Dosen Pengampu:
Dr. Nur Hafni, S.Sos., MPA
Disusun:
Maridup Yehezkiel Sihombing
220210054
DAFTAR ISI...................................................................................... 2
KATA PENGANTAR......................................................................... 3
BAB 1............................................................................................... 4
PENDAHULUAN.............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................4
1.2 Tujuan Penelitian............................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah............................................................ 6
BAB 2............................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
BAB 3............................................................................................... 9
PEMBAHASAN................................................................................ 9
3.1. Permasalahan Pelayanan Puskesmas Di
Pematangsiantar...................................................................... 9
3.2. Pemecahan Masalah.......................................................10
BAB 4............................................................................................. 14
PENUTUP....................................................................................... 14
A. KESIMPULAN.................................................................... 14
B. SARAN............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 16
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, yang telah melimpahkan berkah dan kekuatan kepada saya dalam
menyelesaikan penelitian ini.Penelitian ini merupakan sebuah usaha untuk mengeksplorasi
dan memahami topik yang sangat penting dan menarik dalam pengaruh kepuasan terhadap
pelayanan publik di pematangsiantar.
Penelitian ini bertujuan untuk penilaian akhir semester.Saya yakin bahwa hasil dari
penelitian ini akan memberikan kontribusi dan manfaat yang berarti bagi pengembangan
pengetahuan dan pemahaman dalam bidang ini.
Dalam penulisan proposal ini, Saya berusaha untuk menjelaskan dengan jelas dan
sistematis tentang rencana penelitian saya.Saya menyadari bahwa masih banyak
keterbatasan dan kekurangan dalam proposal ini, namun saya berharap bahwa proposal ini
dapat menjadi pijakan awal yang solid untuk penelitian yang lebih mendalam.
Akhir kata, Saya berharap agar proposal ini dapat diterima dan mendapatkan
dukungan dari semua pihak yang terlibat. Semoga penelitian ini dapat memberikan
kontribusi yang berarti dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
masyarakat pada umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam
kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan
publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan atau
pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, utilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik (public reform)
yang dialami negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh tekanan
masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh
pemerintah.
Puskesmas dapat mengukur kualitas pelayanan dari pasien melalui umpan baik terhadap
apa yang diterima atau bagaimana pelayanan yang didapatkan pasien kepada puskesmas
tersebut sehingga dapat menjadi masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Mengetahui tentang peranan dan kebijakan pelayanan publik kepada masyarakat.
2. Mengetahui tentang perubahan kualitas pelayanan publik pemerintah birokrasi.
Pelayanan publik diibaratkan sebagai sebuah proses, dimana ada orang yang dilayani,
melayani, dan jenis dari pelayanan yang diberikan. Sehingga kiranya pelayanan publik
memuat hal-hal yang substansial yang berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh swasta.
Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi
segala kebutuhan masyarakat, sehingga dapat dibedakan dengan pelayanan yang dilakukan
oleh swasta (Ratminto, 2006).
Sebagai contoh adalah pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang diberikan oleh
pihak kepolisian dan dimonopoli oleh satu pihak. SIM tidak boleh dikeluarkan oleh lembaga
lain termasuk swasta. Sehingga pelayanan yang seperti itu dengan ciri dimonopoli oleh
pemerintah disebut pelayanan publik.
Pelayanan publik sendiri terdiri dari berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh
Negara. Pelayanan publik dapat berupa pelayanan di bidang barang dan jasa (Ratminto,2006).
Pelayanan dibidang jasa seperti penyediaan bahan baker minyak yang dilakukan oleh
Pertamina, dan beras yang diurus oleh Badan Usaha Logistik (BULOG). Sedangkan dalam
porsi jasa dapat berupa jasa perizinan dan investasi yang sekarang ini sedang marak untuk
dikaji dan diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik itu akademisi maupun praktisi.
Kenapa investasi bisa semakin marak? Mengingat Indonesia adalah Negara kaya namun
kurang mendapatkan tempat dihati para investor. Hal tersebut terbukti dengan peringkat
Indonesia yang masih diatas seratus dalam kategori pro investasi karena proses yang panjang.
Dengan diberlakukannya pelayanan satu tempat atau One Stop Service (OSS) apakah telah
dapat memperbaiki kualitas pelayanan terhadap perizinan. Seperti yang kita ketahui bahwa
dengan adanya sistem OSS tersebut tidak serta merta masalah pelayanan perizinan yang
berbelit-belit dan panjang akan terhapus. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan.
1. terkadang institusi-institusi yang digabungkan dalam dalam satu kantor bukan berarti
pemangkasan birokrasi. Publik harus tetap melalui meja-meja yang “sama” dengan
sebelumnya. Bedanya jika dulu “meja-meja” lokasinya berbeda sekarang “jadi satu kantor “.
2. Orang-orang yang berada di kantor pelayanan satu atap yang “mewakili” institusinya tidak
memiliki kewenangan yang cukup untuk menetapkan keputusan yang mendesak dalam hal
pelayanan. Sehingga lagi-lagi si “publik” harus menunggu atasan “pelayan” di kantor
tersebut, dalam memberikan keputusan. Sehingga kantor inipun gagal mencapai tujuan awal
yaitu efisiensi (Indiahono,2006).
Dengan kontrak pelayanan berarti ada sebuah komitmen antara pelanggan dan yang
melayani. Dalam hal ini akan ada sebuah kesepakatan baik itu mengenai pelayanan, prosedur,
waktu penyelesaian, maupun biaya yang ditanggung oleh pelanggan. Dengan demikian ada
sebuah kesepahaman antara hak dan kewajiban dari masing-masing pihak.
Pada setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai secara
efektif dan efisien dan juga senantiasa berorientasi kepada hasil yang memiliki kualitas yang
baik. Menurut Joseph M. Juran dalam M.N. Nasution (2005:34) menyatakan bahwa:
„Kualitas sebagai cocok atau sesuai untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung
pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh
pemakainya.
PEMBAHASAN
1. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan,
mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan
penanggung jawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun
harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.
2. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada
masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.
3. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat
kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan
kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.
4. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perizinan) pada umumnya dilakukan
dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan
penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah
pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front line staff) untuk dapat menyelesaikan
masalah sangat kecil, dan dilain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu
dengan penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang
terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah
pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan.
5. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat
pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/ aspirasi dari
masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada
perbaikan dari waktu ke waktu
6. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan
perizinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.
Dilihat dari sisi sumber daya manusianya, kelemahan utamanya adalah berkaitan
dengan profesionalisme, kompetensi, empathy dan etika. Berbagai pandangan juga setuju
bahwa salah satu dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi
yang tepat.
Dilihat dari sisi kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi yang
tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan
hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi.
Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi
penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan
pelayanan publik menjadi tidak efisien.
1. Penetapan Standar Pelayanan. Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting
dalam pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan suatu komitmen
penyelenggara pelayanan untuk menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas
tertentu yang ditentukan atas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan
kemampuan penyelenggara pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan
melalui proses identifikasi jenis pelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi
harapan pelanggan, perumusan visi dan misi pelayanan, analisis proses dan prosedur,
sarana dan prasarana, waktu dan biaya pelayanan. Proses ini tidak hanya akan
memberikan informasi mengenai standar pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga
informasi mengenai kelembagaan yang mampu mendukung terselenggaranya proses
manajemen yang menghasilkan pelayanan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan adalah informasi mengenai kuantitas
dan kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan serta distribusinya
beban tugas pelayanan yang akan ditanganinya.
2. Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP). Untuk memastikan bahwa
proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten diperlukan adanya Standard
Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang dilakukan
secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan acuan yang jelas,
sehingga dapat berjalan secara konsisten.
Disamping itu SOP juga bermanfaat dalam hal:
• Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterrupted. Jika terjadi hal-hal
tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu
berhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya.Oleh karena itu proses
pelayanan dapat berjalan terus;
• Untuk memastikan bahwa pelayanan perizinan dapat berjalan sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
• Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap kesalahan
prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan;
• Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-perubahan
tertentu dalam prosedur pelayanan;
• Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan;
• Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan
diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses pelayanan
tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat dalam proses
pelayanan memiliki uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik juga perlu didukung adanya
restrukturisasi birokrasi, yang akan memangkas berbagai kompleksitas pelayanan publik
menjadi lebih sederhana. Birokrasi yang kompleks menjadi ladang bagi tumbuhnya KKN
dalam penyelenggaraan pelayanan.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan dalam
mengatasi hambatan-hambatan dalam kualitas pelayanan kesehatan oleh
Puskesmas di Kecamatan siantar utara adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas melalui pemberian
kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya, mengikutsertakan petugas
dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar dan workshop dan merekrut
sejumlah petugas agar dari segi jumlah dapat memadai
2. Memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
dan menempatkan petugas sesuai dengan keahliannya
3. Memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan pada petugas dan
memberikan semangat dan motivasi petugas
4. Meningkatkan kemampuan dan keahlian petugas melalui penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kerjasama dengan rekan kerja
5. Memberikan bimbingan konseling secara rutin sehingga petugas memiliki
moralitas dan disiplin yang tinggi
6. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petugas terkait SOP pelayanan
melalui pemberian penjelasan dan petunjuk teknis secara menyeluruh dan
melakukan komunikasi dan pendekatan secara intens
7. Melakukan pendekatan melalui komunikasi yang intens dengan masyarakat
dan melakukan kerjasama antara petugas dengan masyarakat
8. Menambah sejumlah fasilitas kesehatan dengan mengajukan permohonan
untuk penambahan anggaran kepada pemerintah daerah melalui dinas
kesehatan dan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah
daerah khususnya pihak dinas kesehatan.
Menurut Moenir (2002:284), terdapat beberapa faktor yang mendukung berjalannya
suatu pelayanan dengan baik, yaitu :
1. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.
2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.
3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan
berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan.
4. Keterampilan petugas.
5. Sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.
Dengan demikian bahwa pelaksanaan pelayanan yang berkualitas pada
dasarnya harus didukung kesadaran para pejabat dan petugas, aturan yang menjadi
landasan kerja pelayanan harus memiliki kejelasan sehingga para petugas yang
merupakan alat serta sistem memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan
pelayanan dengan baik. Kemampuan dan keterampilan petugas dan sarana dalam
pelaksanaan tugas pelayanan memiliki pengaruh yang besar dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan kesehatan.
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
● Sebaiknya Puskesmas Parigi lebih terfokus terhadap beberapa indikator yang masih
perlu diperbaiki dan ditingkatkan seperti kualitas sumber daya manusia petugas,
kemampuan melakukan komunikasi dan kerjasama dan juga fasilitas yang mendukung
terhadap pelayanan kesehatan
● Sebaiknya Puskesmas Parigi lebih meningkatkan kualitas pelayanan melalui
peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan ijin untuk
melanjutkan pendidikannya, mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan misalnya
pendidikan, pelatihan, seminar dan workshop sehingga hambatan-hambatan yang
dihadapi dapat diminimalisir.
● Sebaiknya Puskesmas Parigi melakukan upaya agar pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas dapat berkualitas melalui pelaksanaan dimensi-dimensi kualitas
pelayanan kesehatan. Dengan demikian kualitas pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh Puskesmas dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Administrasi Negara. 2003. Jakarta: Penyusunan Standar Pelayanan Publik. LAN.
Dwiyanto, Agus, dkk., reformasi birokrasi public di Indonesia. Yogyakarta: UGM press, 2006
Moenir. 2002. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nasution, MN. 2005. Manajemen Pelayanan Terpadu edisi kedua.
https://waspada.id/sumut/pelayanan-publik-di-pematangsiantar-cukup-baik-tapi-masi
h-perlu-dibenahi/
https://waspada.id/sumut/pelayanan-publik-di-pematangsiantar-cukup-baik-tapi-masi
h-perlu-dibenahi/