Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PBAK

“ KORUPSI DI KELURAHAN, KECAMATAN”

DISUSUN OLEH :
Annisa Rizkyani 22044
Devi Ismeiyanti 22050
Juwita Wahyuningsih 22058
Neva Dwi Agustina 22066
Adelia Anzani 22084

Dosen pengampu :
Sri Atun Wahyuningsih,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J
Buntar Handayani,S.Kp.,MM.,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTADIPLOMA III KEPERAWATAN


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan hidayah nya sehingga kami dapat Menyusun makalah sebagai tugas mata kuliah Psikologi
yang berjudul “Makalah PBAK korupsi dikelurahan, kecamatan”. Mengingat bahwa dalam
pembuatan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunan
makalah ini, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang membantu kami. Yang kami sajikan sesederhana mungkin dan
berusaha menyajikan sejelas mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sekalian
semua. Kami yakin penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kritik dan
saran serta masukan yang membangun akan selalu penulis harapkan dari para pembaca. Akhir
kata mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan kata atau kalimat.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Jakarta, 23 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Definisi....................................................................................................... 3
B. Pemerintahan Good Governance ................................................................. 3
C. Transparansi ............................................................................................... 4
D. Transparansi Penggunaan Dana Pemerintah ................................................ 6
E. Dampak Korupsi......................................................................................... 6
F. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pencegahan
Korupsi Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Publik Di Desa ......... 7

BAB III

PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran ......................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang untuk
keuntungan pribadi yang tidak sah. Ini mencakup berbagai bentuk tindakan yang dapat
merusak masyarakat, pemerintah, dan ekonomi.

Menurut UU No. 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan


pemerintah daerah dilaksanakan atas: azas desentralisasi, azas dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan. Azas desentralisasi dalam UU ini menganut pengertian bahwa: (1)
pemberian wewenang pemerintahan yang luas pada Daerah Otonom, kecuali
wewenang dalam bidang pertahanan keamanan, Politik Luar Negeri, peradilan dan
Monitor/Fisikal, Agama serta kewenangan bidang pemerintahan lainya; (2) proses
dalam pembentukan Daerah Otonom yang baru berdasarkan azas desentralisasi, atau
mengakui adanya Daerah Otonom yang sudah dibentuk berdasarkan perundang-
undangan sebelumnya. (Hadi, 2016, https://desa bangsa. wordpress.com/2015/02/12/,
mengawal-dana desa, diakses Senin, 25 Maret 2019 Pukul 21.30 WITA). Hakekat
desentralisasi adalah membawa negara lebih dekat dengan masyarakat lokal maupun
mendorong tumbuhnya tata pemerintahan lokal yang lebih demokratis. Desentralisasi
vis a vis otonomi daerah tidak akan menghasilkan demokrasi lokal apabila sentralisasi
dan korupsi hanya sekedar dipindahkan ke daerah, bukan menguranginya. Demokrasi
lokal seharusnya memenuhi beberapa aspek yaitu:

a. Partisipasi dari masyarakat,


b. Pengelolaan sumber daya akuntabel dan transparan oleh masyarakat,
c. Dimanfaatkan secara responsif untuk kepentingan masyarakat luas.

Pembangunan di Indonesia didorong dari adanya dinamika yang menuntut


perubahan-perubahan disisi pemerintah maupun disisi warga ke depan, pemerintah dan
pemimpin politik di negara diharapkan menjadi lebih demokratis dan efisien dalam
pembangunan sumber daya publik, efektif menjalankan fungsi pelayanan publik lebih
tanggap serta mampu menyususun kebijakan program dan hukum yang dapat menjamin
hak asasi dan keadilan sosial. Sejalan dengan harapan baru terhadap peran tersebut,

1
warga juga diharapkan untuk menjadi warga yang memiliki kesadaran akan hak dan
kewajibannya lebih terinformasi, memiliki solidaritas terhadap sesama, bersedia
berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan urusan publik, memiliki kemampuan untuk
berurusan dengan pemerintah dan institusi publik lainnya, tidak apatis, serta tidak
mementingkan diri sendiri.

B. Rumusan masalah
1) Bagaimanakah transparansi penggunaan dana yang diperuntukkan untuk
kesejahteraan masyarakat Kelurahan Jagong, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan?
2) Apa kendala yang dihadapi oleh Kelurahan Jagong dalam penerapan transparansi
penggunaan dana Kelurahan di Kelurahan Jagong, Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan?
3) Dampak korupsi dana di kelurahan bagi masyarakat?
4) Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan korupsi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik di kelurahan?

C. Tujuan masalah
1) Untuk mengetahui transparansi penggunaan dana Kelurahan di Kelurahan Jagong,
Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
2) Untuk mengetahui apa kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam penerapan
transparansi penggunaan dana Kelurahan di Kelurahan Jagong, Kecamatan
Pangkajene, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
3) Untuk mengetahui korupsi dana di kelurahan bagi masyarakat.
4) Untuk mengetahui pencegahan korupsi di kelurahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki
arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

B. Pemerintahan Good Governance


Untuk mewujudkan good governance dalam konteks otonomi daerah sekaligus
bagaimana upaya sistem pelayan publik yang berorientasi pada kebutuhan dan
kepuasan serta kesejahteraan masyarakat, diperlukan adanya reformasi kelembagaan
(institutional reform) dan reformasi manegemen publik (public management reform).
Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di
daerah baik struktur maupun infrastrukturnya dan yang menyangkut reformasi
manegemen publik, organisasi sector public perlu mengadopsi beberapa praktik dan
teknik managemen yang diterapkan sektor swasta.

Istilah governance menunjukkan suatu proses dimana rakyat bisa mengatur


ekonominya ,institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya di
pergunakan untuk membangun, tetapi juga untuk menggunakan integrasi, kohesi dan
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian bahwa kemampuan suatu negara untuk
mencapai tujuan negara sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahan di mana
pemerintah melekukan interaksi dengan sektor swasta dan masyarakat, secara
konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang baik (good
governance) mengandung dua pemahaman, yakni :

a. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai nilai
yang meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan nasional
kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosia

3
b. aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Prinsip dasar yang melandasi perbedaan antara konsepsi kepemerintahan


(governance) dengan pola pemerintah yang tradisional, adalah terletak pada adanya
tuntutan yang demikian kuat agar peranan pemerintah di kurangi dan peranan
masyarakat (termasuk dunia usaha dan LSM/organisasi non pemerintah) semakin di
tingkatkan dan semakin terbuka aksesnya.

Prinsip atau asas transparansi adalah sikap membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang pengelolaan keuangan kelurahan dalam setiap tahapannya, baik dalam
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, maupun
hasil pemeriksaan, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia kelurahan.

C. Transparansi
a. Pengertian Transparansi

Konsep transparansi yang dimaksud adalah terbentuknya akses bagi


masyarakat dalam memperoleh informasi Mengenai perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan Pertanggungjawaban alokasi dana pada sebuah instansi. Hal
ini didasarkan Pada pendapat beberapa ahli, yaitu sebagai berikut: Menurut
Lalolo (2003:13) transparansi adalah prinsip yang Menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh Informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang Kebijakan, proses
pembuatan serta hasil yang dicapai.Menurut Mustopa Didjaja (2003:261)
transparansi adalah Keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan sehingga Dapat dapat diketahui oleh masyarakat. Transparansi pada
akhirnya akan Menciptakan akuntabilitas antara pemerintahan dengan
rakyat.Menurut Mardiasmo dalam Kristianten (2006:45) menyebutkan
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi
Yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber daya publik kepada Pihak
yang membutuhkan yaitu masyarakat. Mardiasmo menyebutkanTujuan
transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu:

4
a) Salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada
Masyarakat.
b) Upaya peningkatan manajemen pengelolaan pemerintahan.
c) Upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan
penyelenggaraanPemerintahan yang baik dan mengurangi
kesempatan praktek KKN.

Pasal 4 ayat 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia


Nomor 13 Tahun 2006, Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah,Dikatakan transparansi adalah prinsip keterbukaan yang
memungkinkan Masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluasluasnya tentang keunagan daerah. Dengan adanya transparansi
menjamin Akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi
Tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil
Yang dicapai Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan
fungsifungsi pemerintah dalam menjalankan mandate dari rakyat. Mengingat
Pemerintah memiliki kewenagan mengambil berbagai keputusan penting Yang
berdampak bagi orang banyak, pemerintah harus menyediakan Informasi yang
lengkap mengenai apa yang dikerjakannya denganTransparansi kebohongan
sulit untuk disembunyikan (Bawias, 2015).

b. Prinsip-prinsip Transparansi
Setidaknya ada 6 prinsip transparansi yang dikemukakan oleh
Humanitarian Forum Indonesia (HFI) yaitu:
a) Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara,
Pelaksanaaan, bentuk bantuan atau program)
b) Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail
Keuangan.
c) Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya
Alam dalam perkembangan proyek yang dapat diakses oleh
Umum.
d) Laporan tahunan
e) Website atau media publikasi organisasi
f) Pedoman dalam penyebaran informasi

5
c. Indikator Transparansi
Kristianten (2006:73) mengemukakan bahwa transparansi dapat Diukur
melalui beberapa indikator:
a) Kesediaan dan aksesibilitas dokumen
b) Kejelasan dan kelengkapan informasi
c) Keterbukaan proses
d) Kerangka regulasi yang menjamin transparansi

D. Transparansi Penggunaan Dana Pemerintah

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi Setiap
orng untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan Pemerintahan, yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan Pelaksanaanya, serta hasil-hasil
yang dicapai. Transparansi yakni adanya Kebijakan terbuka bagi pengawasan.

Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh Pemerintahan,
dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya Akan sangat sulit
dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik Kinerjanya. Manajemen
kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi.Komunikasi publik menuntut usaha
afirmatif dari pemerintah dari pemerintah Untuk membuka dan mendiseminasi
informasi maupun aktivitas yang relevan.Transparansi harus seimbang, juga dengan
kebutuhan akan kerahasiaan Lembaga maupun informasi-informasi yang
mempengaruhi hak privasi Individu. Karena pemerintah menghasilkan data jumlah
besar, maka Dibutuhkan petugas informasi professional, bukan untuk membuat dali atas
Keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebar luaskan keputusan-keputusan Yang
penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap Kebiajakan tersebut.

E. Dampak

Dampak Korupsi Dana Desa bagi Masyarakat Desa Korupsi yang rentan terjadi
di desa, menimbulkan kerugian bagi masyarakat desa. Kerugian tersebut diantaranya
terdiri atas 4 (empat) hal. Pertama,melanggengkan kemiskinan di desa.Seperti yang
diuraikan sebelumnya,bahwa kemiskinan di desa sampai saat ini masih tinggi, yakni
12,81% atau 15,26 juta penduduk desa masih dalam kondisi miskin (Badan Pusat
Statistik, 2020). Terlebih apabila dana desa yang dialokasikan untuk peningkatan

6
kesejahteraan masyarakat justru dikorupsi, maka kemiskinan di desa akan semakin
meningkat, karena tidak membantu perekomonian masyarakat desa. Selain itu, menurut
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) tidak adanya survey
dalam pengalokasian anggaran dana desa sesuai kebutuhan, menyebabkan dana desa
tidak memberikan kontribusi positif bagi pengentasan kemiskinan di desa (Bernie,
2018).Kedua, hilangnya potensi ekonomi di desa. Dana desa yang seyogyanya dapat
digunakan untuk membiayai Badan Usaha Milik Des (BUMDes) dan pembangunan
infrastruktur desa, yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak terancam tidak
terlaksana akibat korupsi. Hal lainnya adalah kualitas proyek tidak bertahan lama,
karena dana yang seharusnya direalisasikan, dalam pengadaan batang/jasa, justru di
mark down dari harga yang sebenarnya. Sehingga nilai ekonomi hasil pengadaan tidak
bertahan lama dan tidak efisien, karena kualitas yang rendah.Ketiga, hancurnya modal
swadaya masyarakat. Masyarakat desa tidak bisa dilepaskan dengan karakteristik
masyarakatnya yang gotong-royong dan salin membantu, hal itu merupakan modal
swadaya masyarakat desa (Pawane, 2016). Akan tetapi, karakteristik tersebut terancam
hilang dengan adanya korupsi.

Penyebabnya karena adanya korupsi berdampak pada kepercayaan masyarakat


terhadap elit politik Pemerintahan Desa, bahkan antar masyarakat desa sendiri
(Haryanto & Rahmania, 2015). Sehingga karakter masyarakat yang gotong royong
terancam hilang di desa akibat adanya korupsi.Keempat, terhambatnya demokratisasi
partisipasi desa. Robert Klitgaard dalam teorinya CDMA Theory menyatakan bahwa
penyebab terjadinya korupsi karena besarnya diskresi (kewenangan) dan kemampuan
memonopoli, namun kurang akuntabilitas (Kasus et al., 2015). Hal serupa juga dalam
korupsi dana desa, Kepala Desa dengan kewenangannya (diskresi) akan memonopoli
proses pengelolaan keuangan dana desa, tanpa melakukan akuntabilitas untuk pelibatan
partisipasi masyarakat. Padahal akuntabilitas merupakan ciri kultur demokrasi, supaya
masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam mengawasi pengelolaan keuangan desa
(Suryarama, 2012). Berkaitan dengan itu, maka korupsi berdampak pada terhambatnya
demokratisasi partisipasi desa. Keempat hal tersebut merupakan dampak adanya
korupsi dana desa bagimasyarakat desa.

F. Upaya Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pencegahan Korupsi


Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Publik Di Desa

7
Berdasarakan uraian di atas, maka korupsi memberikan banyak merugiakn
masyarakat desa. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya pencegahan korupsi dana
desa, salah satunya melalui peningkatan partisipasi masyarakata dalam perencanaan
dan pelaksanaan anggaran desa. Upaya yang dapat dilakukan tersebut diantaranya:
1. Akses informasi program dan anggaran desa yang memadai Partisipasi
masyarakat dapat dilakukan secara efektif apabila ada akses informasi
program dan anggaran desa yang memadai. Salah satu praktik baik upaya
tersebut dilakukan oleh Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten
Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Desa setempat membuat aplikasi
telephone pintar (Smartphone) berbasis android dan website
http://ponggok.desapintar.co.id/, supaya masyarakat dapat mengetahui
program dan anggaran yang dijalankan oleh Pemerintah Desa, baik yang
sudah dilaksanakan, sedang dilaksanakan, maupun akan dilaksanakan. Hal
itu memudahkan masyarakat dalam mengawwasi jalannya program dan
anggaran desa di manapun dan kapanpun itu. Maka dari itu upaya tersebut
seharusnya ditiru oleh desa-dea lain Indonesia,sebagai wujud akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa kepada masyarakat desa dan mencegah
terjadinya korupsi dana desa.
2. Adanya kesadaran partisipasi masyarakat. Musyawarah Desa (Musdes)
merupakan tahapan penting dalam pembahasan Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RPKDes). Pada forum tersebut juga disyaratkan adanya masyarakat
yang terlibat dalam pembahasan, untuk menyampaikan masukan, kritik, dan
sarannya terhadap program yang akan dijalankan oleh Pemerintah Desa pada
periode tahun yang akan datang. Akan tetapi, sekalipun telah didorong untuk
berpartisipasi, namun partisipasi itu bersifat semu dan bukan partisipasi
substansial. Hal itu disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk
peduli pada program pembangunan di desanya dan pendidikan, sehingga
mempengaruhi seberapa jauh kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembahasan program-program desa (Lailiani, 2017).
3. Akses Komunikasi antara Perangkat Desa dan Masyarakat Adanya akses
komunikasi yang mudah bagi masyarakat terhadap perangkat desa memiliki
pengaruh pada partisipasi masyarakat. Menurut Romanus (2017) yang
meneliti di Desa Kalo-kalo Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan,
menyimpulkan bahwa hal itu berdampak pada meningkatnya motivasi dan

8
peran masyarakat dalam berpartisipasi dalam program desa. Sehingga
masyarakat secara sadar mau berpartisipasi, karena mudah mengakses
informasi tertentu yang dibutuhkan dan memperoleh undangan dari
Pemerintah Desa secara langsung (Romanus, La Tarifu, 2017).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dengan melakukan sistematisasi dari berbagi
undang-undang tentang korupsi dengan melihat perkembang dari pengertian,unsur-
unsur dan sistem hukumnya maka diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengertian mengenai korupsi mengalami perluasan, yaitu semua bentuk
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma dan fasilitas lainnya, masuk dalam pengertian korupsi.
2. Peraturan Perundangan tentang korupsi pada tahun 1957-1960 kurang bisa
mengakomodasi perbuatan korupsi pada tahun tersebut karena dalam
perundang-undangan harus mensyaratkan adanya kejahatan koruptif, kemudian
dilihat dari penegakan hukumnya kurang bisa konsisten, dalam peraturan
perundang-undangan korupsi terdapat dua pertanggung jawaban hukum, yaitu
secara pidana dan perdata, dimana pertanggung jawaban secara pidana harus
didahulukan dari pertanggung jawaban perdata.
B. Saran
Setelah melihat perkembangan pengertian dan unsur-unsur korupsi di Indonesia
serta fakta implementasi dari perturan perundang-undangan tentang korupsi, maka
penulis memunculkan saran-saran sebagai berikut:
1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan dari atas atau “top
political will” secara konsisten dari para penyelenggara negara.
2. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada
Undangundang korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan
pertanggung jawaban pidana terlebih dahulu kemudian pertanggung jawaban
secara perdata.
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan
sanksi yang dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat dan
transparan.

10
Daftar Pustaka

Refrensi

http://scholar.unand.ac.id/10731/2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwiztoW-
yq6CAxXv1jgGHSWRBqAQFnoECA8QAQ&url=http%3A%2F%2Fperpustakaan.bldk.ma
hkamahagung.go.id%2Frepository%2Fj006_2015.pdf&usg=AOvVaw0v9bBkzVX-
GG6NMOAkYRXE&opi=89978449

11

Anda mungkin juga menyukai