i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa
memberkati penulis dalam menyelesaikan makalah ini, Sehingga penulis bisa
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Dan semua pihak yang telah memberi
bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Khususnya terima kasih kepada Ibu Munawarah Noor, Sebagai
Dosen mata kuliah Keuangan Negara yang membimbing dan mengarahkan kami
dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Windi Gunawan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan negara merupakan aspek terpenting dalam proses
penyelenggaraan negara. Proses pembangunan tidak akan berjalan lancar
apabila keuangan negara terganggu atau tidak stabil. Keuangan negara
sesungguhnya mempunyai arti luas, yaitu di samping meliputi milik
negara atau kekayaan negara yang bukan semata mata terdiri dari semua
hak, juga meliputi semua kewajiban.
Hak dan kewajiban tersebut baru dapat dinilai dengan uang apabila
dilaksanakan. Sehingga rumusan pengertian keuangan negara (Syamsi,
1994) adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu (baik uang maupun barang) yang menjadi
kekayaan negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Pembangunan merupakan upaya sistematis dan terencana oleh
masing-masing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu
keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan cara memanfaatkan
sumber daya yang tersedia secara optimal, efektif, efisien, dan akuntabel,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih
sejahtera. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, diperlukan
pendanaan yang memadai yang dapat dipenuhi dari berbagai sumber
antara lain dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Terkait dengan
sumber pendanaan pemerintah, penerimaan negara saat ini belum
sepenuhnya mencukupi kebutuhan pendanaan pembangunan sebagaimana
1
ditargetkan dalam rencana pembangunan nasional, oleh karena itu,
pemerintah menerapkan kebijakan pembiayaan defisit anggaran. Sejak
tahun 2000, sumber pembiayaan defisit sebagian besar berasal dari utang
yang diperoleh dari penerbitan obligasi pemerintah dalam bentuk Surat
Berharga Negara (SBN), pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri.
Utang negara jenis pinjaman adalah pembiayaan melalui utang
yang diperoleh Pemerintah dari pemberi pinjaman dalam negeri atau luar
negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk
surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
Ketertinggalan infrastruktur dan masalah konektivitas
menimbulkan tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh
masyarakat hingga rendahnya daya saing nasional. Inilah yang menjadi
dasar pemerintah mengakselerasi pembangunan infrastruktur demi
mengejar ketertinggalan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Saat
ini pemerintah mengambil kebijakan fiskal ekspansif dimana Belanja
Negara lebih besar dari pada Pendapatan Negara untuk mendorong
perekonomian tetap tumbuh.
Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia
pada akhir Februari 2021 adalah sebesar US$422,6 miliar. atau sekitar
Rp6.169,96 triliun. Posisi ini meningkat 4,0 persen secara tahunan, lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar
2,7 persen secara tahunan. Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin
Haryono menyampaikan peningkatan pertumbuhan ULN pada periode
tersebut didorong oleh baik ULN pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji masalah
utang negara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
2
1. Apa itu pinjaman/ utang negara ?
2. Fungsi dan tujuan pinjaman/ utang negara ?
3. Apa itu pinjaman dalam negeri ?
4. Apa itu pinjaman luar negeri ?
5. Apa saja dampak utang luar negeri bagi perekonomian Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu pinjaman/ utang negara.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari pinjaman/ utang negara.
3. Untuk memahami apa itu pinjaman dari dalam negeri.
4. Untuk memahami apa itu pinjaman dari luar negeri.
5. Untuk mengetahui dampak utang luar negeri bagi perekonomian
Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Menutupi kekurangan kas atas kebutuhan kas jangka pendek dalam
pelaksanaan belanja yang tidak dapat ditunda.
3. Solusi dalam penataan portofolio utang pemerintah yang tentu
dimaksud untuk mengurangi beban belanja untuk membiayai utang
dalam APBN di tahun-tahun berikutnya.
5
Berdasarkan bentuknya, PDN merupakan pinjaman kegiatan,
sehingga PDN digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu pada
Kementerian Negara/Lembaga, kegiatan tertentu Pemda melalui penerusan
pinjaman, kegiatan tertentu BUMN melalui penerusan pinjaman dan
kegiatan tertentu Perusahaan Daerah melalui penerusan pinjaman ke
Pemda.
Lantas apakah yang dimaksud dengan kegiatan tertentu ? Pasal 5
PP Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan
Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah menyebutkan :
1. kegiatan tertentu Kementerian Negara/Lembaga meliputi
kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri
dan pembangunan infrastruktur.
2. kegiatan tertentu Pemda melalui penerusan pinjaman meliputi
kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk
pelayanan umum dan kegiatan investasi yang menghasilkan
penerimaan.
3. kegiatan tertentu BUMN melalui penerusan pinjaman meliputi
kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk
pelayanan umum diluar kerangka pelaksanaan penugasan
khusus pemerintah dan kegiatan investasi yang menghasilkan
penerimaan.
4. kegiatan tertentu Perusahaan Daerah melalui penerusan
pinjaman ke Pemda terdiri atas pembangunan infrastruktur
untuk pelayanan umum dan kegiatan investasi yang
menghasilkan penerimaan.
6
ini kemudian akan dinilai dengan memperhatikan batas maksimum PDN.
Jika disetujui, maka rencana kegiatan tersebut akan dimasukkan dalam
daftar kegiatan prioritas untuk diserahkan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengadaan pembiayaan. Mengapa
harus Menteri Keuangan ? Karena Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara yang diberikan kewenangan untuk mengadakan pinjaman
dalam negeri (Pasal 38 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara) dan menyusun rencana batas maksimum PDN
selama setahun anggaran (Pasal 7 ayat (1) PP Nomor 54 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh
Pemerintah). Setelahnya, oleh Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah
Daerah atau BUMD, kegiatan prioritas akan dicantumkan dalam rencana
kerja dan Menteri Keuangan akan mengesahkan dokumen pelaksanaan
anggaran kegiatan yang akan dibiayai PDN.
Selain itu, Menteri Keuangan (dhi. Dirjen Pengelolaan Utang) juga
memiliki kewenangan untuk melakukan seleksi calon pemberi PDN.
Memang pada prinsipnya, pemberi PDN adalah BUMN, Pemerintah
daerah dan Perusahaan Daerah, namun tetap harus dilakukan pemilihan
pemberi PDN dengan mekanisme pelelangan terbatas atau dengan
penunjukan langsung bilamana hanya terdapat 1(satu) calon pemberi PDN.
Bagi BUMN atau Perusahaan Daerah yang ingin menjadi calon
pemberi PDN harus memenuhi kualifikasi memiliki laba bersih selama 3
(tiga) tahun terakhir berturut-turut, mendapat persetujuan dari pihak
berwenang sesuai AD/ART BUMN/Perusahaan Daerah dan memiliki
modal yang ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit satu triliun
rupiah. Sedangkan untuk calon pemberi PDN yang berasal dari Pemda
harus memenuhi kriteria telah melakukan pemenuhan urusan wajib sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan, tidak mempunyai tunggakan
pembayaran bunga, cicilan pokok dan kewajiban lain terkait dengan
pinjaman kepada pihak lain, mendapat persetujuan dari DPRD dan
mendapat pertimbangan dari Mendagri.
7
Calon pemberi PDN yang telah memenuhi kriteria diatas dapat
mengajukan proposal penawaran kepada Panitia Lelang dengan syarat
ditandatangani oleh direksi atau pejabat yang berwenang, bertanggal dan
bermaterai cukup serta jangka waktu penawaran tidak kurang dari yang
ditetapkan dalam dokumen lelang. Kemudian panitia lelang melakukan
evaluasi administratif dan evaluasi pendanaan terhadap proposal
penawaran yang diajukan, dan menyusun peringkat hasil evaluasi untuk
dilaporkan kepada Dirjen Pengelolaan Utang.
Dalam hal terdapat nilai evaluasi yang sama, panitia lelang
melakukan beauty contest dengan mengonfirmasi syarat-syarat dan
ketentuan dan kesiapan operasional calon pemberi PDN atau dengan
ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan dalam dokumen lelang. Atas
usulan panitia lelang, Dirjen Pengelolaan Utang kemudian menetapkan
pemenang dan panitia lelang menyampaikan pengumuman tersebut
kepada para peserta paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima surat
penetapan pemenang.
Setelahnya Menkeu dan Direktur Utama BUMN/Perusahaan
Daerah atau Kepala Daerah pemenang lelang, menandatangani Naskah
Perjanjian PDN yang memuat minimal jumlah pinjaman, peruntukan
pinjaman dan ketentuan serta persyaratan PDN.
Sebagai konsekuensi dari adanya Naskah Perjanjian PDN, PDN
dapat ditarik sesuai dengan alokasi anggaran (DIPA) dengan mekanisme
APBN, melalui pembayaran langsung (PL)1, rekening khusus (Reksus)2,
Letter of Credit (L/C)3, atau pembiayaan pendahuluan (PP)4.
8
Menurut SKB No.185/KMK.03/1995 dan Nomer
KEP.031/KET/5/1995 antara Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas :
Pinjaman Luar Negeri adalah penerimaan negara baik dalam bentuk devis
atau devisa yang dirupakan maupun dalam bentuk barang dan jasa yang
diperoleh dari peneriman pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali
dengan persyaratan tertentu.
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari
total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara
tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan,
atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank
swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan Bank Dunia.
Dari aspek materiil, utang luar negeri merupakan arus masuk modal
dari luar ke dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam
negeri. Aspek formal mengartikan utang luar negeri sebagai penerimaan
atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna
menunjang pertumbuhan ekonomi. Sehingga berdasarkan aspek fungsinya,
pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan
yang diperlukan dalam pembangunan (Astanti, 2015).
Penggunaan utang sebagai salah satu sumber pendanaan dalam
mempercepat pembangunan nasional digunakan karena sumber pendanaan
dari tabungan dalam negeri jumlahnya sangat terbatas, sehingga sebagai
sumber pendanaan, utang khususnya utang dari luar negeri sangat
dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembiayaan dalam pembangunan.
Sumber pendanaan yang berasal dari utang menjadi salah satu alternatif
biaya pembangunan bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia.
Berikut jenis-jenis utang luar negeri dari berbagai aspek yaitu
berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman,
jangka waktu peminjaman, status penerimaan pinjaman dan persyaratan
pinjaman.
9
Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas :
1. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan
untuk keperluan proyek pembangunan dengan cara
memasukkan barang modal, barang dan jasa.
2. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga
terampil atau ahli.
3. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk
dana bagi tujuan-tujuan yang bersifat umum sehingga
penerimanya bebas memilih penggunaannya sesuai pilihan.
Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas :
1. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu merupakan
pinjaman yang berasal dari badan-badan internasional
seperti World Bank Asia dan Development Bank, yang pada
dasarnya adalah pinjaman yang berbunga ringan.
2. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, hampir
sama seperti pinjaman dari lembaga internasional, hanya
biasanya pinjaman ini dari negara-negara bilateral anggota
IGGI/IGI. Biasanya berupa pinjaman lunak.
Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas :
1. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka
waktu sampai dengan lima tahun.
2. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka
waktu 5-15 tahun.
3. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka
waktu diatas 15 tahun.
Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas :
1. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh
pihak pemerintah
2. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak
swasta.
Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas :
10
1. Pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga
multilateral maupun bilateral yang dananya berasal dari
iuran anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran
negara yang bersangkutan (untuk bilateral) yang ditujukan
untuk meningkatkan pembangunan.
2. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki
persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian
komersial. Pinjaman komersial, yaitu pinjaman yang
bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan
persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada
umumnya.
11
E. Dampak Utang Luar Negeri Bagi Perekonomian Indonesia
Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur
ekonomi dan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan penduduk atau masyarakat. Kemiskinan, keterbatasan modal
dan rendahnya kualitas sumber daya manusia adalah beberapa contoh
masalah pembangunan yang harus diatasi.
Dengan adanya pembangunan ekonomi diharapkan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi
barang maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umum
digunakan dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan
ekonomi digunakan sebagai ukuran atas perkembangan atau kemajuan
perekonomian dari suatu negara atau wilayah karena berkaitan erat dengan
aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat khususnya dalam hal peningkatan
produksi barang dan jasa.
Namun terdapat beberapa hambatan dalam pembangunan ekonomi
di Indonesia yang kurun terselesaikan. Tingkat ketergantungan yang tinggi
dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan utang luar negeri
merupakan masalah pembangunan ekonomi.
Akumulasi stok utang telah menjadi masalah utama yang dihadapi
oleh negara-negara berkembang dan maju. Negara - negara berkembang
lebih sering menghadapi masalah ini karena mereka perlu meminjam
untuk memfasilitasi proses pembangunan mereka dan mempercepat laju
pertumbuhan.
Namun, dana yang dipinjam harus dialokasikan dengan baik untuk
pengeluaran produktif dan sesuai dengan kemampuan pembayarannya.
Meskipun utang bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, namun
ketergantungan pada utang harus dipantau dengan cermat dan strategi yang
12
tepat harus diadopsi untuk meningkatkan kemampuan pembayaran
negara.
Tingkat hutang yang tinggi dan tidak berkelanjutan memiliki
dampak serius bagi perekonomian dalam hal pembayaran hutang yang
besar dan penurunan pengeluaran pembangunan, penting untuk
melanjutkan proses pertumbuhan. Selain itu, ketersediaan dana yang lebih
kecil untuk berinvestasi dalam perekonomian dan peningkatan pajak untuk
pembayaran, menghambat pertumbuhan karena membatasi investasi
produktif, yang mengakibatkan menyusutnya kapasitas pembayaran utang
ekonomi. Ini menciptakan efek crowding out serta berdampak negatif pada
investasi asing dan domestik dan rencana pembangunan pemerintah. Inti
dari proses reformasi ekonomi adalah kemajuan yang jelas menuju
deregulasi ekonomi.
Harga produk minyak bumi, gas, energi, komoditas pertanian dan
input utama lainnya sebagian besar ditentukan oleh pasar. Impor dan
pemasaran produk minyak bumi domestik telah di deregulasi dan dibuka
untuk sektor swasta. Lebih penting lagi, reformasi perpajakan telah
menonjol dalam agenda pemerintah, tanpa reformasi nyata yang
dilakukan. Utang luar negeri memberikan dampak negatif yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Utang luar negeri atau juga dikenal dengan nama pinjaman luar
negeri adalah Pinjaman luar negeri adalah total utang yang harus dibayar
oleh penduduk jika suatu negara berhutang kepada kreditor asing,
pelengkapnya adalah utang internal yang menjadi hutang para pemimpin
domestik. Debitor dapat berupa pemerintah, perusahaan atau warga negara
dari negara itu. Utang termasuk uang yang terhutang ke bank komersial
swasta, pemerintah asing, atau lembaga keuangan internasional seperti
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Utang Luar Negeri
atau ULN saat ini menjadi perdebatan publik khususnya di negara - negara
berkembang tak terkecuali Indonesia yang selama ini sering muncul adalah
besarnya beban hutang yang harus ditanggung bahkan merugikan
13
pembangunan atau membuat rakyat di negara-negara peminjam menderita.
Padahal tujuan utama dari peminjaman adalah untuk menjalankan
pembangunan ekonomi dan sosial sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan di negara - negara peminjam. (Tambunan, 2001).
Pemanfaatan utang luar negeri (ULN) atau bantuan luar negeri sebagai
sumber pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah
menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial.
Bukan hanya di negara-negara berkembang (NB) termasuk negara
Indonesia melainkan juga di negara-negara yang sekarang dikenal sebagai
negara - negara maju. Satu contoh yang sangat terkenal yaitu
pembangunan kembali negaranegara Eropa barat pasca perang dunia (PD)
II pada dekade 1950-an melalui bantuan dana yang sangat besar dari
Amerika Serikat yang dikenal dengan Marshall Plan (Tambunan; 2001; 1).
Pada masa krisis ekonomi, pinjaman luar negeri atau utang luar negeri
Indonesia termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis
dalam hitungan rupiah. Sehingga menyebabkan pemerintah Indonesia
harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang luar
negeri yang lama yang telah jatuh tempo.
Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar
melalui APBN RI dengan cara yaitu mencicilnya pada tiap tahun
anggaran. Hal Ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga membebani
masyarakatnya, khususnya masyarakat yang wajib pajak di Indonesia.
Dalam jangka pendek utang luar negeri memberi keuntungan untuk
pemerintah pusat dalam membiayai defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan adanya utang luar
negeri membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan
tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu
sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun dalam
jangka panjang, utang luar negeri dapat menyebabkan berbagai macam
14
permasalahan ekonomi di Indonesia, salah satunya yaitu dapat
menyebabkan jatuhnya nilai tukar rupiah (inflasi). Utang luar negeri harus
dibayarkan beserta dengan bunganya, negara yang tidak bisa membayar
hutang secara terus - menerus akan memiliki image negara yang miskin
dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian
negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Untuk mengurangi hutang luar negeri di Indonesia terdapat beberapa
solusi, solusi - solusi tersebut yaitu; Meningkatkan daya beli masyarakat,
yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan dan pemberian modal
usaha kecil pada masyarakat; Meningkatkan pajak secara progresif
terhadap barang mewah dan impor; Konsep pembangunan yang
berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik maksimalisasi
kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan
utang luar negeri; Mendorong rasa kebanggaan akan produksi dalam
negeri, meningkatkan kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan
dan membina jiwa kewirausahaan kepada masyarakat. Indonesia kaya
akan sumber daya alam unggulan sehingga bila dimanfaatkan secara
optimal maka akan memberikan keuntungan berupa devisa negara;
Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan
kesejahteraan yang berkeadilan dan merata. Dengan solusi - solusi tersebut
diharapkan berkurangnya adanya utang luar negeri untuk memperbaiki
perekonomian Indonesia.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tidak bisa dipungkiri pinjaman negara baik itu dalam maupun luar
negeri sangat banyak manfaatnya bagi perkembangan suatu negara dan
mendorong perekonomian negara berkembang contohnya pembiayaan
secara umum (general financing) dan untuk membiayai kegiatan/proyek
tertentu asalkan dikeloka dengan optimal.
Pemanfaatan utang negara yang produktif serta sumber
pembiayaan yang efisien dan berisiko rendah akan meringankan beban
generasi mendatang.
B. Saran
1. Dalam membiayai pembangunan di Indonesia, hendaknya pemerintah
berupaya mencari cara lain selain menambah jumlah utang luar negeri,
misalnya dengan meningkatkan pendapatan pajak dan retribusi serta
pendapatan bukan pajak, meningkatkan investasi asing di dalam
negeri, menekan segala bentuk pemborosan negara, serta mengatur
ekspor dan impor yang akan memperkuat ekonomi dalam negeri.
2. Pemerintah sebaiknya lebih berfokus pada kemandirian ekonomi
dengan mengurangi penambahan utang baru. Pengelolaan utang luar
negeri (foreign debt) dilaksanakan lebih transparan dan diawasi dalam
penggunaan dan pengelolaan utang sehingga akan lebih efektif dan
efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
16
3. Perkembangan utang luar negeri harus diperhatikan agar tetap berada
pada posisi normal dan menguntungkan pembangunan ekonomi bukan
untuk menambah beban perekonomian di Indonesia. Sebab dalam
jangka panjang utang luar negeri dapat merugikan perekonomian
karena risikonya lebih besar. Kondisi perekonomian Indonesia yang
masih rentan terhadap pengaruh dari luar, nilai kurs yang rupiah yang
masih belum stabil menjadi alasan yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan oleh pemerintah dalam mengambil langkah
melakukan pinjaman luar negeri.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19