Anda di halaman 1dari 6

NAMA : IDA ROSIDAH

NIM : 044341858

TUGAS 3 PEREKONOMIAN INDONESIA ESPA4314

1. Berikut berbagai jenis bantuan luar negeri dari yang disusun berdasarkan tingkat paling
mudah/lunak (Hudiyanto, 2001:108), antara lain:
a) Hibah uang senilai $1 juta, tanpa ikatan dalam cara penggunaannya.
b) Hibah beras suatu negara senilai $1 juta, yang hasil penjualannya digunakan untuk
membiayai proyek pembangunan tertentu di negara penerima hibah.
c) Pinjaman sebesar $1 juta yang penggunaannya terbatas untuk membeli barang dan
jasa konsultasi dari perusahaan negara pemberi pinjaman. Lama pinjaman 20 tahun,
masa tenggang 1 tahun dengan bunga 1%.
d) Pinjaman sebesar $1 juta dengan bunga 3% untuk membeli barang dari negara
pemberi pinjaman, masa pelunasan 10 tahun.
e) Pinjaman sebesar $1 juta dengan bunga 1% di bawah suku bunga yang berlaku di
pasar komersial, lama pinjaman 8 tahun.
2. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Namun dalam jangka panjang, utang luar negeri dapat menyebabkan berbagai
macam permasalahan ekonomi di Indonesia, salah satunya yaitu dapat menyebabkan
jatuhnya nilai tukar rupiah (inflasi). Utang luar negeri harus dibayarkan beserta dengan
bunganya, negara yang tidak bisa membayar hutang secara terus - menerus akan memiliki
image negara yang miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi
perekonomian negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain)

3. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi :

Faktor Internal

Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah:

 Sifat rakus atau tamak yang dimiliki oleh manusia


Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini.
Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka miliki dan hal tersebut akan
mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.

 Gaya hidup yang konsumtif

Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari berlebihan, atau
dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yang semacam ini akan
mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena apabila dari penghasilan mereka tidak
mencukupi untuk memenuhi gaya hidup mereka yang boros.

 Moral yang kurang kuat

Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral manusia yang
kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan mereka lebih mementingkan
kepentingan mereka sendiri.

Faktor eksternal

Penyebab korupsi dari faktor eksternal antara lain:

Politik

 Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri
berhubungan dengan kekuasaan. Artinya siapapun orang tersebut pasti akan menggunakan
berbagai cara, bahkan melakukan korupsi demi mendapatkan kekuasaan tersebut. Faktor politik
terbagi menjadi dua yaitu kekuasaan dan stabilitas politik.

Hukum

Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro pada pihak-pihak
tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Faktor hukum juga dibagi menjadi
dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan kepastian hukum.

Ekonomi

Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal tersebut dapat
dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Faktor ekonomi juga terbagi menjdai dua yaitu gaji atau
pendapatan dan sistem ekonomi.

Organisasi

Faktor organisasi memiliki beberapa aspek yang menyebabkan korupsi , diantaranya yaitu :

 Kultur atau budaya


 Pimpinan
 Akuntabilitas
 Manajemen atau system

4. Ada enam indikator untuk mengukur kemiskinan yang terjadi yakni kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, pangan, air minum dan perumahan. Selain itu, lanjutnya, jika
memasukan sejumlah indikator tersebut, terdapat 51,8 persen penduduk Indonesia masuk
dalam kategoris hidup tidak layak.

5. RPJMN 2015-2019 merupakan rencana pembangunan jangka menengah nasional periode


2015-2019 sebagai penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Muhammad Jusuf Kalla, dan juga merupakan rencana pembangunan jangka
menengah ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025. Selain untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus
digunakan untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional.
Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional, RPJMN merupakan acuan bagi Kementerian/
/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) masing-masing.
Penyusunan RPJMN 2015-2019 melalui proses yang cukup panjang, diawali dengan
penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 yang disusun berdasarkan hasil
evaluasi pembangunan yang sedang berjalan dan kajian pendahuluan (background
studies). Selanjutnya, Rancangan Teknokratik disesuaikan dengan visi dan misi Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla menjadi Rancangan Awal
RPJMN 2015-2019.

6. Defenisi Jaring Pengaman Sosial (JPS)

Pengertian Seracara Umum Program JPS adalah program yang dirancang untuk membantu
rakyat miskin yang terkena dampak akibat krisis ekonomi dan dilaksanakan melalui tahapan
penyelamatan dan pemulihan menuju pada kondisi yang normal.

Pengertian menurut Nurlela Program transfer non-iuran berusaha untuk mencegah orang miskin
atau mereka yang rentan terhadap guncangan dan kemiskinan jatuh di bawah tertentu kemiskinan
tingkat.

Di Indonesia dikenal dua pengertian Jaring Pengaman Sosial (JPS), ”klasik” sesuai pengertian
aslinya yaitu memberikan bantuan pangan dan penciptaan lapangan kerja yang bersifat padat
karya. JPS “disempurnakan atau JPS Plus” yaitu pemberian bantuan berlanjut pada kegiatan
sosial ekonomi produktif ”JPS Plus” telah diadopsi Indonesia dalam program/gerakan
penanggulangan kemiskinan dalam gerakan nasional program IDT 1993.

Pada dasarnya, memang tidak terdapat suatu model atau formula baku yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam mengimplementasikan jaring pengaman sosial ini.
Bentuk program Jaring Pengaman Sosial (JPS), sangat bervariasi dan tidak ada satu
modelpun yang dapat berlaku umum untuk berbagai kondisi dan untuk berbagai tujuan
Bentuk bantuan yang disalurkan kepada masyarakat yang berhak menerima, tergantung
pada subjek kemiskinan, alasan timbulnya kemiskinan, dan kondisi daerah/negara.
Dengan demikian,faktor kunci untuk menjamin tercapainya efisiensi,efektivitas dan
responsibilitas pelaksanaan program JPS tersebut adalah tersedianya informasi yang
akurat dan credible

  Progam Jaring Pengaman Sosial (JPS)


 Program padat karya dengan tingkat upah pasar bagi tenaga kerja tidak terdidik,
program peningkatan nutrisi bagi orang yang paling membutuhkan di perdesaan
dan perkotaan, dan bantuan pangan yang dirancang secara cermat.
 Program penciptaan lapangan kerja diperkotaan, bantuan pangan menurut
kelompok sasaran, bantuan kredit produktif guna menciptakan lapangan kerja,
dan pemberian pesangon (severance payment) jika diperlukan.
 Jika sistem informasi cukup baik, pilih transfer dana tertarget, serta program
pengembangan lapangan kerja di sektor publik.
 Bantuan untuk anak - anak, fasilitas pemeliharaan /perawatan anak, khususnya
jika jumlah keluarga dan kemiskinan berkorelasi kuat.
 Kredit kecil bagi pengusaha wanita, pengembangan fasilitas penjagaan
(pemeliharaan) anak, bantuan sosial untuk parajanda, dan kelompok rentan
lainnya.

Alokasi Dana Jaring Pengaman Sosial (JPS)

Upaya yang bisa dilakukan melalui upaya mengkoordinasikan, mengalokasikan, dan


menyalurkan dana jaring pengaman sosial langsung kepada kelompok sasaran masyarakat yang
terkena dampak.

Dalam   mewujudkan   pemihakan   dan   pemberdayaan   ekonomi   rakyat,
mekanisme   penyaluran   dana   perlu   disempurnakan   dan   dimantapkan,   yakni pengalihan
mekanisme penyaluran alokasi bantuan yang disederhanakan dari mekanisme DIP
ke  SPABP,  dan  dari mekanisme bantuan spesifik ke arah bantuan block (block revolving
grant). Dalam kaitan ini peran koordinasi baik di tingkat pusat maupun daerah perlu terus
ditingkatkan. Koordinasi yang diutamakan adalah antara: Kanwil dengan Dinas, Sekwilda dan
Bappeda. Disamping itu setiap program dan bantuan yang ditujukan ke daerah perlu dibahas
dalam Tim Pembina atau Tim Koordinasi di daerah. Tim koordinasi ini umumnya
mengikutsertakan unsur instansi teknis terkait (stake holder). 

Pelaksananan & Alokasi Dana JPS :


 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM Pedesaan)
 Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin)
 Pendidikan
 Kesehatan
 Bantuan langsung Tunai (BLT)
  Program Keluarga Harapan (PKH)
  Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Mohon koreksi bila ada kesalahan ,terimakasih

Sumber : ESPA 4313 Perekonomian Indonesia

Anda mungkin juga menyukai