Anda di halaman 1dari 9

UTANG LUAR NEGERI DAN PENGGUNAANNYA

Makalah Hukum Makro Ekonomi Islam

DI SUSUN OLEH :

Kelompok Tujuh (7)

Nurmadina Ardi 2019612042

Nurul Izzah Yasin. M 2019612043

Rosyana 2019612039

DOSEN PENGAMPU :

MUH. IRWAN, T. S. Ag,. MA

KELAS B

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-ASYARI’AH MANDAR

2021
[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberi nikmat

kepada kami. Sehingga kami mampu meyelesaikan Makalah dengan judul “Utang

Luar Negeri dan Penggunaannya” sesuai dengan waktu yang direncanakan

sebelumnya. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan penilaian untuk mata kuliah Ekonomi Makro Islam. Yang meliputi

tugas nilai kelompok.

Pembuatan materi ini menggunakan metode study pustaka, yaitu

mengumpulkan dan mengkaji materi Utang Luar Negeri dan Penggunaanya dari

berbagai sumber referensi. Kami menggunakan metode pengumpulan data ini,

agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang mudah di

pahami.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu

pula dengan penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh

karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Muhammad

Irwan, T. S. Ag,. MA selaku dosen pembimbing dari mata kuliah Ekonomi Makro

Islam yang telah memberikan kami tugas yang tentunya dapat menambah

khasanah pengetahuan kepada kami yang mengerjakan tugas ini.

Wonomulyo, 26 November 2021

Kelompok 7
[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian utang luar negeri diawali pasca Perang Dunia II dimana

Negara-negara di wilayah utara bank-bank swasta serta lembaga keuangan

internasional memberikan pinjaman kepada Negara-negara dunia ketiga

yang memiliki keinginan untuk mewujudkan kesejahtraan bagi rakyatnya.

Sebagai salah satu Negara ketiga, Indonesia juga memiliki utang luar

negeri diawali sejak era orde lama hingga saat ini. Awalnya utang tersebut

digunakan untuk membiayai pembangunan namun dikemudian hari selain

untuk pembiayaan pembangunan utang luar negeri juga merupakan

tambahan pembiayaan deficit anggaran guna memadu pertumbuhan

ekonomi yang diinginkan.

Pembangunan merupakan upaya sistematis dan terencana oleh

masing-masing maupun seluruh komponen bangsa dalam mengubah suatu

keadaan dengan harapan suatu keadaan tersebut dapat menjadi keadaan

yang lebih baik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang tersedia

secara optimal, efektif, efisien dan akuntabel, sehingga kedepannya dapat

meningkatkan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih sejahtra.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, diperlukan

pendanaan yang memadai yang dapat dipenuhi dari berbagai sumber,

sumber tersebut antara lain dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Terkait dengan sumber pendanaan pemerintah, penerimaan Negara saat ini

masih belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan pendanaan pembangunan


[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

sebagaimana ditargetkan dalam rencana pembangunan nasional, oleh

karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan pembiayaan defisit

anggaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Utang Luar Negeri ?

2. Bagaimana penggunaan atau pengelolaan atas Utang Luar Negeri ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian dari utang luar negeri.

2. Untuk mengetahui penggunaan atau pengelolaan utang luar negeri.


[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

PEMBAHASAN

A. Pengertia Utang Luar Negeri

Utang luar negeri atau dikenal dengan pinjaman luar negeri adalah

setiap penerimaan Negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang

dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang atau jasa yang diperoleh

dari pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan

tertentu. Pinjaman ini dapat berbentuk Pinjaman Program 1 dan/atau pinjaman


2
proyek dan terdiri atas pinjaman lunak fasilitas kredit ekspor pinjaman

komersial dan pinjaman campuran.

Pinjaman lunak adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official

Development Assistance (ODA) oloan 3 atau Concessional Loan4, yang berasal

dari suatu negara atau lembaga multilateral, yang ditujukan untuk

pembangunan ekonomi atau untuk peningkatan kesejahtraan social bagi negara

penerima dan memiliki komponen hibah (grant element) sekurang-kurangnya

35%. Contohnya pinjaman dari prancis untuk membiayai berbagai program

penanganan perubahan iklim atau tawaran pinjaman keuangan dari jerman

untuk proyek-proyek bintang transportasi insfrastruktur termasuk juga

pengembangan geothermal.

1
Pinjaman Program adalah p
injaman luar negeri dalam valuta asing yang dapat dirupiahkan dan digunakan
untuk pembiayaan APBN.
2
Pinjaman proyek adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan tertentu
3
ODA Loans adalah pinjaman dengan suatu maturity lebih dari satu tahun yang
memenuhi criteria sebagaimana definsi ODA, yang diberikan oleh pemerintah atau
lembaga-lembaga resmi dan untuk mana pembayarannya kembali diperlukan dalam
mata uang convertible atau dalam bentuk barang (in kind).
4
Concessional Loan adalah pinjaman yang diberikan berdasarkan persyaratan
yang secara subtansia lebih murah dari pinjaman pasar.
[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

Fasilitas Kredit Ekspor adalah pinjaman pinjaman komersial yang

diberikan oleh lembaga keuangan atau lembaga non keuangan di Negara

pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor. Contohnya

fasilitas ini diberikan untuk UKM pada sector furniture, pangan dan perikanan.

Pinjaman komersial adalah pinjaman luar negeri pemerintah yang

diperoleh dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa adanya

penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor.

Pinjaman campuran adalah kombinasi antara dua unsure atau lebih

yang terdiri dari hibah, pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman

komersial.

Semua bentuk dan jenis pinjaman luar negeri ini diterima dari Negara

asing, lembaga multilateral. Lembaga keuangan dan lembaga non keuangan

asing, dan lembaga keuangan non asing, yang berdomisili dan melaksanakan

kegiatan usaha di luar wilayah Negara RI.

B. Pengelolaan Utang Luar Negeri

Tujuan dari pengadaan utang negara adalah untuk menutup defisit

anggaran, menutup kekurangan kas jangka pendek (cash mismatch),

membiayai investasi sektor publik, mengelola portofolio utang pemerintah,

serta membiayai pengeluaran pembiayaan. Secara nominal, jumlah utang

pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan nominal ini

disebabkan oleh:

1. Adanya defisit APBN setiap tahun;


2. Kebutuhan pelunasan utang jatuh tempo (refinancing);
[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

3. Perubahan nilai tukar rupiah yang menyebabkan perubahan nilai nominal


utang luar negeri dalam rupiah;
4. Pengeluaran pembiayaan untuk pendanaan risiko fiskal dan partisipasi
pemerintah dalam menunjang program pembangunan infrastruktur; dan
5. Berkurangnya sumber pembiayaan APBN dari nonutang, misalnya
privatisasi BUMN dan hasil pengelolaan aset.
Kondisi ini mengharuskan pemerintah untuk mengelola utang dengan

baik agar utang senantiasa dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

pembiayaan yang ditetapkan. Pengelolaan utang tersebut meliputi kegiatan

perencanaan, penyusunan strategi, komunikasi pemangku kepentingan

(stakeholder) termasuk pengembangan pasar, pelaksanaan eksekusi,

pengadaan/penerbitanutang, penatausahaan, pembayaran kewajiban, dan

evaluasi pelaksanaan utang.

Pengelolaan utang dalam konteks kebijakan fiskal menjadi salah satu

topik yang makin sering dibicarakan hampir satu dekade terakhir, terutama

ketika konsep penyajian APBN dengan pendekatan anggaran berimbang

dinamis mulai ditinggalkandan digantikan dengan konsep anggaran defisit.

Dengan konsep anggaran defisit, penggunaan istilah bantuan luar negeri (baik

program maupun proyek) dikembalikan pada istilah yang semestinya, yaitu

pinjaman atau utang. Perubahan istilah ini merefleksikan bahwa selain terdapat

biaya yang harus dibayarkan untuk setiap penggunaan bantuan tersebut, juga

terkandung kewajiban untuk membayar kembali.

Penggunaan istilah pinjaman atau utang dalam APBN ini akan

memudahkan semua kalangan yang berkepentingan untuk mengetahui jumlah

tambahan utang yang akan diperoleh saat ini dan harus dibayarkan oleh
[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

generasi yang akan datang. Sebagai konsekuensinya, setiap kebijakan

pemerintah yang berdampak pada tambahan kewajiban tersebut akan semakin

mudah untuk dikritisi mengingat diskresi atau keleluasaan pemerintah dalam

kebijakan fiskal untuk memberikan stimulus bagi perekonomian dapat menjadi

berkurang. Demikian juga dari sisi penggunaannya, setiap pemanfaatan utang

atau pinjaman tersebut harus diperhitungkan agar dapat meningkatkan

kemampuan perekonomian untuk membayarnya kembali di masa yang akan

datang.

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 37/KMK.08/2013 tentang

Strategi Pengelolaan Utang Negara tahun 2013-2016, tujuan umum

pengelolaan utang negara dapat dibagi per periode waktu yaitu:

1. Tujuan jangka panjang


a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan
biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga kesinambungan
fiskal dapat terpelihara.
b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar Surat Berharga Negara
(SBN) yang dalam, aktif dan likuid.
2. Tujuan jangka pendek
Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan pembayaran
kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan efisien. Dalam jangka
pendek, kebijakan utang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
dan APBN setiap tahunnya dengan sasaran pencapaian konsolidasi fiskal
dan penurunan lebih lanjut rasio utang negara terhadap PDB hingga
dibawah 60% yang dilakukan dengan;
a. Mempertahankan stabilitas ekonomi makro,
b. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang memadai,
[UTANG LUAR NEGERI DAN PENERAPANNYA]

c. Melakukan restrukturisasi dan reprofiling utang untuk mengurangi


risiko pembiayaan kembali,
d. Melanjutkan konsolidasi fiskal, dan
e. Mendukung pengembangan pasar SUN.
Jumlah utang pemerintah setiap tahunnya dibahas dalam proses

penyusunan RUU APBN di mana besarnya utang terutama akan dipengaruhi

oleh besaran defisit APBN yang ditetapkan. Seberapa besar pemerintah boleh

berutang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Penjelasan Pasal 12 ayat (3) yang menyatakan bahwa;

1. Batas maksimal defisit APBN dan APBD adalah tiga persen dari PDB;
2. Total outstanding (jumlah) utang pemerintah maksimal 60 persen dari
PDB.
Rasio-rasio tersebut ditetapkan untuk menjaga agar utang pemerintah

tetap berada pada batas yang masih dapat dekelola dengan baik dan menjamin

kesinambungan fiskal.

Anda mungkin juga menyukai