“POSBINDU”
DOSEN PEMBIMBING :
Hj ruwayda, M.kes
DISUSUN OLEH :
1.Fidiya sela fitri
2. Filza yudrika
3. Maria ulfa
4.Mega afdina
5. Tiana wahyuni
6. Miranda
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat, F1 – Upaya Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, tentang POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai tugas dalam program internsip dokter
Indonesia serta melatih keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan program usaha
kesehatan masyarakat khususnya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) dan untuk evaluasi
pelaksanaan POSBINDU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngronggot.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik dari dokter pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan
ini. Atas saran dan kritik pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta rekan-rekan lain yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)?
1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan
bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendy, 2001).
6
kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh (Depkes, 2007).
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).
7
2.3 PEMBENTUKKAN POSBINDU
4. Pelatihan kader
2.4 KOMPONEN
1. Kepemimpinan
8
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian tugas,
penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya. Struktur
organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
4. Kader
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak
mengikat.
9
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (public
health nursing).
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran
10
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
11
1. Surveilans hipertensi
Pemeriksaan ini secara rutin merupakan bagian pelayanan Posbindu. Namun dalam
kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di
Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada
kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal
sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif (active case finding). Penemuan kasus
secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening) kasus hipertensi di masyarakat
sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus hipertensi dan komplikasinya.
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan saja diikuti kelompok
masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh
elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan
penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko hipertensi.
12
organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi
kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijakan
di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini, semua aparatur
pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa memberikan dukungan, baik dukungan
moral maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya.
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang
ada di Desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebut dapat
menjembatani komunikasi antara pengelola program kesehatan dan masyarakat.
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye anti-
rokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi
keluarga lansia
13
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein urin,
pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses
pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam melakukan
pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada akhirnya setiap
keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan pemantauan tekanan darah
penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang
memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter
atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh keluarga
penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih adalah mereka yang
memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam
mempraktikkan dan menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
14
2.8 REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat saja
diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun
persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
5. Pencegahan hipertensi
15
Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh
tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.
No Tenaga Peranan
Tugas Kader;
BAB III
PENUTUP
17
4.1 KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
4.2 SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian konseling
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab dokter, perawat serta bidan sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan
pelayanan secara komprehensif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan.
Direktorat kesehatan keluarga.
Handayani, Eka. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Tentang Posbindu Dengan
Motivasi pada Lansia Berkunjung Ke Posbindu Di Wilayah RW 03 Kelurahan
Utama Kecamatan Cimahi Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Indonesia. Sumber : http://Lontar.ui.ac.id. Diakses Tanggal 25 November 2016.
Rahayu, Y.,P., 2012. Posbindu Lansia. Diakses Tanggal 28 November 2016. Sumber :
http://duniapintardancemerlang.blogspot.com.
Sumiasih, Dkk. 2010. Pengetahuan Kader Tentang Proses Menua Dengan Keaktifan Kader
pada Pelaksanaan Posbindu Di Kelurah Sendangmulyo Kecamatan Tembalang
Semarang. Jurnal Kesehatan, Vol 6 no 1 Th 2010.: Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses Tanggal 17 November
2016. Sumber : http://jurnal.unimus.ac.id.
Wijiat, Siti. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Perilaku Mengikuti
Posbindu Lansia Di Karanganyar Gunung Candi Lama Semarang. Skripsi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang. Diakses Tanggal 20
November 2016. Sumber: http://digilib.unimus.ac.id.
19