Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“TIMBANG TERIMA”

Untuk memenuhi tugas profesi ners stase manajemen


Dosen pembimbing : …

Kelompok 3 (…):

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA
SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi


mandiri merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan
keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat
terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus
direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar
tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam
pelaksanaannya. Langkah- langkah tersebut dapat berupa penataan ketenagaan
dan pasien, penerapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan.

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift,
yaitu saat timbang terima klien. Timbang terima merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum dan perkembangan klien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan


menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Pada saat tahap persiapan ada beberapa kegiatan yang dilakukan, tahap ini
dilakukan di nurse station. Perawat yang akan melakukan timbang terima adalah
perawat pelaksana. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan timbang terima,
setting tempat pada tahap pelaksanaan ada dua tempat, yaitu nurse station dan
ruang perawatan. Pelaksana dari tahap ini adalah kepala ruangan, perawat
pelaksana. Tahap terakhir dari timbang terima adalah tahap post timbang terima,
tempat yang digunakan adalah nurse station sedangkan pelaksana dari tahap ini
adalah kepala ruangan dan perawat pelaksana. Dalam melakukan timbang terima
ada perkembangan alternatif komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu
metode SBAR.
Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face
to face yang terdiri dari 4 komponen yaitu S (Situation): merupakan suatu
gambaran yang terjadi pada saat itu. B (Background): merupakan sesuatu yang
melatar belakangi situasi yang terjadi. A (Assessment): merupakan suatu
pengkajian terhadap suatu masalah. R (Recommendation): merupakan suatu
tindakan dimana meminta saran untuk tindakan yang benar yang seharusnya
dilakukan untuk masalah tersebut.

Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah
satu sasaran dari program keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi yang
efektif. Selain itu dengan menggunakan komunikasi SBAR dapat menghemat
waktu sehingga perawat yang akan dinas dapat melakukan tindakan segera
terutama terhadap pasien kritis seperti di ruang intensif.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mengembangkan konsep tentang proses timbang terima pasien di
ruang rawat inap.

2. Tujuan khusus
1. Mengetahui fungsi manajerial kepala ruangan terkait pelaksanaan
timbang terima pasien di ruang rawat inap
2. Mengetahui metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang rawat
inap
3. Mengetahui proses pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat
inap
4. Mengetahui metode timbang terima yang digunakan di ruang rawat inap
5. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan
timbang terima pasien di ruang rawat inap
6. Terbentuknya konsep tentang pelaksanaan timbang terima pasien di
ruang rawat inap

C. Manfaat

1. Manfaat Aplikatif
a. Rumah sakit
Makalah ini dapat digunakan sebagai masukan dalam kebijakan rumah
sakit terkait SOP kegiatan timbang terima pasien di ruang rawat inap
secara umum sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik
dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Bidang keperawatan
Makalah ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi bidang keperawatan
dalam mengembangkan SOP timbang terima di rumah sakit dalam
upaya meningkatkan manajemen pelayanan keperawatan terutama di
ruang rawat inap sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara
optimal terhadap pasien. Dan juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi
Bidang Keperawatan dalam memilih metode asuhan keperawatan yang
tepat berdasarkan kondisi ruangan saat ini.
c. Perawat
Makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar keterlibatan dan tolak
ukur kepala ruangan serta staf keperawatan di ruang rawat inap dalam
mengoptimalkan komunikasi yang efektif saat timbang terima untuk
meningkatkan keselamatan pasien.

2. Manfaat Akademik/ Teoritis/ Keilmuan


Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dan penguat
terhadap teori keperawatan tentang manajemen keperawatan terutama
berkaitan dengan kegiatan timbang terima pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Timbang Terima


Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh
perawat pada shift berikutnya.
c. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilaksanakan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

C. Manfaat
1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
3. Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar anggota tim
perawat
4. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan

D. Kriteria Klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut
1. Klien dengan masalah keperawatan yang kompleks
2. Klien dengan masa rawat lebih lama
3. Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
E. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama.
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

F. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor


1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement.
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional.

4. Mengarahkan dan koreksi.


5. Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.

G. Langkah Langkah Ronde Keperawatan


Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b. Pemberian informed consent kepada klien/ keluarga.
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan & rencana tindakan yang akan/telah
dilaksanakan & memilih prioritas yg perlu didiskusikan.

b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.


c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.

d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah & yang akan
ditetapkan.

3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
H. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainlain)

b. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde


keperawatan

c. Persiapan dilakukan sebelumnya


2. Proses
a. Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir.

b. Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan serta secara


aktif dalam kegiatan ronde keperawatan sesuai peran yang ditentukan

3. Hasil
4. Klien merasakan puas dengan hasil pelayanan
5. Masalah klien dapat teratasi
6. Perawat
a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
b. Meningkatkan cara berfikir yang sistemmatis
c. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan dan memodifikasi diagnosis
keperawatan

e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang


berorientasi pada masalah klien.

I. Pengorganisasian
1. Karu : Wahyu Candra B.K
2. Katim (pagi) : Shuhita Mulyana
3. Katim (malam) : Rizki Amalia
4. Perawat Pelaksana
a. Devi Ayu (PP Pasien Tn.T)
b. Nika Ayu (PP Pasien Tn. R)
c. Olivia (PP Pasien Ny.S)
d. M.ainun Najib (PP Pasien Tn. R)
e. Dea Rahmatul (PP Pasien Tn.T)
f. Ifa Nofiyana (PP Pasien Tn. R)
g. Thoharotunisa (PP Pasien Ny.S)
J. Hasil Implementasi
Implementasi Pemecahan Masalah
1. Persiapan
a. Menentukan kasus dan topik.
Penentuan kasus dan topik berdasarkan LOS klien yang lama
disertai dengan kompleksnya masalah yang terjadi pada klien
sehingga butuh dicari penyelesaian masalahnya pada ronde
keperawatan

b. Menentukan Tim ronde


Tim ronde ditentukan berdasarkan kesepakatan dari kasus dan
topik yang diambil. Dalam persiapan TIM ronde dibuat
pengorganisasi seperti karu, katim dari pasien kelolaan, katim lain,
PP dari pasien kelolaan dan PP lainnya. Selain itu, sebelum
pelaksanaan ronde keperawatan, dibagi PJ (penanggung jawab)
untuk pelaksanaan tersebut seperti: Perlengkapan, humas,
dokumenter, notulen, observer dan konsumsi)
c. Membuat proposal.
Sebelum diadakan ronde keperawatan, sebaiknya kita konsulkan
proposal kegiatan ronde tersebut kepada perawat/CI, apakah
kasus dan klien di acc dan sesuai dengan prioritas yang diinginkan
untuk dijadikan pasien dalam kasus ronde, serta menentukan
gimana metode, waktu dan tempat pelaksanaan ronde agar dapat
menyesuaikan dengan waktu luang perawat.

d. Membuat laporan kasus dan literatur


Setelah konsultasi proposal dan penentuan pasien ronde,
persiapan laporan kasus dan materi yang dibutuhkan sangat
penting, mulai dari pengkajian hingga ke evaluasi dan materi yang
menyangkut masalah medis maupun keperawatan, agar kita
menguasai hal-hal yang terjadi pada klien untuk dicari
penyelesaian masalahnya

e. Mempersiapkan pasien dengan pemebrian informed consent Setelah


semuanya matang, selanjutnya meminta persetujuan kepada klien
ataupun keluarga. Apakah bersedia atau tidak untuk ditindaklanjutin
masalah yang dirasakan klien yang nantinya akan diberikan solusi
yang tepat agar masalah klien dapat berkurang ataupun teratasi.
Oleh karena itu, perlu adanya informed consent terlebih dahulu.

2. Implementasi

Ronde keperawatan (nursing round) dilaksanakan pada hari Kamis


tanggal 27 Februari 2020 pukul 14.00. Kami melakukan roleplay ronde
keperawatan sesuai dengan peran yang telah ditentukan dan disaksikan
oleh CI/Perawat. Implementasi ronde keperawatan berupa:

a. Penjelasan tentang klien oleh PPJA dalam hal ini penjelasan


difokuskan pada masalah keperawatan & rencana tindakan yang
akan/telah dilaksanakan & memilih prioritas yg perlu didiskusikan.

b. Mendiskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.


c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.

d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah & yang akan
ditetapkan.

3. Evaluasi

Setelah pelaksanaan ronde keperawatan, maka karu menyimpulkan


untuk menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah ditetapkan dan merekomendasikan intervensi keperawatan
tersebut. Dan sebaiknya mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien atau pun keluarga serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
baik di RS maupun di rumah. Untuk kriteria evaluasi sendiri mulai dari
persiapan dan proses berjalan dengan lancar. Dan untuk nilai untuk hasil
evaluasi juga sudah sangat baik karena masalah keperawatan telah
teratasi sebagian, klien dan keluarga cukup puas atas pelayanan
keperawatan yang telah diberikan dan klien pun sudah pulang pada
saat pelaksanaan tersebut. Dan karena pada saat pelaksanaan ronde
keperawatan hanya dihadiri oleh satu perawat selaku CI. Maka
diharapkan ke depannya perawat dapat:

1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis


2. Meningkatkan cara berfikir yang sistemmatis
3. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan dan memodifikasi diagnosis
keperawatan

5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang


berorientasi pada masalah klien

K. Prosedur Pelaksanaan

TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA

PERSIAPAN 1. Timbang terima dilakukan Nurse PP/PA


setiap pergantuan shift/operan Station
2. Mempersiapkan buku laporan
shift dan melengkapi buku
laporan jaga
3. Menyiapkan tempat untuk
serah terima tugas jaga
4. Mempersiapkan anggota untuk
dimulai timbang terima (Karu,
Katim, Anggota)
PELAKSANAAN 1. Kepala Ruangan membuka Nurse Karu, Katim,
acara timbang terima dan Station Anggota,
mempersilahkan untuk PP/PA
perawat jaga shift sebelumnya
untuk melaporkan pasiennya
2. Melaporkan kondisi pasien
sesuai dengan buku laporan
secara singkat, padat, dan jelas
meliputi :
a. Jumlah pasien
b. Identitas pasien dan
diagnosa medis
c. Masalah keperawatan
yang kemungkinan masih
muncul
d. Tindakan keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
e. Intervensi kolaboratif dan
dependensi
f. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan dalam
laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi
atau prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan
secara rutin.
3. Perawat jaga shoft berikutnya
berhak untuk melakukan
klarifikasi dan tanya jawab
mengenai hal-hal yang kurang
jelas ketika timbang terima
berlangsung.

1. Mengucapkan salam. Ruang Karu, Katim,


2. Menginformasikan kepada Pasien/ Anggota,
pasien dan keluarga mengenai Bed PP/PA
perawat penanggungjawab
berikutnya.
3. Mengobservasdi dan
menginspeksi keadaan pasien
serta menanyakan keluhan
pasien (klarifikasi).

PENUTUP 1. Menutup timbang terima di Nurse Karu, Katim,


nurse station dan memberikan Station Anggota,
ucapan terima kasih kepada PP/PA
perawat jaga sebelumnya dan
motivasi untuk perawat jaga
selanjutnya.
2. Menutup dengan doa pulang
untuk perawat shift
sebelumnya dan doa untuk
mengawali kegiatan bagi
perawat shift berikutnya.
3. Menandatangani buku laporan
jaga oleh penanggungjawab
kedua shift.
L. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati
2. Dipimpin oleh penanggungjawab klien/perawat primer atau kepala
ruangan
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4. Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggungjawab
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan pasien
6. Timbang terima harus berorientasi pada masalah keperawatan yang ada
pada klien, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari
masalah terlebih dahulu (setelah diketahui melalui pengkajian) baru
kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan
serta perkembangan setelah dilakukan tindakan.
7. Timbang terima dilakukan di dekat pasien, menggunakan volume suara
yang pelan dan tegas (tidak berisik) agar klien yang lain tidak terganggu
demi menjaga privacy klien terutama mengenai hal-hal yang perlu
dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan langsung di dekat klien tetapi di
nurse station.

M. Alur Timbang Terima

SITUATION

Data demografi Diagnosis


Diagnosis Medis Keperawatan (Data)

Background

Riwayat Kesehatan

Assesment :

KU, TTV, GCS, Skala Nyeri,


Skala Risiko Jatuh,

Recomendation :
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru
N. Format Timbang Terima SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation)

SITUATION Nama Pasien :

Umur :

No.RM :

Diagnosis Medis :

Diagnosis Keperawatan :

Lama di Rawat :

Keluhan Utama :

BACKGROUND Riwayat Penyakit :

Riwayat Penyakit Keturunan :

Riwayat Alergi :

Prosedur Bedah :

ASSESMENT GCS : E... M... V...

Tingkat Kesadaran :

Tanda-tanda Vital :

a. TD
b. HR
c. RR
d. T
Keluhan :

Pengkajian Nyeri :

Status Nutrisi :

Status Keseimbangan Cairan :

Risiko Jatuh :

Hasil Pemeriksaan Diagnostik:

RECOMMENDATION Intervensi yang sudah dilakukan :

Intervensi yang belum dilakukan :


Pemeriksaan Penunjang :

Tanda Tangan PP PP Malam :

PP Pagi :

Karu :
O. Contoh Format Timbang Terima SBAR

SITUATION Nama Pasien : Ny. S


Umur : 57 tahun
No.RM : 34654
Diagnosis Medis : Ulkus Diabetikum (Post
Debridement H1)
Diagnosis Keperawatan : Nyeri Akut, Kerusakan
Integritas Jaringan, Risiko
Infeksi
Lama di Rawat : 3 hari
Keluhan Utama : nyeri pada bagian kaki kiri
pedis
BACKGROUND Riwayat Penyakit : DM
Riwayat Penyakit Keturunan : DM dari ibu
Riwayat Alergi : tidak ada
Prosedur Bedah : perawatan luka

ASSESMENT GCS : E4 M6 V5
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital :
e. TD : 115/90 mmHg
f. HR : 80 kali/menit
g. RR : 20 kali/menit
h. T : 37oC

Ny.S dengan diagnose medis ulkus DM, masuk pada


tanggal 22 April 2020 dengan program pengecekan gula
per shift, kesadaran composmentis
Tindakan yang di berikan berupa Inj. Insulin 5
uintracutan
GDS terakhir 390 mg/dl.

RECOMMENDATION Intervensi yang sudah dilakukan :


1. Infus RL 20 tpm
2. Cek GDS 2 kali sehari (jam 8, 18)
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
4. Injeksi Tramadol 1 ampul per drip dengan Nacl
50ml
5. Injeksi Cefotaxime 500mg
6. Injeksi Novorapid 3x10 unit
Intervensi yang belum dilakukan :
7. Rawat luka setiap pagi/balutan rembes
8. Berikan pendkes mengenai diit DM post operasi
9. Lanjutkan :
a) Injeksi Tramadol 1 ampul per drip dengan Nacl
50ml
b) Injeksi Cefotaxime 500mg
c) Injeksi Novorapid 3x10 unit
Pemeriksaan Penunjang :
Cek GDS 2 kali sehari
Tanda Tangan PP PP Malam : Ifa Nofiyana, Dea Rahmatul, Thoharotunisa

PP Pagi : Devi Ayu, Nika Ayuk, Olivia, M.Ainun

Karu : Wahyu Candra

Katim : Shuhita Mulyana, Rizki Amalia


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima merupakan
kegiaan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan anatar
shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk berkesinambungan informanasi mengenai
keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang
optimal.

B. Saran
1. Perawat primer saat mengklarifikasi atas data yang ditimbang terimakan
hendaknya dilakukan tiap satu pasien untuk mengurangi risiko lupa.
2. Tidak harus selalu Karu yang memperkenalkan siapa perawat yang akan
bertugas menggantikan, lebih fleksibel tapi komunikatif.
3. Saat memvalidasi data objektif dan subjektif klien hendaknya perawat
memperhatikan respon klien juga, seperti nyeri atau ketidaktahuan
klien/keluara mengenai prosedur yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5, Jakarta, Salemba Medik, 2016.
2. S. Suarli dan Yayan Bachtiar, Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis, Jakarta, Erlangga Medical Series, 2012.
3. Modul Keperawatan Komunitas

Anda mungkin juga menyukai