Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH

KORUPSI DAN PELAYANAN PUBLIK

Dosen Pengampuh : Diana Rani,M.Kn

DISUSUN OLEH :

1. Miftahul Huda (105220178)


2. M.Riki Apriyadi (105220043)
3 Rintan Niar Legi Anggita (105220018
4. Yoanda Saputra (105220159)
5. Yunita Sari (105220148)

KELOMPOK : VI

KELAS : IP/2 G

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UIN SULTAN


THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2022/2003

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Korupsi Dan
Pelayanan Public” Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Jambi 14, Mei ,2023

Pemakalah

2
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................1

Daftar Isi.............................................................................................................................2

BAB I (Pendahuluan)........................................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan ....................................................................................................................3

BAB II ( Pembahasan)......................................................................................................4

1. Pengertian dan Unsur Pelayanan Public.............................................................5


2. Kategori Pelayanan Public...................................................................................5
3. Etika Public............................................................................................................6
4. Pengawasan Pelayanan Public.............................................................................6

BAB III (Penutup).............................................................................................................12

A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................12

3
4

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kasus-kasus korupsi di Indonesia di dominasi oleh korupsi di sektor


publik ,termasuk pelayanan publik (public service delivery) dimana masyarakat berinteraksi
langsung dengan pelaksana pelayanan publik, Diidentifikasi adanya dua sisi koin terkait
kedudukan masyarakat dalam praktik korupsi di sektor ini. Pertama, kurangnya kesadaran
(awareness) sebagian masyarakat bahwa mereka merupakan korban utama,karena tidak
merasakan secara kangsung dampak dari korupsi tersebut. Kedua, kurangnya kesadaran
masyarakat akan kontribusi keterlibatan mereka dalam praktik-praktik korupsi yang sering
mereka keluhkan. Kedua keadaan tersebut turut melanggengkan terjadinya praktik korupsi
tersebut terus-menerus baik korupsi besar maupun korupsi kecil. Penelitian ini
menganalisa dan memetakan kedudukan masyarakat sebagai korban utama maupun
sebagai pelaku dari korupsi di sector pelayanan publik. Hasil penelitian adalah pemetaan
tersebut, yang dapat menjadi dasar argumen untuk menjadikan masyarakat sebagai kelompok
sasaran dalam kasus-kasus korupsi yang sudah diungkapkan dan diproses secara hukum,
maka dapat diidentifikasi.

profil dari perbuatan korupsi pada sektor ini, yaitu :

1. Kasus-kasus korupsi pelayanan publik terjadi baik di tingkat pusat / nasional


maupun tingkat lokal / daerah. Dari 11 sektor yang rawan korupsi yaitu pendidikan, dana
bantuan sosial, rekrutmen CPNS dan pejabat, pengadaan barang dan jasa, ijin
importasi, kehutanan, perijinan tambang dan investasi, pajak dan energi, mafia hukum dan
pengadilan, pembahasan APBN dan APBD di Banggar DPR, penyalahgunaan APBD.
(brosur-spak-peran-serta-masyarakat, 2017), beberapa diantaranya terkait langsung dengan
akses masyarakat untuk mendapatkan layanan publik, beberapa yang lain mungkin tidak
terkait secara langsung namun dampaknya jangka panjangnya akan mengenai masyarakat
juga. Misalnya perijinan pembukaan lahan hutan yang diberikan masyarakat dalam
memahami hak dan tanggungjawabnya. Sedangkan hak pelaksana layanan publik pun
seringkali tidak dilakukan, sehingga terjadi pelaksana layanan publik misalnya tidak
memberikan pelayanan karena dihambat pihak lain yang bukan tugasnya, atau tidak
menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan Pedoman perilaku pelaksana layanan publik juga sering tidak diterapkan, yang
mana sering terjadi misalnya diskriminasi (pilih kasih,nepotisme),mempersulit,tidak
professional, mempersulit, terdapat benturan kepentingan, menyalahgunakan fasilitas
layanan publik, tidak memberikan informasi yang benar, menyalahgunakan
wewenang/jabatan, dan menyimpang dari prosedur dalam memberikan layanan.

4
5

Sedangkan etika pelayanan publik pun kerap tidak diindahkan dimana pelaksana layanan
publik misalnya mempersulit ./memperpanjang prosedur, tidak transparan dalam biaya,
jadwal dan durasi pelayanan yang tidak pasti, ketidakjelasan wewenang pelaksana,
kejelasan hak dan kewajiban provider dan customer, hingga penanganan keluhan yang
tidak efektif. encegahan korupsi. Penjelasan di atas mengungkapkan bagaimana sektor
yang semestinya berperan sebagai pemenuhan hak-hak masyarakat, justru menjadi
ladang korupsi oleh para oknum penyelenggara maupun pelaksananya dengan tidak taat
hukum dalam hal ini UU yang berlaku. Di Indonesia, korupsi sektor pelayanan publik bahkan
menyebar dari pusat hingga unit pemerintahan terkecil di daerah seperti desa, mengikuti
kemana aliran dana pembangunan kesejahteraan digelontorkan. Hal ini terungkap dari
kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintahan pusat maupun
kepala-kepala daerah, hingga pelaksana-pelaksana layanan publik di tingkat lokal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dan Unsur Unsur Dalam Pelayanan Publik?

2. Apa Saja Jenis Pelayanan Publik?

3. Bagaimana Kinsep Penerapan Etika Layanan Publik

4. Bagaimana Pengawasan Terhadap Pelayanan Publik?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

2. Untuk Mengetahui Korupsi Dalam Lembaga Pendidikan

3. Untuk Mengetahui Korupsi Dalam Lembaga Pelayanan Sosial

4. Untuk Mengetahui Korupsi Dalam Lembaga Keagamaan

5
6

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pelayanan Publik

A.Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Kegitan tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja
di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian
tindakan pelayanan publik.

Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar pelayanan sebagai tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian
kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Pelayanan publik
diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, pengaturan ini
dimaksudan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan
penyelenggara dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan mengenai pelayanan publik
bertujuan agar terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
publik; agar terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik; agar terpenuhinya penyelenggaraan
pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan agar terwujudnya
perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelengaaran pelayanan
publicRuang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik
serta pelayanan administratif yang diatur dalam perundang-undangan.

 Pengertian Pelayanan Publik Menurut Ahli

Kehadiran pelayanan publik tidak dapat dipungkiri tidak dapat tergantikan. Alasannya
sederhana, karena ada beberapa hal kegiatan yang memang tidak bisa dijalankan oleh pihak
organisasi atau perusahaan swasta.Kembali fokus ke pengertian pelayanan publik, setiap ahli
atau aturan Negara memiliki perspektif yang berbeda.

1. Pengembangan Kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Pelayanan publik menurut Lembaga pelayanan Terpadu Satu Pintu (2004) memaparkan
bahwa pelayanan publik sebagai proses bantuan yang diperuntukan untuk melayani orang
lain.Bentuk pelayanan yang diberikan tentantu bermacam-macam dan membutuhkan
hubungan interpersonal, yang diharapkan agar tercipta keberhasilan dan kepuasan.

6
7

2. Inu Kencana Syafiie

Menurut Syafi’ie pelayanan publik adalah kumpulan manusia yang memiliki persamaan
sikap, perasaan, tindakan dan harapan yang sama tentang nilai-nilai norma yang mereka
miliki.

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 mendefinisikan bahwa pelayanan publik


sebagai bentuk kegiatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang
disesuaikan oleh perundang-undangan bagi setiap warga negara, baik itu berupa barang, jasa
maupun dalam bentuk pelayanan administrasi.

4. A.S. Moenir

Sementara Moenir mengartikan bahwa pelayanan publik sebagai pelayanan umum yang
ditujukan untuk orang lain. Adapun fungsi dari pelayanan publik, yaitu memberikan
kemudahan atau bantuan kepada masyarakat untuk tujuan yang dibutuhkan oleh mereka.

5. A. Imanto

Berbeda dengan pendapat A. Imanto (2002) yang mendefinisikan pelayanan publik sebagai
peristiwa yang lakukan oleh pelanggan dalam menimati dan menerima layanan dengan
service delivery system

Penyelenggaraan pelayanan publik meliputi pelaksanaan pelayanan; pengelolaan pengaduan


masyarakat; pengelolaan informasi; pengawasan internal; penyuluhan kepada masyarakat;
dan pelayanan konsultasi. Apabila terdapat ketidakmampuan, pelanggaran dan kegagalan
penyelenggaraan pelayanan yang bertanggung jawab adalah penyelenggara dan seluruh
bagian organisasi penyelenggaran. Dalam rangka mempermudah penyelenggaraan berbagai
bentuk pelayanan publik, dapat dilakukan penyelenggaraan sistem pelayan terpadu. Selain
itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan, dapat dilakukan kerja
sama antar penyelenggara meliputi kegiatan yang berkaitan dengan teknis operasional
pelayanan dan/atau pendukung pelayanan. Dalam hal penyelenggara yang memiliki lingkup
kewenangan dan tugas pelayanan publik tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan
sumber daya dan/atau dalam keadaan darurat, penyelenggara dapat meminta bantuan kepada
penyelenggara lain yang mempunyai kapasitas memadai. Dalam keadaan darurat, permintaan
penyelenggara lain wajib dipenuhi oleh penyelenggara pemberi bantuan sesuai dengan tugas
dan fungsi organisasi penyelenggara yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Penyelenggara dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam bentuk penyerahan
sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik kepada pihak lain dengan ketentuan
perjanjian kerja sama tersebut dituangkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
dalam pelaksanaannya didasarkan pada standar pelayanan; penyelenggara berkewajiban
untuk memberikan informasi terkait perjanjian kerja sama tersebut kepada masyarakat;
tanggung jawab pelaksanaan kerja sama berada pada penerima kerja sama sedangkan

7
8

tanggung jawab penyelenggaraan secara menyeluruh berada pada penyelenggara; informasi


terkait identitas pihak lain dan identitas penyelenggara sebagai penanggung jawab kegiatan
harus dicantumkan oleh penyelenggara pada tempat yang jelas dan mudah diketahui oleh
masyarakat; dan penyelenggara dan pihak lain mempunyai kewajiban untuk mencantumkan
alamat tempat mengadu dan sarana untuk menampung keluhan masyarakat yang mudah
diakses, antara lain telepon, pesan layanan singkat, laman, e-mail, dan kotak pengaduan.
Pihak lain yang dimaksud dalam hal ini wajib berbadan hukum Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Kerja sama yang diselenggarakan tidak menambah beban
bagi masyarakat serta dalam rangka untuk menyelenggarakan pelayanan publik.

 Prinsip Pelayanan Publik

.Prinsip pelayanan publik didasarkan pada keputusan MENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003


memuat beberapa prinsip pelayanan sebagai berikut.

1. Kesederhanaan

Jadi prinsip darip elayanan publik adalah kesederhanaan. Maksud dari kesederhanaan adalah
pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dilaksanakan dan mudah dipahami oleh masyarakat.

2. Kejelasan

Prinsip yang kedua adalah memiliki unsur kejelasan. Baik itu jelas secara teknis ataupun jenis
secara administratif. Jadi jika pelayanan publik kurang jelas dan prosesnya berputar-putar,
perlu dipertanyakan.

3. Kepastian Waktu

Salah satu prinsip dari pelayanan publik adalah kepastian waktu. Dimana segala aktivitas dan
kegiatan waktunya sudah ditentukan.

4. Akurasi

Tidak hanya berhenti disitu saja ternyata, prinsip kerja pelayanan publik berfokus pada
akurasi. Jadi yang dimaksud akurasi adalah bekerja berdasarkan prosedur dan syarat dan
produk pelayanan publik yang diterima dengan tepat, benar dan sah.

5. Keamanan

Tentu saja dari segi keamanan prinsip kerjanya memberikan kepastian hukum, sehingga
masyarakat pun merasa aman.

6. Tanggung jawab

Adapun prinsip lain, yaitu bekerja dengan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan
tanpa mengeluh dan siap membantu masyarakat untuk kepentingan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

8
9

Saat kita berhadapan dengan kepentingan pelayanan publik, masyarakat dituntut untuk
memperhatikan kelengkapan berkas atau surat yang dibutuhkan oleh tim pekerja pelayanan
publik.

8. Kemudahan akses

Sementara yang dimaksud dengan kemudahan akses adalah untuk mengetahui apakah
pelayanan yang dijalankan memadai dan terjangkau untuk masyarakat. Termasuk kemudahan
akses yang bersifat modern lewat kemudahan informatika dan telekomunikasi.

9. 3K (Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan)

Ada juga yang dimaksud dengan 3K , yaitu kedisiplinan, kesopanan dan keramahan. Jadi
orang yang bekerja sebagai pelayanan publik dituntut untuk bersikap disiplin, sopan, santun
dan ramah saat memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memiliki berbagai macam
karakter.

10. Kenyamanan

Prinsip terakhir adalah, memberikan kenyaman bagi masyarakat yang membutuhkan


pelayanan. Termasuk juga memberikan kenyamanan dalam kebersihan, tata ruang, fasilitas,
dan lingkungan. Jenis-Jenis Pelayanan Publik

 Unsur Pelayanan Publik

Tanpa Wujud atau Service Intangibility: Pelayanan publik tidak dapat dilihat, diraba,
didengar, atau dicium sebelum jasa tersebut dibeli. Keterikatan pelayanan jasa dan penyedia
jasa dimisalkan sebagai produk fisik yang diproduksi, disimpan, dijual, dan akhirnya
dikonsumsi. Jasa dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada saat
yang sama. Keterikatan Jasa Pelayanan dan Penyedia.

Jasa Tidak Dipisahkan atau Service Inseparability: Jasa pelayanan tidak dapat dipisahkan
dari penyedia jasa pelayanan itu sendiri. Penyedia jasa bisa berupa mesin atau orang.

Variabilitas Pelayanan atau Service Variability: Kualitas jasa pelayanan bergantung pada
siapa yang menyediakan atau menghasilkan jasa tersebut, kapan di mana, dan bagaimana jasa
pelayanan itu diberikan.

Pelayanan Langsung Digunakan dan Habis atau Service Perishability: Jasa pelayanan tidak
bisa disimpan untuk kemudian dijual atau digunakan kembali.

B.KATEGORI PELAJANAN PUBLIK.

1. Pelayanan Administratif

Pelayanan administrasi salah satu bentuk pelayanan publik yang bertugas untuk melayani dan
menghasilkan bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan.Berbicara tentang bentuk dokumen,
ada banyak sekali jenisnya, mulai dari dokumen kepemilikan tanah, kewarganegaraan,
sertifikasi kompetensi dan masih banyak lagi seperti KTP, BPKB, STNK, IMB dan SIM.

9
10

2. Pelayanan Barang

Sesuai dengan makanannya, pekerjaan pelayanan publik yang bekerja di bagian pelayanan
barang bertugas untuk melayani dan menghasilkan bermacam-macam bentuk dan jenis
barang yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Tentu saja bentuknya beragam, mulai dari pelayanan pemasangan jaringan telepon, pelayanan
penyediaan tenaga listrik dan masih banyak lagi.

3. Pelayanan Jasa

Begitupun dengan pelayanan jasa, bertugas untuk melayani atau menghasilkan berbagai hal
yang sifatnya berbentuk jasa. Misalnya jasa pendidikan, jasa pemeliharaan kesehatan, jasa
penyelenggaraan transportasi hingga jasa pengurusan pensiun.

4. Pelayanan Regulatif

Sementara yang dimaksud dengan pelayanan regulatif adalah pelayanan yang berupaya
memberikan pelayanan penegakan hukum, kebijakan dan masih banyak lagi.

 Faktor-faktor Pelayanan Publik

Terdapat enam faktor yang memengaruhi pelayanan publik. Enam faktor ini memiliki bobot
pengaruh yang relatif sama besar. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Kesadaran: Faktor yang menjiwai perilaku pemandu kehendak dalam


lingkungan organisasi kerja. Contohnya tidak menganggap sepele yang dilayani,
penuh keikhlasan, kesungguhan, dan kedisiplinan.
2. Faktor Aturan: Ketaatan dan penggunaan kewenangan dalam perwujudan hak,
kewajiban, dan tanggung jawab. Adanya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan
berbahasa yang baik dengan pemahaman pelaksanaan tugas.
3. Faktor Organisasi: Pelayanan organisasi yang mengalir ke semua komponen sesuai
dengan uraian pekerjaan. Menyangkut standar, waktu, alat yang digunakan, bahan,
dan kondisi pekerjaan dengan mekanisme berdasarkan penelitian.
4. Faktor Pendapatan: Faktor imbalan bagi para pelayan publik atau fungsionaris yang
dianggap layak dan patut.
5. Faktor Sarana Pelayanan: Faktor yang menyangkut segala peralatan, perlengkapan
kerja, fasilitas utama, dan pendukung pelaksanaan kerja. Fungsi sarana pelayanan
yaitu: Mempercepat proses pelaksanaan kerja atau lebih efisien. Meningkatkan
produktivitas barang dan jasa. Menjamin ketepatan ukuran atau kualitas produk.
Menciptakan kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan. Menghasilkan
kepuasan dan mengurangi reaksi emosional pelanggan.
6. Faktor Kemampuan dan Keterampilan: Menyangkut tiga kemampuan dasar yaitu
kemampuan teknik, kemampuan yang bersifat manusiawi, dan kemampuan konsepsi

10
11

Manajemen Pelayanan Publik

Manajemen pelayanan publik hadir dengan tujuan untuk mengatur segala aktivitas pelayanan
publik agar berjalan secara lancar. Manajemen inilah yang membantu merealisasikan
rancangan atau rencana menjadi kenyataan. Saat memanajemen ini dijalankan, maka akan
berhadapan pada manusia. Adapun tujuan hadirnya manajemen pelayanan publik, selain
memberikan kepuasan masyarakat, juga bertujuan untuk beberapa aspek pelayanan dan
produk.Manajemen pelayanan publik juga dapat ditinjau dari beberapa aspek, sebagai
berikut.

1. Aspek Berdasarkan Aktivitasnya

Aktivitas yang dijalankan oleh pekerja pelayanan publik. Berikut beberapa aktivitas
menonjol dalam manajemen pelayanan publik.

a. Menetapkan sasaran
Menetapkan sasaran menjadi salah satu aktivitas pelayanan publik yang berorientasi
pada pencapaian tujuan.Dimana stakeholder yang terlibat fokus pada apa yang
dikerjakan agar mencapai tujuan tersebut dan selalu siap mencari problem solving
terhadap masalah yang muncul.
b. Menetapkan caraSelain menetapkan sasaran, manajemen pelayanan publik juga fokus
pada bagaimana cara menetapkan cara yang tepat terkait cara mencapai tujuan,
membuat dan menjalankan prosedur yang efektif serta menentukan metode apa yang
terbukti ampuh

2. Aspek Berdasarkan Teknik

Manajemen pelayanan publik dari aspek teknik pencapaiannya, ada beberapa teknik
manajemen, sebagai berikut.

a. Management by objective adalah (MBO) atau manajemen dengan sasaran, yaitu


teknik yang menggunakan menyasar orang (unit kerja) sebagai sasaran yang paling
kecil.Setelah mengetahui sasaran paling kecil, barulah merencanakan pencapaian dan
pengendalian bersama dengan unit yang ada di atasnya.

b. Management by result (MBR)

Management by result (MBR) adalah manajemen hasil, yang mana teknik ini berfokus
pada kewenangan dalam pengambilan keputusan dengan cara mendelegasikan,
sebagai bentuk keberlangsungan proses kegiatan.

c. Management by system

Management by system (MBS) atau manajemen dengan sistem adalah teknik


manajemen yang berorientasi pada mekanisme sistem. Penting sekali memperhatikan
prosedur dan metode sebelum menata perencanaan sesuai dengan bidang kegiatan.

11
12

d. Management by Motivation

Management by motivation (MBM) adalah manajemen motivasi yang menggunakan


pendekatan semangat untuk mencapai tujuan.Semangat menjadi stimulus untuk terus
dikembangkan karena bisa dipergunakan untuk tujuan yang bersifat material maupun
nonmaterial.

e. Management by exception

Management by exception (MBE) adalah manajemen dengan pengecualian.


Manajemen ini dalam organisasi ada yang tidak perlu dilimpahkan pada orang
pimpinan organisasi.Meskipun secara struktural memang ada pimpinan atau atasan.
Nah, wewenang yang dilemparkan inilah yang disebut dengan pengecual dalam
teknik MBE.

Etika publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,


benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

C.ETIKA PUBLIK

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:

Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi
sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.

Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:

 Dimensi Kualitas Pelayanan Publik


 Dimensi Modalitas
 Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator etika publik meliputi:

Adanya kode etik, yang merupakan aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketentuan tertulis.

 Keramahan dalam bersikap akan membuat orang lain merasa dihargai dan
dihormati.

Sopan santun, merupakan sikap yang berdasarkan pada aspek nilai dan norma saat melayani
publik sehingga meningkatkan kualitas pelayanan publik. Empati dan simpati, sikap seakan
merasakan apa yang dirasakan orang lain. Simpati akan berlangsung ketika ada sikap saling
pengertian dan saling percaya sehingga memudahkan dalam berkomunikasi. Netralitas, sikap
yang tidak memihak atau ikut berkompetisi dalam kegiatan yang memungkinkan terjadi
pertikaian.

12
13

D.Pengawasan Terhadap Pelayan Publik

Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi


penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang
diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah. Selama 2 dekade ini tentunya masih banyak hal yang harus diperbaiki dan
ditingkatkan oleh Ombudsman RI dalam menjalankan fungsi, tugas dan kewenangannya.

Dalam hal pengawasan pelayanan publik, selain menjadi tugas, fungsi dan kewenangan
Ombudsman RI masih belum banyak yang mengetahui bahwa ada elemen lain yang memiliki
tugas tersebut. Pasal 35 UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan
Publik) mengatur bahwa pengawas pelayanan publik terbagi menjadi 2 yaitu pengawas
internal dan eksternal. Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan
melalui: (1) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pengawas
internal dan pengawas eksternal. (2) Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan publik
dilakukan melalui: a. pengawasan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan b. pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (3) Pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan melalui: a.
pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, b. pengawasan oleh Ombudsman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan c. pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

 Pengawasan Internal

Jika kita berharap pelayanan publik semakin hari semakin baik maka pengawasan internal
menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
UU Pelayanan Publik membagi pengawas internal yaitu pengawasan oleh atasan langsung
dan pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Salah satu yang dapat dilakukan oleh pengawas internal, khususnya oleh atasan langsung
yaitu dengan melakukan evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik.

Evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik ini telah diatur dalam Permenpan RB
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara Pelayanan
Publik (Permenpan RB 17/2017), dalam Permenpan RB tersebut ada 6 aspek yang dinilai
yaitu kebijakan pelayanan, profesionalisme SDM, sarana prasarana, sistem informasi
pelayanan publik, konsultasi dan pengaduan, dan inovasi pelayanan. Maka apabila penilaian
kinerja internal ini dilakukan secara berkala oleh penyelenggara pelayanan publik maka
bukan hal sulit untuk mewujudkan pelayanan prima yaitu pelayanan berkualitas, cepat,
mudah, terjangkau, dan terukur yang diberikan oleh penyelenggara layanan kepada
penerima/pengguna layanan.

13
14

 Pengawasan Eksternal

Dalam UU Pelayanan Publik pengawas eksternal terdiri dari masyarakat, Ombudsman, DPR
RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Jika leading sector pengawasan eksternal
ini berjalan secara sinergi maka pelayanan publik berkualitas dan prima bisa dengan mudah
kita wujudkan bersama. Sebagaimana kita ketahui bersama berdasarkan UUD 1945 DPR RI,
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota memiliki 3 tiga fungsi yaitu fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.

Terkait fungsi pengawasan ini DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dapat
melakukan dengan memastikan apakah regulasi terkait pelayanan publik yang bertujuan
untuk menyejahterakan masyarakat diimplementasikan atau tidak oleh eksekutif selaku
penyelenggara pelayanan publik. DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota juga
juga dapat melakukan fungsi anggaran untuk memastikan bahwa persentasi anggaran yang
ada setiap instansi/lembaga yang bertujuan untuk penyelenggaran pelayanan publik efektif
dalam penggunaannya. DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota juga dapat
melakukan fungsi legislasinya dengan menyusun peraturan yang berdampak pada
peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pengawasan eksternal juga dapat dilakukan oleh masyarakat dengan menyampaikan laporan
atau pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik kepada instansi
terlapor/atasan terlapor dan jika tidak ada tanggapan dapat menyampaikan laporan atau
pengaduan tersebut kepada Ombudsman RI. Fungsi kontrol dari pengawas eksternal ini
menjadi penting untuk saling bersinergi, sehingga diharapkan penyelenggara pelayanan
publik bergerak cepat melakukan berbagai upaya perbaikan dari setiap rekomendasi yang
diberikan oleh pengawas eksternal tersebut.

 Peran Masyarakat

Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Rasanya mustahil kita mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan prima di tengah-
tengah masyarakat yang apatis karena tidak peduli apapun yang terjadi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Peran serta masyarakat sudah dimulai dari proses
penyusunan dan penetapan standar pelayanan, sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (2)
UU Pelayanan Publik. Namun lebih jauh dari itu ternyata masyarakat juga merupakan salah
satu pengawas eksternal dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana diatur dalam
Pasal 35 ayat (3) huruf a UU Pelayanan Publik. Sayangnya kedua peran masyarakat ini
belum dilakukan secara optimal baik oleh penyelenggara dalam proses penyusunan dan
penetapan standar pelayanan, maupun oleh masyarakat dalam melakukan fungsinya sebagai
salah satu pengawas eksternal dengan menyampaikan laporan atau pengaduan masyarakat
kepada instansi penyelenggara atau kepada Ombudsman RI.

Masih belum banyak penyelenggara pelayanan publik yang melibatkan masyarakat dalam
penyusunan dan penetapan standar pelayanan, padahal selain diatur dalam UU Pelayanan

14
15

Publik hal ini juga diatur dalam Permenpan RB Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman
Standar Pelayanan (Permenpan RB 14/2015). Dalam Permenpan RB 14/2015 setelah proses
penyusunan rancangan standar pelayanan, maka sebelum penetapan standar pelayanan maka
penyelenggara wajib melibatkan masyarakat dalam pembahasan rancangan standar pelayanan
tersebut. Bentuk pelibatan masyarakat dalam pembahasan rancangan standar pelayanan
dapat dilakukan dalam bentuk Diskusi Grup Terfokus(Focus Group Discussion) atau Dengar
Pendapat(Public Hearing). Proses pelibatan masyarakat ini menjadi penting sehingga dalam
penyusunan dan penetapan standar pelayanan dapat memperhatikan kemampuan
penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan. Hal ini tentunya sejalan
dengan semangat berdemokrasi, salah satunya dengan melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan publik. Untuk itu peran pengawasan
internal dan eksternal harus berjalan secara optimal demi mewujudkan pelayanan prima yang
berdampak pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.

2. Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

A.. Pengertian

Istilah pengadaan barang/jasa dalam arti luas mencakup penjelasan dari tahap persiapan,
penentuan, dan pelaksanaan atau administrasi lelang dari pengadaan barang/jasa.
Pengadaan barang/jasa juga tak hanya sebagai kegiatan pemilihan penyedia barang/jasa
tetapi juga meliputi seluruh proses yang dimulai dari perencanaan, persiapan, perijinan,
pelelangan, penentuan pemenang lelang, hingga tahap pelaksanaan dan proses
administrasi dalam pengadaan barang/jasa. barang/jasa dari tahun ke tahun umumnya selalu
meningkat. Korupsi merupakan satu diantara sekian banyak persoalan yang menghambat
pembangunan di Indonesia, termasuk juga pembangunan di daerah. Salah satu lahan
korupsi yang paling subur adalah sektor pengadaan barang dan jasa. Korupsi jenis ini masuk
pada korupsi jenis transaksional. Pada ruang lingkup pemerintahan ternyata korupsi
yang paling banyak terjadi adalah pengadaan barang dan jasa. KPK melansir bahwa 80%
kasus korupsi yang mereka tangani adalah terkait korupsi jenis ini. Korupsi ini biasanya
dimulai perencanaan proyek pesanan atau usulan saat proses tender pengadaan barang dan
jasa, namun bukan dari usulan masyarakat, akan tetapi dari pengusaha. Sementara bagi
yang mengusulkan, biasanya proyeknya akan disetujui dengan anggaran yang sudah
direncanakan. Jika dari awal terjadi perencanaan dan pengajuan anggaran yang tidak
sesuai prosedur, biasanya muncul tindakan untuk melakukan mark up anggaran.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa

Faktor penyebab terjadi korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah antara
lain pertama, lemahnya kerangka hukum dan kelembagaan; kedua, lemahnya kapasitas
pengelola pengadaan barang dan jasa pemerintah; dan ketiga, lemahnya kepatuhan terhadap
peraturan, pengawasan, dan penegakannya. Dasar hukum pemberantasan korupsi saat ini

15
16

diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
(UU Tipikor). Salah satu kelemahan UU Tipikor dikaitkan dengan korupsi pengadaan barang
dan jasa antara lain sanksi pidana belum cukup efektif sebagai instrumen pencegah korupsi
pengadaan barang dan jasa. Oleh karena hakikat sanksi pidana sebagai instrumen terakhir
(ultimum remedium) maka harus dibarengi dengan Instrumen hukum administrasi yang
berintikan pengawasan (controlling).

 Makna tindak pidana korupsi

Jeremy Pope dalam bukunya on-ronting koruption/ the element national Integrity System,
menjelaskan bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi
keprihatinan semua orang. Praktik korupsi biasanya sejajar dengan konsep pemerintahan
totaliter, diktator yang meletakkan kekuasaan di tangan segelintir orang. namun, tidak berarti
dalam sistem sosial politik yang demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih parah
praktek korupsinya, apabila kehidupan sosial politiknya tolerasi bahkan memberikan ruang
terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggaran hak asasi
manusia, lanjut Pope.menurut ieter rish, mantan direktur jenderal Pembangunan eropa.
Korupsi merupakan tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang
suatu negara, dan menurunkan standar kualitas suatu barang. biasanya proyek pembangunan
dipilih karena alasan keterlibatan modal besar, bukan pada urgensi kepentingan publik.
Korupsi selalu menyebabkan situasi sosial ekonomi tak pasti junertenly:. Ketidakpastian ini
tidak menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi dan peluang bisnis yang sehat. Selalu
terjadi asimetrisin-ormasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sektor swasta sering melihat
ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam menjalankan bisnis, sulit diprediksi
berapa Return: yang dapat diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan akibat praktek
korupsi juga sulit diprediksi.

 Urgensi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pelayanan Publik Indonesia

Upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan menangkap dan
menjebloskan koruptor ke penjara, karena praktiknya hukum dan penjara tidak membuat
jera bagi para pelaku. Di sini dibutuhkan penanaman nilai-nilai anti korupsi dalam
pelayanan publik di Indonesia. Dalam konteks reformasi birokrasi, salah satu hal yang
harus direformasi di bidang pelayanan publik adalah kualitas manusia yang harus dibina
dan dikembangkan agar menjadi aparatur pemerintah yang profesional dan bertanggung
jawab. Pendidikan bagi mahasiswa sebagai salah satu calon-calon Aparatur Sipil Negara
nantinya merupakan upaya dalam menanamkan perubahan dari sikap membiarkan dan
menerima korupsi ke sikap tegas menolak korupsi. Pendidikan pada dasarnya harus
dilakukan berkesinambungan, baik pada tingkat sekolah dasar hingga ketika individu
tersebut berkontribusi bagi masyarakat. Dalam konteks reformasi birokrasi, salah satu
hal yang harus direformasi di bidang pelayanan publik adalah kualitas manusia yang

16
17

harus dibina dan dikembangkan agar menjadi aparatur pemerintah yang profesional dan
bertanggung jawab.

Upaya Pendidikan Anti Korupsi merupakan upaya penting yang dilakukan oleh negara
untuk menuju kepada pemerintahan yang bersih dan mengarah pada pemerintahan yang
baik (good governance). Pelatihan dan pendidikan bagi mahasiswa perlu dilakukan
secara seksama, sehingga nilai-nilai anti korupsi tidak hanya menjadi teori tetapi tertanam
ke dalam hati dan sanubari. Pelatihan yang dilakukan menggunakan modul yang sangat
baik dan tepat sehingga dapat memberikan nilai-nilai anti korupsi yang mendalam yang
nantinya dapat di implementasikan oleh mahasiswa. Terdapat beberapa upaya Pendidikan
Anti Korupsi yang dapat dilakukan dalam lingkup sektor pelayanan publik, antara lain
(Mahekadalam Handoyo, 2013)

 Menimbang Vonis Hukuman Korupsi pada Pelayanan Publik

Perkara korupsi yang melilit lembaga trias politik merupakan bentuk betapa tidak
sterilnya lembaga pemerintahan dari perilaku korupsi. Terjeratnya lembaga legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam pusaran korupsi merupakan bukti terjadi pembusukan dalam
lembaga trias politika. Kendatipun demikian dalam pemberian vonis hukuman kepada
perilaku korupsi ternyata sangat bervariasi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 yang
menunjukkan bahwa vonis yang dijatuhkan pengadilan kepada para koruptor sangat
beragam. Secara keseluruhan jumlah koruptor yang dijatuhkan hukuman pengadilan
tipikor selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 jumlah
yang ditujuhkan vonis 115 orang, kemudian meningkat menjadi 260 pada tahun 2014.
Jumlah ini menurun pada tahun 2015 yakni 230, lalu naik lagi pada tahun pertengahan 2016
yakni 384.

 Strategi Mencegah Tindak Pidana Korupsi pada Pelayanan Publik

Melihat fenomena korupsi di sektor pelayanan publik sampai hal-hal yang berskala kecil,
dibutuhkan strategi yang komprehensif untuk dapat meminimalisir celah atau potensi
terjadinya korupsi. Fakta di atas menunjukkan bahwa korupsi dilakukan karena rentang
birokrasi yang panjang. Oleh karena itu, di bawah ini diuraikan beberapa strategi
sebagai solusi untuk mencegah perilaku korupsi.

Pertama, memperkuat kapasitas kelembagaan birokrasi pelayanan publik. Penguatan


kapasitas kelembagaan birokrasi sangat penting dalam rangka menerapkan birokrasi ala
Weberian, yaitu Birokrasi legal-rational. Birokrasi ini ditandai dengan birokrasi yang
memuat aturan-aturan yang ketat dan pelaksanaanya dikontrol oleh atasan secara ketat,
dan tenaga pelayanan birokrasi harus ditopang oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi memadai. Harus diakui bahwa lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) di Indonesia patut mendapatkan apresiasi. KPK memberikan harapan bahwa dengan
penguatan institusi anti korupsi, potensi atau jumlah orang yang melakukan korupsi
dapat ditindak dan diminimalisir dengan baik. Namun demikian, institusi KPK belum

17
18

mampu menjangkau problem korupsi sampai pada masalah-masalah kecil sebagaimana


terjadi di institusi pelayanan publik. Kasus-kasus seperti korupsi di kantor kelurahan,
kantor polisi, dan sejenisnya yang melibatkan masyarakat selama ini luput dari perhatian.
Hal ini karena fokus KPK memang pada kasus-kasus besar. Oleh karena itu, penguatan
kelembagaan birokrasi dapat menjadi strategi untuk mencegah dan memberantas korupsi
dari dalam. Menurut Hart (2001), penguatan kelembagaan birokrasi (organisasi) dapat
mendorong adanya disiplin internal sebagaimana diinginkan dalam model birokrasi legal
rasional ala Weberian. Penguatan kelembagaan ini dapat diwujudkan melalui reformasi
internal birokrasi dengan menerapkan mekanisme Pengawasan Internal (pemberian sanksi
dan penghargaan, penerapan kode etik, audit internal, dan lain-lain) (Hart, 2001).
Dalam konteks pemberian sanksi dan penghargaan misalnya, birokrasi perlu
menerapkan aturan reward and punishment bagi pegawai.

Kedua, penguatan kapasitas sumber daya manusia. SDM menjadi salah satu faktor
determinan sukses tidaknya sebuah organisasi birokrasi. Oleh karena itu, birokrasi yang
profesional harus diisi oleh orang-orang yang profesional, yakni orang-orang yang
bekerja dengan kompetensi yang memadai. Disamping itu, penguatan kapasitas sumber
daya dibutuhkan untuk membekali para pegawai agar memiliki tanggung jawab, disiplin
dan patuh terhadap aturan yang berlaku. Mewujudkan birokrasi yang profesional dapat
dilakukan melalui program training peningkatan kompetensi dan training tentang
pendidikan karakter (character building). Peningkatan kompetensi diperlukan agar para
birokrat cakap dan efektif dalam bekerja. Para pegawai diharapkan memiliki peningkatan
pengetahuan dan skills yang dibutuhkan untuk menunjang kerja birokrasi. Sedangkan
training pendidikan karakter menjadi bagian integral mewujudkan birokrasi yang clean
governance. Integritas dapat menjadi jaminan roda birokrasi dapat berjalan sesuai arah
yang akan dituju. Pendidikan karakter ini dapat dilakukan melalui training yang berisi
tentang penanaman nilai tentang kerja sama, kejujuran, disiplin, dan membiasakan
budaya malu. Melalui profesional development program untuk peningkatan kompetensi
pegawai dan menggalakkan program character building diharapkan dapat menjadi solusi
untuk menimimalisir potensi korupsi dalam pelayanan public.

18
19

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Salah satu unsur terpenting dalam mewujudkan good governance yaitu dengan
peningkatan pelayanan public dalam penyelenggaraan pemerintah dengan pelayanan
yang baik dan prima. Namun, pada saat sekarang ini konsep dan cita-cita tersebut
masih belum terealisasi dengan sepenuhnya. Dimulai dari masih banyaknya procedural
berbelit-belit dan lamban dalam penyelesaiannya. Sehingga dengan adanya reformasi
birokrasi pada penyelenggaraan pemerintah merupakan Langkah awal yang baik, walaupun
belum terealisasi dengan sempurna.

Masyarakat yang sejahtera dimulai dari pelayanan public yang efektif dan efisien dalam
memenuhi kepentingannya. Ketika pelayanan public yang diberikan tidak produktif dan
rendah responsive terhadap yang menjadi tuntutan masyarakat, maka kesejahteraan
masyarakat akan sulit dicapai. Sehingga banyak masyarakat dalam memenuhi
kepentingannya menggunakan jalan pintas alternatif lain yaitu penyogokan dengan
berpadu bersama nafsu Hasrat duniawi dari pejabat birokrasi tadi. Hal tersebut merupakan
tindakan korupsi yang masih belum teratasi sepenuhnya dalam pelayanan public. Tidak
kita pungkiri, bahwa yang melakukan hal tersebut bukanlah orang-orang dengan
Pendidikan rendah tetapi, masyarakat yang telah mengenyam Pendidikan di akademisi atau
perguruan tinggi. Pencegahan dan penanggulangan hal tersebut telah dilakukan dengan
berbagai macam tindakan.

Hadirnya lembaga negara, KPK, sebagai lembaga resmi penangan korupsi bukan malah
menjadikan korupsi ini dapat diatasi melainkan mengalami peningakatan tahun per
tahunnya. Istilah korupsi telah mandarah daging, memang tidak dapat kita tepis, tetapi
bukan juga dengan terus terpaku pada premis demikian. Harus dilakukan pergerakan
konkrit, yang dapat dimulai dari pelayanan public yaitu memperkuat kapasitas
kelembagaan birokrasi pelayanan publik dalam rangka menerapkan birokrasi

B.SARAN

Setelah menulis makalah ini, saya sebagai penulis makalah dengan judul “Korupsi dan
Pelayanan Publik” ingin memberikan saran dan ajakan kepada pembaca makalah ini untuk
mencari tahu lebih lanjut mengenai pemahaman materi Korupsi terhadap Pelayanan Publik di
Indonesia tentunya dalam ruang lingkup Administrasi Publik. Akhir kata, kami Kelompok
VI sebagai penulis sadar bahwa makalah yang saya tulis masih memiliki banyak kesalahan
dan kekurangan, serta jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami kelompok VI
mengharapkan kritikan, masukan, dan saran dari pembaca sehingga saya bisa menulis
makalah lain yang lebih baik kedepannya dengan mengacu kepada sumber-sumber yang
lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

19
20

Daftar pustaka

Anggraeni, T. D. (2014). Menciptakan Sistem Pelayanan Publik Yang Baik: Strategi


Reformasi Birokrasi Dalam Pemberantasan Korupsi. Jurnal Rechts Vinding Media
Pembinaan Hukum Nasional, 3(3), 417-433.

Baru, B. M., & Sripeni, R. (2019, September). Potensi Korupsi Birokrasi Publik Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. In Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF)
(Vol. 3, pp. 1865-1877).

Fatkhuri, F. (2018). Korupsi Dalam Birokrasi Dan Strategi Pencegahannya. Jurnal


Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, 1(2).

Khairunnisa, L., & Permana, H. (2022). Urgensi Pendidikan Anti Korupsi Dalam Pelayanan
Publik Di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(4), 4718-4732.

Rozuli, A. I. (2017). Birokrasi, Korupsi, Dan Kekuasaan. Jurnal Transformative, 3(1), 1-14.

SuGadi, Strategi Pemberantasan 5indak PidanaKorupsi. Dalang/ayumedia


Publishing.=amintang, POS dan Samosir.

Jisman.Hukum Pidana Indonesia .Bndung /Penerbit Sinar Baru.Saleh, Hantjik. Tinda/


http/AAkumpulanmakalah0%n%nets.blogspot.%omA+C(+AC+Amakalah0korupsi.html

20

Anda mungkin juga menyukai