Anda di halaman 1dari 20

TIMBANG TERIMA MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dosen : Dr. Windu Santoso, M.Kep

Disusun oleh :
1. Rahmanda P ( 201903041 ) 7. M. Asrul Azis (201903125 )
2. Moh Rifak (201903127 ) 8. Fitria Madiniah.S (201903129 )
3. Aris Dwi Susanti (201903038 ) 9. Maharani Ayus.F (201903036 )
4. Silvy Arifianti (201903023 ) 10. Haris Hidayat.E (201903114 )
5. Dwi Rindayu.F (201903025 ) 11. Ainur Riski (201903027 )
6. M. Dani Setiawan (201903083 ) 12. Afie Magfuri (2019030151)

PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN
2019-2020

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga.
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer
tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi
dan konfirmasi tentang pasien
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan
harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat
primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.

2.2 Tujuan Timbang Terima


a. Tujuan umum: mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting.
b. Tujuan khusus:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2.3 Manfaat Timbang Terima
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,


mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.

Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan


perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.

2.4 Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi :
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
2.5 Prosedur dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-
hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas penyampaian pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.

Prosedur Timbang Terima

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanaan

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan 5 MENIT Ners PP dan PA


setiap pergantian shift/operan. Station
2. Prinsip timbang terima, semua
pasien baru masuk dan pasien
yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang
memiliki permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi
lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya, hal
yang perlu disampaikan dalam
timbang terima :
 Jumlah pasien
 Identitas klien dan diagnosis
medis.
 Data( keluhan/subjektif dan
objektif).
 Masalah keperawtan yang masih
muncul.
 Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum).
 Intervensi kolaboratif dan
dependen.
 Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang,
dan lain-lain).
Pelaksana 1. Kedua kelompok dinas sudah 20 menit Ners KARU, PP
an siap (shift jaga). station dan PA
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruang membuka acara
timbang terima.
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, Tanya
jawab, dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang telah
ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang jelas.
5. Kepala ruang/PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
7. Perawat yang melaksanakan
timbang terima mengkaji
secara penuh terhadap
masalah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya selama
masa perawtan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus Ruang
dan memerlukan perincian Perawatan
yang matang sebaiknya dicatat
secara khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
9. Lama timbang terima untuk
tiap pasien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit.
1. Diskusi. 5 menit Ners Karu, PP
2. Pelaporan untuk timbang station dan PA
terima dituliskan secara
langsung pada format timbang
terima yang ditandatangani
oleh pp yang jaga saat itu dan
pp yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala ruang.
3. Ditutup oleh kepala ruang.

Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu :

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab. Meliputi
faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift
sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas
yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk
melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.
2.6 Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan
bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yangdilakukan di samping
tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung
untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover
memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis
yang lain.

Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:


a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat
perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media
tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman implementasi
untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan dari
penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulangatau mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan dan
terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.

Faktor-faktor dalam Timbang Terima

1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.


2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau
operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibattimbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991) mengemukakan
pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan
pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan
untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan
tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata
jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih
banyak terjadi pada shift malam.

2.8 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien .
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu
yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.

2.9 Komunikasi SBAR


Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi 
SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien.  Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif
dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam
situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk
diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah Kekuatan perawat
berkomunikasi secara efektif :
 Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi
pasien.
 Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,
diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri.
Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. sehingga
tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien. Mealaui :
1. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
 Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
 Diagnosa medis
 Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2. Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?
 Obat saat ini dan alergi
 Tanda-tanda vital terbaru
 Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya
untuk perbandingan
 Riwayat medis
 Temuan klinis terbaru
3. Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat
 Apa temuan klinis?
 Apa analisis dan pertimbangan perawat
 Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
 Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?
 Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
 Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
 Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

2.10 Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DIAGNOSIS MEDIS (didukung data)
MASALAH KOLABORATIF

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN


MASALAH :

1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGAIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta: Salemba Medika

Kassean, H.K., & Jagoo, Z.B.2005.Managing Change in the Nursing Handover from Traditional
to Beside Handover.

Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta: Salemba Medika
FORMAT TIMBANG TERIMA

Nama Pasien : Ny.Supiyah


Umur : 62 tahun
Tanggal : 19 januari 2020 Dx.Medis : DM Hipoglikemia+HT
Kamar : mawar 3/6
O/B masuk ruangan jam 22.00 WIB

ASUHAN Timbang Terima


KEPERAWATAN Sift Pagi
Dx.Keperawatan Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d hipoglikemia
Data fokus (subyektif S: klien mengeluh batuk, bila makan bubur mual, semalam tidak bisa
dan obyektif) tidur
O: Hasil GDA=76mg/dl, TD :130/100 Nadi :114x/menit, RR:
20x/menit, Suhu: 36,50C
Pasien tampak lemas, makan ½ porsi
Intervensi yang sudah 1. Inf drip D40 3 flash di grojok
dilakukan 2. Injeksi ceftriaxone 2 gram
3. Injeksi granicentrone1 ampul
Hal-hal yang perlu Infus Widabes 12 tpm
diperhatikan (Lab, Diit B2 2100 kal NT
obat, advis medis) Injeksi ceftriaxone 2x2 gram, injeksi granicentra 1x1 ampul,
metocoplamid 3x1 ampul, oral cliad 0-0-1, dopepsa 3xc1 Ac,
pantopump 1-0-0, intervask 2x5mg, escovit 2x1
GDA/2 jam
Tanda tangan perawat Perawat Fitri (dinas pagi) dioperkan ke perawat dinas sore

DIALOG TIMBANG TERIMA

Peran Role Play


Kepala Ruangan : Haris Hidayat Efendi
Katim (Pagi) : Dwi Rindayu Farista
Perawat Pelaksana (Pagi) : Fitria Madiniah Santoso
Perawat Pelaksana (Sore) : M. Dani Setiawan
Prolog
Pada hari Rabu 15 Januari 2020 di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Kamar
Medika terdapat 3 orang perawat shift pagi yang sedang bertugas, terlihat juga kepala ruangan di
ruangannya. Tiba saat untuk pergantian shift di ruangan tersebut dan 3 perawat shift sore datang.
Semua perawat di ruangan tersebut bersiap-siap untuk melakukan kegiatan timbang terima yang
sudah menjadi kegiatan rutin setiap pergantian shift di ruangan tersebut. seluruh perawat shift
pagi dan shift sore serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang
terima.

Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan do’a dan
kemudian mempersilakan Katim dan perawat pelaksana dinas pagi untuk melaporkan keadaan
dan perkembangan pasien selama bertugas kepada katim dan perawat pelaksana sore yang akan
berdinas selanjutnya. Katim dan Perawat Pelaksana shift pagi memberikan klarifikasi keluhan,
intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. Intervensi kolaboratif dan
dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang dll), hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan.

(Setelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan lisan,
kemudian diteruskan diruang perawatan pasien).

Sesi I di nurse station

Kepala ruangan ( Haris) : “Asalamu’alaikum Wr.Wb selamat sore, Alhamdulillah sore ini
kita bisa berkumpul disini untuk melakukan timbang terima dari
shift pagi ke shift sore, serta memulai shift sore hari ini. Untuk
memulainya mari kita awali dengan berdo’a terlebih dahulu agar
pasien yang kita rawat cepat diberikan kesembuhan olehNya serta
kita yang merawat senantiasa dilindungi olehNya. Berdo’a
dimulai. Amin. Selesai. Karena semuanya sudah siap, langsung
saja silahkan pada perawat shift pagi untuk menyampaikan
laporannya.”
Katim pagi (Rinda) :Baik, Terimakasih mas haris. Saya awali assalamualikum
Wr.Wb. saya selaku katim dinas pagi akan melakukan timbang
terima. Laporan yang dinas pagi ke yang dinas sore. Untuk
mempersingkat waktu, silahkan untuk mbak fitri membacakan
laporan dinas pagi ke dinas sore.
PP Pagi (Fitri) : Baik terimakasih mbak rinda, pasien pertama atas nama ibu
supiyah OB masuk ruangan jam 22.00 WIB. Dengan diagnosa
DM Hiperglikemi+HT. dokter yang merawat dokter sahid. Pasien
mengeluh batuk, bila makan bubur mual, semalam tidak bisa
tidur. Masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa
berhubungan dengan hipoglikemia. TD= 130/100 mmHg, Nadi=
114x/menit, RR= 20x/menit, suhu= 36,5OC, GDA= 76 mg/dl,
pasien tampak lemas, makan ½ porsi. Tindakan yang sudah
dilakukan infus drip D40 3 flash di grojok, injeksi ceftriaxone 2
gram, injeksi granicentrone 1 ampul. Hal hal yang perlu
diperhatikan yaitu infus widabes 12 tpm, diit B2 2100 kal NT,
injeksi ceftriaxone 2x2 gram, granicentra 1x1 ampul,
metocoplamid 3x1 ampul, oral cliad 0-0-1, dopepsa 3xc1 Ac,
pantopamp 1-0-0, intevask 2x5mg, escovit 2x1. GDA/2jam.
Katim Pagi (Rinda) : Timbang terima sudah dilakkuakn saya kembalikan kepada mas
haris untuk mempimpin validasi ke pasien.
Karu (Haris) : Baik

Ke Ruangan Pasien 1
PP Sore (Dani) : Selamat sore bu supiyah
Pasien : ….

Katim Pagi (Rinda) : iya bu ini operan dulu ya bu dari yang shift pagi ke sore. Yang
jaga pagi tadi gentian sama yang jaga sore. yang jaga sore nanti ada
Mbak riri, Mbak Maharani, sama mas dani. Jadi nanti kalau ada
apa-apa ibu bisa langsung melapor ke perawat yang jaga sore.
Sudah bukan saya lagi bu ya.

Pasien : ……

PP Sore (Rinda) : Kalau begitu kami permisi dulu ya bu. Nanti kalau ada apa-apa
langsung panggil perawatnya diruang perawat ya. Permisi bu

Kembali Ke ruangan perawat

Kepala Ruangan (Haris) : Baiklah, hari ini kita sudah melakukan timbang terima dari shift
pagi ke shift sore. untuk perawat shift pagi, terimakasih dan
selamat beristirahat karena telah melakukan tugas dan
kewajibannya pagi hingga sore pukul 14.00 ini. Dan untuk
perawat shift sore semangat untuk melakukan pengabdian pada
sore hari ini semoga Tuhan selalu melindungi dan memberikan
keberkahan atas setiap keringat kita. Aamiin. Untuk perawat
yang jaga pagi bisa pulang dan perawta yang jaga sore bisa
memulai aktivitas. Saya akhiri, wassalamualaikum wr.wb

Seluruh perawat : waalaikumsalam…

Anda mungkin juga menyukai