Anda di halaman 1dari 4

KONSEP NYERI

Pengertian.
Suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik seperti ; mekanik,
termal, kimia, atau elektrik pada ujung-ujung saraf serta tidak dapat diserah terimakan kepada orang
lain (Copp L.Summer).

Nyeri bersifat sangat individual dan tidak dapat diukur secara objektif, serta hanya pasien yang dapat
merasakan adanya nyeri.

Keluhan dan respon tubuh terhadap nyeri :

 Klien tampak meringis kesakitan.


 Berteriak
 Menangis
 Berkeringat
 Pucat
 Nadi meningkat.
 Pernafasan meningkat
 Tekanan darah meningkat.

Jenis – jenis nyeri :

Nyeri akut dan nyeri kronik (Guyton,1986).

1. Nyeri akut.

Nyeri akut waktunya lebih singkat, dengan gejala klinis :


 Keringat banyak
 Pucat
 Respon pasien biasanya menangis, berteriak atau mengusap daerah yang nyeri.
 Nadi meningkat.
 TD meningkat.
(misal : nyeri akibat fraktur).

2. Nyeri kronis.

 Nyeri kronis mempunyai selang waktu yang relatif lama dan dapat berlangsung lebih dari
enam bulan.
 Nyeri kronis perkembangannya lama sehingga pasien tidak ingat waktu terjadinya nyeri
pertama kali.
 Respon pasien umumnya cemas, depresi atau putus asa sehingga mempengaruhi kehidupan
sehari-hari.
(misal : nyeri akibat kanker yang tidak terkontrol).

Penyebab nyeri.

1. Mekanik.
 Trauma jaringan (operasi ; dasar fisiologisnya kerusakan jaringan, iritasi langsung pada
reseptor nyeri).
 Perubahan jaringan (oedema ; dasar fisiologisnya penekanan pada reseptor nyeri).
 Penyumbatan pada saluran tubuh (dasar fisiologisnya distensi pada lumen).
 Tumor (dasar fisiologisnya penekanan pada reseptor nyeri).
 Spasme otot (dasar fisiologisnya stimulasi pada reseptor nyeri).
2. Termal.
 Panas atau dingin (kombustio dasar fisiologisnya kerusakan jaringan, perangsangan pada
reseptor nyeri.

3. Kimia.
 Iskemia jaringan karena sumbatan arteri (dasar fisiologisnya perangsangan pada reseptor nyeri
karena akumulasi asam laktat pada jaringan).
 Spasme otot (dasar fisiologisnya sekunder terhadap stimulus mekanik yang menyebabkan
iskemia jaringan).

4. Elektrik.

Respon Perilaku yang Dipengaruhi Nyeri.

 Verbal.
Menangis, merintih, berteriak, bicara trengah-engah.

 Ekspresi wajah.
Meringis, melotot, gemelutuk gigi / rahang, mengatup gigi, menggigit bibir.

 Gerakan tubuh.
Gelisah, otot tegang, bergerak melindungi bagian tubuh yang sakit, immobilisasi,
mengusap-usap, membuat posisi tertentu seperti membungkuk.

 Interaksi sosial.
Menghindar untuk bicara, terpusat pada aktifitas untuk mengurangi nyeri, menghindar untuk
kontak sosial, perhatian terhadap orang / lingkungan berkurang.

3 Tahapan Respon Tubuh Terhadap Nyeri.

1. Tahap Aktivasi (Activation).

Dimulai saat pertama individu menerima rangsangan nyeri sampai bereaksi terhadap
nyeri yang meliputi :

Respon simpato-adrenal.
- TD meningkat.
- RR meningkat.
- Berkeringat banyak.
- Mual dan muntah.
- Pucat.
- Dilatasi bronchial.
- Glicogenolisis.
- Pelepasan eritrosit dari limpa.
- Dilatasi pupil.

Respon muskuler.
- Otot kaku.
- Menggeliat sakit.
- Gelisah.
- Mengambil posisi tertentu.
- Immobilitas.
- Mengusap daerah yang nyeri.
Respon emosional.
- Bergejolak.
- Mudah tersinggung.
- Perubahan tingkah laku.
- Berteriak.
- Menangis.
- Diam.
- Kewaspadaan meningkat.

2. Tahap Pemantulan (Rebound).

Pada tahap ini nyeri sangat hebat tetapi singkat. Pada tahap ini pula sistem saraf
parasimpatik mengambil alih tugas, sehingga terjadi respon yang berlawanan dengan
tahap aktivasi.

3. Tahap Adaptasi (Adaptation).

Saat nyeri berlangsung lama, tubuh mencoba untuk beradaptasi melalui peran
endorphins. Reaksi adaptasi tubuh ini terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam /
beberapa hari. Bila nyeri berkepanjangan maka akan menurunkan sekresi norepinefrin
sehingga individu merasa tidak berdaya, tidak berharga dan lesu.

Asuhan Keperawatan Pada Nyeri.

A. Pengkajian.

1. Lokasi.
Lokasi terjadi nyeri dapat berasal dari berbagai bagian tubuh bagian dalam atau
permukaan tubuh, atau dapat timbul diseluruh bagian tubuh (generalisata).

2. Intensitas.
Mengkaji intensitas nyeri sangat penting walaupun bersifat subjektif dan banyak
dipengaruhi berbagai keadaan seperti tingkat kesadaran, konsentrasi dan
harapan keluarga.
Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan deskripsi :
(tidak nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri berat tidak terkontrol).

3. Waktu terjadi dan interval.


Waktu pertama kali terjadi nyeri, lamanya nyeri berlangsung, dan interval nyeri.
Interval nyeri sangat penting diketahui untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan.

4. Kwalitas.
Rasa sakit seperti terbakar, tertusuk duri, kram, kaku, kejang dsb.

5. Respon.
Pada nyeri umumnya respon non verbal lebih bermakna, seperti ekspresi wajah,
menggigit bibir, menutup mata, membuka mata lebar-lebar, dan merintih menunjuk-
kan bahwa nyeri sedang dialami seseorang.

6. Faktor presipitasi.
Faktor presipitasi yang menimbulkan adanya nyeri.
Misal, nyeri dada dapat terjadi setelah aktifitas fisik, nyeri abdomen dapat terjadi
setelah makan.
7. Gejala-gejala yang berkaitan.
Beberapa gejala klinis dapat timbul beserta nyeri seperti mual, muntah, pusing, dan
konstipasi atau diare.

8. Pengaruh nyeri terhadap aktifitas sehari-hari.


Aktifitas sehari-hari yang dipengaruhi nyeri antara lain:
Tidur, bekerja, berbungan dengan orang lain, hubungan sex, aktifitas dalam rumah,
dan lain sebagainya.

9. Riwayat analgetik.
Kebiasaan pasien dalam memakan obat-obat tertentu pada saat nyeri yang meliputi:
Lamanya penggunaan, jenisnya, dosisnya dan efek yang buruk.

B. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan berdasarkan data hasil pengkajian dan


Diidentifikasi lebih spesifik seperti jenis nyerinya (akut/kronis), lokasi dan respon
pasien.

Contoh diagnosa keperawatan pada nyeri :

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan fraktur femur dextra.
2. …………………………………………………………………………………
3. dst.

C. Perencanaan (Rencana Intervensi) .

Tujuan :
Klien dapat mengatasi nyeri secara mandiri.

- Klien mengatakan kenyamanan dari nyeri menjadi lebih baik.


- Perilaku atau gejala-gejala yang berhubungan dengan nyeri berkurang
Atau hilang.

Intervensi.

Intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri atau menghilangkan nyeri


Disesuaikan dengan kondisi pasien.

 Teknik relaksasi.
Rasionalisasi : Klien dapat mengontrol nyeri secara mandiri.

 Kompres panas.
Intensitas nyeri dapat dikurangi dengan memberi kompres panas tergantung
dari sifat nyerinya.
Rasionalisasi: melebarkan pembuluh darah.

 Terapi Analgetik.
Merupakan intervensi kolaborasi dengan dokter.
Rasionalisasi : Mengurangi atau menghilangkan nyeri secara symtomatik,
tetapi tidak untuk menghilangkan faktor penyebab nyeri.

D. Pelaksanaan (Implementasi).

E. Evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai