Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

"KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN EKONOMI DENGAN


PROGRAM-PROGRAM BANTUAN SOSIAL"
Dosen Pengampu : Muh.Amin Choiri Setyanto .S.E,.M.H.

Disusun Oleh :

Sela Asriani (20.61201.046)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTA EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur selalu saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-NYA ,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah
Peranan Hukum Dalam Ekonomi yang berjudul "KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
MENINGKATKAN EKONOMI DENGAN PROGRAM-PROGRAM BANTUAN SOSIAL"
Makalah ini saya susun dengan semaksimal mungkin sebagai tugas pertemuan yang diberikan
oleh dosen pembimbing .Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati saya
ingin mengucapkan terima kasih .
Saya sebagai penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu saya
mengharpkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang
akan datang.

Palembang, 27 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di tengah penyebaran virus Corona atau Covid-19 di Indonesia, dampak sosial
ekonomi akibat pandemi Covid-19 berdampak besar bagi kesejahteraan
masyarakat. Untuk mencegah krisis ekonomi, pemerintah memberikan bantuan
sosial kepada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Program bantuan
sosial merupakan program yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat
miskin dan tidak mampu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.Bantuan sosial dapat berupa bantuan tunai maupun non tunai yang
sifatnya tidak terus menerus dan selektif. Masyarakat berhak untuk mendapatkan
sandang, pangan, dan papan yang layak untuk membangun masyarakat yang
sejahtera. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah telah melaksanakan berbagai
program bantuan sosial untuk penanggulan kemiskinan yang diberikan kepada
masyarakat yang kurang mampu. Di Desa Ngrupit sendiri terdapat beberapa jenis
bantuan sosial yaitu Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT), Bantuan Sosial Tunai(BST), Bantuan Tunai Dana Desa (BLT-DD), Jaringan
Pengamanan Sosial Provinsi (JPS), dan Bantuan Sembako Daerah.Secara umum
permasalahan yang terjadi di Desa Ngrupit pada saat pemberian bantuan sosial
masih kurang optimal, karena pada saat pemilihan penerima bantuan sosial masih
menggunakan proses manual dan belum adanya sistem yang mendukung proses
dalam menentukan penerima bantuan sosial yang ada di desa. Hal ini
dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahan dan ketidaktepatan dalam pemilihan
bantuan sosial, sehingga bantuan sosial tidak sampai ke masyarakat yang benar-
benar membutuhkan. Jumlah penduduk di Desa Ngrupit 6528 sesuai data yang
ada di Kecamatan Jenangan Dalam Angka 2020 yang di terbitkan oleh BPS
Ponorogo. Sedangkan jumlah penduduk yang kurang mampu di Desa Ngrupit
sekitar 600 masyarakat yang terdaftar kurang mampu. Oleh karena itu penyaluran
bantuan sosial harus dilakukan secara baik, transparan dan tepat sasaran agar
bantuan sosial dapat diterima oleh masyarakat miskin atau tidak mampu yang
benar-benar membutuhkan. Dalam penentuan penerima bantuan sosial tersebut
agar tidak sembarangan orang yang menerima bantuan sosial yang diberikan oleh
pemerintah. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan penerima bantuan
sosial diantaranya penghasilan dan luas lantai.Berdasarkan permasalahan
tersebut dapat diperbaiki dengan membangun suatu sistem penentu penerima
bantuan sosial di desa. Dalam membangun sistem penentuan penerima bantuan
sosial digunakan metode Fuzzy Tsukamoto yang dapat menyelesaikan
permasalahan dalam penentuan penerima bantuan sosial.Metode Tsukamoto
dipilih karena metode ini memiliki aturan dalam berbentuk IFTHEN yang akan
dipresentasikan dalam himpunan fuzzy. Sebagai hasil output diinferensikan dari
tiap-tiap aturan diberikan dengan berdasarkan predikat, kemudian diperoleh hasil
akhir dengan menggunakan rata-rata terbobot. Sehingga diharapkan proses
penyeleksian bisa berlangsung lebih baik dan tepat sasaran dan bisa
meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan pada saat proses penyeleksian
penerima bantuan sosial.
Presiden Joko Widodo mengeluarkan beberapa regulasi; yaitu; 1). Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), 2). Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, dan 3). Peraturan Pengganti
Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan. Melalui PP tersebut Indonesia
memutuskan untuk tidak mengambil kebijakan lockdown, menurut Presiden hal
ini dilakukan karena Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara
lain yang mengambil kebijakan lockdown total baik dari sisi luas wilayah, jumlah
penduduk, tingkat kedisiplinan, kondisi geogras, karakter dan budaya dan
lainnya

1.2.Permasalahan Penelitian
1. Bagaimana kemanfaatan bantuan sosial tunai bagi keluarga terdampak
pandemi COVID-19 di 12 provinsi dan 43 kabupaten/kota terpilih?
2. Bagaimana implementasi bantuan sosial tunai di 12 provinsi dan 43 kab/kota
terpilih?
3. Bagaimana pengembangan kebijakan bantuan sosial tunai pasca pandemi
COVID-19?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan kemanfaatan Bantuan Sosial Tunai bagi keluarga terdampak
pandemi COVID-19 di 12 provinsi dan 43 kabupaten/kota terpilih.
2. Mendeskripsikan implementasi bantuan sosial tunai di 12 provinsi dan 43
kab/kota terpilih.
3. Mendeskripsikan pengembangan kebijakan bantuan sosial tunai pasca pasca
pandemi COVID-19
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis terkait tujuan penelitian yaitu kemanfaatan
Bantuan Sosial Tunai bagi keluarga terdampak pandemi COVID-19, implementasi
Bantuan Sosial Tunai di 12 provinsi dan 43 kabupaten/kota terpilih dan
pengembangan kebijakan Bantuan Sosial Tunai pasca pandemi COVID-19.Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
Bantuan Sosial Tunai yang tersebar di 34 Provinsi Indonesia, kecuali DKI Jakarta
dan Jawa Barat minus Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kabupaten Bogor selain
19Kecamatan Cibinong, Gunung Putri, Kelapa Nunggal, Bojong Gede, Cilengsi,
Jonggol dan Citeureup; Provinsi Banten; minus Kota Tengerang Selatan dan Kota
Tangerang; mengingat wilayah ini merupakan wilayah penetapan program
Bantuan Sosial Sembako dari Pemerintah Pusat (Bantuan Presiden dan
Kementerian Sosial). Populasi penerima Bantuan Sosial Tunai Kementerian Sosial
ini yang diperkirakan mencapai 9 (sembilan) juta keluarga. Kebijakan Bantuan
Sosial Tunai merupakan langkah-langkah yang diambil Pemerintah c.q.
Kementerian Sosial, melalui penyelenggaraan Bantuan Sosial Tunai di daerah, bagi
warga masyarakat terdampak pandemic COVID-19. Penyebaran lokasi penerima
manfaat, yaitu seluruh wilayah Indonesia, minus Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi (Jadebotabek). Lokasi ditentukan secara acak dengan
mempertimbangkan pembagian wilayah kerja yang menjadi kebijakan Direktorat
Jenderal Penanganan Fakir Miskin, yaitu Wilayah I, Wilayah II dan Wilayah III.

2.2. Perlindungan Sosial


Perlindungan sosial merupakan satu tipe kebijakan sosial yang menunjuk pada
berbagai ketetapan atau program yang dikembangkan oleh pemerintah untuk
melindungi warga negara, terutama kelompok rentan dan kurang beruntung, dari
berbagai macam resiko ekonomi, sosial dan politik yang akan senantiasa menerpa
kehidupan mereka.Berdasarkan Undang-Undang No 11 tentang Kesejahteraan
Sosial, perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko
dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan dasar minimal. Perlindungan sosial dilaksanakan melalui:
a. Bantuan sosial yang dimaksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat
tetap hidup secara wajar. Bantuan sosial dapat bersifat sementara dan/atau
berkelanjutan dalam bentuk: bantuan langsung, penyediaan aksesibilitas,
dan/atau penguatan kelembagaan.
b. Advokasi sosial yang dimaksudkan untuk melindungi dan membela seseorang,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya, advokasi sosial
diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan
pemenuhan hak.
c. Bantuan hukum diselenggarakan untuk mewakili kepentingan warga negara
yang menghadapi masalah hukum dalam pembelaan hak, baik di dalam maupun
di luar pengadilan. diberikan dalam bentuk pembelaan dan konsultasi hukum.

2.3. Bantuan Sosial Tunai


Tunai Bantuan (sosial) tunai merupakan varian utama dari jaring pengaman sosial
di negara maju, mencakup 80 persen dari populasi negara-negara industri
menurut data ILO. Hanya sedikit sekali program bantuan tunai dilaksanakan di
negara-negara berkembang, dan hanya memberikan bantuan yang sangat minim.
Program tersebut hanya mencakup 10 persen dari angkatan kerja di Asia dan
Afrika, 15-60 persen angkatan kerja di Amerika Latin, dan 20-25 persen dari
angkatan kerja di negara-negara Afrika Utara yang memiliki tingkat pendapatan
menengah. Dalam pengeluaran publik, kebanyakan negara berkembang
mengalokasikan kurang dari 5 persen dari PDB untuk program transfer tunai,
dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat yang secara rata-rata
menghabiskan lebih dari 10 persen PDB mereka untuk program semacan ini.Ada
beberapa alasan yang menjelaskan kurang digunakannya program bantuan tunai
di negara-negara berkembang. Pertama, sumber daya pemerintah terbatas dan
biasanya pemerintah memprioritaskan program-program untuk menangani
kendala struktural terhadap pertumbuhan ekonomi. Kedua, sektor informal
cenderung dominan, membuat sulitnya pengumpulan Konseptualinformasi
mengenai pendapatan dan kekayaan atau untuk menerapkan skema-skema legal
yang didasarkan pada sumbangan wajib. Lebih jauh lagi, kombinasi dari
persebaran penduduk dan terbatasnya infrastuktur jasa pelayanan sosial di
pedesaan menaikkan biaya administrasi program dana bantuan (Tabor, 2004, h.
4) Manfaat utama dari bantuan tunai adalah hal ini tidak secara langsung
mendistorsi harga. Manfaat kedua, bantuan tunai dapat menstabilkan
perekonomian makro, sejauh sasaran bantuan tersebut .

2.4. Bantuan Sosial Tunai dan Manfaatnya


Bantuan Sosial adalah Bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin dan
rentan, berupa bantuan langsung dan bantuan tidak langsung. Bantuan langsung
terdiri dari dari (a) subsidi; (b) bantuan tunai (cash transfer); (c) dana sosial (social
fund). Bantuan tidak langsung terdiri dari (a) pelayanan; (b)
rehabilitasi/pembinaan; (c) perlindungan; dan (d) pemberdayaan (Suryahadi,
Kusumawardhani & Ridho, 2020).
Secara konseptual bantuan sosial dimaksudkan untuk meringankan anggota
masyarakat yang tidak mampu dan telantar agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya sehingga dapat mempertahankan bahkan mengembangkan
dirinya sebagai manusia.Bantuan social bisa bersifat sementara karena situasi
sosial tertentu seperti; bencana, resesi ekonomi, atau adanya kebijakan tertentu
dari pemerintah.Selain itu,21Kerangka Konseptualbantuan juga dapat bersifat
tetap khususnya bagi penduduk yang mempunyai kerentanan tetap seperti
penyandang disabilitas, lanjut usia, dan anak telantar. Berdasarkan penjelasan di
atas, manfaat bantuan sosial adalah untuk melindungi masyarakat dari resiko
sosial yang ada sehingga masyarakat dapat mempertahankan eksistensinya
sebagai manusia yang bermartabat. Sehubungan dengan wabah COVID-19 yang
melanda Indonesia saat ini, pemerintah menerbitkan PERPU No 1 Tahun 2020
tentang Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
Untuk Penanganan Pandemi Corona. Menindaklanjuti Perpu tersebut,
Kementerian Sosial menerbitkan Surat Keputusan Menteri Sosial No.
54/HUK/2020 tentang Pelaksanaan Bantuan Sosial Sembako dan Pelaksanaan
Bantuan Sosial Tunai Dalam Penanganan Dampak COVID-19. Berdasarkan
Keputusan Dirten PFM Nomor 16 Tahun 2020 (Kementerian Sosial RI, 2020)
bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorangî
keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau rentan
terhadap risiko sosial. Sedangkan bantuan sosial tunai adalah bantuan berupa
uang yang diberikan kepada keluarga miskin, tidak mampu, dan/atau rentan yang
terkena dampak wabah Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Berdasarkan
ketentuan Bab 11 Keputusan ini dijelaskan bahwa Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) Bantuan Sosial Tunai diutamakan bagi keluarga yang tercantum dalarn data
terpadu kesejahteraan sosial yang bukan terdaftar sebagai penerima program
keluarga harapan dan program sembako.Pemerintah daerah kabupaten/kota
dapat mengusulkan KPM Bantuan Sosial Tunai baru melalui Sistem Informasi.
 Pelaksana Bantuan Sosial Tunai terdiri atas:
(a) pemerintah daerah provinsi;
(b) pemerintah daerah kabupaten/ kota;
(c) unit kerja eselon II di Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin yang
menangani Bantuan Sosial Tunai;
(d) Bank Penyalur; dan
(e) Pos Penyalur.
 Tanggung jawab masing-masing pelaksana terdiri atas :
a. Pemerintah daerah provinsi
1) melakukan pemantauan terhadap data KPM Bantuan Sosial Tunai di
wilayahnya;
2) berkoordinasi dengan Bank dan/ atau Pos Penyalur dalamn pelaksanaan
penyaluran Bantuan Sosial Tunai;
3) mempersiapkan anggaran untuk sosialisasi serta pemantauan dan evaluasi
kegiatan pelaksanaan Bantuan Sosial Tunai;
4) melakukan sosialisasi, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pelaksanaan
Bantuan Sosial Tunai sesuai dengan wilayah kerja; dan
5) melaporkan pemantauan dan evaluasi penyaluran Bantuan Sosial Tunai kepada
Menteri Sosial melalui Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin.

b. Pemerintah daerah kabupaten/kota


1) Melakukan input data usulan KPM Bantuan Sosial Tunai yang telah diperiksa
dan disahkan oleh bupati/wali kota melalui SIKS-NG dengan melampirkan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) bermeterai cukup mengenai
kebenaran data KPM yang diusulkan sebagai keluarga penerima Bantuan Sosial
Tunai dengan tembusan kepada pemerintah daerah provinsi;
2) berkoordinasi dengan Bank dan/atau pos penyalur dalam pelaksanaan
penyaluran Bantuan Sosial Tunai;
3) mempersiapkan anggaran untuk sosialisasi serta pemantauan dan evaluasi
kegiatan pelaksanaan Bantuan Sosial Tunai;
4) melakukan sosialisasi, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pelaksanaan
Bantuan Sosial Tunai sesuai dengan wilayah kerja; dan
5) melaporkan pemantauan dan evaluasi penyaluran Bantuan Sosial Tunai kepada
Menteri Sosial melalui Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin dan gubernur.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Bantuan Sosial Tunai dapat memenuhi kebutuhan keluarga penerima manfaat
selama 2-3 minggu dan dimanfaatkan untuk kebutuhan makanan, kesehatan, dan
membayar hutang. Selain itu pada situasi pandemi saat ini responden
menyatakan bahwa bantuan sosial dengan bentuk uang tunai lebih disukai
dibandingkan dengan bantuan sosial berbentuk barang atau sembako.
Pasca Bantuan Sosial Tunai, responden berharap adanya program-program
lanjutan dari pemerintah, antara lain berupa modal dan rintisan usaha (44,59%),
serta bantuan sosial lanjutan (29,54%).
Dari sisi implementasi program, dapat dilihat bahwa informasi penerimaan
Bantuan Sosial Tunai sebagain besar berasal dari RT/RW dan aparat pemerintahan
Desa/kelurahan setempat. Selain itu penyaluran BST melalui PT Pos Indonesia
diambil sebagian besar oleh penerima BST di Kantor Pos.
Sebagian besar responden penerima BST (86,49%) menyatakan belum pernah
menerima bantuan sosial lain dan merasa layak menerima (97,92%) serta rela
berbagi bantuan (63,16%) dengan mereka yang tidak menerima.
DAFTAR PUSTAKA

Suharto, E. (2007). Kebijakan sosial sebagai kebijakan publik., Bandung:Alfabeta


.Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Penerbit
Alfabeta. Bandung.Sugiyono. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed
methods). Penerbit Alfabeta. Bandung.Susantyo, B. & Nainggolan, T. (2018).
Integrasi Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan.
Quantum, Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial 14 (26), 73-84.Susantyo, B. (2007).
Community Development Dalam Praktik Pekerjaan Sosial. STKS Press. 2007.Tabor,
S.R. (2002). Assisting the poor with cash: Design and implementation of social
transfer programs. Washington DC: e World Bank.Weber, A. (2009) Social
Assistance in Asia and the Pacic: An Overview dalam Wening, Sri Handayani dan
Cliord Burkley (Ed) Social assistance and conditional cash transfers proceedings
of the regional workshop. (h. 47). Mandaluyong City: Asian Development Bank.

Anda mungkin juga menyukai