Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“SEPSIS NEONATORUM”

Disusun Oleh:
Siti Hazar Hasanah
(1935104)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI D-III KEPERAWATAN
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Anak tentang Sepsis Neonatorum .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
  
                                                                                      Jakarta ,  31 Januari 2021
   

                                                                                              Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.    Latar Belakang 1
B.    Rumusan Masalah 1
C.    Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.  Definisi Sepsis Neonatorum 3
B.     Klasifikasi Dari Sepsis Neonatorum 3
C.   Etiologi Sepsis Neonatorum 4
D.  Patofisiologi Sepsis Neonatorum 4
E.     Manifestasi Klinis Dari Sepsis Neonatorum 5
F.  Komplikasi Yang Dapat Terjadi Terhadap Pasien Sepsis Neonatorum 5
G.     Pemeriksaan Penunjang Sepsis Neonatorum 6
H.   Tata Cara Pelaksanaan Dan Pencegahan Yang Dilakukan Terhadap Pasien Sepsis
Neonatorum. 7
I.  Prognosis Dari Sepsis Neonatorum 8
J.     Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sepsis Neonatorum 8
BAB IV PENUTUP 16
A.    Kesimpulan 16
B.    Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan
dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian
besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama
ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping
morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report :
reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi
baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus
neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality
rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor
resiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi
oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai
bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih
cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus
rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor. (Surasmi, 2003)

B.     Rumsan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sepsis neonatorum?
2.      Apa klasifikasi dari sepsis neonatorum?
3.      Apa penyebab terjadinya sepsis neonatorum?
4.      Bagaimana patofisiologi sepsis neonatorum?
5.      Apa manifestasi klinis dari sepsis neonatorum?
6.      Apa komplikasi pada sepsis neonatorum?
7.      Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien sepsis neonatorum?
8.      Apa saja tindakan dan pencegahan yang harus dilakukan dari sepsis neonatorum?
9.      Apa prognosis dari sepsis neonatorum?
10.  Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien sepsis neonatorum?
C.    Tujuan Penulisan
Setelah mendapatkan bahan pembelajaraan asuhan keperawatan pada anak sepsis
neonatorum, mahasiswa dapat :
1.      Mengetahui definisi sepsis neonatorum.
2.      Mengetahui klasifikasi dari sepsis neonatorum.
3.      Mengetahui etiologi sepsis neonatorum.
4.      Memahami patofisiologi sepsis neonatorum.
5.      Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum.
6.      Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi terhadap pasien sepsis neonatorum.
7.      Memahami pemeriksaan penunjang sepsis neonatorum.
8.      Mengetahui tata cara pelaksanaan dan pencegahan yang dilakukan terhadap pasien
sepsis neonatorum.
9.      Mengetahui prognosis dari sepsis neonatorum.
10.  Memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien sepsis neonatorum.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT SEPSIS NEONATORUM


1.      Definisi
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges,
1999)
Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai
bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi, 2003)
Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau sepsis pada
neonatus yang perlu diketahui (Maryunani, 2009), yaitu:
1.      Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
2.      Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain
3.      Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan
diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO, 1996)
4.      Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic
Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi multiorgan
dan akhirnya kematian.

2.      Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk (Maryunani,
2009) yaitu:
a.       Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang dari 72
jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero
b.      Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar
atau rumah sakit (infeksi nasokomial)
3.      Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri seperti
Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009)
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada
neonatus adalah:
a.       Perdarahan
b.      Demam yang terjadi pada ibu
c.       Infeksi pada uterus dan plasenta
d.      Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
e.       Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
f.       Proses kelahiran yang lama dan sulit

4.      Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin
oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan
penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan
sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang
mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara (Surasmi, 2003), yaitu :
a.      Pada masa antenatal  atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara lain virus
rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui
jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
b.      Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara
lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi
dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi
pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi
melalui kulit bayi  atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi 
oleh kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
c.       Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui
alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau
dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya
infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

5.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta
dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat
ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.
a.       Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan
>60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang dalam:
terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan
ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan
infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis.
Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan
leukotrien.
b.      Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga,
ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari infeksi
sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan organisme tertentu.
Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak
menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar
menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal terganggunya
sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
c.       Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi
dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari
ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
d.      Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi
yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang keluar
dari telinga
e.       Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali di
saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari infeksi luka
umbilikus.
Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa tanda
dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling berhubungan baik dari
perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda neurologi bahkan psikologinya saling
berhubungan.

6.      Komplikasi
a.       Hipoglikemia, hiperglikemia,  asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi
mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis
metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat,
selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal
netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice
terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh  yang
disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan
disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
b.      Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau
menyusu, dan terjadinya hipertermia..
c.       Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada
jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini
merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel
darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel
darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun
pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh,
sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan
kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena
seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
d.      Meningitis
 Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.
e.       Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang mengeluarkan
endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis.
Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan
endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi
dan emboli pada mikrovaskular.

7.      Pemeriksaan Penunjang
Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi diagnostik
dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Dalam kasus ini,
radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau
mungkin menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom
gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan
dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis
(McMillan, 2006)
Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan diagnosis. Selain itu,
hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang
tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah
mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara
klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan
serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase
atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian  adanya sepsis,
setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan
biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi  terapi antibiotika. Pemeriksaan lain
yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan
pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat
kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)

8.      Penatalaksanaan
a.       Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk menstabilkan
status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah
kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi
sebagai berikut:
1)      Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2)      Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek, maka
saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1
sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk.
Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang
adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi
dapat memiliki feed oral.
3)      Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
4)      Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5)      Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan perdarahan
6)      Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7)      Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b.      Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan
memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi
dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan
pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental.
Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau
sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012)

9.      Pencegahan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus.tanpa pengobatan
yang memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting  karena dapat mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003)
Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
a.       Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
bekala,imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang
memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dang
jani, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
b.      Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam
arti persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi
seminimal mungkindilakukan ( bila benar-benar diperlukan ). Mengawasi keadaan ibu dan
janin yang baik selama proses persalinan,melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c.       Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila
bayi normal,penberiab ASI secepatnya,mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap persih,
setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus  secara steril. Tindakan
infasif harus dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput
lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan
sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai
pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang menangani atau
bertugas dikar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian
antibiotik secara rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan mikrobiologi dan tes
resistensi. 

10.  Prognosis
Pada umumnya ngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10%  - 40 % dan
pada meningitis 15% - 50%. Angka tersebut berbeda-beda tergantung dari waktu timbulnya
penyakit penyebabnya, cara dan waktu awitan penyakit,  derajat prematuritas bayi, adanya
dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.      Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji adalah
identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan antenatal,
adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus).
Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya
riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll). Apakah selama
kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis.
Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji tatus sosial
ekonomi keluarga.
   Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya setelah 24
jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang,
pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis,
hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah
hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan dingin, pucat,
pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala traktus
gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.

2.      Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a.       Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
b.      Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c.       Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
d.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
e.       Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi
f.       Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap
makanan/minuman

3.      Rencana Asuhan Keperawatan


a.       Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
Kriteria hasil:
-          Tidak ada sianosis  dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara nafas
yang bersih
-          Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada suara
nafas abnormal)
-          Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat
memaksimalkan ventilasi
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya
suara napas tambahan Suara napas tambahan dapat menjadi
sebagai tanda jalan napas yang tidak
adekuat
3. Monitor respirasi dan status O2,TTV Pada sepsis terjadinya gangguan
respirasi dan status O2 sering
ditemukan yang menyebabkan TTV
tidak dalam rentan normal
4. Berikan pelembab udara kasa basah Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
Nacl lembab menjadi tempat masuk organisme

5. Ajarkan batuk efektif,suction,pustural Untuk mengeluarkan sekret pada


drainage saluran napas untuk menciptakan
jalan napas yang paten

b.      Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Kriteria hasil:
-          Suhu dalam batas normal
-          Perkembangan status klien membaik selama masa terapi
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung Isolasi/pembatasan pengunjung
sesuai indikasi dibutuhkan untuk melindungi pasien
imunosupresi dan mengurangi risiki
kemungkinan infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah Menugrangi kontaminasi silang
melakukan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril

3. Dorong sering menggati posisi, napas Bersihan paru yang baik mencegah
dalam/batuk pneumonia
4.    Batasi penggunaan alat/prosedur Mengurangi jumlah lokasi yang dapat
invasif jika memungkinkan menjadi tempat masuk organisme

5.    Lakukan inspeksi terhadap luka/ sisi Mencatat tanda-tanda inflamasi atau


alat invasif setiap hari infeksi lokal, perubahan pada
karakter drainase luka atau sputum
dan urine. Mencegah infeksi yang
berkelanjutan
6.    Gunakan teknik steril setiap waktu Mencegah masuknya bakteri,
pada saat penggantian balutan ataupun mengurangi risiko infeksi nasokomial
suction atau pemberian perawatan
7.    Pantau kecenderungan suhu, jika Demam (38,5oC - 40 oC) disebabkan
demam berikan kompres hangat. oleh efek-efek dari endotoksin pada
hipotalamus dan endorfin yang
melepaskan pirogen. Hipotermia
(<36 oC) adalah tanda-tanda genting
yang menunjukkan status syok atau
penurunan perfusi jaringan
8.    Amati adanya menggigil dan Menggigil seringkali mendahului
diaforesis memuncaknya suhu pada adanya
infeksi
9.    Memantau tanda-tanda penyimpangan Dapat menunjukkan ketidaktepatan
kondisi atau kegagalan untuk membaik atau ketiakadekuatan terapi antibiotik
selama masa terapi atau perumbuhan berlebih ari
organisme resisten
10.     Inspeksi rongga mulut terhadap plak Depresi sistem imun dan penggunaan
putih atau sariawan, selidiki juga adanya dari antibiotik dapat meningkatkan
rasa gatal atau peradangan risiko infeksi sekunder.
vaginal/perineal
11.     Kolaborasi dalam pemberian obat Terapi pengobatan sangat membantu
antibiotik. Perhatikan dampak pemberian penyembuan dalam masa terapi
obat perawatan

c.       Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau
inflamasi
Kriteria hasil:
-          Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
-          Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap Perubahan tanda-tanda vital yang
dua jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat Kompres pada aksila, leher dan lipatan
pada aksila, leher dan lipatan paha, paha terdapat pembuluh-pembuluh
hindari penggunaan alcohol untuk dasar besar yang akan membantu
kompres. menurunkan demam. Penggunaan
alcohol tidak dilakukan karena akan
menyebabkan penurunan dan
peningkatan panas secara drastis.
Kolaborasi: Pemberian antipiretik juga diperlukan
untuk menurunkan panas dengan
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan
segera.
jika panas tidak turun.
d.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
Kriteria hasil:
-          Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
-          Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180
x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
-          Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
Intervensi dan Rasional
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap Perubahan tanda-tanda vital yang
dua jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, kejang Hipertermi sangat potensial untuk
dan dehidrasi. menyebabkan kejang yang akan
semakin memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan
pasien masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika terjadi Kompres air hangat lebih cocok
hipertermi, dan pertimbangkan untuk digunakan pada anak dibawah usia 1
langkah kolaborasi dengan memberikan tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak
antipiretik. terjadi hipotermi secara tiba-tiba.
Hipertermi yang terlalu lama tidak
baik untuk tubuh bayi oleh karena itu
pemberian antipiretik diperlukan untuk
segera menurunkan panas, misal
dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
dengan jumlah pemberian yang telah diperlukan untuk mencegah bayi dari
ditentukan kondisi lapar dan haus yang berlebih.

e.       Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi


Kriteria hasil:
-          Saturasi oksigen >90 %
-          Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan
-          Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi
jaringan
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan tirah baring Menurunkan beban kerja mikard dan
konsumsi oksigen
2. Pantau perubahan pada tekanan darah Hipotensi akan berkembang
bersamaan dengan mikroorganisme
menyerang aliran darah
3. Pantau frekuensi dan irama jantung, Disritmia jantung dapat terjadi
perhatikan disritmia sebagai akibat dari hipoksia

4.    Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan Peningkatan pernapasan terjadi


kualitas sebagai respon terhadap efek-efek
langsung endotoksin pada pusat
pernapasan didalam otak

5.    Catat haluaran urine setiap jam dan Penurunan urine mengindikasikan


berat jenisnya penurunan perfungsi ginjal

6.    Kaji perubahan warna kulit, suhu, Mengetahui status syok yang


kelembapan berlanjut

f.       Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap


makanan/minuman
Kriteria hasil:
-          Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-          Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-          Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
-          Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor adanya penurunan berat badan Anoreksia ataupun intoleran terhadap
makanan atau minuman dapat
menyebabkan terjadinya penurunan
berat badan
2. Identifikasi makanan kesukaan  Meningkatkan selera klien terhadap
makanan atau minuman
3. Anjurkan untuk melakukan oral hygene Menurunkan rasa mual terhadap
sebelum makan makanan
4. Monitor intake cairan dan nutrisi Kekurangan cairan dapat
menyebabkan dehidrasi dan hiper
termi. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan terjadinya penurunan
berat badan

5.      Anjurkan klien untuk mengkonsumsi Protein dan vitamin C berperan


makanan yang berprotein dan vitamin C penting dalam penyembuhan yang
berkaitan dengan infeksi
6.      Yakinkan diet yang dimakan juga Kekurangan serat dapat
mengandung tinggi serat menyebabkan konstipasi

7.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Mengidentifikasi masalah nutrisi


menentukan jumlah kaloriyang dibutuhkan dalam terapi perawatannya
pasien

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sepsis neonatorum adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat
bakteri dalam darah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.

B.     Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis susun untuk kemajuan
penulisan makalah selanjutnya dan umumnya untuk lebih dalam asuhan keperawatan dalam
kasus sepsis neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA

Darsana, Wayan. Laporan Pendahuluan Sepsis Neonatorum. 18 September


2010. http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/09/laporan-pendahuluan-sepsis-
neonatorum.html

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Indri. Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum. 11 Mei 2009.  http://indri-


dpl.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-sepsis-neonatorum.html

NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media


ihardy:Yogyakarta
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit
Buku Kesehatan: Jakarta

McMillan, Julia A. 2006. Oski’s Pediatrics Principles & Practice. Lippincott Williams &
Wilkins: USA

Udara, Sangayu. Sepsis Neonatorum. 16 Mei


2012. http://udarajunior.blogspot.com/2012/05/sepsis-neonatorum.html

Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai