tersebut yang pada akhirnya membuat negeri ini terjebak pada pola gali
lubang tutup lubang untuk menutup defisit anggarannya. Opsi kerja sama
pendanaan secara bilateral dapat menjadi solusi bagi Indonesia. Melalui
pendanaan secara bilateral, Indonesia dapat berada pada posisi tawar yang sama.
Dengan sumber daya alam dan bonus demografi yang dimilikinya, Indonesia
memiliki kekuatan negosiasi yang dapat ditawarkan kepada negara kreditor.
Selain itu, manfaat lain dari pendanaan secara bilateral ini, dapat mengurangi
intervensi asing terhadap kebijakan-kebijakan politik, ekonomi dan sosial yang
diambil oleh Pemerintah Indonesia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Utang luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang sangat signifikan bagi negara berkembang. Banyak negara sedang
berkembang (NSB) yang kini telah masuk dalam perangkap utang (debt trap), dan
akhirnya hanyut dalam lingkaran ketergantungan utang (debt overhang
hypothesis) (Kaminsky, 1996). Dalam konteks argumentasi ini, patut
dipertanyakan kembali relevansi dan urgensi utang luar negeri dalam pembiayaan
negara-negara berkembang.
Kebijakan ULN bagi Indonesia, telah dilakukan sejak tahun 1970. Pada
dasarnya pembiayaan melalui ULN wajar dilakukan oleh negara yang sedang
berkembang, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah ULN hendaknya
digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan proyek yang
produktif serta bermanfaat. Di samping itu, kebijakan ULN diupayakan tidak
membuka intervensi asing yang akan memberatkan perekonomian nasional dan
mengganggu kedaulatan bangsa.
Pemerintah kiranya perlu mengkaji kembali kebijakan penarikan ULN dan
mengurangi ketergantungan ULN. Indonesia masih menghadapi dan harus
mengatasi berbagai tantangan yang memerlukan dukungan pendanaan dengan
mengandalkan sumbersumber domestik dan dikelola secara mandiri. DPR juga
perlu melakukan pengawasan terhadap realisasi pencairan ULN serta
pengelolaannya, dan bersama pemerintah perlu membahas lebih lanjut terkait
kebijakan ULN.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah yang dibuat masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
memperbaiki makalah tentunya dengan berpedoman pada sumber yang valid.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, “Laporan Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia”, beberapa


tahun Penerbitan.
Departemen Keuangan RI, “Nota Keuangan dan RAPBN”, Beberapa Tahun
Penerbitan.
Hamid, Edy S. (2000). Perekonomian Indonesia Masalah dan Kebijakan
Kontemporer. Yogyakarta: UII Press.
Kaminsky, Graciela L dan Alfredo Preiera. (1996). The Debt Crisis: Lessons of
the 1980s
for 1990s. Journal of Development Economics, Vol. 50.
Pellu, Arifin. (2019). Utang Luar Negeri: Paradoks Pembangunan Ekonomi
Indonesia. Jurnal IAIN Ambon. 2 (2).
Satya, Venti Eka. (2015). Analisis Kebijakan Pengelolaan Utang Negara:
Manajemen Utang Pemerintah Dan Permasalahannya. Kajian. 20 (1).
Sayekti, Nidya W. (2015). Kebijakan Indonesia Atas Utang Luar Negeri Dari
Lembaga
Keuangan Global. Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik. 7 (8).
Topatimasang, Roem. (1999). Hutang itu Hutang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tulus T.H. Tambunan. (2012). Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris, cetakan kedua. Bogor : Ghalia Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai