Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS POST DATE DI RUANG VK BERSALIN RSUD DR. R.
SOEDJONO SELONG LOMBOK

Disusun oleh :

Mardiana, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Profesi Ners dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien

Dengan Post Date di Ruang VK Bersalin RSUD Dr. R. Soedjono Selong

tanggal 11 Desember s/d 16 2023

telah di syahkan dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

( Mardiana, S. Kep )
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dinni Rohayati, S. ST )
Ns. Apriani Susmita Sari, M. Kep )

Kepala Ruangan

Dinni Rohayati, S. ST )

LAPORAN PENDAHULUAN
POST DATE

A. Konsep Post Date

1. Definisi

Post date atau kehamilan lewat waktu adalah diagnosa usia

kehamilan lebih dari 42 minggu di dapatkan dari perhitungan usia

kehamilan. Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang

berlangsung sampai 42 minggu (249 hari) atau lebih di hitung dari hari

pertama haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata-rata 28 hari.

Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi 42 minggu

belum terjadi persalinan. (Herdman,H. 2019)

2. Etiologi

Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat

ini sebab terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberapa teori

dianjukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan post

term sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalina. Bebrapa

terori diajukan antara lain senagai berikut: (Nugroho, 2018)

a. Hormonal

Pengaruh hormon progesteron dalam kehamilan yaitu tidak cepat turun

walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus

terhadap oksitosin berkurang.

b. Herediter

Karena kehamilan lewat waktu sering dijumpai pada keluarga tertentu.


c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan

kerentanana akan stres merupakan faktor tidak munculnya HIS

d. Saraf uterus, pada kelainan letak janin, tali pusat pendek,

menyebabkan tidak adanya tekanan pada ganglion servikalis dari

fleksus frankenhauser, hal ini yang menyebabkan tidak terjadinya

kontraksi.

e. Kurangnya air ketuban.

f. Insufisiensi plasenta

3. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala pada kehamilan post date (Nugroho, 2018),

yaitu:

1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu

2) Keadaan klini yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang

dan berhenti sama sekali.

3) Berat badan ibu mendatar atau berkurang

4) Air ketuban terasa berkurang

4. Manifestasi klinis

a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang

jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau

secara obyektif dengan kategori kurang dari 10 kali per menit.

b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi

menjdai:

1) Stadium I: Kulit kehilangan vernik keseosa dan terjadi maserasi

sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.


2) Stadium II: Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium

(kehijauan) di kulit

3) Stadium III: Seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada

kuku, kulit tali pusat. (Rukiyah, 2012)

5. Fatofisiologi

Pada kehamilan kehamilan lewat waktu yang terjadinya penurunan

oksitosiin sehingga menyebabkan tidak adanya HIS terjadi penundaan

persalinan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38

minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini

dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen.

Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat

janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah

plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat

tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin

di samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko

asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah

menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin

lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah

besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan

metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental

menyebabkan perubahan abnormnal jantung janin. (Nuaratif, 2015)


6. Pathway

Hormonal Herediter Kadar kortisol Kurangnya


Insufisensi
Bayi yang rendah air ketuban
Plasenta

Progesteron tidak Tidak timbul HIS


cepat turun

Kepekaan uterus
terhadap oksitosin

Hamil > 42 Minggu (Post Date)


Kontraksi uterus

Persalinan tertunda
Induksi
Persalinan
Persalinan lambat dari Tindakan SC
perkiraan lahir
Tanda-Tanda
Inpartu
Luka Insisi
Kurang
Proses
pengetahuan Ibu
Persalinan
terhadap
keselamatan Bayi Nyeri
Pelepasan
Plasenta
Ansietas
Resiko Robekan
Perdarahan Jalan Lahir
Kontraksi
Uterus
Kehilangan Cairan
Resiko
Vaskuler Berlebih
Infeksi
Nyeri

Kekurangan Volume
Cairan

Refrensi : Nugroho, 2018


7. Pemeriksaan penunjang

a. USG Untuk menilai usia kehamilan, oligihidramion, derajat

matiritas plasenta.

b. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.

c. Penilaian warna iar ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi.

d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%

8. Penatalaksanaan

a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah

monitoring janin sebaik-baiknya.

b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan

dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

c. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan

atau persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banayak

menimbulkan penyulit bayi, aslkan dilakukan di rumah sakit dengan

fasilitas yang cukup. (Herdman, 2019)

Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan

induksi sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin,

yang memerlukan pertolongan segera.

Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:

a. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam

500 cc glukosa 5 % banyak dipergunakan.

1) Terknik induksi dengan infuse glukosa lebih sederhana, dan mulai

dengan 8 tt/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt. Kenaikan tetesan


setiap 15 menit sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal

tercapai.

2) Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka

tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila

terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu

24-48 jam.

b. Amniotomi

1) Memcahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk

mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu setiap

4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.

9. Komplikasi

Komplikasi yang sering ditemui pada kehamilan post date diantaranya:

1) Bayi besar dapat menyebabkan disproporsi safalopelvik (DKP)

2) Oligohidromion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin

sampai banyi meninggal.

3) Kelauranya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi mekonium.

10. Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi : Inisial pasien, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir,

alamat.

b. Identitas penanggung jawab

Meliputi: Nama, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, alamat.

c. Riwayat penyakit

1) Keluahan utama ( saat Mmrs dan sekarang)


2) Riwayat penyakit sekarang

3) Riwayat penyaklit dahulu

d. Riwayat Obstetri Ginekologi

1) Riwayat menstruasi

2) Riwayat pernikahan

3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

4) Riwayat kehamilan saat ini

5) Riwayat kelaurga berencana

e. Partograf

f. Catatan persalinan

11. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Persalinan berhubungan dengan Pengeluaran Janin

b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

tubuh primer (Ketuban pecah lama).

c. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.


12. Rencana keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil/tujuan Intervensi


keperawatan SLKI SIKI
SDKI

1 Nyeri Persalinan. Tingkat nyre i. L.08066 Manajemen nyeri. I.08238


D.0079 Setelah diberikan asuhan keperawatan Tindakan
selama...x24 jam diaharapkan tingkat nyeri Observasi
menurun teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Gelisah 2. Identifikasi skala nyeri
3. Kesulitan tidur 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Meringis 4. Identifikasi faktor yang memperberat
 Menurun : 1 dan memperingan nyeri
 Cukup menurun : 2 5. Identifikasi penegtahuan dan keyakinan
 Sedang : 3 tentang nyeri
 Cukup menurun : 4 6. Monitor efek samping penggunaan
 Meningkat : 5 analgetik
Teraputik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri ( misal. Terapi
musik, terapi pijat, komres air
hangat/dingin)
2. Kontrol liongkungan yang
memperberat rasa nyeri (misal. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri sevara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik.

2 Resiko infesksi. Tingkat infeksi. L.14137 Pencegahan infeksi. I.14539


D0142 Setelah diberikan asuhan keperawatan Tindakan
selama...x24 jam diaharapkan tingkat infeksi Observasi
menurun teratasi dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala lokal dan
1. Kebersihan tangan sistemik
2. Kebersihan badan Teraputik
3. Nyeri 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak 2. Berikan perawatan kulit pada area
5. Kemerahan edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Menurun : 1 kontak dengan pasien dan lingkungan
 Cukup menurun : 2 pasien.
 Sedang : 3 Edukasi
 Cukup menurun : 4 1. Jelaskan tanda dan gejala infreksi
 Meningkat : 5 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
 Miningkat : 1 benar
 Menurun : 5 3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemeberian imunisasi jika
perlu

3 Ansietas. D0080 Tingkat ansietas. L.09093 Resuksi Ansietas I.09314


Setelah diberikan asuhan keperawatan Tindakan
selama...x24 jam diaharapkan tingkat ansietas Observasi
menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
1. Verbalisasi kebingungan berubah (misal. Kondisi, waktu)
2. Verbalisasi khwatir akibat kondisi yang 2. Identifikasi kemapuan mengambil
dihadapi keputusan
3. Perilaku tenang 3. Monitor tanda-tanda ansietas
4. Perilaku gelisah Teraputik
 Meningkat : 1 1. Temani pasien untuk mengurangi
 Cukup meningkat: 2 kecamasan
 Sedang : 3 2. Pahami situasi yang membuat ansietas
 Cukup menurun: 4 3. Dengarkan dan penuh perhatian
 Menurun: 5 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
menyakinkan
1. Konsentrasi 5. Memotivasi mengidentifikasikan situasi
2. Pola tidur yang memicu kecemasan.
 Memburuk: 1 Edukasi
 Cukup membutuk: 2 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
 Sedang: 3 yang mungkin dialami
 Cukup memburuk: 4 2. Informasikan secara faktual mengenai
 Membaik:5 diagnosis, pengobatan
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heater T. 2019. Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi.2009-2011. Jakarta : ECG

Prawirohajo, Sarwono. 2020. Ilmu Kebidanan. Jakarta. PT bina pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.

Nuratif, A.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Meidcation

Jogja.

Nugroho, Taufan. 2018. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi.

Jakarta: Buku Kesehatan

Bluechek, G.M.,Butcher,H.M.,Dochterman,J.M.&Wagner,C.M.,2013.Nursing

Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. 6

ed.Yogyakarta:Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai