Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“POSBINDU”

DOSEN PEMBIMBING :
Hj ruwayda, M.kes

DISUSUN OLEH :
1.Fidiya sela fitri
2. Filza yudrika
3. Maria ulfa
4.Mega afdina
5. Tiana wahyuni
6. Miranda

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada penyusun sehingga Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat, F1 – Upaya Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, tentang POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai tugas dalam program internsip dokter
Indonesia serta melatih keterampilan dan kemampuan dalam melaksanakan program usaha
kesehatan masyarakat khususnya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) dan untuk evaluasi
pelaksanaan POSBINDU yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ngronggot.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dokter pembimbing internsip di Puskesmas


Ngronggot Kabupaten Nganjuk, dr. Danang Zulkifli yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan selama penyelesaian tugas. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik dari dokter pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan
ini. Atas saran dan kritik pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta rekan-rekan lain yang
membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Jambi, desember 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................1


DAFTAR ISI ...............................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1Latar belakang......................................................................................3
1.2 Ruusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Posbindu.............................................................................4
2.2 Tujuan Posbindu..................................................................................4
2.3 Pembentukkan Posbindu......................................................................5
2.4 Komponen............................................................................................5
2.5 Pelayanan Kesehatan............................................................................6
2.6 Sarana dan Prasarana...........................................................................7
2.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan.......................................................7
2.8 Rekutmen dan Pelatihan Kader Posbindu..........................................10
2.9 Indikator Keberhasilan ......................................................................11
BAB III : PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................20
4.2 Saran ..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................21

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.

Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah


pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan
rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor lain yang akan
menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk
memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.

Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan


kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut telah mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak pada peningkatan taraf
hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan indikator-indikator yang umum
bersifat ekonomi.

Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui kebijakan


pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia.
Implementasinya tercerminpada pogram-pogram yang secara lansung ditujukan kepada
masyarakat lapisan bawah seperti pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (pangan,
sandang, papan, kesehatan, pandidikan) maupun pogram penanggulangan kemiskinan.

Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia implementasinya


cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat akibat masih adanya intervensi
kekuasaan pemerintahan dalam menetapkan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi
kepentinagn masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam
pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.

5
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)?
1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan   informasi  dan
pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN POSBINDU


Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis
dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya


masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat  itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan  untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).

Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan
bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendy, 2001).

2.2 TUJUAN POSBINDU

Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan


mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi
dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina

6
kesehatannya serta meningkatkan  peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.

Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun  sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang butuh (Depkes, 2007).

Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :

1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia

3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan


kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup
sehat.

4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia


dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.

5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia


dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).

 Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program


kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap, persepsi,
perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.

Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).

7
2.3 PEMBENTUKKAN POSBINDU

Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan  masyarakat


usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan  yang digunakan  dalam pembentukan
posbindu  dimasyarakat sesuai dengan kondisi  dan situasi masing-masing daerah,
misalnya  mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok
pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat  Desa (PKMD).

Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum dilaksanakan 


dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan Posbindu baru.
Langkah-langkahnya meliputi:

1. Pertemuan tingkat desa

2. Survey mawas diri

3. Musyawarah Masyarakat Desa

4. Pelatihan kader

5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat

6. Pembinaan dan pelestarian  kegiatan

2.4 KOMPONEN

Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan


dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu: adanya
proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota  dan kader
serta tersedianya  pendanaan.

1. Kepemimpinan

Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk


pelaksanaanya memerlukan orang  yang mampu mengurus  dan memimpin
penyelenggaraan  kegiatan tersebut  sehingga kegiatan yang dilaksanakan mencapai 
hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota Posbindu itu
sendiri. 

8
2. Pengorganisasian

Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat  dari adanya pembagian tugas,
penunjukan kader, jadwal  kegiatan  yang teratur dan sebagainya. Struktur
organisasi  Posbindu sedikitnya terdiri dari  Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.     

3. Anggota Kelompok

Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang. Perlu 


diperhatikan  juga  jarak antara  sasaran dengan lokasi  kegiatan  dalam penentuan 
jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa  tidak tertutup  kemungkinan anggota 
Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang. 

4. Kader

Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok,


volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.

5. Pendanaan

Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain  yang tidak
mengikat.

2.5 PELAYANAN KESEHATAN

Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental


emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah  kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan 
yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui


kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya

9
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman 2 menit

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)

4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan


denyut nadi selama 1 menit

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)

7. Pemeriksaan adanya protein  dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal

8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan


kelainan

9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka


kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi  anggota kelompok usia lanjut 
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat  (public
health nursing).

11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu


makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan  bahan  makanan yang berasal dari daerah tersebut

12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya
untuk meningkatkan kebugaran

2.6 SARANA DAN PRASARANA

Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana 


penunjang  antara lain:

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)

10
2. Meja dan kursi

3. Alat tulis

4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)

5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer

6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut

2.7 MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di


kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5
tahapan/5 meja sebagai berikut:

1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan

2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan  sehari-hari  yang dilakukan usila,

3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan


status mental serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium  sederhana)

5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan


posbindu:

11
1. Surveilans hipertensi

Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan surveilans


yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di
masyarakat. Surveilans dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan
surveilans, dan data yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh
masyarakat, dan tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang
terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.

2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi

Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan hipertensi


di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil surveilans yang telah
dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan kesepakatan tim tentang kategori
masyarakat dalam kaitannya dengan kewaspadaan hipertensi.

3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin

Pemeriksaan ini secara rutin merupakan bagian pelayanan Posbindu. Namun dalam
kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan secara pasif (menunggu di
Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif dari rumah ke rumah (door to door) pada
kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal
sebagai penemuan kasus hipertensi secara aktif (active case finding). Penemuan kasus
secara aktif ini merupakan upaya penapisan (screening) kasus hipertensi di masyarakat
sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus hipertensi dan komplikasinya.

4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin

Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan saja diikuti kelompok
masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh
elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan
penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko hipertensi.

5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi

Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun dalam

12
organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi
kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:

a. Advokasi (advocacy)

Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijakan
di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini, semua aparatur
pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa memberikan dukungan, baik dukungan
moral maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya.

b. Dukungan sosial (social support)

Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang
ada di Desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama tersebut dapat
menjembatani komunikasi antara pengelola program kesehatan dan masyarakat.

c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer


promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri (self reliance
in health). Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat
untuk kesehatan, dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.

Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga (rumah


tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat pelayanan
kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan hanya berada pada
level promosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta diagnosis dini dan
pengobatan segera. Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut
dijelaskan sebagai berikut:

1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye anti-
rokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi
keluarga lansia

2) Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia,Diagnosis dini


dan pengobatan segera:

3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi

13
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein urin,
pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)

d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan hipertensi

Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi kesehatan yang


tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari perilaku-perilaku
yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau melakukan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga
penderita hipertensi.

e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga


penderita hipertensi

Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek akses
pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam melakukan
pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada akhirnya setiap
keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan pemantauan tekanan darah
penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang
memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan tensimeter
atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai antisipasi bagi
kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara mandiri oleh keluarga
penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang dilatih adalah mereka yang
memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam
mempraktikkan dan  menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.

f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi

Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan masyarakat


sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal pengumpulan dana
sosial maka dibutuhkan dukungan dari para pengambil keputusan di tingkat desa
dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi
yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi
kelompok masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke atas.
Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan warga masyarakat yang
mengalami komplikasi hipertensi sehingga membutuhkan pengobatan lebih
kompleks atau rujukan ke rumah sakit.

14
2.8 REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU

Kader sebaiknya berasal  dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat saja
diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun
persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:

1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi


setempat;

2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;

3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;

4. Sabar dan memahamil usia lanjut.

Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah


di tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader
Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang ditetapkan
masih sedikit, maka panitia bersama pengurus RW melakukan musyawarah kembali
untuk menentukan kader Posbindu berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat
setempat.

Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan


penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan meliputi:

1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu

2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)

3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya

4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya

5. Pencegahan hipertensi

6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler

15
Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh
tenaga kesehatan dari puskesmas setempat.

No Tenaga Peranan

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan serta


berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina terkait di
wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan komunikatif


bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus melakukan
wawancara dalam penggalian informasi

3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas


melakukan pengukuran Faktor risiko PTM

4 Kader Anggota Perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah


Konselor/Edukator menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat, bertugas
melakukan konseling, edukasi, motivasi serta menindaklanjuti
rujukan dari Puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas


melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.

Syarat menjadi seorang kader;

a. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi

b. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan


kegiatan Posbindu PTM

c. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

Tugas Kader;

a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.

b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.

c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk


penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
16
d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk
datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir,
memberikan serta menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan
menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari masyarakat).

e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila diperlukan.

f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM

2.9 INDIKATOR KEBERHASILAN

 Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang berperan


serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut

 Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat

 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang dilaksanakan oleh


50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda

 Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan jangkauan


pelayanan yang mencakup 40% usia lanjut.

BAB III
PENUTUP

17
4.1 KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat  itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan  untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.

Dalam pelaksanaannya, Posbindu Kecamatan Ngronggot secara umum sudah


sesuai dengan konsep Posbindu yang baik dan benar serta terlaksana secara rutin dan
berkala khususnya di 3 Desa yaitu Desa Kalianyar, Desa Betet dan Desa Trayang.

4.2 SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan  agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian konseling
pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab dokter, perawat serta bidan sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan
pelayanan secara komprehensif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan. 
Direktorat kesehatan keluarga.

Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakart. EGC.

Handayani, Eka. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Tentang Posbindu Dengan
Motivasi pada Lansia Berkunjung Ke Posbindu Di Wilayah RW 03 Kelurahan
Utama Kecamatan Cimahi Selatan. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Indonesia. Sumber : http://Lontar.ui.ac.id. Diakses Tanggal 25 November 2016.

Itachi, Uciha. 2013.’ Posbindu’. Sumber : http://macrofag.blogspot.com. Diakses Tanggal 20


November 2016.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


Rineka Cipta

Rahayu, Y.,P., 2012. Posbindu Lansia. Diakses Tanggal 28 November 2016. Sumber :
http://duniapintardancemerlang.blogspot.com.

Sumiasih, Dkk. 2010. Pengetahuan Kader Tentang Proses Menua Dengan Keaktifan Kader
pada Pelaksanaan Posbindu Di Kelurah Sendangmulyo Kecamatan Tembalang
Semarang. Jurnal Kesehatan, Vol 6 no 1 Th 2010.: Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Diakses Tanggal 17 November
2016. Sumber : http://jurnal.unimus.ac.id.

Wijiat, Siti. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Perilaku Mengikuti
Posbindu Lansia Di Karanganyar Gunung Candi Lama Semarang. Skripsi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang. Diakses Tanggal 20
November 2016. Sumber: http://digilib.unimus.ac.id.

19

Anda mungkin juga menyukai