Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PUTRI ANGGINI SIREGAR

NIM : 043681809

TUGAS 3 PEREKONOMIAN INDONESIA


1. Jelaskan jenis bantuan luar negeri dari yang disusun berdasarkan tingkat paling
mudah/lunak.

Berikut berbagai jenis bantuan luar negeri dari yang disusun berdasarkan tingkat paling
mudah/lunak (Hudiyanto, 2001:108), antara lain:
1. Hibah uang senilai $1 juta, tanpa ikatan dalam cara penggunaannya.
2. Hibah beras suatu negara senilai $1 juta, yang hasil penjualannya digunakan untuk
membiayai proyek pembangunan tertentu di negara penerima hibah.
3. Pinjaman sebesar $1 juta yang penggunaannya terbatas untuk membeli barang dan
jasa konsultasi dari perusahaan negara pemberi pinjaman. Lama pinjaman 20 tahun,
masa tenggang 1 tahun dengan bunga 1%.
4. Pinjaman sebesar $1 juta dengan bunga 3% untuk membeli barang dari negara
pemberi pinjaman, masa pelunasan 10 tahun.
5. Pinjaman sebesar $1 juta dengan bunga 1% di bawah suku bunga yang berlaku di
pasar komersial, lama pinjaman 8 tahun.

2. Jelaskan pengaruh utang luar negeri bagi Indonesia sebagai negara debitor ?
Utang luar negeri memiliki pengaruh positif, juga pengaruh negatif jika tidak dikelola
dengan baik bagi Indonesia sebagai negara debitur.

Adapun pengaruh utang luar negeri bagi Indonesia sebagai negara debitur (penerima
utang) ialah :
Pengaruh Negatif
a. Ketergantungan dengan pihak asing
b. Jatuhnya kurs (nilai tukar mata uang) rupiah terhadap mata uang asing
c. Menimbulkan inflasi (kenaikan harga) terhadap barang barang impor
d. Memburuknya image (pandangan) terhadap perekonomian dalam negeri jika tidak
mampu membayar
e. Penyitaan aset milik negara oleh pihak asing

Pengaruh Positif
a. Mempercepat pembangunan
b. Membuka lapangan kerja
c. Menutup anggaran defisit
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah yang luas, Indonesia
memerlukan dana yang cukup besar untuk pembangunan, akan tetapi kemampuan
dalam negeri Indonesia belum mencukupi untuk mendanai pembanguan tersebut
sehingga perlu suntikan dana dari pihak asing, salah satunya dalam bentuk utang.Utang
itu sendiri selain memiliki pengaruh positif, juga pengaruh negatif jika tidak dikelola
dengan baik.

adapun penjelasan dari pengaruh negatif dan pengaruh postif adalah sebagai berikut.
Pengaruh Negatif :
Utang yang diberikan oleh pihak asing tidak diberikan dengan percuma, ada persyaratan
yang wajib dipenehui oleh pemerintah Indonesia sebelum menerima pencairan utang,
sehingga hal ini membuat Indonesia bergantung dengan pihak asing
Utang yang diberikan wajib dibayar dikemudian hari beserta bunga dalam mata uang
asing, hal ini membuat ketersediaan (likuiditas) mata uang asing tersebut di dalam
negeri menjadi berkurang saat sudah masuk jatuh tempo sehingga membuat mata uang
dalam negeri, yakni Rupiah nilainya menjadi turun terhadap mata uang asing
Jatuhnya mata Uang Rupiah terhadap mata uang asing saat ketersediaan (likuiditas)
mata uang asing tersebut didalam negeri menipis, berimbas terhadap kenaikan (inflasi)
harga barang - barang impor yang dibeli dengan menggunakan mata uang asing
Jika negara gagal dalam membayar utang, maka akan timbul pandangan negatif akan
kondisi perekonomian dalam negeri, sehingga mempengaruhi iklim investasi dalam
negeri.Utang luar negeri memerlukan jaminan (collateral), jika terjadi gagal bayar maka
pihak kreditur, bisa saja mengajukan penyitaan aset negara, baik yang ada di dalam
negeri, maupun yang ada di luar negeri

Pengaruh Postif :
Dengan adanya utang luar negeri, maka proyek- pembangunan dalam negeri yang sudah
direncanakan dapat dipercepat pengerjaannya dikeranakan memiliki cukup dana untuk
pengerjaannya Digunakannya utang luar negeri disektor produktif, misal membiayai
proyek-proyek pembangunan berskala besar, dapat membuka lapangan kerja yang
masif bagi rakyat Indonesia JIka anggaran pengeluaran lebih besar dari anggaran
pemasukan atau yang disebut dengan anggaran defisit, padahal pemerintah masih
memiliki kewajiban mutlak menjalankan tugasnya, maka salah satu pilihannya ialah
dengan berutang kepada pihak asing. Tujuan dari berutang kali ini ialah untuk menutupi
anggaran defisit, dan ini hanya bersifat sementara sampai anggaran pemasukan
berimbang atau lebih besar dari anggaran pengeluaran.

3. Jelaskan faktor yang mendorong dan memberi peluang terjadinya praktek korupsi dalam
birokrasi ?

beberapa faktor yang mendorong dan memberi peluang terjadinya praktek korupsi
dalam birokrasi antara lain: kekuasaan mutlak birokrasi untuk mengalokasikan
sumberdaya atau pekerjaan pada pelaku ekonomi lainnya, kekuasaan untuk melakukan
perizinan, rendahnya gaji pegawai negeri, lemahnya pengawasan dan aturan hukum
yang ada, lemahnya penegakkan hukum, dan sebagainya. oleh karena itu agenda
reformasi dalam menghapus korupsi tidak cukup hanya mengejar atau mengusut
pelaku-pelaku korupsi yang ada, melainkan juga membenahi faktor-faktor penyebab
dan faktor yang memberi peluang terjadinya korupsi itu sendiri.

4. Jelaskan indikator yang sering digunakan untuk mengukur kemiskinan?

ada beberapa indikator yang sring digunakan untuk mengukur kemiskinan,yaitu:


a. Kemiskinan absolut. Seseorang dapat dikatakan miskin jika tidak mampu memenuhi
kebutuhan minimum hidupnya untuk memelihara fisiknya agar dapat bekerja penuh
dan efisien,
b. Kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif muncul jika kondisi seseorang atau
sekelompok orang dibandingkan dengan kondisi orang lain dalam suatu daerah,
c. Kemiskinan Struktural. Kemiskinan struktural lebih menuju kepada orang atau
sekelompok orang yang tetap miskin atau menjadi miskin karena struktur
masyarakatnya yang timpang, yang tidak menguntungkan bagi golongan yang
lemah. Ketidaktepatan kebijakan pemerintah juga bisa menyebabkan kemiskinan
struktural,Kemiskinan Situsional atau kemiskinan natural
d. Kemiskinan situsional terjadi di daerah-daerah yang kurang menguntungkan dan
oleh karenanya menjadi miskin
e. Kemiskinan kultural. Kemiskinan penduduk terjadi karena kultur atau budaya
masyarakatnya yang sudah turun temurun yang membuat mereka menjadi miskin.

5. Jelaskan arah kebijakan pada Prioritas jangka menengah pembangunan ekonomi


ditekankan pada program-program untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan?

Untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, arah kebijakan


pada prioritas jangka menengah pembangunan ekonomi ditekankan pada program-
program memperkuat ketahanan ekonomi dan meningkatkan sumber daya manusia
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025 sehingga menjadi sangat penting. Melalui rencana jangka menengah ,
pemerintahan yang berbeda diberi kebebasan untuk menentukan prioritas tersendiri
dalam proses pembangunan ekonomi asalkan sejalan dengan rencana jangka panjang
(yaitu RPJPN).7 agenda pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 adalah memperkuat ketahanan ekonomi untuk
pertumbuhan yang berkualitas, mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan, meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing,
revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

6. Penelitian evaluasi JPS yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan
dan Kawasan (P3PK) Universitas Gadjah Mada (UGM)
yang bekerja sama dengan Tim Pengendali JPS menemukan berbagai penyimpangan pada
masing-masing bidang pelaksanaan JPS, seperti misalnya penyimpangan sasaran.
Sehingga banyak keluhan yang disampaikan secara langsung melalui media masa maupun
melalui korespondensi. Selain itu, pakar ekonomi kerakyatan UGM yang juga aktif di P3PK
UGM, Prof. Mubyarto, membenarkan bahwa evaluasi program JPS perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan awal diadakannya program JPS.
Program JPS yang diadakan saat krisis di Indonesia membuat pemerintah kurang tepat
dalam menetapkan sasaran program JPS. Penyebab ketidaktepatan sasaran, seperti;
Jumlah penduduk miskin yang semakin bertambah, sehingga data penduduk miskin yang
ada tidak lagi relevan. Penentuan orang miskin yang dijadikan sasaran tidak lagi merata,
karena yang mendapatkan program JPS merupakan kelompok miskin baru. Sedangkan
kelompok miskin yang lama dalam jumlah besar terabaikan. Pemerintah yang saat itu tidak
ingin mengambil resiko diprotes oleh daerah tertentu memutuskan untuk menerapkan
program JPS di seluruh Indonesia, walaupun besaran dana yang diberikan tidak sama atau
menyesuaikan dengan data-data usulan.
Kondisi tersebut diperparah dengan fakta bahwa program JPS adalah suatu proyek
sehingga pimpinan proyek berhak mengatur honor orangorang yang terlibat di dalamnya.
Selain itu, sistem

kelembagaan dan jajaran aparat birokrasi belum siap menyelenggarakan program JPS
dalam waktu yang singkat. Berdasarkan permasalahan yang timbul saat itu, tim peneliti
P3PK-UGM dan tim pengendali JPS melakukan berbagai penelitian terkait evaluasi program
JPS untuk mempertajam penanggulangan kemiskinan guna menciptakan kemandirian
masyarakat.

Sumber: BMP ESPA4313/Perekonomian Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai