HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 telah
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin
sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pembukaan UUD NRI. Program bantuan sosial
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah yang sangat peduli terhadap
kondisi masyarakat miskin dan terlantar di grass root level. Program ini merupakan
implementasi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1) yang menyatakan fakir miskin
dipelihara oleh negara. Pemerintah setiap tahun mengeluarkan dana triliunan rupiah untuk
dana bantuan sosial. Bantuan sosial sendiri adalah pemberian bantuan berupa uang atau
barang dari pemerintah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang
1
sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemampuan keuangan daerah dan dilakukan secara selektif serta setelah memprioritaskan
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT), pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah
kepada masyarakat pada tahun 2005. Program BLT tidak bersyarat, berdasarkan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 12, dilakukan pada Oktober tahun 2005 hingga Desember 2006
dengan target 19,2 juta keluarga miskin. Pada tahun 2007 hingga tahun 2011, anggaran
bantuan sosial yang disiapkan pemerintah mencapai Rp 300,94 triliun untuk tingkat daerah
dan pusat. Di tahun anggaran 2012, jumlah alokasi dana bantuan sosial yang dikelola oleh
seluruh pemerintah daerah di Indonesia berjumlah Rp 47 triliun dan pada tahun 2013
sangat rentan terhadap praktik korupsi. Beberapa kasus di Indonesia yang terkait dengan
dengan pencairan dana bantuan sosial dan telah divonis pada pengadilan ringkat
banding, yakni hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan hukuman penjara
dan denda sebesar Rp 50 juta, apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan
2. Gatot Pujo Nugroho yang merupakan Mantan Gubernur Sumatera Utara, terbukti
bersalah melakukan tindak pidana korupsi dana hibah dan bantuan sosial Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran (TA) 2012-2013, yakni hukuman 6 (enam)
2
tahun penjara dan denda Rp 20 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor pada
Korupsi dana bantuan sosial sendiri sudah menjadi wabah seperti penyakit karena dari
ketentuan yang mengatur tentang keadilan dalam pengelolaan dana bantuan sosial. Dalam
aspek tata laksana ditemukan pula masalah yang terkait dalam proses penganggaran,
mengarahkan bahwa seluruh bantuan sosial atau bantuan pemerintah harus dalam bentuk
non tunai dan terintegrasi dalam satu kartu. Diberlakukannya mekanisme dana bantuan
sosial non tunai oleh pemerintah diharapkan dapat membantu untuk meminimalisir
Penyaluran bantuan sosial secara non tunai dari Kementerian Sosial sudah dimulai dari
merupakan pilot project bantuan sosial non tunai. Pilot project penyaluran bantuan sosial
non tunai dilaksanakan kepada 1 juta penerima PSKS dimana mereka mendapatkan dana
tersebut melalui Layanan Keuangan Digital (LKD) dari Bank Mandiri melalui rekening
bank atas nama penerima dana PSKS. PSKS disalurkan melalui empat kartu utama, yakni
Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu
produktif. Terhitung sebanyak 15,5 juta keluarga penerima PSKS menerima dana tersebut
berasal dari penyaluran bantuan sosial, salah satu yang dijadikan program berikutnya
adalah Program Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah program perlindungan sosial yang
memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Program ini,
3
dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang
diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi
berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan. Sama seperti PSKS, sistem
pembayaran yang digunakan adalah LKD dari Bank Indonesia dengan Bank Mandiri dan
BRI sebagai penyalur. Perbankan dipilih karena pertimbangan kerahasiaan nasabah dan
jaminan atas dana, serta pertimbangan aspek regulasi belanja bantuan sosial pada
Pada tahun 2016 pula, Kementerian Sosial (Kemensos) memasang target untuk
meluncurkan 300 unit e-Warung di tanah air. Penerima PKH dan Beras Sejahtera (Rastra),
sebelumnya akan mendapatkan kartu sebagai bukti penerima program tersebut. Penerima
bantuan sosial nantinya dapat datang ke e-Warung yang ditunjuk, untuk kemudian memilih
barang yang ingin dibeli dengan bermodal kartu program dan nomor pin yang dimiliki.
Sistem penyaluran bantuan sosial non tunai akan terintegrasi langsung dengan sistem
monitoring yang bersifat online untuk pemantauan, penyaluran, dan penyerapan bantuan
sosial, sehingga dapat diakses Kementerian dan stakeholder terkait yang memerlukan data.
Bantuan sosial yang saat ini dapat dikonversi ke gula, minyak goreng, dan tepung terigu,
serta sedang diupayakan untuk bisa dikonversi dengan gas elpiji 3 Kg. Peluncuran e-
Warung sendiri dilatarbelakangi oleh permasalahan penyaluran bantuan sosial yang tak
Dari seluruh permasalahan yang sudah dijabarkan diatas, penulis merasa tertarik untuk
mengetahui bagaimana hasil pelaporan akuntabilitas kinerja pemerintah saat ini dari adanya
mekanisme baru mengenai dana bantuan sosial secara non tunai yang sudah mulai
diterapkan tersebut. Hal ini menjadi dorongan bagi penulis untuk membahas masalah
4
dengan judul penelitian “Pengaruh Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Sosial Non Tunai
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan
1. Apakah mekanisme penyaluran dana bantuan sosial non tunai saat ini telah
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah di tetapkan, tujuan penelitian yang
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut mekanisme atau sistem pelaksanaan
penyaluran dana bantuan sosial non tunai yang telah diterapkan oleh pemerintah saat
ini.
penggunaan anggaran dana bantuan sosial melalui mekanisme penyaluran non tunai
1. Manfaat Teoritis
dalam memahami pelaksanaan program dana bantuan sosial non tunai (e-voucher),
5
serta dapat membantu dan menjadikan penelitian ini sebagai referensi bagi kalangan
2. Manfaat Praktis
Bagi Peneliti
terjadi saat ini, khususnya bidang yang digeluti peneliti, yakni audit sektor publik
dilakukan oleh Kemensos saat ini melalui komunikasi dengan pihak Kemensos.
program dari pemerintah saat ini, sehingga pemerintah dapat menjalankan kegiatan
program yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pemerintah yang sudah ada saat
ini.
6
BAB II
Di Yunani Kuno, bantuan sosial mengacu kepada tindakan apapun yang dilakukan
oleh pihak yang berwenang untuk membantu masyarakat. Wujud awalnya berupa
pembagian uang atau makanan oleh pihak penguasa yang digunakan untuk meraih
dukungan dan mencegah kekacauan sosial. Teori bantuan sosial yang pertama ditulis
untuk penduduk Bruges oleh Jean Louis Vives dalam bukunya De Subventione
Pauperum yang terbit pada 1526, dengan gagasannya terhadap bantuan sosial adalah
Bantuan sosial di Eropa Barat pada abad ke-17 dan 18 diberikan dalam sebuah pola
Kemiskinan tahun 1601 melembagakan apa yang oleh Webb disebut sebagai bantuan
menarik pajak khusus dan menggunakan untuk menyediakan lapangan kerja bagi kaum
miskin dan bantuan bagi orang-orang cacat. Hasilnya menjelang abad ke-19 pendapat
bahwa seseorang bisa menjadi miskin bukan karena kesalahannya sendiri. Hal ini
membuka lapangan kerja baru sehingga masyarakat miskin dapat dikelola untuk bisa
masyarakat.
7
Prancis memberlakukan struktur bantuan sosial yang rumit lewat jejaring kantor-
kantor amal yang didirikan dan melalui berbagai lembaga hukuman seperti kerja paksa,
rumah sakit, dan segala bentuk pengasingan. Meski begitu, Revolusi Prancis
melahirkan doktrin baru terkait dengan bantuan sosial dalam Report of the Comittee on
the extinction of Mendicity yang terbit pada tahun 1789. Laporan tersebut mengakui
hak setiap umat manusia untuk mendapatkan nafkah dan menjelaskan sebagai
laporan itu menganggap bahwa pekerjaan adalah satu-satunya bantuan yang harus
Di Jerman, pengakuan bahwa negara wajib memelihara kaum miskin yang tidak
dan badan-badan hukum yang ada. Sejak tahun 1849, pejabat setempat mampu
menyelenggarakan dana masa depan untuk seniman maupun pekerja pabrik. Namun
baru lima tahun dibuat sebuah UU yang mewajibkan partisipasi pekerja dalam masa
depan (untuk pertimbangan dan pabrik besi, menentukan tunjangan minimum untuk
penderita sakit, orang cacat, dan korban, serta biaya pemakaman), beberapa waktu
beberapa golongan dan swakelola diberikan untuk skema pada tingkatan terbatas.
8
Daerah;
Daerah yang telah dirubah terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011;
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Bantuan sosial diartikan sebagai pemberian bantuan berupa uang atau barang dari
sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
masyarakat miskin.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bantuan sosial adalah pemberian bantuan
berupa uang atau barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Dari pengertian
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
9
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011, pihak-pihak yang menerima bantuan sosial dapat dibagi menjadi 2
bagian:
masyarakat
Masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis
sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi
masyarakat.
Bantuan sosial berupa uang yang diberikan kepada individu dan/atau keluarga
terdiri dari bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang direncanakan
dan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya. Bantuan sosial yang telah
jelas nama, alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD,
kebutuhan akibat resiko sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat
resiko sosial yang lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang
bersangkutan, pagu anggaran tidak boleh melebihi pagu alokasi anggaran yang
direncanakan.
10
penerima bantuan sosial, lembaga non pemerintahan bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain juga dapat menjadi penerima bantuan sosial dengan
Pemberian bantuan sosial secara tidak terus menerus dapat diartikan bahwa bantuan
sosial tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, dikecualikan pada hal-hal
tertentu bantuan sosial dapat dilakukan secara terus menerus. Batasan pengecualian
tersebut tidak secara jelas dijabarkan dalam Permendagri Nomor 32 Tahun 2011,
dalam peraturan tersebut hanya menjelaskan bahwa penerima bantuan sosial dapat
diberikan secara terus menerus sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko
sosial.
Kriteria selektif dapat diartikan bahwa bantuan sosial hanya diberikan kepada calon
penerima yang ditujukan untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial. Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait harus dengan cermat melakukan evaluasi
terhadap proposal yang diajukan calon penerima bantuan sosial. Kriteria selektif ini
mengharuskan SKPD terkait harus dengan selektif memilih calon penerima bantuan
sosial, hanya calon penerima bantuan sosial yang menggunakan dana untuk tujuan
melindungi masyarakat dari resiko sosial yang dapat ditetapkan sebagai penerima
bantuan sosial.
terjadinya resiko sosial. Resiko sosial dapat diartikan sebagai kejadian atau
11
dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana
alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan
tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Tujuan pemberian bantuan sosial dapat di
sosial sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, dan sesuai dengan harapan
orang lain.
minimal.
rehabilitasi.
12
2.1.1.2 Bentuk Bantuan Sosial
Bantuan sosial dapat berupa uang atau barang yang diterima langsung oleh
penerima bantuan sosial. Bantuan sosial berupa uang diberikan secara langsung kepada
penerima seperti beasiswa bagi anak miskin, yayasan pengelola yatim piatu, nelayan
miskin, masyarakat lanjut usia, terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan putra
putri pahlawan yang tidak mampu. Bantuan sosial dalam bentuk barang adalah barang
operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat tidak mampu, bantuan
perahu untuk nelayan miskin, bantuan makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial,
berupa uang atau berupa barang. Apabila bantuan sosial yang diberikan berupa uang
dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, sedangkan bantuan sosial yang
diberikan dalam bentuk barang maka bantuan sosial tersebut dicantumkan dalam RKA-
Penyaluran dana bantuan sosial sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan Indonesia
pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kepada masyarakat pada tahun 2005.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS) dalam rangka
13
mendorong tanggung jawab sosial bersama dan dapat menumbuhkan kepercayaan
memperhatikan Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang pasti merasakan beban yang berat
dilakukan oleh beberapa pihak terkait, pemerintah memulai program dana bantuan
sosial non tunai yang dimulai dari penyaluran dana bantuan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS). Pilot project penyaluran bantuan sosial non tunai
dilaksanakan kepada 1 juta penerima PSKS dimana mereka mendapatkan dana tersebut
melalui Layanan Keuangan Digital (LKD) dari Bank Mandiri melalui rekening bank
atas nama penerima dana PSKS. PSKS yang disalurkan melalui empat kartu utama,
yaitu Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan
produktif. Terhitung sebanyak 15,5 juta keluarga penerima PSKS menerima dana
Program kedua yang dilakukan oleh pemerintah adalah Program Keluarga Harapan
(PKH). PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Program ini, dalam jangka pendek
bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat
memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat
keluar dari perangkap kemiskinan. Sama seperti PSKS, sistem pembayaran yang
digunakan adalah LKD dari Bank Indonesia dengan Bank Mandiri dan BRI sebagai
penyalur. Perbankan dipilih karena pertimbangan kerahasiaan nasabah dan jaminan atas
dana, serta pertimbangan aspek regulasi belanja bantuan sosial pada Kementerian
14
perbankan, disamping penyaluran bantuan sosial melalui PT Pos Indonesia.
Pada tahun 2014, presiden mengarahkan bahwa seluruh bantuan sosial atau bantuan
pemerintah harus dalam bentuk non tunai dan terintegrasi dalam satu kartu. Jika
diserahkan secara tunai, terjadi antrian dan tidak efektif. Sehingga untuk mendukung
didirikan dengan tujuan agar peserta penerima dana bantuan sosial mudah mendapatkan
kebutuhannya secara langsung dan termonitor secara real time oleh pemerintah.
Penerima PKH dan Beras Sejahtera (Rastra), sebelumnya akan mendapatkan kartu
sebagai bukti penerima program tersebut. Penerima bantuan sosial nantinya dapat
datang ke e-Warung yang ditunjuk, untuk kemudian memilih barang yang ingin dibeli
dengan bermodal kartu program dan nomor pin yang dimiliki. Sistem penyaluran
bantuan sosial non tunai akan terintegrasi langsung dengan sistem monitoring yang
bersifat online untuk pemantauan, penyaluran, dan penyerapan bantuan sosial, sehingga
dapat diakses Kementerian dan stakeholder terkait yang memerlukan data. Bantuan
sosial yang saat ini dapat dikonversi ke gula, minyak goreng, dan tepung terigu, sedang
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance), maka
seluruh transaksi keuangan pada pemerintah daerah harus akuntabel. Oleh karena itu,
setiap penerima bantuan harus bertanggung jawab atas penggunaan dana bantuan sosial.
Penerima bantuan sosial bertanggung jawab secara formal dan materiil atas penggunaan
15
secara penuh atas penggunaan bantuan sosial. Bentuk tanggung jawab penerima
2. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang
undangan bagi penerima bantuan sosial berupa uang atau salinan bukti serah terima
tersebut disimpan dan dipergunakan oleh penerima bantuan sosial selaku obyek
pemeriksaan.
Dari sisi pemerintah, realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan
pemerintah dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang yang belum
diserahkan kepada penerima bantuan sosial sampai dengan akhir tahun anggaran
berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca. Realisasi bantuan sosial berupa
anggaran dan diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan
16
3. pakta integritas dari penerima bantuan sosial yang menyatakan bahwa bantuan
4. bukti transfer/penyerahan uang atas pemberian bantuan sosial berupa uang atau
bukti serah terima barang atas pemberian bantuan sosial berupa barang;
5. khusus untuk bantuan sosial yang diberikan kepada individu dan/atau keluarga yang
terkait yang hasilnya akan disampaikan kepada kepala daerah dengan tembusan kepada
pemerintah dapat ditelusuri sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun
1997/1998. Memang secara faktual, peraturan yang berkaitan baru ditetapkan dalam
prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya. Sedangkan sasaran
17
1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara
Inpres tersebut juga menentukan bahwa setiap instansi pemerintah sampai dengan
eselon 2 per tanggal 30 September 1999 sudah harus mempunyai perencanaan strategis
yang berisi:
3. Cara mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Sedangkan mulai akhir tahun anggaran
Dalam Keputusan ini, dipakai sistem berjenjang untuk mengkaitkan antara visi
dengan kegiatan. Sebagai contoh, dalam Rencana Strategis (Renstra) dikenal adanya
sasaran, dan PK-3 untuk menguraikan program. Dengan demikian, antara kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi akan dapat ditelusuri kaitannya
dengan program unit atau instansi yang lebih tinggi, bahkan sistem ini dapat menjamin
keterkaitan antara kegiatan yang dilaksanakan dengan pencapaian visi dan misi
pemerintah. Demikian pula dalam mengevaluasi kinerja, juga dipakai sistem berjenjang.
18
kegiatan, EK-2 untuk mengevaluasi kinerja sasaran, dan EK-3 untuk mengevaluasi
kinerja program.
Dalam hal indikator kinerja, sebagai dasar untuk mengukur kinerja, dipakai
indikator input, output, outcome, benefit, dan impact. Dalam kenyataannya, indikator
yang dapat dengan tepat diidentifikasi hanyalah input dan output, sedangkan indikator
yang lain lebih sulit diukur dan ditentukan keberhasilannya. Selanjutnya, masing-
masing indikator kinerja dipecah atau diuraikan, dan setiap sub indikator diberikan
suatu kegiatan adalah keputusan, dana, sarana, dan sumber daya manusia; maka pada
setiap unsur tersebut diberikan pembobotan. Indikator input, output, (dan kadang
outcome) juga diberikan suatu bobot tertentu untuk mengukur kinerja suatu kegiatan.
Sistem pembobotan ini juga diterapkan untuk mengukur kinerja unit yang lebih
tinggi. Misalnya dalam hal suatu sasaran terdiri dari berbagai kegiatan, maka kegiatan-
kegiatan tersebut diberikan suatu bobot tersendiri untuk dapat mengetahui kinerja
sasaran tersebut. Demikian selanjutnya, sehingga untuk suatu unit organisasi tertentu
dapat diperoleh suatu angka tunggal (dalam persen) yang menggambarkan kinerja unit
organisasi tersebut.
Masalah lain dalam sistem ini adalah pengukuran indikator kinerja kegiatan yang
harus dirinci sampai unsur-unsur indikator, dan uraian ini harus dilampirkan dalam
bentuk lampiran PK dan EK menjadikan LAKIP/LKKIP sangat tebal dan tidak menarik
untuk dibaca.
Pada tahun 2003, terbit Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 tentang
Rencana Strategis (Renstra) yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, dan bagaimana
19
mencapai sasaran tersebut (dalam bentuk uraian kebijakan dan program). Renstra
meliputi waktu 5 tahun. Kebijakan dan program tersebut kemudian setiap tahun akan
dipilih kebijakan dan program mana yang akan dilaksanakan, dalam bentuk kegiatan-
kegiatan (Rencana Kinerja Tahunan/RKT). Masih sama dengan peraturan yang lama,
indikator kinerja kegiatan masih memakai masukan (input), keluaran (output), hasil
Berbeda dengan peraturan terdahulu yang mengenal formulir PK dan EK, pada
peraturan baru disebutkan adanya dua formulir untuk mengukur kinerja, yaitu formulir
(PPS). Untuk menetukan kinerja keguatan atau pencapaian sasaran, digunakan cara
kinerja. Berbeda dengan peraturan sebelumnya, dalam hal ini tidak diberikan
pembobotan pada setiap indikator kinerja kegiatan sehingga dapat diketahui angka
tunggal kinerja kegiatan tertentu. Lebih lanjut, juga tidak diberikan pembobotan pada
gambaran yang lebih jelas, Formulir PKK dan Formulir PPS disajikan dalam Lampiran
1 dan 2.
praktik “operasi aritmatika”, tetapi di pihak lain penentuan kinerja sasaran menjadi
tidak berhubungan dengan kinerja kegiatan. Menurut Sudiman dan Widjinarko (2004)
data realisasi dari rencana tingkat capaian sasasarn kemungkinan dapat berasal dari data
realisasi capaian kinerja kegiatan atau harus melalui suatu studi/telaah/survey secara
20
Seperti disebutkan di atas, dalam LAKIP/LKKIP bagian akuntabilitas kinerja terdiri
evaluasi dan analisis kinerja kegiatan serta evaluasi dan analisis pencapaian sasaran.
Sedangkan analisis keuangan berisi alokasi dan sumber pembiayaan serta realisasi
efisiensi.
disyaratkan untuk disampaikan oleh pemerintah kepada DPR atau DPRD adalah
Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan Nota PAN atau Perhitungan APBD dan Nota
sumbangan untuk penyusunan PAN atau Nota PAN, setiap instansi menyusun laporan
tahunan (annual report). Dalam laporan tahunan, umumnya yang dilaporkan adalah
rencana dan realisasi Daftar Isian Kegiatan (DIK) maupun Daftar Isian Proyek (DIP)
baik dalam pengertian kegiatannya maupun dalam jumlah uangnya. Kemudian laporan
juga mencakup sumber daya yang dimiliki pada awal tahun, perubahan-perubahan, dan
saldo akhir tahun. Sumber daya yang dilaporkan umumnya meliputi sumber daya
tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
21
perusahaan negara dan badan lainnya. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
2005 (PP 24/2005) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, selain empat jenis laporan
keuangan tersebut (yang disebut dengan laporan keuangan pokok), entitas pelaporan
selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja
alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah, yang
anggaran antara lain adalah menyediakan informasi bagi pengguna laporan bahwa
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi telah dilakukan secara efisien, efektif,
dan hemat.
Pada PP 24/2005 pernyataan yang lebih tegas berkaitan dengan prestasi kerja atau
kinerja antara lain dapat ditemukan pada: Catatan atas Laporan Keuangan Pada
penjelasan atau rincian dari angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan pokok,
antara lain dapat menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun
pelaporan. Pada PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan disebutkan
hubungan atau referensi silang dalam Catatan atas Laporan Keuangan, yang harus
22
berdimensi keuangan. PSAP Nomor 04 juga mengakui bahwa pengguna laporan
keuangan pemerintah tidak hanya tertarik dari segi perubahan aset bersih pemerintah
(atau laba/ bottom line pada perusahaan swasta) tetapi juga sangat tertarik pada kinerja
berdasarkan tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas. Tingkat efisiensi diukur dengan
efektivitas diukur dengan membandingkan antara hasil (outcome) dengan target yang
telah ditetapkan. Pembahasan kinerja keuangan juga harus dikaitkan dengan tujuan dan
sasaran dari rencana strategis pemerintah dan indikator yang digunakan harus sesuai
1. menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan
4. menjelaskan mengenai indikator, hasil, dan perbedaan antara hasil dengan tujuan
atau rencana.
Lebih lanjut disebutkan bahwa Catatan ini dapat menyajikan penjelasan dan
hambatan yang ditemui apabila suatu entitas belum dapat mencapai target yang
23
ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan sekolah dasar yang belum mencapai
target.
adalah laporan realisasi pendapatan dan belanja yang disusun berdasarkan basis akrual.
dan pengungkapan surplus atau defisit. Pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian
Laporan Keuangan disebutkan bahwa analisis dalam laporan ini dapat digolongkan
menurut klasifikasi ekonomi (misalnya beban penyusutan, beban gaji dan tunjangan
disediakan tempat yang cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Meskipun istilah
yang dipakai adalah kinerja keuangan, yaitu kinerja kegiatan operasional yang
berdimensi keuangan, ternyata dalam PSAP Nomor 04, istilah-istilah dan mekanisme
yang dipakai mirip dengan sistem yang ada dalam LAKIP/LKKIP sebagaimana
diuraikan dalam bagian B makalah ini. Berkaitan dengan Laporan Kinerja Keuangan,
sayang belum ada PSAP khusus yang mengatur, sehingga tidak dapat diketahui lebih
Meskipun demikian, dari Catatan atas Laporan Keuangan dapat diindikasikan bahwa
24
tahun 2003 (efektif berlaku tahun 2006). Dalam perkembangannya, ternyata ’rezim’
Keuangan belum diintegrasikan dengan baik. Oleh karena itu pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 (PP 8/2006) tentang Pelaporan Keuangan
harus dapat mengidentifikasikan keluaran (output) dari setiap kegiatan dan hasil
strategis, sistem penganggaran, dan sistem akuntansi pemerintahan (SAP). Dalam Pasal
20 PP 8/2006 ada tambahan, bahwa selain terintegrasi dengan ketiga sistem tersebut,
SAKIP juga perlu terintegrasi dengan sistem perbendaharaan. Sistem yang terintegrasi
menginformasikan perkembangan keluaran dari setiap kegiatan dan hasil dari setiap
25
dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan
rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.
Sebagai hasil tinjauan telaah literatur yang telah dijabarkan dan diungkapkan,
pendekatan terhadap pemecahan masalah yang diteliti oleh penulis menampilkan suatu
model atas variabel yang diteliti melalui proses rangka teoritis sebagai berikut:
Mekanisme penyaluran bantuan sosial non tunai sebagai variabel independen (X), yang
Berdasarkan telaah literature dan kerangka teoritis yang telah peneliti kemukakan
Ha = tidak terdapat pengaruh atas penerapan mekanisme penyaluran dana bantuan sosial
secara non tunai terhadap peningkatan kualitas pelaporan pemerintah pusat saat ini
Ho = terdapat pengaruh atas penerapan mekanisme penyaluran dana bantuan sosial secara
26
2.4 Hipotesis Penelitian
Y = α + βx + e
Keterangan:
Hasil:
Ha = β = 0, maka penerapan mekanisme penyaluran dana bantuan sosial secara non tunai
pemerintah pusat
Ho = β ≠ 0, maka penerapan mekanisme penyaluran dana bantuan sosial secara non tunai
pemerintah pusat
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Peneliti menggunakan metode kuantitatif dalam penelitian ini karena dilakukan untuk
mengetahui studi kausal (sebab-akibat) dari suatu pemasalahan yang diambil. Menurut
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value
free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip
objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrument yang
telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi
sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan
nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif
akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002).
variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam
syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua
elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta
memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-
28
tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistic yang akan
digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka statistik bukan pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya (Musafa
Nanang, 2012).
mengetahui seberapa besar pengaruh mekanisme baru yang sedang dilakukan oleh
pemerintah saat ini dalam peningkatan kualitas laporan pemerintah di Kemensos. Peneliti
Populasi, menurut Fraenkel dan Wallen, adalah kelompok yang menarik penelitian.
Dimana kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk mengeneralisasikan
hasil penelitian. Menurut Sudjana, populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin,
baik hasil menghitung maupun pengurangan, kuantitatif atau kualitatif dari karakteristik
Berdasarkan pendapat tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pegawai pada bagian pelaksana penyaluran dana bantuan sosial non tunai di Kementerian
Sosial Republik Indonesia saat ini dan hasil pelaporan pemerintah pusat.
Sampel disini dijabarkan sebagai sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan
adanya keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu peneliti dapat
29
memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang akan diambil dari populasi
Sampel dalam penelitian yang dilakukan saat ini adalah kepala bagian dan beberapa
karyawan bagian pelaksana penyaluran dana bantuan sosial, serta laporan keuangan dan
Teknik penyampelan yang dilakukan oleh peneliti adalah teknik probability sampling
yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel, yakni proportionate stratified random sampling yang
merupakan salah satu teknik yang digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan 2 (dua) jenis data dalam
1) Data Primer, merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer
2) Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah Laporan Keuangan dan Laporan
30
Teknik pengumpulan data disini merupakan langkah yang paling penting dalam
menentukan dan menemukan data serta hasil analisis dari permasalahan penelitian yang
ingin peneliti peroleh. Berikut beberapa pertanyaan terstruktur yang akan peneliti gunakan
dalam memperoleh data sekunder melalui interview kepada beberapa pegawai dan kepala
Apakah mekanisme dana bantuan sosial non tunai saat ini sudah dilaksanakan dengan
baik?
Apakah seluruh pengelola bantuan sosial dapat mendukung dan telah memahami
Apakah pelaksanaan sudah dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan target yang
telah disusun?
Apakah terdapat kendala dalam melakukan sosialisasi bantuan non tunai ini kepada
masyarakat?
Apakah dengan adanya mekanisme baru ini, visi dan misi dari Kemensos tercapai
Apakah pagu anggaran yang dipangkas untuk tiap kementrian dapat mempengaruhi
Apakah dengan adanya penyaluran sistem non tunai, seluruh anggaran dapat terserap
dengan baik?
Apakah tidak terdapat masalah berarti atas pelaporan keuangan dan kinerja pemerintah
31
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, Dwi, Sabanu, Harpanto Guno, dan Noor, Fahrizal. 2015. Penilaian Indeks
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE UGM.
Ellen, Christina dan Fuad, M. 2001. Anggaran Perusahaan: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Hardimansyah. 2014. Pengelolaan Dana Hibah dan Bantuan Sosial Tanpa Terindikasi
Haruman, Tendi dan Rahayu, Sri. 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jurnal Asia. 2017. Mensos Salurkan Bantuan Sosial Dana Non Tunai. Sumber:
http://www.jurnalasia.com/seremoni/mensos-salurkan-bantuan-sosial-dana-non-tunai/.
Jurnal Speed. 2017. Peluncuran e-Warung oleh Menteri Sosial Untuk Penyaluran Bansos.
Kantor Staf Presiden. 2016. Voucher Pangan, Terobosan Baru Pengganti Raskin. Jakarta.
32
M. Sulton Mawardi, Ruhmaniyati, Tamyis, A.R., Usman, S, Kurniawan, A., Budiani. 2017.
Kajian Awal Pelaksanaan Program e-Warong Kube-PKH. Jakarta: The SMERU Research
Ngasuko, Tri Achya. 2016. Intergrasi Kartu Bantuan Sosial Melalui KTP Elektronik. Jakarta:
Kementerian Keuangan.
Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 39
Tahun 2012. Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari
Putri, Wulan S. I. 2016. Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah (Studi pada Kantor
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya). Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.
Wati, Hikmah. 2016. Peran Dinas Sosial Dalam Penyaluran Bantuan Sosial Sebagai Upaya
Universitas Lampung.
Yusrianti, Hasni dan Safitri, Rika Henda. 2015. Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan
33