Pengertian.
Suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik seperti ; mekanik,
termal, kimia, atau elektrik pada ujung-ujung saraf serta tidak dapat diserah terimakan kepada orang
lain (Copp L.Summer).
Nyeri bersifat sangat individual dan tidak dapat diukur secara objektif, serta hanya pasien yang dapat
merasakan adanya nyeri.
1. Nyeri akut.
2. Nyeri kronis.
Nyeri kronis mempunyai selang waktu yang relatif lama dan dapat berlangsung lebih dari
enam bulan.
Nyeri kronis perkembangannya lama sehingga pasien tidak ingat waktu terjadinya nyeri
pertama kali.
Respon pasien umumnya cemas, depresi atau putus asa sehingga mempengaruhi kehidupan
sehari-hari.
(misal : nyeri akibat kanker yang tidak terkontrol).
Penyebab nyeri.
1. Mekanik.
Trauma jaringan (operasi ; dasar fisiologisnya kerusakan jaringan, iritasi langsung pada
reseptor nyeri).
Perubahan jaringan (oedema ; dasar fisiologisnya penekanan pada reseptor nyeri).
Penyumbatan pada saluran tubuh (dasar fisiologisnya distensi pada lumen).
Tumor (dasar fisiologisnya penekanan pada reseptor nyeri).
Spasme otot (dasar fisiologisnya stimulasi pada reseptor nyeri).
2. Termal.
Panas atau dingin (kombustio dasar fisiologisnya kerusakan jaringan, perangsangan pada
reseptor nyeri.
3. Kimia.
Iskemia jaringan karena sumbatan arteri (dasar fisiologisnya perangsangan pada reseptor nyeri
karena akumulasi asam laktat pada jaringan).
Spasme otot (dasar fisiologisnya sekunder terhadap stimulus mekanik yang menyebabkan
iskemia jaringan).
4. Elektrik.
Verbal.
Menangis, merintih, berteriak, bicara trengah-engah.
Ekspresi wajah.
Meringis, melotot, gemelutuk gigi / rahang, mengatup gigi, menggigit bibir.
Gerakan tubuh.
Gelisah, otot tegang, bergerak melindungi bagian tubuh yang sakit, immobilisasi,
mengusap-usap, membuat posisi tertentu seperti membungkuk.
Interaksi sosial.
Menghindar untuk bicara, terpusat pada aktifitas untuk mengurangi nyeri, menghindar untuk
kontak sosial, perhatian terhadap orang / lingkungan berkurang.
Dimulai saat pertama individu menerima rangsangan nyeri sampai bereaksi terhadap
nyeri yang meliputi :
Respon simpato-adrenal.
- TD meningkat.
- RR meningkat.
- Berkeringat banyak.
- Mual dan muntah.
- Pucat.
- Dilatasi bronchial.
- Glicogenolisis.
- Pelepasan eritrosit dari limpa.
- Dilatasi pupil.
Respon muskuler.
- Otot kaku.
- Menggeliat sakit.
- Gelisah.
- Mengambil posisi tertentu.
- Immobilitas.
- Mengusap daerah yang nyeri.
Respon emosional.
- Bergejolak.
- Mudah tersinggung.
- Perubahan tingkah laku.
- Berteriak.
- Menangis.
- Diam.
- Kewaspadaan meningkat.
Pada tahap ini nyeri sangat hebat tetapi singkat. Pada tahap ini pula sistem saraf
parasimpatik mengambil alih tugas, sehingga terjadi respon yang berlawanan dengan
tahap aktivasi.
Saat nyeri berlangsung lama, tubuh mencoba untuk beradaptasi melalui peran
endorphins. Reaksi adaptasi tubuh ini terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam /
beberapa hari. Bila nyeri berkepanjangan maka akan menurunkan sekresi norepinefrin
sehingga individu merasa tidak berdaya, tidak berharga dan lesu.
A. Pengkajian.
1. Lokasi.
Lokasi terjadi nyeri dapat berasal dari berbagai bagian tubuh bagian dalam atau
permukaan tubuh, atau dapat timbul diseluruh bagian tubuh (generalisata).
2. Intensitas.
Mengkaji intensitas nyeri sangat penting walaupun bersifat subjektif dan banyak
dipengaruhi berbagai keadaan seperti tingkat kesadaran, konsentrasi dan
harapan keluarga.
Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan deskripsi :
(tidak nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri berat tidak terkontrol).
4. Kwalitas.
Rasa sakit seperti terbakar, tertusuk duri, kram, kaku, kejang dsb.
5. Respon.
Pada nyeri umumnya respon non verbal lebih bermakna, seperti ekspresi wajah,
menggigit bibir, menutup mata, membuka mata lebar-lebar, dan merintih menunjuk-
kan bahwa nyeri sedang dialami seseorang.
6. Faktor presipitasi.
Faktor presipitasi yang menimbulkan adanya nyeri.
Misal, nyeri dada dapat terjadi setelah aktifitas fisik, nyeri abdomen dapat terjadi
setelah makan.
7. Gejala-gejala yang berkaitan.
Beberapa gejala klinis dapat timbul beserta nyeri seperti mual, muntah, pusing, dan
konstipasi atau diare.
9. Riwayat analgetik.
Kebiasaan pasien dalam memakan obat-obat tertentu pada saat nyeri yang meliputi:
Lamanya penggunaan, jenisnya, dosisnya dan efek yang buruk.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan fraktur femur dextra.
2. …………………………………………………………………………………
3. dst.
Tujuan :
Klien dapat mengatasi nyeri secara mandiri.
Intervensi.
Teknik relaksasi.
Rasionalisasi : Klien dapat mengontrol nyeri secara mandiri.
Kompres panas.
Intensitas nyeri dapat dikurangi dengan memberi kompres panas tergantung
dari sifat nyerinya.
Rasionalisasi: melebarkan pembuluh darah.
Terapi Analgetik.
Merupakan intervensi kolaborasi dengan dokter.
Rasionalisasi : Mengurangi atau menghilangkan nyeri secara symtomatik,
tetapi tidak untuk menghilangkan faktor penyebab nyeri.
D. Pelaksanaan (Implementasi).
E. Evaluasi.