Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KORUPSI BANTUAN SOSIAL DIMASA PANDEMI YANG DILAKUKAN BUPATI KABUPATEN


BANDUNG BARAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemerintahan Daerah

DOSEN PENGAMPU

H. Muhamad Rezky Pahlawan M. P, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH

Azzahra Pinta Siti Fasicha (191010250251)

Nurul Husna (191010250018)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul "Korupsi bantuan sosial dimasa Pandemi yang dilakukan Bupati Kabupaten Bandung Barat"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemerintahan Daerah. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang akibat hukum apa yang didapatkan kepada Kepala Daerah yang melanggar sumpahnya
dengan melakukan perbuatan melawan hukum yaitu korupsi. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Pemerintahan Daerah dari Dosen Pengampu bapak H. Muhamad Rezky Pahlawan M. P,
S.H., M.H.

Demikian makalah ini kami buat. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 27 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .........................................................................................................................................................ii
BAB I ..................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 2

BAB II ................................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................... 3
2.1 Kronologi ............................................................................................................................................... 3
2.2 Penegakan Hukum ................................................................................................................................. 4

BAB III .................................................................................................................................................................. 6


PENUTUP ............................................................................................................................................................. 6
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................................ 6
3.2 Saran ...................................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara kesatuan menerapkan sistem pemerintahan daerah berupa sistem desentralisasi atau
otonomi daerah. Sejak reformasi tahun 1998 Indonesia mengubah sistem pemerintahan daerahnya, dari sistem
sebelumnya yang menerapkan sistem sentralisasi dimana segala kekuasan dan kewajiban terpusat berada di
pemerintahan pusat menjadi sistem desentralisasi. Sistem desentralisasi yaitu sistem pemerintahan yang
menyerahkan segala kekuasaan dan kewajiban kepada daerah otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan
dan kepentingan masyarakat serta urusan pemerintahannya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai
dengan peraturan dan undangundang yang berlaku.

Perubahan sistem pemerintahan daerah mendorong pemerintah daerah bertanggung jawab untuk meningkatkan
pembangunan didaerahnya dengan mengembangkan efektivitas potensi sumber daya, meningkatkatkan kualitas
layanan masyarakat, dan memperluas ruang publik bagi masyarakat secara maksimal, sehingga terjadi pemerataan
pembangunan di setiap daerah di Indonesia. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, pemberian wewenang atas otonomi
daerah kabupaten/kota berdasarkan asas sistem desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab.

Pelaksanaan otonomi daerah disertai dengan pengalihan anggaran dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
salah satunya adalah dana bantuan sosial. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2011, bantuan
sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat berupa tunjangan uang, pelayanan sosial atau barang yang
diberikan untuk membantu atau melindungi setiap individu, keluarga dan komunitas yang paling rentan, sehingga
kebutuhan dasar dapat terpenuhi dan kualitas hidup dapat meningkat.

Perbedaan pedoman belanja sosial, ada tidaknya pengungkapan belanja bantuan sosial secara rinci yang disajikan
oleh pemerintah daerah merupakan karakteristik setiap pemerintah daerah. Estimasi perbandingan jumlah orang yang
menerima bantuan sosial menjadi masalah dalam pembelanjaan (Whiteford, 1996). Perkiraan yang diberikan dari
total jumlah penerima manfaat termasuk tanggungan merupakan proporsi dari total populasi. Setiap pemerintah
daerah memiliki karakteristik pemerintahan yang khas dari otoritas administratif pemerintah daerahnya.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Dasar dalam
penyalurannya didasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006. Peraturan tersebut memberikan wewenang kepada

1
kepala daerah tanpa adanya kontrol, sehingga menimbulkan adanya perbedaan regulasi mengenai bantuan sosial.
Perbedaan regulasi terhadap dana Bansos menyebabkan banyak terjadi penyelewengan dana Bansos yang dilakukan
oleh kepala daerah.

Akhir-akhir ini, banyak terungkap kasus penyelewengan dana bantuan sosial di Indonesia. Peneliti Indonesia
Corruption Watch (ICW) Almas Sjafrina mengatakan ada setidaknya enam kasus korupsi terkait bansos COVID-19
selama pandemi. Diantaranya terjadi di Jakarta dan Makassar. Dan terakhir ini juga terjadi pada Bupati Kabupaten
Bandung Barat AA Umbara. Dalam kasusnya, Aa Umbara Sutisna diduga telah menerima uang sejumlah sekitar
Rp.1 Miliar dari kegiatan pengadaan bantuan sosial (bansos) bahan pangan dengan 2 jenis paket. Dua paket bantuan
itu, yaitu bantuan sosial Jaring Pengaman Sosial dan bantuan sosial terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
sebanyak 10 kali pembagian dengan total realisasi anggaran senilai Rp.52,1 Miliar. Bupati KBB menjalankan aksinya
ini bersama terdakwa lainnya yaitu Andri Wibawa yang merupakan anak kandungnya, lalu Totoh Gunawan rekan
anaknya dan juga menggandeng perusahan CV Jayakusuma Cipta Mandiri dan CV Satria Jakatamilung dalam
mempersiapkan paket tersebut. Dari kegiatan tersebut Bupati KBB menerima Gratifikasi sebesar 1 miliar dari Totoh.
Sedangkan Totoh mendapatkan keuntungan 2 Miliar dan andri 2,7 Miliar.

Atas perbuatannya tersebut, Bupati KBB didakwa dengan Pasal 12 huruf i UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan tidak pidana korupsi dan Pasal 12 huruf b UU Nomor 20 Tahun 2001 dengan ancaman hukumannya
maksimal 20 tahun penjara dan minimal 4 tahun serta denda minimal 200 juta rupiah dan maksimal 1 miliar rupiah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana kronologi dari peristiwa tersebut?

2. Apakah penegakan hukum yang diterapkan sudah sesuai dengan UU yang berlaku?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi

Pada Maret 2020, berkenaan dengan adanya pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten
Bandung Barat menganggarkan sejumlah dana untuk penanggulangan bencana ini.

Aa Umbara Sutisna melakukan refocusing anggaran APBD tahun 2020 pada Belanja Tidak Terduga (BTT). Bulan
April 2020, diduga ada pertemuan khusus antara Aa Umbara Sutisna dengan M. Totoh Gunawan membahas
keinginan dan kesanggupan M. Totoh Gunawan untuk menjadi salah satu penyedia pengadaan paket sembako pada
Dinas Sosial KBB.

Kabupaten Bandung Barat membuat anggaran BTT pada APBD Kabupaten Bandung Barat TA 2020, sebesar
Rp52,15 miliar. Aa Umbara merencanakan akan melakukan pemberian bantuan sosial (Bansos) berupa paket bahan
pokok atau sembako kepada masyarakat Kabupaten Bandung Barat yang terdampak pandemi Covid-19 sebanyak
120 ribu paket sembako melalui Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat.

Aa Umbara Sutisna memerintahkan Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) KBB dan Kepala UKPBJ KBB. Dia
memerintahkan agar Kadinsos memilih M. Totoh Gunawan sebagai salah satu penyedia pengadaan paket sembako
di dinasnya.

Bulan Mei 2020, sang anak, Andri Wibawa menemui Aa Umbara Sutisna, turut dilibatkan menjadi salah satu
penyedia pengadaan sembako dampak Covid-19 di KBB.

Kemudian, pada April-Agustus 2020, tahun lalu, di wilayah Kabupaten Bandung Barat, dilakukan pembagian
bantuan sosial (bansos) bahan pangan dengan 2 jenis paket.

Dua paket bantuan itu, yaitu bantuan sosial Jaring Pengaman Sosial dan bantuan sosial terkait Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) sebanyak 10 kali pembagian dengan total realisasi anggaran senilai Rp52,1 Miliar.

Dengan menggunakan bendera CV Jayakusuma Cipta Mandiri dan CV Satria Jakatamilung, Andri Wibawa
mendapatkan paket pekerjaan dengan total senilai Rp36 Miliar.

Sedangkan M. Totoh Gunawan dengan menggunakan PT. Jagat Dir Gantara dan CV SSGCL mendapakan paket
pekerjaan dengan total senilai Rp15,8 Miliar untuk pengadaan bahan pangan Bansos JPS dan Bansos PSBB.

3
Dari kegiatan pegadaan tersebut, Aa Umbara Sutisna diduga telah menerima uang sejumlah sekitar Rp1 Miliar.
Kemudian, M. Totoh Gunawan diduga menerima keuntungan sejumlah sekitar Rp2 Milliar dan Andri Wibawa juga
menerima keuntungan sejumlah sekitar Rp2,7 Miliar.

2.2 Penegakan Hukum

Terkait dengan penegakan hukum yang diberikan pada bupati menurut penulis sudah sesuai. Dalam kasus ini
Bupati KBB masih menjabat sebagai bupati non-aktif. Kepala daerah yang tersangkut kasus hukum tidak dapat
langsung diberhentikan begitu saja, ia masih menjabat dengan status nonaktif apabila masih berstatus tersangka dan
terdakwa. Ketentuan tersebut ada dalam PP No. 6 Tahun 2005 pasal 125-126 tentang pemilihan, pengusulan,
pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah. Adapun bunyinya sebagai berikut:

Pasal 125

(1) Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD, apabila
terbukti melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara paling singkat 5 (lima) tahun
atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Presiden memproses pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan putusan pengadilan yang
menyatakan Gubernur dan/atau Wakil Gubernur terbukti melakukan tindak pidana kejahatan melalui usulan dari
Menteri Dalam Negeri.

(3) Menteri Dalam Negeri memproses pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan putusan
pengadilan yang menyatakan Bupati dan/atau Wakil Bupati atau Walikota dan/atau Wakil Walikota terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan, melalui usulan dari Gubernur.

Pasal 126

(1) Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD
karena didakwa melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap
keamanan negara.

(2) Proses pemberhentian sementara Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan apabila berkas perkara dakwaan melakukan tindak pidana korupsi, terorisme, makar dan/atau tindak
pidana terhadap keamanan negara telah dilimpahkan ke pengadilan dan dalam proses penuntutan dengan dibuktikan
register perkara.

4
(3) Berdasarkan bukti register perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Presiden memberhentikan sementara
Gubernur dan/atau Wakil Gubernur melalui usulan Menteri Dalam Negeri.

(4) Berdasarkan bukti register perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri Dalam Negeri memberhentikan
sementara Bupati dan/atau Wakil Bupati, Walikota dan/atau Wakil Walikota melalui usulan Gubernur.

Dalam kasus Bupati KBB ia masih menjalani persidangan, posisinya digantikan sementara yang berlaku sampai
keluarnya putusan final dinyatakannya bersalah atau tidak, jika tidak maka akan diaktifkan kembali, jika iya maka
Depdagri akan mengeluarkan surat pemberhentian selamanya. Selama ia di non-aktifkan ia tetap memiliki wewenang
tertinggi di daerahnya.

Kemudian karena dalam hal ini utamanya adalah ditemukannya unsur gratifikasi maka penegakan hukum yang
diberikan kepada Bupati KBB adalah ditetapkannya pasal UU. No 20 Tahun 2001 dengan ancaman hukumannya
maksimal 20 tahun penjara dan minimal 4 tahun serta denda minimal 200 juta rupiah dan maksimal 1 miliar rupiah.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas Penulis mengambil kesimpulan bahwa Pemerintah pusat sendiri mengalami kesulitan
untuk melakukan kontrol terhadap daerah. Otonomi daerah seluas-luasnya, sebagaimana menjadi semangat
konstitusi dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, ternyata ikut menghancurkan tatanan sistem pemerintahan. Pada satu sisi kepala daerah jadi
sangat berkuasa, sedangkan pemerintah pusat tak memiliki cukup kemampuan mengawasi dan membina kewenangan
yang diserahkan. Akibatnya terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat
khususnya Bupati dalam hal ini dengan mengambil keuntungan pada pengadaan bantuan sosial untuk masyarakat
wilayah Kabupaten Bandung Barat.

Terkait dengan penegakan hukum yang diberikan pada bupati menurut penulis sudah sesuai. Dalam kasus ini
Bupati Kabupaten Bandung Barat masih menjabat sebagai bupati non-aktif. Kepala daerah yang tersangkut kasus
hukum tidak dapat langsung diberhentikan begitu saja, ia masih menjabat dengan status nonaktif apabila masih
berstatus tersangka dan terdakwa. Ketentuan tersebut ada dalam PP No. 6 Tahun 2005 pasal 125-126 tentang
pemilihan, pengusulan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah.

Setelah itu posisinya digantikan sementara yang berlaku sampai keluarnya putusan final dinyatakannya bersalah
atau tidak, jika tidak maka akan diaktifkan kembali, jika iya maka Depdagri akan mengeluarkan surat pemberhentian
selamanya. Selama ia di non-aktifkan ia tetap memiliki wewenang tertinggi di daerahnya. Hingga saat ini sidang
masih berlangsung untuk membuktikan bagaimana siapa saja yang ikut dalam kegiatan ini.

3.2 Saran

Pemerintah dalam hal mendukung pemberantasan tindak pidana korupsi yang ada di Indonesia harus membuat
suatu aturan yang tegas mengenai korupsi yang dilakukan oleh Kepala Daerah khususnya kepada Kepala Daerah
yang korupsi atas dana bantuan sosial dimasa pandemi seperti sekarang ini. Seperti yang kita ketahui, akibat dari
pandemi yang terjadi di Indonesia ini jutaan masyarakat kehilangan pekerjaan dan mengalami kesusahan. Kepala
Daerah yang harusnya mengayomi dan menolong warga-nya yang kesusahan justru malah mengambil keuntungan
ditengah penderitaan yang warga-nya alami. Tindakan ini sangat tidak mencerminkan etika baik seorang pemimpin
yang harusnya menjadi contoh bagi warga-nya. Maka harus dibuat aturan yang lebih tegas dan menimbulkan efek
jera bagi yang melakukan korupsi di Indonesia agar tidak ada lagi kejadian seperti ini dimasa mendatang.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.tempo.co/read/1490606/perkara-korupsi-bansos-covid-19-bupati-bandung-barat-segera-
disidangkan

https://republika.co.id/berita/nasional/hukum/qy147p485/bupati-bandung-barat-didakwa-korupsi-bansos-covid19

http://e-journal.uajy.ac.id/11635/4/HK107833.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/123165-ID-kajian-hukum-kedudukan-kepala-daerah-ter.pdf

Anda mungkin juga menyukai