Disusun oleh :
FAISAL, S. Kep
i
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh
FAISAL., S. Kep
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
(FAISAL, S.Kep )
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
iii
Kata pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME, karena atas segala berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan kegiatan yang berlangsung pada
tanggal, 20-25 november 2023 di Ruang NICU Rumah Sakit Dr. R Soedjono Selong,
sehingga penulis dapat menyusun laporan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Dengan Diagnosa Medis SEPSIS Di Ruang Nicu Rsud Dr. R. Soedjono Selong 2023 ”.
Selama pelaksanaan pembuatan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dan bimbingan dari berbagai Pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala ruangan Rumah Sakit yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan kegiatan.
2. Clicinal Educator (CE) beserta perawat Rumah Sakit yang sudah bersedia
mendampingi dan memberikan arahan.
3. Pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan pada penulis dalam
pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis berharap kepada semua pihak yang sekiranya
membaca laporan ini dapat memberikan saran dan kritik yang bertujuan demi
kesempurnaan laporan ini, penulis terima dengan senang hati, agar di kemudian hari
penulis dapat menyempurnakan laporan ini.
Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan, semoga hasil laporan ini
bermanfaat bagi pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya dalam
pengembangan dan pemantapan Profesional Keperawatan.
Penyusun
4
1. Definisi
Sepsis adalah keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa yang
disebabkan karena disregulasi respon tubuh terhadap yang parah yang
berkembang ke arah septisma dan syok.
Sepsis adalah suatu respon sistemik terhadap infeksi. Pada sepsis gejala
klinis yang terdapat pada SIRS diikuti oleh adanya bukti infeksi. Terminologi
sepsis masih membingungkan karena penggunaan yang tidak tepat dan berbagai
macam definisi yang meyebabkan kebingungan pada literatur medis. saat ini telah
dibuat standardisasi terminologi infeksi, bakteriemia, sepsis, dan septik syok
sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan untuk mendiagnosis, mengobati,
dan membuat formulasi untuk prognosa dari infeksi ini. Dalam terminologi yang
baru, sepsis mewakili subgrup dalam “Systemic Inflamatory Response Syndrome”
(SIRS) (Gordon MC 1997, Wheeler AP 2004).
2. Etiologi
1. Bakteri gram (-)
2. Eksotoksi yang dihasilkan berbagai macam kuman,misalnya S.aurens,
E.coli.
3. Kerusakan jaringan yang menyebabkan kegagalan penggunn oksigen
4. Pertolongan persainan yang tidak higenis pada partus lama
3. Manifestasi klinis
Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda-tanda
sepsis non septik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitusif seperti
lelah,malaise, gelisah dan kebingungan. Sumber infeksi merupakan diterminan
penting untuk terjadinya berat atau tidaknya gejala sepsis. Tempat infeksi yang
paling sering adalah : paru, traktus digestivus, traktus urinarius, kulit, jaringan
lunak, dan saraf pusat.
5
Dapat dikatakan sepsis bila terdapat SIRS (systemic inflammatory response
sindrom) ditambah dengan infeksi yang diketahui (ditemukan dengan biakan
positif terhadap organisme dari tempat tersebut).
Sepsis berat adalah sepsis yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan
hipoperfusi meliputi: asidosis laktat,oliguria,atau perubahan akut pada status
mental.
4. Patofisiologi
Sepsis dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi awal dari
respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh. Bersamaan dengan kondisi ini,
abnormalitas sirkular seperti penurunan volume intravaskular, vasodilatasi
pembuluh darah perifer, depresi miokardial, dan peningkatan metabolisme akan
menyebabkan ketidakseimbangan antara penghantaran oksigen sistemik dengan
kebutuhan oksigen yang akan menyebabkan hipoksia jaringan sistemik atau syok.
Presentasi pasien dengan syok dapat berupa penurunan kesadaran, takikardia,
penurunan kesadaran, anuria. Syok merupakan manifestasi awal dari keadaan
patologis yang mendasari. Tingkat kewaspadaan dan pemeriksaan klinis yang
cermat dibutuhkan untuk mengidentifikasi tanda awal syok dan memulai
penanganan awal.
6
5. Pathway
Infeksi kuman
sepsis
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Curah jantung sesak kebutuhan tubuh
menurun
Gangguan
pertukaran gas
Suplai O2 menurun
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
7
6. Faktor Risiko
1. Usia
Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan lebih dari 65 tahun
2. Pemasangan alat invasive
a) Venous catheter
b) Arterial lines
c) Pulmonary artery catheters
d) Endotracheal tube
e) Tracheostomy tubes
f) Intracranial monitoring catheters
g) Urinary catheter
3. Prosedur invasive
a) Cystoscopic
b) Pembedahan
4. Medikasi/Therapeutic Regimens
a) Terapi radiasi
b) Corticosteroids
c) Oncologic chemotherapy
d) Immunosuppressive drugs
e) Extensive antibiotic use
5. Underlying Conditions
a) Poor state of health
b) Malnutrition
c) Chronic Alcoholism
d) Pregnancy
e) Diabetes Melitus
f) Cancer
g) Major organ disease – cardiac, hepatic, or renal dysfunction
8
7. Pemeriksaan Penunjang
1. PENATALAKSANAAN
9
RAPID ASSESSMENT
I. Immediate Question
a. Survey Primer
Cek Airway, Breathing, Circulation
- Airway: clear
- Breathing:
Gangguan pada breathing ditemukan bila ada gangguan lanjut setelah
adanya gagal sirkulasi. Biasanya ditemukan pada suara nafas crackles
(+), Respirasi rate > 30 x/menit. Pernafasan kusmaul.
- Circulation:
Gangguan sirkulasi jelas tampak terlihat pada fase awal (hiperdinamik):
akral teraba hangat karena suhu tubuh yang meningkat.
Pada fase lanjut yaitu fase hipodinamik ditandai dengan penurunan
tekanan darah/hipotensi, penurunan perfusi ke jaringan ditandai dengan
akral yang dingin, CRT lebih dari 2 detik, urin output < 2 cc/kgbb/jam.
Nadi teraba lemah dengan frekuensi > 100 x/menit
b. Bagaimana status mental dan vital sign ?
Status mental pasien pada fase awal masih baik perlahan terjadi penurunan
status mental seiring dengan gangguan sirkulasi yang semakin berat. Vital
sign pada fase hiperdinamik terdapat peningkatan suhu, tekanan darah
masih tergolong pada rentang normal, nadi cepat >100 x/menit. Pada fase
hipodinamik terjadi penurunan suhu tubuh < 37 C, tekanan darah dan nadi
semakin lemah dan cepat.
c. Bagaimana tanda dan gejala secara umum ?
hipertherma/hipotermia, takikardia, takipnea, hiperperfusi perifer (hangat),
hipotensi, ekstremitas dingin, bingung, crt > 2 detik, penurunan urin output
d. Riwayat penyakit ?
1. Pulmonal . batuk, dispnea, takipnea,nyeri dada pleuritik, produksi
sputum, hemoptysis
2. Genitourinary. Disuria, frekuensi, urgensi,hematuri, nyeri
abdomen,muntah, riwayat penggunaan katete folley, riwayat penyakit
prostat, riwayat nyeri panggul, nyeri perineal atau testicular, aborsi.
3. CNS. Sakit kepala, meningismus, kebingungan, koma, riwayat autitis
media / sinusitis.
4. GI/Intra abdomen. Nyeri abdomen, muntah, anoreksia, jaundice,
5. Kulit. Luka bakar, injuri karena trauma, cellulitis, abses, ulkus
dekubitus, riwayat drakius,
10
6. Cardiovaskular. Nyeri dada, emboli perifer, perdarahan, kelainan
congenital.
7. Muskuloskeletal. Bengkak terlokalisasi, nyeri dan hangat pada daerah
persendian, otot atau tulang. Riwayat trauma terutama fraktur terbuka,
riwayat pembedahan,
e. Riwayat penyakit masa lalu? Riwayat penyakit Imunosupresi ( HIV,
diabetes, gangguan autoimun, kanker).
f. Medikasi? Obat-obatan imunosupresi (corticosteroids, kemoterapi).
II. Database
A. Poin utama pengkajian fisik
1. Mental Status
2. Vital sign
3. Kulit. Eteki, luka terinfeksi, cellulitis.
4. Heent. Sinusitis, otitis media
5. Leher. Lympha denopathy, nuchal rigidity
6. Suara paru. Wheezing, rhonchi, rales, takipnea, ards, batuk,
7. Suara jantung. Takikardi, murmur.
8. Abdomen. Abdominal tenderness
9. Genitourinary. Suprapubik atau panggul tenderness, pendarahan/ discharge
vagina.
10. Muskuloskeletal. Vocal redness, swelling, tenderness, krepitasi.
11. Neurologic. Perubahan status mental ; kebingungan, delirium, koma.
11
III. Laboratory data
1. Darah. Test kimia, kultur, ABG, CBC.
2. Urin. Kultur.
3. CSF. Kultur,
4. Sputum. Kultur.
5. Drainase luka. Kultur.
Pasien dengan sepsis berat harus dimasukkan dalam ICU. Tanda vital pasien
harus dipantau. Pertahankan curah jantung dan ventilasi yang memadai dengan
obat. Pertimbangkan dialisis untuk membantu fungsi ginjal. Pertahankan tekanan
darah arteri pada pasien hipotensif dengan obat vasoaktif, misal dopamin,
dobutamin, dan norepinefrin.
12
adekwat,membutuhkan alat bantu pernafasan. Biasanya pada keadaan
inidibutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis walaupun pertukaran gas
dandan oksigenasi dapat diperbaiki dengan penggunaan continous
positiveairway pressure (CPAP) dengan face mask atau ventilasi non
invasif.
b. Sirkulasi.
Perlu segera perawatan empirik dengan antimikrobial, yang jika diberikan secara
dini dapat menurunkan perkembangan syok dan angka mortalitas. Setelah sampel
didapatkan dari pasien, diperlukan regimen antimikrobial dengan spektrum
aktivitas luas. Bila telah ditemukan penyebab pasti, maka antimikrobial diganti
sesuai dengan agen penyebab sepsis tersebut (Hermawan, 2007).
13
Sebelum ada hasil kultur darah, diberikan kombinasi antibiotik yang kuat,
misalnya antara golongan penisilin/penicillinase—resistant penicillin dengan
gentamisin.
1. Golongan penicillin
14
2. Golongan penicillinase—resistant penicillin
3. Gentamycin
Bila hasil kultur dan resistensi darah telah ada, pengobatan disesuaikan. Beberapa bakteri
gram negatif yang sering menyebabkan sepsis dan antibiotik yang dianjurkan:
Klebsiella,
Gentamisin
Enterobacter - Sefalotin: 1-2 gram tiap 4-6
jam, biasanya dilarutkan dalam
Proteus
Ampisilin/sefalotin 50-100 ml cairan, diberikan per
mirabilis
drip dalam 20-30 menit untuk
Pr. rettgeri, Pr. menghindari flebitis.
morgagni, Pr. Gentamisin
- Kloramfenikol: 6 x 0,5 g/hari
vulgaris
iv
Mima-Herellea Gentamisin
- Klindamisin: 4 x 0,5 g/hari iv
Pseudomonas Gentamisin
Bacteroides Kloramfenikol/klindamisin
15
16
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pendekatan ABCDE
Airway
kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
kaji saturasi oksigen
periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
periksa foto thorak
Circulation
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah </>
periksa waktu pengisian kapiler
pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
pasang kateter
lakukan pemeriksaan darah lengkap
siapkan untuk pemeriksaan kultur
catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36oC
siapkan pemeriksaan urin dan sputum
berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya
tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan
tempat sumber infeksi lainnya.
17
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi
organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus
dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
B. PengkajianUmum
1. Aktifitas: Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda :
a) Tekanan darah normal atau sedikit dibawah normal (selama hasil curah
jantung tetap meningkat).
b) Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik): lemah/lembut/mudah
hilang, takikardi ekstrem (syok).
c) Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan
disfungsi miokard, efek dari asidosis atau ketidak seimbangan elektrolit.
d) Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat,lembab,burik
(vasokontriksi).
3. Eliminasi
Gejala : Diare
4. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah: Penurunan haluaran, konsentrasi urine,
perkembangan ke arah oliguri,anuria.
5. Nyeri/Kenyamanan: Kejang abdominal,lakalisasi rasa sakit atau ketidak
nyamanan, urtikaria, pruritus.
6. Pernafasan
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan, pengguna-an
kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Suhu : umumnya meningkat (37,9°C atau lebih) tetapi mungkin normal pada
lansia atau mengganggu pasien, kadang subnormal.
Luka yang sulit atau lama sembuh, drainase purulen,lokalisasi eritema. Ruam
eritema macular
18
7. Seksualitas
Gejala : Pruritus perineal.
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.
8. Pendidikan kesehatan
Gejala : Masalah kesehatan kronis atau melemah, misalnya hati, ginjal, sakit
jantung, kanker,DM, kecanduan alcohol.
Riwayat splenektomi: Baru saja menjalani operasi / prosedur invasive, luka
traumatic.Penggunaan antibiotic ( baru saja atau jangka panjang).
3. Diagnosa Keperawatan
Risiko Syok
Risiko Infeksi
Gangguan pertukaran gas
19
2 Risiko Infeksi sss Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
D.0142 Tujuan: Setelah Observasi:
dilakukan tindakan
Monitor tanda gejala
keperawatan 3x24 jam
glukosa derajat infeksi infeksi lokal dan sistemik
Berisiko mengalami
menurun. Terapeutik
peningkatan terserang
oganisme patogenik Keritria hasil : Batasi jumlah pengunjung
10. Dema
Berikan perawatan kulit
m
11. Keme pada daerah edema
rahan Cuci tangan sebelum dan
12. Nyeri sesudah kontak dengan
13. Beng pasien dan lingkungan
kak pasien
14. Kadar Pertahankan teknik
sel darah putih aseptik pada pasien
k berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara memeriksa
luka
Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu
20
aliran oksigen
Monitor posisi alat
terapi oksigen
Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan
jalan napas
Berikan oksigen jika
perlu
Edukasi
Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di
rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
RENCANA KEPERAWATAN
No SLKI(StandarLuaran SIKI (Standar
Keperawatan Indonesia) Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
Indonesia)
1 Hipertermi (D.0130) Tujuan: Setelah Manajemen
dilakukan tindakan hipertermi (I.
Penyebab keperawatan 3x24 jam 15506)
Dehidrasi diharapkan termoregulasi Observasi
Neonatus normal 1. Identifikasi
7. Terpapar lingkungan (L.14135) penyebab
panas hipertermi
8. Proses infeksi 1. Konsumsi oksigen 2. Monitor suhu
9. Ketidaksesuaian normal tubuh
pakaian dengan suhu 2. Kutis memorata 3. Monitor kadar
lingkungan 3. Dasar kuku tidak elektrolit
10. Penigkatan laju sianotik 4. Monitor
metabolisme 4. Suhu tubuh normal haluaran urine
11. Penggunaan inkubator 5. Suhu kulit normal 5. Monitor
6. Frekuensi nadi komplikasi
normal akibat
7. Kadar glukosa darah
21
normal hipertermi
8. CRT < 3 detik Terapeutik
9. Ventilasi normal 1. Sediakan
lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Dolan’s,1996, Critical care nursing clinical management through the nursing process, Davis
Company, USA.
Hudak galo, 1996, keperawatan Kritis pendekatan holistik edisi IV, EGC, Jakarta.
Linda D, Kathleen, M Stacy, Mary E,L, 2006, Critical care nursing diagnosis and management,
Mosby, USA.
Persatuan Dokter spesialis penyakit dalam Indonesia.2006, Buku ajar ilmu penyakit dalam,
PDSPDI. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
24
25